• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan. Alat pengumpul data yang dipakai dalam

penelitian ini antara lain : lembar observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes akhir siklus. Penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan tindakan, observasi, dan evaluasi.

Rancangan Penelitian

Rancangan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan metode penelitian tindakan kelas dalam perbaikan pembelajaran yang direncanakan melalui 4 tahapan menurut Suharsimi Arikunto. (2006:68) yaitu Planning (Rencana), Action (Tindakan), Observation (Pengamatan), Reflection (Refleksi). Secara lebih rinci, dapat digambarkan dengan skema pelaksanaan penelitian tindakan kelas berikut ini.

Gambar 3. Alur Pelaksanaan Tindakan Sumber: Arikunto. (2006:76 ) Prosedur Penelitian

Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan ini peneliti lakukan sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan tujuan dari studi pendahuluan ini adalah untuk mencari permasalahan yang terjadi dikelas yang mencakup hasil belajar siswa, aktivitas guru dan siswa, dan strategi pembelajaran.

Perencanaan Tindakan

Dalam Perencanaan Tindakan yang akan dilakukan dalam perbaikan pembelajaran peneliti menetapkan dan menyusun rancangan perbaikan terhadap pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Model pembelajaran Mathematical of Fingering System yang akan dilaksanakan dalam tiga siklus. Rencana tindakan yang disusun mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus; 2) Membuat lembar observasi untuk murid dan guru setiap siklusnya; 3) Menyusun LKS; 4) Menyiapkan sumber belajar, 5) Mempersiapkan media pembelajaran; dan 6) Membuat lembar penilaian.

Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan untuk perbaikan pembelajaran mengacu pada skenario pembelajaran yang dilaksanakan dan melakukan penilaian dengan menggunakan lembar penilaian pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga

disertai dengan kegiatan observasi. Pelaksanaan tindakan dalam perbaikan pembelajaran meliputi siapa yang melakukan apa, kapan, di mana, dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual.

Hasil tindakan pada siklus I digunakan sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya, sampai menghasilkan tindakan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan, rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah 3 siklus setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan, apabila hasil belajar mengalami peningkatan dalam penggunaan model pembelajaran Mathematical of Fingering System sesuai yang dijadwalkan yaitu pelaksanaan perbaikan hanya pada siklus tiga saja.

Pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan dengan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanan kegiatan. Melakukan observasi kegiatan siswa dan guru/peneliti selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar obsevasi. Selain itu juga kegiatan yang dilakukan yaitu menganalisis hasil kerja siswa yang terdapat pada lembar kerja siswa (LKS).Tujuan dilakukannya pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

Refleksi

Refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, dan hambatan yang dijumpai terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus berikutnya. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Melakukan evaluasi untuk mencari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran; 2) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya; dan 3) Evaluasi tindakan.

Data dan Sumber Data

Data penelitian ini diambil dari kegiatan pengamatan, catatan lapangan, dokumentasi nilai terhadap perbaikan kegiatan proses pembelajaran menggunakan metode Mathematical of Fingering System pada siswa kelas II SD Negeri 016 Sangasanga. Data yang diperlukan meliputi tahap pelaksanaan, pada tahap perencanaan, data pada tahap pelaksanaan, dan data pada tahap akhir yang merupakan hasil akhir dari tindakan perbaikan pembelajaran di kelas.

Sumber data dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dan guru kelas II SD Negeri 016 Sangasanga dalam pembelajaran konsep perkalian Dasar Pada Tema Bermain di Lingkunganku, dan evaluasi.

Subjek penelitian ini siswa kelas II yang ditentukan berdasarkan kategori baik, sedang, dan kurang. Lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini adalah SD Negeri 016 Sangasanga yang beralamatkan di jalan Handil Uning Kecamatan Sangasanga. Dasar perbaikan pembelajaran karena faktor hasil belajar siswa di sekolah tersebut khusus kelas II SD Negeri 016 Sangasanga menunjukkan hasil belajar yang masih rendah.

Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Evaluasi/ Tes. Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Tes yang digunakan adalah soal uraian yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan awal dan hasil pembelajaran dengan pembelajaran tipe model pembelajaran Mathematical of Fingering System pada tema bermain di lingkunganku.

2. Dokumentasi. Dokumentasi nilai awal digunakan sebagai pembanding dalam perbaikan pembelajaran, catatan observasi diperguna-kan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran siswa, sedangkan hasil evaluasi nilai siswa dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus.

3. Observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran IPS yang dilakukan oleh para siswa. Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah siklus penelitian berlangsung. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipan artinya peneliti ikut terlibat dalam proses pembelajaran (tindakan).

Teknik Analisis Data

1. Reduksi data. Pada tahap reduksi data yang dilakukan adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang diperoleh di lapangan.

2. Penyajian data. Pada tahap penyajian data, data yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar dipaparkan secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, yaitu disajikan dalam bentuk tabel dan diberi keterangan berupa kalimat sederhana. Analisis data kuantitatif di dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriftif yaitu rata-rata, dan persentase, Untuk menentukan skala penilaian observasi, maka digunakan Skala Likert, yaitu: 1) untuk jawaban positif skor 5 adalah kategori sangat baik (SB), skor 4 kategori baik (B), skor 3 kategori cukup baik (CB) skor 2 kategori kurang baik (KB), dan skor 1 untuk kategori tidak baik (TB).

3. Verifikasi Data. Pada tahap ini, setelah data terkumpul maka dilakukan verifikasi atau pengecekan data yang ada, dengan menganalisis data penelitian dari setiap siklus, hal ini bertujuan hanya untuk mengetahui, apakah benar teori pembelajaran yang digunakan berhasil dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas II SD Negeri 016 Sangasanga.

Indikator Keberhasilan

Kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan peningkatan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 016 Sangasanga adalah disesuaikan dengan dengan kriteria penilaian standar yang diungkapkan Suharsimi (2004:35). Indikator keberhasilan perbaikan pembelaaran ini hasil belajar siswa tentang perubahan sifat benda meningkat dengan mengacu pada tabel berikut.

Tabel 1. Acuan Kriteria Penilaian

Interval Skor/Nilai Kategori

80 – 100 Baik sekali

70 – 79 Baik

40 – 49 Kurang

0 – 39 Sangat Kurang

Sumber: IGAK Wardhani & Kuswaya Wihardit, (2007: 3.52). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pra Siklus

Hasil belajar konsep perkalian dasar pada tema bermain di lingkunganku siswa kelas 2 SD Negeri 016 Sangasanga, pra siklus disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

No Rentang Nilai Kriteria Persentase

1 80 – 100 Sangat Baik - 2 70 – 79 Baik 44,44 3 50 – 69 Cukup 44,44 4 40 – 49 Kurang 11,11 5 0 – 39 Gagal - Rata-rata Kelas 60,00 Persentase Ketuntasan 44,44%

Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1

Selama proses pembelajaran berlangsung teman sejawat melakukan pengamatan yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, hasil pengamatan tersebut sebagaimana disajikan berikut ini.

Tabel 3. Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 No Aspek Yang

Diobservasi

Skor Rata-rata Skor Akhir Siklus

Konversi

Penilaian Kriteria Pert 1 Pert 2

1 Perhatian 3,31 3,64 3,48 69,56 Mulai Berkembang 2 Komunikasi Non

Verbal

3,33 3,64 3,49 69,72 Mulai Berkembang 3 Partisipasi 3,25 3,61 3,43 68,61 Mulai Berkembang Keterangan: Untuk mengkonversi penilaian menggunakan rumus:

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100

Rendahnya aktivitas belajar siswa diatas berpengaruh pada pemahaman tentang konsep perkalian dasar yang tercermin dari hasil belajar siswa, sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Belajar Siswa Siklus 1

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Kriteria

1 80 - 100 1 Sangat Baik 2 70 - 79 4 Baik 3 50 - 69 4 Cukup 4 40 - 49 - Kurang 5 0 - 39 - Gagal Rata-rata Kelas 65,56 Persentase Ketuntasan 55,56%

Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2

Selama proses belajar mengajar, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan peneliti ketika melakukan observasi di dalam kelas. Dari hasil pengamatan didapat data hasil pengamatan data sebagai berikut.

