• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOOPERATIF MODEL NHT DI SDN. 007 SAMARINDA ILIR Chelda Yuliana

Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

KOOPERATIF MODEL NHT DI SDN. 007 SAMARINDA ILIR Chelda Yuliana

Guru SDN 007 Samarinda Ilir ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas guru dan siswa,motivasi belajar siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar IPS melalui penggunaan strategi pembelajaran model Numbered Head Together (NHT) di SDN. 007 Samarinda Ilir. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dikenal dengan istilah Classroom Action Research (CAR). Pembelajaran yang digunakan adalah strategi pembelajaran kooperatif dengan model NHT. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif model NHT mampu meningkatkan aktivitas guru dan siswa, motivasi yang berdampak pada peningkatkan hasil belajar IPS materi persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Aktivitas guru selama pembelajaran mengalami peningkatan dari masing-masing setiap siklus dari pelaksanaan siklus I hingga ke siklus III, dalam kriteria baik karena sudah memenuhi semua aspek, aktivitas siswa dalam setiap siklus mengalami peningkatan, dari siklus I hingga ke siklus III karena kategori aspek yang ada pada aktivitas siswa mengalami peningkatan dan dikategorikan aktif. Peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran yang terlihat dalam presentase peningkatan dari siklus I hingga ke siklus III dibuktikan dengan semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa, motivasi belajar siswa, dan hasil belajar IPS siswa kelas V melalui penggunaan strategi pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together (NHT) di SDN. 007 Samarinda Ilir tahun pembelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: strategi pembelajaran kooperatif, numbered head together (NHT), persiapan proklamasi kemerdekaan indonesia.

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Masih banyak guru, terutama guru Sekolah Dasar yang menggunakan metode

konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Menghindari kegiatan belajar mengajar yang bersifat monoton dan membosankan bagi peserta didik, maka metode pembelajaran sangat berperan. Untuk itu, Nasution menegaskan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menggunakan metode yang tepat supaya proses pembelajaran dapat berjalan efektif. Selain itu, guru juga harus mampu menciptakan situasi yang membuat siswa senang dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Dalam proses pembelajaran syarat pemilihan metode harus disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan sekolah yang ada di suatu tempat agar tercipta suasana yang komunikatif, interaktif, dan kondusif dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut.

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta didik, dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam proses pengajaran di kelas, seringkali anak dianggap sebagai wadah kosong yang dapat diisi ilmu pengetahuan atau informasi apapun oleh guru. Selama ini, jarang menemukan guru yang benar-benar memperhatikan aspek perasaan atau emosi murid, kesiapan mereka untuk belajar baik secara fisik maupun psikis. Yang sering terjadi adalah guru masuk ke kelas, murid duduk manis dan diam, lalu guru langsung mengajar.

Menurut informasi yang diperoleh peneliti dari guru kelas V (lima) Sekolah Dasar Negeri (SDN) No. 007 Samarinda Ilir, hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan semester I Tahun Ajaran 2015/2016 yaitu, dari 38 siswa terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai 81 sampai dengan 99, 12 siswa memperoleh nilai 61 sampai dengan 80, dan 16 siswa memperoleh nilai 10 sampai dengan 40. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih kurang. Siswa yang tuntas hanya 15 siswa dan yang belum tuntas 21 siswa. Ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Selain itu aktivitas guru dan siswa kurang aktif, kreatif, motivatif, dan menarik sehingga banyak siswa yang mengalami kejenuhan dalam pembelajaran IPS di kelas.

Masalah-masalah tersebut di atas apabila dibiarkan terus menerus maka akan menjadi penghalang aktivitas guru dan siswa, siswa dan siswa, kurangnya motivasi belajar di kelas dan akan menciptakan suasana kejenuhan dalam pembelajaran sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS.

Untuk menciptakan suasana belajar yang komunikatif dan interaktif guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), sebagaimana yang disinggung oleh Rogers dengan konsep belajarnya yang disebut dengan “student centered learning”, yakni pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Inti dari konsep belajar Rogers tersebut adalah: 1) guru tidak bisa mengajar orang lain tetapi guru hanya bisa memfasilitasi belajarnya; 2) seseorang akan belajar secara signifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat atau menumbuhkan rasa percaya dirinya; 3) manusia tidak bisa belajar kalau di bawah tekanan; dan 4) pendidikan akan membelajarkan peserta

didik secara signifikan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik dan adanya perbedaan persepsi atau pendapat yang difasilitasi/diakomodasi.

Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah menggunakan bermacam-macam model yang bervariasi yang dapat menarik minat belajar siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyasa yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosial dalam proses pembelajaran.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa.

