• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perayaan Keagamaan dalam Konghucu

Dalam dokumen Keragaman perilaku beragama (Halaman 162-168)

PERAYAAN AGAMA-AGAMA

5. Perayaan Keagamaan dalam Konghucu

6) Hari Ulambana

Ulambana merupakan salah satu hari suci umat Buddhis yang

diselenggarakan pada tanggal pertama hingga ke-15 penanggalan Imlek. Pada hari tersebut, para Bhikku Sangha sedang menjalankan masa Vasa (retret selama Musim Hujan berlangsung). Setelah menjalankan masa tersebut, banyak bhikku yang mengalami peningkatan dalam kehidupan spritualnya sehingga menjadi «lahan teramat subur» untuk menanam kebajikan. Para umat Buddha yang memberikan persembahan kepada mereka akan memperoleh karma baik lebih besar daripada biasanya. Umat juga bisa melimpahkan jasa kebajikan yang diperoleh dari persembahan tersebut untuk roh leluhur mereka serta makhluk-makhluk yang menderita di alam preta (alam hantu kelaparan).

5. Perayaan Keagamaan dalam Konghucu

Ada beberapa perayaan keagamaan dalam agama Konghucu, yaitu: 1) 1 Cia Gwee: Tahun Baru Imlek

2) 9 Cia Gwee: Sembahyang Besar kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Sembahyang King Thi Kong.

3) 15 Cia Gwee: Cap Go Meh atau Saat Siang Gwan.

4) 18 Jie Gwee: Ci Sing Ki Sien atau Hari Wafat Nabi Khongcu. 5) 5 April: Ching Bing atau Hari Sadranan / ziarah.

6) 5 Go Gwee: Hari Twan Yang Ciat atau Peh Cun.

7) 15 Jit Gwee: Tiong Gwan atau Tiong Yang, sembahyang Arwah Leluhur. 8) 29 Jit Gwee: King Ho Ping atau Sembahyang Arwah Umum.

9) 15 Peh Gwee: Sembahyang Tiong Chiu.

10) 27 Peh Gwee: Ci Sing Tan atau Hari Lahir Nabi Khongcu.

11) 15 Cap Gwee: Hari He Gwan atau Sembahyang Besar bagi Malaikat Bumi (Hok Tik Cing Sien).

12) 22 Desember : Tang Cik atau Hari Genta Rohani.

13) 24 Cap Jie Gwee : Hari Persaudaraan atau Hari Kenaikan Malaikat Dapur (Co Kun).

14) 29 Cap Jie Gwee : Ti Sik atau Sembahyang Tutup Tahun atau Sem-bahyang Kepada Leluhur.

C. Ritual Peribadatan dalam Berbagai Agama 1. Ritual Peribadatan dalam Islam

Ada beberapa ritual peribadatan dalam Islam, yaitu:

1) Shalat

Secara bahasa, shalat berasal dari bahasa Arab, yang artinya “doa”. Doa yang dimaksudkan di sini adalah doa dalam hal kebaikan. Dari arti secara bahasa ini dapat dipahami bahwa bacaan-bacaan di dalam ibadah shalat itu merupakan rangkaian doa seorang Muslim kepada Allah Swt.

Sedangkan pengertian menurut syariat Islam, shalat adalah ibadah kepada Allah Swt. yang berupa perkataan dan perbuatan dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Berdasarkan pengertian shalat menurut syariat sebagaimana tersebut, seseorang yang mendirikan shalat harus tunduk kepada syarat dan rukun yang telah ditentukan. Di sinilah sesungguhnya penting bagi kaum Muslim untuk memperhatikan masalah ini dengan baik agar shalat yang dilakukannya sah menurut hukum syariat Islam.

