• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Masniar

TAHUN 2019 Subali

Guru SMK Negeri 19 Samarinda ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Agrobisnis SMK Negeri 19 Samarinda. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran oleh guru; 2) mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran; dan 3) mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas X Agrobisnis SMK Negeri 19 Samarinda Pada Materi Sel Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan (tiga kali tatap muka). Data pengelolaan pembelajaran oleh guru digali dengan menggunakan Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru, data aktivitas siswa digali dengan menggunakan Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa, sedangkan data hasil belajar siswa digali dengan menggunakan Lembar Tes Hasil Belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pengelolaan pembelajaran oleh guru juga mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 3,001 (baik) menjadi 3,191 (baik) pada siklus II; 2) aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 2,91 (baik) menjadi 3,3 (baik) pada siklus II; dan 3) persentase ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari prasiklus 25 % menjadi 54,17 % pada siklus I dan 83,33 % pada siklus II. Simpulan dari penelitian ini adalah Model Pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Agrobisnis SMK Negeri 19 Samarinda pada materi Sel Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Sel, Model Pembelajaran Problem Posing

PENDAHULUAN

Melalui proses pembelajaran, diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan, dan penguasaan nilai-nilai (sikap) sebagai bentuk dari hasil belajar. Sehingga siswa yang berhasil dalam proses pembelajaran adalah siswa yang menguasai berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tujuan pembelajaran yang direncanakan.

Guru mempunyai peran yang sangat besar dalam membangun kekuatan internal dan eksternal siswa. Sehingga kalau faktor internal dan faktor eksternal siswa menurun, guru yang baik dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk membangun motivasi dari dalam maupun dari luar dirinya. Guru hendaknya tidak hanya sekedar menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap semata-mata kepada siswa, akan tetapi guru juga diharapkan mampu membimbing siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Hasil pengamatan dan pengalaman peneliti selama mengajar di kelas X Agrobisnis (ATPH/Pertanian) SMK Negeri 19 Samarinda, menunjukkan bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif. Berdasarkan rekapitulasi nilai tes hasil belajar siswa sebelum pelaksanaan tindakan (penelitian), terlihat bahwa nilai yang diperoleh siswa masih ada yang belum memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, idealnya seorang guru dapat menerapkan strategi pembelajaran, model pembelajaran, dan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di kelas X Agrobisnis SMK Negeri 19 Samarinda adalah dengan menerapkan Model Pembelajaran Problem Posing. Model Pembelajaran Problem Posing ini dapat mengaktifkan siswa agar berpikir kritis dengan cara memancing siswa untuk menemukan masalah berdasarkan topik yang diberikan sehingga menantang dan memotivasi siswa untuk menyelesaikannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Agrobisnis SMK Negeri 19 Samarinda Bidang Studi Biologi Materi Sel Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Tahun Pelajaran 2019/2020”.

KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Problem Posing

Problem Posing merupakan istilah bahasa Inggris yang menurut John M. Echol dan Hassan Shadily (2006) problem berarti masalah atau soal dan posing berasal dari “to pose” yang berarti mengajukan. Sehingga Problem Posing merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan pengajuan soal, dimana siswa diminta untuk mengajukan masalah (soal) berdasarkan situasi tertentu.

Problem Posing dapat membantu siswa dalam mencari topik baru dan menyediakan pemahaman yang lebih mendalam. Selain itu juga, problem posing dapat mendorong terciptanya ide-ide baru yang berasal dari setiap topik yang diberikan (Brown dan Walter, 1990).

Model Pembelajaran Problem Posing merupakan metode pembelajaran dengan tujuan mengaktifkan siswa agar berpikir kritis dengan cara memancing siswa untuk menemukan masalah berdasarkan topik yang diberikan sehingga menantang dan memotivasi siswa untuk menyelesaikannya. Sebagai strategi pembelajaran, Model Pembelajaran Problem Posing melibatkan tiga keterampilan dasar yaitu, menyimak (listening), berdialog (dialogue), dan tindakan (action).

Ada tiga situasi pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Posing dalam pembelajaran Biologi antara lain:

1. Situasi problem posing bebas, yaitu siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengajukan soal yang sesuai dengan apa yang dikehendaki. Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan untuk mengajukan soal.

2. Situasi problem posing semi terstruktur, yaitu siswa diberikan situasi atau informasi terbuka, kemudian siswa diminta untuk mengajukan soal dengan mengkaitkan informasi itu dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Situasi dapat berupa gambar atau informasi yang dihubungkan dengan konsep tertentu. 3. Situasi problem posing terstruktur, yaitu siswa diberi soal atau penyelesaian

soal tersebut, kemudian berdasarkan hal tersebut siswa diminta untuk mengajukan soal baru.

Silver menemukan bahwa Model Pembelajaran Problem Posing merupakan suatu aktivitas dengan dua pengertian yang berbeda yaitu: 1) proses pengembangan Biologi yang baru oleh siswa berdasarkan situasi yang ada; dan 2) proses memformulasikan kembali masalah Biologi dengan kata-kata sendiri berdasarkan situasi yang diberikan. Dengan demikian, masalah Biologi yang diajukan oleh siswa mengacu pada situasi yang telah disiapkan oleh guru.

Sedangkan Oegena dan Golla memberikan suatu kerangka kerja untuk menganalisis hasil pengajuan soal untuk mendapatkan gambaran yang mengindikasikan pengajuan soal yang baik. Di dalam mengajukan suatu soal, memungkinkan menyusun informasi-informasi yang secara logis untuk menyelesaikan soal yang diajukan memerlukan informasi tersebut.

Pengajuan soal dalam penelitian ini yaitu pengajuan soal dengan siswa diberikan situasi atau informasi terbuka, kemudian siswa diminta untuk mengajukan soal yang mengkaitkan informasi itu dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Situasi dapat berupa gambar atau informasi yang dihubungkan dengan konsep tertentu. Selain itu pengajuan soal dalam penelitian ini juga pengajuan soal yang didasarkan pada suatu permasalahan. Orientasinya pada pemahaman masalah yang mengarah pada penyelesaian permasalahan tersebut. Sehingga soal-soal yang diajukan harus berhubungan dengan permasalahan dan diperlukan dalam proses penyelesaian masalah.

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaaan konsep maka siswa diberikan kondisi terbuka dengan mengaitkan informasi yang sudah dimilikinya untuk menyusun soal sekaligus menyelesaikan soal tersebut. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan suatu permasalahan dalam Biologi diperlukan metode pengajuan soal (problem posing). Dengan pengajuan soal yang berhubungan dengan permasalahan yang diberikan akan memudahkan pemahaman siswa terhadap permasalahan itu, selanjutnya dimungkinkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pembelajaran Biologi Dengan Model Pembelajaran Problem Posing

Silver dalam pustaka pendidikan Biologi, problem posing mempunyai tiga pengertian, yaitu: pertama, problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit (problem posing

sebagai salah satu langkah problem solving). Kedua, problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain (sama dengan mengkaji kembali langkah problem solving yang telah dilakukan). Ketiga, problem posing adalah merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.

Teori belajar yang mendukung Model Pembelajaran Problem Posing

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual suatu organisme didasarkan pada dua fungsi, yaitu fungsi organisasi dan adaptasi. Fungsi organisasi memberikan organisme kemampuan untuk mensistematiskan atau mengorganisasikan proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan (struktur kognitif). Di samping itu, semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya. Teori Piaget tersebut yang mendasari teori konstruktivistik. Menurut teori konstruktivistik, perkembangan intelektual adalah suatu proses dimana anak secara aktif membangun pemahamannya dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.