Tabel 5. Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2 No Aspek Yang

Diobservasi

Skor Rata-rata Skor Akhir Siklus

Konversi

Penilaian Kriteria Pert 1 Pert 2

1 Perhatian 3,89 4,22 4,06 81,11 Sudah Berkembang 2 Komunikasi Non

Verbal 3,89 4,06 3,97 79,44 Sudah Berkembang 3 Partisipasi 3,81 4,17 3,99 79,72 Sudah Berkembang Keterangan: Untuk mengkonversi penilaian menggunakan rumus :

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa secara keseluruhan aktivitas belajar siswa mengalami perbaikan. Peningkatan aktivitas belajar siswa diatas berpengaruh pada pemahaman tentang konsep perkalian dasar yang tercermin dari hasil belajar siswa, sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 6. Hasil Belajar Siswa Siklus 2

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Kriteria

1 80 - 100 4 Sangat Baik 2 70 - 79 3 Baik 3 50 - 69 2 Cukup 4 40 - 49 - Kurang 5 0 - 39 - Gagal Rata-rata Kelas 73,33 Persentase Ketuntasan 77,78%

Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 3

Beberapa hal yang menjadi catatan peneliti ketika melakukan observasi di dalam kelas. Dari hasil pengamatan didapat data hasil pengamatan data sebagai berikut:

Tabel 7. Aktivitas Belajar Siswa Siklus 3 No Aspek Yang

Diobservasi

Skor Rata-rata Skor Akhir Siklus

Konversi

Penilaian Kriteria Pert 1 Pert 2

1 Perhatian 4,31 4,40 4,36 87,11 Sudah Berkembang 2 Komunikasi Non

Verbal 4,25 4,42 4,33 86,67 Sudah Berkembang 3 Partisipasi 4,22 4,36 4,29 85,83 Sudah Berkembang Keterangan: Untuk mengkonversi penilaian menggunakan rumus :

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

Semakin membaiknya aktivitas belajar siswa berdampak pada pemahaman tentang konsep perkalian dasar yang tercermin dari hasil belajar siswa, sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Tabel 8. Hasil Belajar Siswa Siklus 3

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Kriteria

1 80 - 100 3 Sangat Baik 2 70 - 79 6 Baik 3 50 - 69 - - 4 40 - 49 - - 5 0 - 39 - - Rata-rata Kelas 82,22 Persentase Ketuntasan 100,00%

Berdasarkan opaparan data diatas menunjukkan hasil tes evaluasi dari siklus ke siklus menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, hal ini seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Setiap Siklus

No Aspek Yang Diobservasi Penilaian

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

1 Perhatian 69,56 81,11 87,11

2 Komunikasi Non Verbal 69,72 79,44 86,67

3 Partisipasi 68,61 79,72 85,83

Berdasarkan data diatas untuk menggambarkan perkembangan aktivitas siswa disajikan dalam grafik berikut.

Gambar 1. Grafik Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Setiap Siklus Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus

No Uraian Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

1 Rata-rata 60,00 65,56 73,33 82,22

2 Ketuntasan 44,44 55,56 77,78 100

Berdasarkan data diatas peningkatan hasil belajar siswa disajikan dalam grafik berikut.

Gambar 2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus

Dari grafik diatas terlihat hasil belajar sebelum pelaksanaan perbaikan pembelajaran (pra siklus) sampai akhir pelaksanaan siklus 3 hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang baik.

PEMBAHASAN

Pembahasan Hasil Pra Siklus

Untuk mengetahui keadaan real hasil belajar siswa maka sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengadakan ulangan harian guna memperoleh data awal, data ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak tentang konsep perkalian dasar. Dari ulangan harian ini menunjukkan hasil belajar konsep perkalian dasar pada tema bermain di lingkunganku siswa kelas 2 SD Negeri 016 Sangasanga, masih sangat rendah dan belum mencapai dari kompetensi dasar yang di tentukan dengan memperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 60,00 dan ketuntasan belajar 44,44%. Keadaan hasil belajar inilah yang mendasari dilaksanakannya penelitian ini.

Pembahasan Hasil Siklus 1

Selama kegiatan belajar berlangsung aktivitas siswa dan guru sebagai peneliti diamati oleh teman sejawat sebagai observer dalam penelitian ini. Secara keseluruhan aktivitas belajar siswa masih rendah dan memerlukan bimbingan. Pada aspek perhatian dari kedua pertemuan mendapat penilaian 69,56, artinya perhatian siswa belum fokus pada pembelajaran yang disampaikan guru, hanya sebagian siswa yang mencatat penjelasan guru, bahkan terdapat siswa yang masih bermain dengan rekannya selama guru menjelaskan sehingga tidak dapat merespon umpan balik yang dilakukan guru.