Ada dua pembagian shalat dalam Islam berdasarkan hukumnya, yakni shalat fardhu (shalat yang hukumnya wajib) dan shalat sunnah (shalat yang bila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan tidak berdosa bila tidak dikerjakan). Adapun yang termasuk shalat fardhu ialah: shalat shubuh (2 raka’at), dzuhur (4 raka’at), ashar (5 raka’at), maghrib (3 raka’at), dan isya’(4 raka’at). Shalat tersebut disebut dengan shalat 5 waktu. Selain itu juga ada shalat Jum’at yang wajib dikerjakan bagi umat Islam laki-laki pada hari Jum’at di waktu dzuhur. Sedangkan yang termasuk shalat sunnah ialah: shalat sunnah tahajud, shalat sunnah dhuha, shalat sunnah hajat, shalat sunnah istikharah, dan lain-lain.

2) Puasa

Dalam Islam, puasa dikenal dengan nama “shauum” atau “shiyaam”. Secara bahasa, puasa diartikan dengan menahan. Adapun puasa dalam pengertian terminologi agama adalah menahan diri dari makan, minum dan semua perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, dengan syarat-syarat tertentu. Sedangkan menurut

syariat Islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari/fajar/ subuh hingga matahari terbenam/maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya.

Ada beberapa macam puasa dalam Islam berdasarkan hukumnya, yakni: puasa fardhu (wajib) dan puasa sunnah. Yang termasuk puasa wajib adalah:

a) Puasa Ramadhan: Puasa Ramadhan hukumnya adalah wajib bagi orang yang sehat. Sedangkan bagi yang sakit atau mendapat halangan dapat membayar puasa ramadhan di lain hari selain bulan ramadan. Puasa ramadhan dilakukan selama satu bulan penuh di bulan ramadhan kalender hijriah/Islam.

b) Puasa Nazar: Untuk puasa nazar hukumnya wajib jika sudah niat akan puasa nazar. Jika puasa nazar tidak dapat dilakukan maka dapat diganti dengan memerdekakan budak/hamba sahaya atau memberi makan/pakaian pada sepuluh orang miskin. Puasa nazar biasanya dilakukan jika ada sebabnya yang telah diniatkan sebelum sebab itu terjadi. Nazar dilakukan jika mendapatkan suatu nikmat/keberhasilan atau terbebas dari musibah/malapetaka. Puasa nazar dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas ni’mat dan rizki yang telah diberikan.

Sedangkan yang termasuk puasa sunnah adalah:

a) Puasa Syawal: Puasa syawal dikerjakan pada 6 hari di bulan Syawal. Puasa syawal boleh dilakukan pada 6 hari berturut-turut setelah lebaran idul fitri.

b) Puasa Arafah: Puasa arafah adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 di bulan Dzulhijah untuk orang-orang yang tidak menjalankan ibadah haji.

c) Puasa Asyura: Puasa asyura adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 di bulan Muharam.

d) Puasa Sya’ban: Puasa Sya’ban adalah puasa yang dikerjakan pada bulan Sya’ban.

e) Puasa Rajab: Puasa Rajab adalah puasa yang dikerjakan pada bulan Rajab.

f) Puasa Senin Kamis: Puasa Senin Kamis adalah puasa yang dikerjakan pada hari Senin dan Kamis.

Dan lain-lain.

3) Zakat

Zakat secara bahasa artinya adalah mensucikan. Sedangkan menurut pengertian terminologi agama adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya)

menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara’.27 Zakat merupakan

rukun ketiga dari rukun Islam.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti shalat, haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan al-Quran dan sunnah. Zakat juga merupakan sebuah kegiatan sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia di mana pun.

Zakat terbagi atas dua jenis yakni:

a) Zakat fitrah: Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan yang berupa makanan pokok. Besar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5 Kg.

b) Zakat maal (harta): Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

Zakat diberikan kepada:

a) Fakir: Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.

