• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Ritual

Dalam dokumen Keragaman perilaku beragama (Halaman 129-132)

TINDAKAN AGAMA DAN MITOS PEMBENTUK UPACARA RITUAL

C. Makna Ritual

secara ilmiah, juga dalam arti sebagai semacam bahasa yang digunakan untuk melukiskan peristiwa-peristiwa adikodrati, sehingga yang adikodrati dianggap hanya relevan bagi segelintir irang yang memang tidak memiliki penalaran ilmiah. Penggunaan istilah mitos dengan pengertian seperti itu menghilangkan ciri yang paling pokok mitos religius, yakni dayanya yang

mengukuhkan kenyataan suci.48 Dalam konteks religius, mitos dan ritus

merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar ungkapan mengenai sesuatu yang lain, keduanya merupakan “daya untuk keselamatan”. Keduanya merupakan kekuatan dinamis yang pengejawantahannya melahirkan kenyataan suci dan membuat manusia religius menghayati kenyataan tersebut dalam dirinya setiap hari. Mitos tidak bisa dipahami secara sempit, seolah-olah memberikan informasi mengenai sesuatu, meski mengenai makhluk-makhluk adikodrati ataupun peristiwa-peristiwa primordial sekalipun. Mitos menyingkapkan bagaimana Yang Suci memperlihatkan kekuatannya. Dengan mengisahkan mitos, orang tidak hanya mempelajari sesuatu, melainkan menjadi sesuatu. Dengan kata lain, dengan dikisahkannya kembali, mitos menyatakan kekuatan yang suci. Karenanya, dapat dimengerti mengapa mitos diperlakukan dengan sedemikian hormat, dijaga sedemikian ketat, dikisahkan dengan khusyuk, hanya dalam upacara ritual dan hanya oleh para anggota (kepercayaan)

atau calon anggota.49

C. Makna Ritual

Ritual adalah pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala yang mempunyai ciri-ciri mistis. Ritual adalah perwujudan dari sebuah mitos. Melalui perwujudan ini, mitos membawa implikasi bagi kegiatan hidup manusia sekarang. Ritual mencerminkan apa yang penting dalam hidup seseorang dan memberinya arti. Sehingga kegiatan makan dapat menjadi ritual. Ketika seseorang makan, ini adalah sesuatu yang spesial. Dan mereka perlu berpikir demikian ketika makan. Tetapi mereka tidak akan tahu, kecuali mereka memikirkannya. Inilah maksud ritual. Ia memberikan kesempatan untuk menyadari apa yang orang kerjakan.

48 Dhavamony, Fenomenologi..., 163.

Inilah tujuan ritual, bahwa orang mengerjakan sesuatu dengan niat, dan bukan hanya seperti binatang, tanpa mengetahui apa yang dilakukan. Ritual adalah segenap tata cara yang dilakukan dalam sebuah upacara keagamaan. Ritual biasanya dilakukan baik pada benda maupun orang yang dianggap suci. Suci dalam hal ini mengandung pengertian memiliki daya magis. Ritual adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat yang mencakup kepercayaan, adat-istiadat, norma-norma artistik, kebiasaan, keahlian yang diperoleh bukan karena kreatifitasnya sendiri melainkan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal maupun informal. Ritual merupakan suatu bentuk upacara atau perayaan yang berkaitan dengan kepercayaan atau agama yang

ditandai dengan sifat khusus.50 Sifat khusus ini dapat dilihat dari tempat

penyelenggaraan yang khusus, waktu yang sakral, perbuatan yang luar biasa, dan berbagai peralatan ritual lainnya yang bersifat sakral. Ritual dijumpai pada upacara atau tatacara agama, dan ada pada semua agama. Ritual adalah teknik (cara, metode) yang membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci (sanctify the custom). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan agama. Ritual bisa pribadi atau berkelompok.

Ritual sebagai fenomena budaya yang kaya akan lambang pada hakekatnya bermakna ganda. Di satu sisi merupakan kegiatan yang berfungsi religius dan di sisi lain mempunyai fungsi sosial. Dikatakan bermakna religius karena berkaiatan dengan aspek supranatural dan dikatakan bermakna sosial karena kegiatan ritual tersebut melibatkan masyarakat pendukung kebudayaan. Ritual adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga berdasarkan tradisi dari suatu komunitas atau kelompok tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan.

Ritualitas sendiri secara etimologis berarti perayaan yang berhu-bungan dengan kepercayaan tertentu dalam suatu masyarakat. Secara terminologis ritualitas merupakan ikatan kepercayaan yang antarorang

50 Thomas O’Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengenalan Awal, terj. Yasogama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), 5.

yang diwujudkan dalam bentuk nilai bahkan dalam bentuk tatanansosial. Ritualitas merupakan ikatan yang paling penting dalam masyarakat beragama. Kepercayaan masyarakat dan prakteknya tampak dalam ritualitas yang diadakan oleh masyarakat. Ritualitas yang dilakukan bahkan dapat mendorong masyarakat untuk melakukan dan mentaati nilai dan tatanan sosial yang sudah disepakati bersama. Dengan bahasa lain, ritualitas memberikan motivasi dan nilai-nilai mendalam bagi seseorang yang mempercayai dan mempraktekkan. Ritual selalu terkait dengan simbol-simbol. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa tidak mungkin memahami bentuk, sifat, dan makna ritualitas masyarakat tanpa mengetahui secara mendalam simbol-simbol ritualitas yang digunakannya. Meskipun demikian istilah simbol dan ritualitas sebenarnya memiliki unsur-unsur yang saling menguatkan dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Terkait dengan ritual, ada lima kategori umum ritual, yaitu:

1) Technological Ritual; Tipe ritual yang pertama adalah yang bersifat teknologis. Fokusnya adalah kepada pencapaian suatu kendali atas kekuatan-kekuatan alam.

2) Therapeutic Rituals; Kedua adalah tipe ritual yang bersifat terapetik. Ini umumnya dirancang untuk mencegah atau mengatasi ketidak-beruntungan atau suatu penyakit.

3) Ideological Rituals; Ini merupakan tipe ketiga ritual yang bersifat ideologis. Ritual-ritual tersebut umumnya dirancang untuk memperkuat nilai-nilai yang ada di dalam sebuah kelompok.

4) Salvationary Rituals; Selanjutnya, tipe keempat ritual adalah ritual keselamatan (salvationary). Ritual semacam ini dirancang untuk menolong bergelutnya seseorang dengan urusan individual.

5) Revitalization Rituals; Tipe ritual yang kelima adalah jenis ritual yang diasosiasikan dengan gerakan-gerakan revitalisasi (revitalization

movements), yang dilakukan demi isi masyarakat secara keseluruhan

apa yang ritual-ritual keselamatan lakukan untuk individu.

Wujud dari ritual biasanya berbentuk aktifitas sebagai wujud adanya emosi keagamaan. Ritual dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya

terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang, mahkluk halus, dan dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan penghuni gaib lainnya. Ritual atau upacara religi biasanya berlangsung berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim, atau kadang-kadang saja. Jadi dapat disimpulkan ritual adalah perilaku dan sikap yang bisa berwujud upacara, pemujaan, ziarah, doktrin, larangan, pantangan, bersujud, berkorban, dan sebagainya dengan tujuan untuk memperoleh atau mendapatkan sesuatu yang diharapkan dan menghindari sesuatu yang tidak diinginkan dengan berdasarkan pada kepercayaan atau keyakinan yang ada. Ritus memiliki sifat turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Ritual atau upacara religi bersifat kosong tak bermakna, apabila tingkah laku manusia di dalamnya di dasarkan pada akal rasional dan logika, tetapi secara naluri manusia memiliki suatu emosi mistikal yang mendorongnya untuk berbakti kepada kekuatan tinggi yang anehnya tampak kongkret di sekitarnya dalam kaitan dengan alam. Mircea Eliade sudah menunjuk makna yang lebih dalam dari ritual. Menurutnya ritual mengakibatkan suatu perubahan ontologisme pada manusia dan mentransformasikannya kepada situasi keberadaan yang baru, misalnya; penempatan kedalam lingkup yang kudus. Pada dasarnya dalam makna religiusnya ritual merupkan gambaran prototype yang suci, model-model teladan, arketipe primodial; sebagaimana dikatakan ritual merupakan pergulatan tingkah laku dan tindakan makhluk Ilahi atau leluhur mistis. Ritual mengingatkan peristiwa-peristiwa primodial dan juga memelihara serta menyalurkan dasar masyarakat. Para pelaku menjadi setara dengan masa lampau yang suci dan melanggengkan tradisi suci secara memperhabarui fungsi-fungsi

dan hidup anggota kelompok tersebut.51

Dalam dokumen Keragaman perilaku beragama (Halaman 129-132)