Pada aspek non verbal dari kedua pertemuan hanya mendapat penilaian 69,72 artinya pada aspek ini juga masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang menghindar kontak mata saat diajukan pertanyaan, bahasa tubuh yang kurang simpatik, ekspresi wajah terkesan kurang bersemangat, dan saat mengutarakan pendapat dengan suara yang kurang jelas.

Pada aspek partisipasi mendapatkan penilaian 68,61 pada aspek ini aktivitas siswa juga masih rendah hasil observasi menunjukkan hanya beberapa orang siswa yang berani menyampaikan ide, menyampaikan perasaan, menyampaikan pikiran, dan menjawab pertanyaan.

Rendahnya aktivitas belajar siswa diatas berpengaruh pada pemahaman tentang konsep perkalian dasar yang tercermin dari hasil belajar siswa, secara klasikal belum mencapai KKM yang ditetapkan, dengan memperoleh rata-rata kelas hanya 65,56 dengan persentase ketuntasan sebesar 55,56%. Meskipun demikian hasil belajar siswa mengalami peningkatan meskipun belum mencapai KKM. Pembahasan Hasil Siklus 2

Setelah permasalahan yang terjadi pada siklus sebelumnya di analisis dan di lakukan refleksi, maka pada pelaksanaan pembelajaran siklus 2 di lakukan beberapa perbaikan dalam tahap pembelajaran.

Pada siklus 2 ini peran pengamat selain mengamati juga membantu mengarahkan siswa yang masih salah dalam formasi jari matika. Selama proses belajar mengajar, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan peneliti, secara keseluruhan aktivitas belajar siswa mengalami perbaikan. Pada aspek perhatian dari kedua pertemuan mendapat penilaian 81,11, artinya perhatian siswa mengalami perbaikan dan mulai fokus pada pembelajaran yang disampaikan guru, siswa terlihat mencatat penjelasan guru, dan tidak ada lagi siswa yang bermain selama pembelajaran berlangsung, dan merespon umpan balik yang dilakukan guru.

Pada aspek non verbal dari kedua pertemuan mendapat penilaian 79,44 pada aspek ini juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari siswa mulai berani mengadakan kontak mata saat diajukan pertanyaan, bahasa tubuh yang simpatik, ekspresi wajah yang terlihat ceria, dan saat mengutarakan pendapat dengan suara cukup jelas.

Pada aspek partisipasi mendapatkan penilaian 79,72 pada aspek ini aktivitas siswa juga mengalami peningkatan hasil observasi menunjukkan siswa mulai berani menyampaikan ide, menyampaikan perasaan, menyampaikan pikiran, dan menjawab pertanyaan dengan lugas. Dengan membaiknya aktivitas belajar siswa berpengaruh pada pemahaman tentang konsep perkalian dasar yang tercermin dari peningkatan hasil belajar siswa.

Secara klasikal sudah mencapai mencapai KKM yang ditetapkan, akan tetapi masih terdapat 2 orang siswa yang belum tuntas, secara keseluruhan rata-rata kelas hanya 73,33 dengan persentase ketuntasan sebesar 77,78%.

Pembahasan Hasil Siklus 3

Setelah permasalahan yang terjadi pada perbaikan pembelajaran siklus sebelumnya dianalisis dan dilakukan refleksi, maka pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 3 di lakukan beberapa perbaikan dalam tahap pembelajaran.

Saat melalukan apersepsi guru menyajikan sebuah gambar 4 bus, dan setiap bus tersebut menaikkan 6 penumpang. Pada saat bertanya berapa jumlah penumpang yang naik bus tersebut, kebanyakan siswa menjawab dengan cara menghitung satu-satu. Artinya siswa belum bisa menjawab dengan cara yang simpel. Dengan kenyataan tersebut terbukti bahwa kebanyakan siswa belum bisa menerapkan perkalian jika dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya guru membimbing cara penyelesaian soal cerita tersebut dengan mengingatkan kembali bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang, dan cara pengerjaannya tetap dengan menggunakan system fingering.