Tantangan guru dalam mengajar akan semakin kompleks. Siswa pada masa kini cenderung mengharapkan para gurunya mengajar dengan baik dan menggairahkan. Persoalannya adalah ketika guru masih kurang sekali menguasai dalam menggunakan model mengajar yang baru, maka proses pembelajaran di kelas akan menjadi tidak efektif dan berdaya guna, sehingga sulit tercapai tujuan-tujuan spesifik pembelajaran, terutama bagi siswa yang berkemampuan rendah. Apalagi model pembelajaran IPS yang dilakukan guru saat ini juga masih menekankan pada aspek kebutuhan formal yaitu mengembangkan kemampuan menghafal materi pelajaran dengan aktivitas mencatat, mendengar, atau menjawab pertanyaan guru, dibanding kebutuhan riil siswa yaitu membiasakan untuk memahami informasi yang ada dan menghubungkannya serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga proses pembelajaran terkesan sebagai pekerjaan administratif dan belum mengembangkan potensi anak secara optimal.

Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi siswa dalam pembelajaran saat ini, khususnya mata pelajaran IPS adalah dengan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan pembagian atau pembentukan kelompok belajar dengan memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bekerja sama dengan semua siswa dalam tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan untuk memberikan tanggung jawab kepada siswa tentang keberhasilan kelompoknya dan juga membantu teman lainnya untuk sukses bersama.

Melalui pembelajaran kooperatif diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan pembelajaran dengan konsep atau pendekatan baru. Pembelajaran kooperatif membawa konsep inovatif, dan menekankan keaktifan siswa, di mana siswa bekerja dengan sesama siswa lainnya dalam suasana yang harmonis dan saling bekerja sama, serta memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Selain itu juga dapat memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar dan melatih siswa lebih aktif, lebih berani mengemukakan pendapat dan bertanggung jawab. Dengan kondisi kelas yang demikian akan menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam belajar, seperti yang dikatakan Donni bahwa banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk

memotivasi peserta didik, antara lain memberi nilai, hadiah, kompetisi, pujian, dan hukuman, karena motivasi merupakan pendorong tingkah laku peserta didik, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Di mana menurut Nana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Aktivitas, Motivasi dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Melalui Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model NHT di SDN. 007 Samarinda Ilir”.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus dan masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, untuk melihat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 007 Samarinda Ilir yang berada di jalan Damai kelurahan Sidodamai kecamatan Samarinda Ilir Samarinda. SDN. 007 memiliki 6 (enam) rombongan belajar untuk kelas V. Sebagai objek penelitian peneliti memilih kelas V.A, karena motivasi belajar siswa sangat kurang dan hasil belajar IPS yang diperoleh rendah di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM mata pelajaran IPS di SDN. 007 adalah 70. Waktu penelitian ini dilakukan pada semester II, yaitu di bulan April sampai di akhir bulan Mei 2016 pada tahun ajaran 2015/2016.

Peneliti memilih kelas V.A yang jumlah siswanya ada 38 orang, 18 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki sebagai subjek penelitian karena di kelas ini motivasi belajarnya sangat kurang dan hasil belajar IPS pada Kompetensi Dasar Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memprokla-masikan kemerdekaan Indonesia, sangat rendah di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pemberi tindakan dan instrumen sekaligus pengumpul data penelitian serta dibantu oleh teman sejawat sebagai observer. Sedangkan objek penelitiannya adalah pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus dalam setiap siklus dilaksanakan empat kali pertemuan. Tahap-tahap penelitian tindakan berupa suatu siklus yang meliputi kegiatan: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi.

Teknik Analisis Data

Data kuantitatif menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai hasil belajar siklus I dengan siklus II dan nilai kuis siklus II dengan siklus III. Analisis data kualitatif adalah data kualitatif berupa hasil observasi, catatan lapangan, dan wawancara yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Data Kualitatif menggunakan analisis deskriptif, yaitu membandingkan hasil observasi dari proses pembelajaran mulai dari siklus I, siklus II, dan siklus III.

Kriteria peningkatan motivasi terlihat apabila siswa sudah ada perhatian selama proses belajar, menguasai materi, semangat dalam belajar, tidak mudah putus asa, ada kemampuan untuk bertanya dan menjawab, adanya kerjasama dalam satu kelompok, dan mampu menanggapi masalah dalam diskusi kelompok. Kriteria peningkatan hasil belajar IPS dapat dilihat apabila terjadi peningkatan hasil nilai kuis siklus I dibanding dengan nilai siklus II, dan nilai kuis siklus II dibanding dengan nilai siklus III. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Penarikan kesimpulan /verifikasi adalah data yang diperoleh dari data lapangan bersama observer (pengamat). Penarikan kesimpulan mencakup makna data serta penjelasan data yang diperoleh dalam catatan lapangan.