• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Ritual dalam Pandangan Budha

Dalam dokumen Keragaman perilaku beragama (Halaman 193-197)

TUJUAN PELAKSANAAN RITUAL AGAMA

D. Tujuan Ritual dalam Pandangan Budha

dan semakin kuat visi batin yang mereka dapatkan. Impresi mental yang kuat ini kemudian secara perlahan dapat mengurangi sifat buruk seperti egoisme yang berlebihan dan perilaku buruk yang mementingkan diri sendiri. Seperti inilah sebuah ritual Veda disusun untuk memperbaiki

seluruh aspek kehidupan.32

Salah satu ritual Hindu yang terpenting adalah Nitya-homam dan

Tarpanam. Tetapi sayangnya oleh pengaruh modernisasi telah mulai

ditinggalkan atau dilaksanakan tanpa diketahui maknanya. Akhirnya keduanya ini dianggap sebagai sesuatu yang asing, atau apabila masih dilaksanakan, hanyalah sebatas kebiasaan saja. Padahal kedua upacara ini sangatlah penuh kekuatan, sangat berguna, dan sangat dianjurkan bagi setiap orang yang ingin kemajuan rohani dengan cepat.

Melalui Homam, Tuhan dan para devata dimohonkan agar hadir secara rohani dalam api dan dipuaskan dengan berbagai persembahan serta mantra. Pelaksanaan Nitya-homam atau persembahan api suci secara teratur dan berkesinambungan akan dapat meningkatkan api rohani yang berkobar dalam tubuh halus, membakar segala halangan dan rintangan yang menghambat kemajuan spiritual, memberikan kejernihan batin, dan membuat pikiran menjadi fokus serta selalu stabil.

Kemudian melalui Tarpanam, para devata, para rishi yang suci, dan para leluhur dimohonkan agar hadir di dalam air dan dapat dipuaskan dengan persembahan yang dihaturkan kepada mereka. Pelaksanaan

Tarpanam secara teratur akan dapat menguraikan dan melepaskan berbagai

ikatan-ikatan karma yang menimbulkan berbagai kelemahan dalam hidup ini. Kelemahan dan kekurangan itu sendiri dapat menghambat kemajuan

pencapaian duniawi maupun rohani seseorang.33

D. Tujuan Ritual dalam Pandangan Budha

Di dalam agama Buddha, yang dimaksud dengan ritual buddhis adalah semua kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan peningkatan

32 Dasanrangarajan, “Ritual Hindu Bukan Sesuatu yang Memberatkan”, dalam http://dharmadvar.blogspot.com/2009/05/ritual-hindu-bukan-sesuatu-yang. html (23 April 2013).

keyakinan terhadap agama Buddha. Ritual buddhis meliputi puja bhakti atau kebaktian yang biasa dilakukan setiap minggu atau upacara-upacara tertentu seperti pelimpahan jasa, berulang-ulang mengucapkan nama Buddha dengan sepenuh hati, Pai Chan (ksamayati), dan sebagainya.

Sudah sejak dahulu ritual-ritual tertentu dijalankan oleh umat Buddha sesuai dengan tradisi atau budaya tertentu. Di Asia Timur sebagian besar buddhisnya adalah pengikut tradisi Mahayana yang mempunyai ritual yang sangat beragam, kompleks dan banyak. Sedangkan di Asia Tenggara di mana tradisi Theravada tumbuh subur, juga memiliki ritual buddhis, namun tidak serumit Mahayana. Di Tibet terdapat tradisi ritual buddhis yang kompleks sebagai basis Buddhisme Vajrayana.