27 Furoida dkk, Sistem pendukung Keputusan Penerima Zakat dengan Metode Simple Additive Weighting, http://eprints.undip.ac.id/60604/ (20 April 2017).

b) Miskin: Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.

c) Amil: Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.

d) Mu’allaf: Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.

e) Hamba sahaya: Budak yang ingin memerdekakan dirinya

f) Gharimin: Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya.

g) Fisabilillah: Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dan sebagainya)

h) Ibnu Sabil: Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.

4) Haji

Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’, haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka’bah dan Mas’a (tempat sa’i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa’i, wuquf, mabit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.

Hal-hal yang mewajibkan haji: a) Islam

b) Baligh c) Berakal d) Merdeka

e) Mampu: Meliputi kemampuan materi dan fisik.

f) Dan bagi perempuan ditambah dengan satu syarat yaitu adanya

mahram yang pergi bersamanya. Sebab haram hukumnya jika ia pergi

Adapun rukun haji adalah:

a) Ihram, Yaitu mengenakan pakaian ihram dengan niat untuk haji atau umrah di Miqat Makani.

b) Wukuf di Arafah, yaitu berdiam diri, zikir dan berdo’a di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.

c) Tawaf Ifadah, Yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali, dilakukan

sesudah melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijah.

d) Sa’i, yaitu berjalan atau berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah

sebanyak 7 Kali, dilakukan sesudah Tawaf Ifadah.

e) Tahallul, yaitu bercukur atau menggunting rambut sesudah selesai melaksanakan Sa’i.

f) Tertib, yaitu mengerjakannya sesuai dengan urutannya serta tidak ada yang tertinggal.

Yang termasuk wajib haji adalah:

a) Niat Ihram, untuk haji atau umrah dari Miqat Makani, dilakukan

setelah berpakaian ihram.

b) Mabit (bermalam) di Muzdalifah pada tanggal 9 Zulhijah (dalam

perjalanan dari Arafah ke Mina).

c) Melontar Jumrah Aqabah tanggal 10 Dzulhijjah.

d) Mabit di Mina pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).

e) Melontar Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).

f) Tawaf Wada’, Yaitu melakukan tawaf perpisahan sebelum

meninggalkan kota Mekah.

g) Meninggalkan perbuatan yang dilarang waktu ihram. 2. Ritual Peribadatan dalam Kristen

Dalam gereja-gereja Kristen ada dua pola besar dalam hal peribadatannya, yaitu:

1) Ibadah model liturgis

Ibadah ini tergantung pada serangkaian pola ibadah (liturgi) yang telah dikuduskan melalui pelaksanaannya dalam jangka waktu lama.

Misalnya, ibadah dalam gereja ortodoks timur disesuaikan dengan ibadah pada abad keempat.

2) Ibadah model non-liturgis

Ibadah ini merupakan salah satu ibadah yang digunakan oleh sebagian besar gereja-gereja protestan. Ibadah ini menekankan kebebasan dalam melakukan nyanyian pujian, doa spontan, pembacaan Alkitab, dan khotbah.

Dalam agama Kristen, ada beberapa do’a, yaitu: 1) Do’a Tuhan

Yaitu do’a yang ditujukan kepada Tuhan. Do’a ini merupakan do’a yang paling dikenal oleh umat Kristen dari semua sekte dan tradisi. Do’a ini meliputi: do’a pujian bagi Allah, do’a tobat, do’a meminta agar dikabulkan keinginannya, do’a syukur, dan lain-lain.

2) Do’a Salam Maria

Yaitu do’a pujian bagi perawan Maria. Do’a ini digunakan oleh umat Kristen Katolik Roma dan Ortodoks.

3) Do’a Yesus

Do’a ini didasarkan pada pengulangan nama Yesus. Do’a Yesus lebih banyak digunakan dalam Gereja Ortodoks. Bentuk umum dari do’a tersebut berasal dari abad keenam. Do’a ini merupakan pernyataan pujian kepada Yesus sebagai Putra Allah yang akan membebaskan manusia dari segala rupa dosa.

Dalam dokumen Keragaman perilaku beragama (Halaman 162-168)