• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Upacara Religius dalam Buddha

Dalam dokumen Keragaman perilaku beragama (Halaman 102-105)

RITUAL KEAGAMAAN PERSPEKTIF TEORI

A. Teori-Teori Ritual Keagamaan

4. Makna Upacara Religius dalam Buddha

4. Makna Upacara Religius dalam Buddha

1) Yu Fo

Upacara Yu Fo atau bagi masyarakat umum dikenal dengan istilah pemandian rupang (patung) Buddha selalu menjadi pemandangan menarik yang umumnya digelar sebelum detik-detik Waisak digelar. Karena selalu menjadi ritual yang mendapat atensi besar dari umat Buddha.

Yu Fo adalah kegiatan pemandian rupang Buddha sebagai wujud

penghormatan kepada Sang Buddha dan sebagai wujud membersihkan diri dari kekotoran batin. Sewaktu acara Yu Fo dimulai, semua barisan dengan tertib beranjali dan melakukan penghormatan kepada Sang Buddha dengan menyentuhkan kedua tangan ke air wewangian di altar sebagai wujud membersihkan batin mereka dari kekotoran dan kegelapan batin dan bangkit untuk membabarkan dharma demi menyebarkan cinta

kasih dan melenyapkan penderitaan.36

Dengan melakukan Yu Fo umat Buddha dapat meningkatkan keyakinan yang pada giliran selanjutnya minimal akan teringat ajaran Buddha, yaitu: hindari perbuatan buruk; lakukan perbuatan baik; dan terus melatih diri dengan renungan serta meditasi agar emosi dan keegoisan terkendali.

2) Vipassana

Kalimat Vipassana terdiri dari pada dua suku kata yaitu vi dan

pasana. Vi berarti lebih dari satu/beraneka ragam sedangkan Passana

berarti mengamati, mengetahui, melihat, memperhatikan, menyadari. Apabila kedua suku kata ini digabungkan maka Vipassana berarti: dengan perhatian penuh, menerima, berminat, pasrah dan bersemangat mengamati setiap timbul dan lenyapnya fenomena-fenomena dari pada jasmani dan batin secara berkesinambungan.

Vipassana adalah salah satu bentuk meditasi dalam agama Buddha.

Tujuan dari melakukan vipassana sendiri adalah untuk melenyapkan keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kegelapan batin (moha),

36 Mettayani, “Waisak 2555: Tzu Chi Pekanbaru”, dalam http://www.tzuchi.or.id/ view_berita.php?id=2085 (2 Mei 2017).

sehingga tercapai pembebasan dari kelekatan pada jasmani dan batin (nama-rupa); pembebasan itu disebut ‘Nibbana/Nirvana’.

Vipassana dalam bahasa Sansekerta berarti melihat sesuatu seperti

apa adanya dan bukan seperti apa yang dikehendaki. Tujuannya untuk mencapai kehidupan yang harmonis dan bahagia. Meditasi ini berasal dari India. Setelah lama menghilang, meditasi Vipassana ditemukan kembali oleh Buddha Gautama lebih dari 2.500 tahun lalu. Teknik ini adalah proses pemurnian diri melalui pengamatan diri sendiri. Tujuannya adalah mencabut secara total kotoran mental dan menghasilkan kebahagiaan tertinggi. Penyembuhan bukan hanya pada penyakit. Pembebasan penderitaan manusia adalah tujuan utamanya. Hal ini bisa dialami langsung dengan perhatian yang serius pada sensasi tubuh, pada yang membentuk kehidupan tubuh ini, serta pada yang terus-menerus berhubungan dan membentuk kehidupan batin. Perjalanan dengan dasar pengamatan, penjelajahan diri sendiri inilah yang membawa ke akar batin dan tubuh, melarutkan kekotoran mental, dan menghasilkan batin yang seimbang, penuh cinta dan kasih.

Sesungguhnya Vipassana adalah sebuah seni hidup yang membasmi tiga penyebab dari semua ketidakbahagiaan, yaitu nafsu keinginan, kemarahan, dan ketidaktahuan. Dengan praktik terus-menerus, meditasi akan membebaskan ketegangan yang ditumpuk dalam kehidupan sehari-hari, membuka belenggu kebiasaan lama yang bereaksi dengan cara yang tak seimbang terhadap situasi yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Dengan demikian, ia mengembangkan energi positif dan kreatif demi penyempurnaan individu dan masyarakat pada umumnya.

Michele Keene secara sederhana memberikan gambaran Vipassana sebagai meditasi yang dilakukan untuk memberikan pemahaman mendalam akan kebenaran terhadap hal-hal yang dapat berubah-ubah

(anicca), penderitaan (dukkha), dan ketidakabadian jiwa (anatman).37

3) Sujud (Namaskara/Namakara)

Sujud atau dalam istilah Buddhis lebih dikenal sebagai namakara atau namaskara dilakukan dengan menyentuhkan dahi di lantai di antara

37 Michael Keene, Agama-Agama Dunia, terj. F. A. Soeprapto (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 81.

kedua telapak tangan. Sujud adalah salah satu tradisi India tempat Agama Buddha berasal. Sujud dalam Agama Buddha dapat disetarakan dengan bersalaman dalam tradisi Eropa. Bahkan, lebih luhur daripada sekedar bersalaman, sujud menjadi lambang sikap merendah. Kepala yang biasa di atas, kini diposisikan di bawah, sejajar dengan telapak kaki dan tangan. Ketika seseorang mampu melakukan tindakan tersebut, ia sudah berusaha melatih mengurangi ego atau keakuan. Ia sudah mulai meningkat kualitas batinnya. Ia mulai menyadari bahwa di luar dirinya terdapat fihak-fihak yang layak mendapatkan penghormatan. Oleh karena itu, sujud dapat dilakukan selain terhadap Buddharupang atau arca Buddha, juga dapat dilakukan kepada orangtua, kakak, guru dan tentu saja, kepada para

bhikkhu anggota Sangha yang juga merupakan sesama manusia.38

Selain mengurangi keakuan, sujud dapat pula menjadi sarana menambah kebajikan melalui badan, ucapan serta pikiran. Pada saat bersujud, seseorang hendaknya melakukan dengan konsentrasi penuh. Dengan demikian, ia telah melakukan kebajikan melalui badan, yaitu menghormat mereka yang patut di hormat. Ia juga melakukan kebajikan dengan ucapan dan pikiran, karena pada saat bersujud, ia mungkin menyebut dalam batin kalimat ‘Semoga semua mahluk berbahagia’. Jadi, semakin sering seseorang bersujud, semakin banyak pula kebajikan yang ia lakukan dengan badan, ucapan dan pikiran. Oleh karena itu, dalam tradisi Buddhis, sujud justru dianjurkan dilakukan sesering mungkin, bukan hanya waktu perayaan Kathina. Umat Buddha terbiasa bersujud di depan altar Buddha ketika datang ke vihara dan hendak meninggalkan vihara. Umat Buddha juga boleh bersujud kepada para bhikkhu saat

bertemu di vihara atau hendak berpamitan.39

Meskipun dalam Agama Buddha sujud dianjurkan untuk sering dilakukan, namun sujud bukanlah keharusan. Seorang umat Buddha hendaknya menyadari terlebih dahulu manfaat sujud untuk peningkatan kualitas dirinya sendiri, bukan untuk Buddharupang maupun para bhikkhu. Buddharupang maupun para bhikkhu tidak bertambah baik

38 Bikkhu Uttamo, “Sepuluh Tanya Jawab dengan Bikkhu Uttamo”, dalam http:// www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/tanya-jawab-dengan-bhikkhu-uttamo-02/ (2 Mei 2017).

ketika mendapatkan sujud dari umat Buddha. Namun, umat Buddha sendirilah yang mendapatkan kebajikan serta berkurang keakuannya

ketika melakukan sujud kepada Buddharupang maupun para bhikkhu.40

4) Bhavana

Secara sederhana, Bhavana diartikan dengan latihan dan pengembangan mental. Bhavana terkait dengan meditasi. Bhavana memang sebenarnya berarti melatih dan mengembangkan mental dalam arti yang luas. Makna dan tujuan Bhavana adalah untuk membersihkan pikiran dari kekotoran batin dan rintangan-rintangan, seperti keinginan hawa nafsu, kebencian, keinginan jahat, kemalasan, kejengkelan dan ketegangan, keragu-raguan dan melatih konsentrasi, kesadaran, kecerdasan, kemauan, kekuatan, kemampuan untuk menganalisa, keyakinan, kegembiraan, ketenangan, sehingga akhirnya menuju tercapainya kebijaksanaan tertinggi dan dapat melihat benda-benda dalam keadaan yang sebenarnya/sewajarnya dan

menyelami Kesunyataan Mutlak, Nibbana.41

Dalam dokumen Keragaman perilaku beragama (Halaman 102-105)