Ritual yang wajib dilakukan menjelang Tri Suci Waisak. Ritual dengan makna penyucian diri ini, identik dengan umat Buddha beraliran Mahayana. Ritual Yu Fo atau bagi masyarakat umum dikenal dengan istilah pemandian rupang (patung) Buddha selalu menjadi pemandangan menarik yang umumnya digelar sebelum puncak detik-detik Waisak digelar. Karena selalu menjadi ritual yang mendapat atensi besar dari umat Buddha. Seperti yang terlihat dalam perayaan Waisak yang digelar Sangha Mahayana Indonesia beberapa hari sebelum puncak perayaan Waisak 28 Mei 2012 lalu. Ribuan umat Buddha dengan rapi mengantri untuk melakukan ritual Yu Fo ini. Rupang Buddha harus ditaruh di atas kolam kecil. Umat yang mengantri kemudian mengambil air dari kolam kecil itu dan menyirami rupang Buddha di hadapan mereka sambil tak lupa berdoa. Sejarah pemandian rupang Buddha dalam tradisi Buddha Mahayana ada untuk menandai kelahiran Pangeran Siddharta (Lebih dikenal Buddha) yang diyakini lahir seminggu sebelum purnama tanggal 8 bulan 4 penanggalan Lunar (Chinese kalender).

Alasan mengapa seseorang atau umat melakukan ritual adalah sebagai berikut:

a. Dapat meningkatkan keyakinan yang pada giliran selanjutnya minimal akan teringat ajaran Buddha: hindari perbuatan buruk, lakukan perbuatan baik, dan terus melatih diri dengan renungan serta meditasi agar emosi dan keegoisan terkendali.

b. Dengan melakukan puja bakti atau kebaktian hendaknya seseorang mengerti makna dibalik ritual yang dilakukannya. Seperti berdana untuk mengikis keegoisan dan kemelekatan, membaca sutta Pali atau sutra Sansekerta atau mantera Mandarin harus diikuti dengan pengertian terhadap arti di baliknya yang positif.

E. Daftar Pustaka Buku & Jurnal

Al-'Utsaimin, Syaikh Muhammad B. Soleh. Asy-Syarhul Mumti' 'ala

Zaadul Mustaqni', jilid 7. Mesir: Daar Ibnul Jauzi, 2009.

Atang, Abdul Hakim & Jaih mubarok. Metode Studi Islam, cet.1. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.

Bridge, Donald & David Phypers, The Meal that Unites?. USA: Harold Shaw Publisher, 1981.

Cantalamessa, Raniero. Ekaristi Gaya Pengudusan Kita. Flores: Nusa Indah, 1994.

Djamari. Agama Dalam Perspektif Sosiologis. Bandung: Alfabeta, 1995. Heyer, C.J. Den. Perjamuan Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1. Jakarta:

UI Press, 1985.

Rachman, Rasid. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001. SJ., Adolf Heuken. Ensiklopedi Gereja Jilid V. Jakarta: Yayasan Cipta Loka

Caraka, 2005.

Wasim, Alef Theria. “Zakat dalam Agama Islam” dalam Lima Titik Temu

Agama-Agama, ed. Pieternella van Doorn-Harder, dkk. Yogyakarta:

Duta Wacana University Press, 2000. Website

Dasanrangarajan, “Ritual Hindu Bukan Sesuatu yang Memberatkan”, dalam http://dharmadvar.blogspot.com/2009/05/ritual-hindu-bukan-sesuatu-yang.html (23 April 2013).

Muhtar Shalihin, “Format Ritual dalam Etika Islam”, dalam http://www. tasawufpsikoterapi.web.id/2013/04/format-ritual-dalam-etika-islam. html (23 April 2013).

Qultum Media Penerbit Buku Islami, “Fungsi dan Tujuan Zakat”, dalam http://qultummedia.com/Artikel/Muamalat/fungsi-dan-tujuan-zakat.html (24 April 2013).

Yusuf Qardhawi, “Hikmah Puasa dalam Pengeratian Ibadah Islam”, dalam http://fiqihpuasa.blogspot.com/2012/07/hikmah-puasa-dalam-pengertian-ibadah.html (23 April 2013).

BAB VII

PRAKTIK RITUAL BUDAYA AGAMA

Dalam dokumen Keragaman perilaku beragama (Halaman 193-197)