Secara keseluruhan aktivitas belajar siswa menunjukkan perbaikan. Pada aspek perhatian dari kedua pertemuan mendapat penilaian 87,11, artinya perhatian siswa mengalami perbaikan dan sudah fokus pada pembelajaran yang disampaikan guru, siswa terlihat mencatat penjelasan guru, dan tidak ada lagi siswa yang bermain selama pembelajaran berlangsung, dan merespon umpan balik yang dilakukan guru. Pada aspek non verbal dari kedua pertemuan hanya mendapat penilaian 86,67 pada aspek ini juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari siswa mulai percaya diri dan berani mengadakan kontak mata saat diajukan pertanyaan, bahasa tubuh yang simpatik, ekspresi wajah yang terlihat ceria, dan saat mengutarakan pendapat dengan suara cukup jelas.

Pada aspek partisipasi mendapatkan penilaian 85,83 pada aspek ini aktivitas siswa juga mengalami peningkatan hasil observasi menunjukkan siswa yang berani menyampaikan ide, menyampaikan perasaan, menyampaikan pikiran, dan menjawab pertanyaan dengan lugas.

Semakin membaiknya aktivitas belajar siswa diatas berpengaruh pada pemahaman tentang konsep perkalian dasar yang tercermin dari hasil belajar siswa secara klasikal sudah melampaui KKM yang ditetapkan, dengan rata-rata kelas mencapai 82,22 dengan persentase ketuntasan sebesar 100%. Sampai pada akhir siklus 3 beberapa hambatan yang muncul pada tindakan sebelumnya sudah tidak muncul lagi. Kegiatan pembelajaran dikelas menyenangkan, anak bersemangat dan termotivasi secara baik.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan membaca pemahaman dikelas VI/c SD Negeri 016 Sangasanga, selama pelaksanaan penelitian didapat beberapa temuan yaitu:

1. Sebelum dilaksanakan tindakan siklus 1 terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data keterampilan membaca pemahaman, berdasarkan data yang didapat pada kondisi awal hasil belajar siswa masih rendah dengan rata-rata kelas sebesar 66,50 sementara siswa yang sudah berhasil mencapai KKM 70 sebanyak 12 orang siswa dengan tingkat keberhasilan 54,55%.

2. Keterampilan membaca pemahaman mengalami peningkatan dengan rata-rata kelas sebesar 68,91 sementara siswa yang sudah berhasil mencapai KKM 70 sebanyak 14 orang siswa dengan tingkat keberhasilan 63,64%.

3. Pembelajaran siklus 2 berjalan dengan lancar, siswa dengan tekun mengikuti pembelajaran keterampilan membaca pemahaman mengalami peningkatan dengan rata-rata kelas sebesar 73,45 sementara siswa yang tuntas sebanyak 18 orang siswa dengan tingkat keberhasilan 81,82%.

4. Siklus 3 Pengelolaan kelas yang dilakukan guru dinilai sangat baik. keterampilan membaca pemahaman mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya dengan rata-rata kelas sebesar 82,73 dan tingkat keberhasilan mencapai 100%, artinya seluruh siswa sudah mampu mancapai mencapai KKM untuk pelajaran Bahasa Indonesia 70.

Berdasarkan temuan di atas dapat ditarik kesimpulan banwa dengan Pendekatan Whole Language dapat meningkatkan Keterampilan Membaca pemahaman siswa kelas VI/c di SD Negeri 004 Loa Janan.

SARAN

1. Bagi Sekolah: hendaknya menyediakan sarana yang cukup bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran di kelas, dan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan pembelajaran.

2. Bagi guru: Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan Pendekatan Whole Language guru harus melakukan persiapan yang cukup sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas tidak mengalami banyak kendala dan hambatan.

3. Bagi siswa: untuk memudahkan memahami materi yang diajarkan guru hendaknya siswa senantiasa selalu beradaptasi dengan metode yang diterapkan guru dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Bintoro. 2008. Memahami Dan Menangani Siswa Dengan Problema Belajar. Jakarta: Depdiknas.

Arikunto Suharsimi., Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Faqih Samiawi. 2009. Konsep Dasar Pemahaman. Bandung: Maulana.

Hamzah. B. 2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: UI-Press.

Heruman. 2007. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marpaung, Y. 2006. Prospek RME untuk Pembelajaran Matematika di Indonesia: Jakarta: UNY.

Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Wulandari, Septi Peni. 2005. Jarimatika Perkalian dan Pembagian: Teknik Berhitung Mudah & Menyenangkan dengan Menggunakan Jari-Jari Tangan. Jakarta: Kawan Pustaka.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI