• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA GURU MUSLIM

Ferry Novliadi dan Arief Tri Prabowo

Universitas Sumatera Utara 10118atp@gmail.com

ABSTRAK

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dapat ditingkatkan apabila religiusitas guru tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Sampel penelitian ini adalah guru yang beragama Islam, mengajar di sekolah berlandaskan Islam, dan telah bekerja minimal 2 tahun dengan sampel penelitian berjumlah 168 guru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan berupa skala

Organizational Citizenship Behavior (OCB) berdasarkan teori yang dikemukakan Organ, Padzakoff, Mackenzie (2006) dan skala religiusitas berdasarkan teori yang dikemukakan Fetzer (1999). Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan metode regresi sederhana. Hasil penelitian ini diperoleh adanya pengaruh positif religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) (R2 = 0,182, p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa religiusitas berkonstribusi dalam meningkatkan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

Kata-kata kunci: Religiusitas, organizational citizenship behavior (OCB), guru muslim

Pada dasarnya organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik akan menjadikan organisasi mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cushway, 2002). Pembenahan diri organisasi dapat dilakukan dengan mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa kerja yang baik yang akan meningkatkan produktivitas organisasi (Mufunda, 2006). Sehingga setiap job description yang ada akan dikerjakan dengan maksimal.

Namun saat ini, perilaku yang menjadi tuntutan organisasi tidak hanya perilaku yang sesuai dengan job description atau in-role saja, tetapi juga perilaku

extra-role yaitu kontribusi peran ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan dari perusahaan. Perilaku extra-role ini disebut juga dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan kontribusi di luar peran formal yang ditampilkan oleh seorang karyawan dan tidak mengharapkan imbalan atau hadiah formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan dan efektivitas organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006).

Tidaklah mudah seorang pekerja dapat bertindak extra role dalam pekerjaanya. Kebanyakan memang para pekerja hanya bekerja sesuai dengan role yang telah ditetapkan saja. Namun, terkadang tetap ada orang yang mampu bekerja secara

extra-role. Tentu saja hal ini sangat bermanfaat sekali untuk organisasi. Sehingga perilaku tersebut harus mendapatkan perhatian dan penghargaan khusus agar anggota dalam organisasi terus terpacu untuk melakukan OCB, misalnya dengan mencatat perilaku OCB sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja karyawan (Newstrom & Davis, 2002; Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006).

Prosiding Seminar Nasional: Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan

Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006) bahwa terdapat dimensi-dimensi dalam Organizational Citizenship Behavior (OCB), yaitu: altruism

(perilaku membantu) courtesy (perilaku menghormati orang lain),

conscientiousness (perilaku melakukan usaha melebihi harapan perusahaan),

sportsmanship (perilaku tidak suka protes dan mengeluh), civic virtue (perilaku berpartisipasi aktif dalam perusahaan), cheerleading (rendah hati), peacemaking

(perilaku mencari solusi dalam masalah perusahaan). Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006), berpendapat bahwa dimensi altruism, courtesy, cheerleading, dan peacemaking dapat digabung menjadi satu dimensi yaitu dimensi helping behavior karena berkaitan dengan perilaku menolong orang lain dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada serta menyangkut pekerjaan di organisasi. Oleh karena itu maka pengukuran OCB dapat dilakukan dengan menggunakan empat dimensi saja yaitu helping behavior, conscientiousness, sportsmanship, dan

civic virtue.

Di dalam dimensi tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya orang yang melakukan OCB akan berkerja tanpa ada paksaaan, sangat bertanggung jawab, dan giat dalam setiap aktivitas pekerjaan. Menurut Uyun (1998) agama sangat mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya serta giat berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik. Sehingga dengan landasan agama setiap orang didorong untuk berperilaku OCB dalam bekerja. Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain religi, religion

(Inggris), religie (Belanda), religio (Latin), dan dien (Arab).

Orang yang beragama disebut juga orang yang religius. Makna religiusitas menurut Fetzer (1999) adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan. Oleh karena itu doktrin yang dimiliki setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya. Menurut Nashori dan Mucharam (2002) religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seperapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam. Dari pengertian yang ada, dapat disimpulkan bahwasanya religiusitas merupakan kepercayaan atau keyakinan individu terhadap ajaran agama Islam yang berasal dari hati nurani pribadi seseorang yang diaplikasikan dalam bentuk komitmen ibadah dan pengamalan nilai-nilai hidup sehari-hari. Komitmen ibadah dalam hal ini bukan hanya sebatas sholat, puasa, zikir dan ibadah lain yang bersifat ketuhanan, namun pada ibadah yang diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari, contohnya dalam hal berkerja yang akan menjadi ibadah jika memiliki niat hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Salah satu bentuk komitmen ibadah dan pengalaman nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang ada di dalam teori religiusitas dapat terlihat di dalam perilaku OCB. Di dalam teori OCB terdapat dimensi helping behavior yang di dalamnya terdapat perilaku saling tolong- menolong. Menurut Batson dan Brown (2005) bahwa orang yang beragama memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk

membantu orang lain, dibanding orang yang tidak mengenal agama. Perilaku

conscientiousness yang ditandai dengan usaha agar melebihi harapan dari organisasi secara sukarela juga muncul ketika religiusitas tinggi, religiusitas dalam agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja secara sukarela dan bekerja secara maksimal tanpa harus mengaharapkan imbalan dari organisasi namun mengharapkan ridho Allah SWT, hal ini juga sesuai dengan penelitian yang menyimpulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai komitmen religius yang tinggi menghabiskan waktu kerja sukarela (Benson, 2004;Wahyudin, dkk. 2013). Perilaku prososial yang menjadi bagian dari OCB ternyata juga dapat meningkat ketiga religiusitas tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Haryati (2013) juga menyebutkan religiusitas memiliki pengaruh terhadap perilaku prososial.

Salah satu pekerjaan yang di dalamnya menuntut seseorang harus berperilaku OCB adalah guru. Menurut Prihatsanti (2010) peran guru dalam lingkungan sekolah adalah mengajar dan mendidik. Guru berperan sebagai orang yang mengajarkan tentang ilmu-ilmu yang harus dimengerti oleh muridnya. Sedangkan dalam peran mendidik guru harus membimbing dan membina anaknya agar menjadi manusia yang cakap, aktif kreatif, dan mandiri. Guru juga harus menjalankan tugas

tambahan seperti tugas menjadi ―orang tua‖ untuk anak-anak muridnya. Hal ini terkadang harus menyita waktu dan usaha lebih diluar waktu kerja seorang guru. Sesuai dengan pernyataan Schultz (2006) bahwa OCB melibatkan usaha ekstra yang melebihi persyaratan minimum dari pekerjaan.

Nilai religiusitas sebagai seorang guru juga tidak dapat ditinggalkan karena memegang peranan penting guna meningkatkan kinerja guru, apalagi guru yang beragama Islam. Guru yang memiliki religiusitas akan menjelma menjadi pribadi yang memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan yang tinggi sehingga menjadikan guru menjadi seorang yang taat beribadah, jujur, amanah dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dalam hal ini mengajar dan mendidik (Amriullah, 2008). Sebenarnya penelitian ini pernah diteliti oleh Wahyudin.,

Pradisti., Sumarsono., & Wulandari (2013) dengan judul ―dimensi religiusitas dan

pengaruhnya terhadap organizational citizenship behavior (Studi pada Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto) namun dalam penelitian ini tidak diperoleh adanya pengaruh yang signifikan antara religiusitas dan organizational citizenship behavior. Sehingga peneliti ingin meneliti kembali dengan sampel yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu pada guru yang beragama Islam.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional. Tujuan metode penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2003). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan skala OCB dan religiusitas.

Prosiding Seminar Nasional: Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan Subjek

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan terhadap 168 subjek dengan karakteristik:

a. Guru yang beragama Islam b. Mengajar di sekolah Islam

c. Sudah mengajar minimal dua tahun.

Prosedur

Prosedur dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan. Tahapan persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahaan data penelitian. Pada tahap persiapan penelitian dilakukan pembuatan alat ukur, permohonan izin, uji coba alat ukur, dan revisi alat ukur. Kemudian pelaksanaan penelitian dengan memberikan skala penelitian. Lalu pengolahan data penelitian dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17 for windows.

HASIL

Uji Normalitas

Hasil uji normalitas terhadap variabel Organizational Citizenship Behavior

(OCB) diperoleh nilai p = 0,075. Hasil menunjukkan bahwa nilai p (0,075) > 0,05 maka data dari OCB terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas terhadap variabel religiusitas diperoleh p = 0,311. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai p (0,311) > 0,05 maka data dari variabel religiusitas terdistribusi secara normal.

Uji Linearitas

Hasil uji linieritas pada kedua variabel penelitian diperoleh nilai F = 36,943 dan nilai p = 0,000. Hasil menunjukkan bahwa nilai p (0,000) < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang linier.

Regresi

Berdasarkan hasil perhitungan p = 0,000. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis diterima (Field, 2009). Pada penelitian ini nilai p (0,000) < 0,05 maka hipotesis diterima. Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,182 atau 18,2%. Koefisien regresi 0,427 yang berarti semakin tinggi religiusitas individu maka semakin tinggi Organizational Citizenship Behavior

(OCB) yang ia lakukan. Persamaan garis regresi pada penelitian ini adalah Y = 25,258, 0,143X. Organizational Citizenship Behavior (OCB) dilambangkan dengan (Y) dan religiusitas dilambangkan dengan (X). Berdasarkan persamaan garis regresi dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar 25,258 artinya jika religiusitas (X) bernilai 0 maka Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Y) bernilai positif sebesar 25,258. Koefisien regresi variabel religiusitas (X) sebesar 0,143, artinya jika skor pada variabel religiusitas mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka Organizational Citizenship Behavior (OCB) akan mengalami kenaikan sebesar 0,143.

DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim. Pertama, perilaku altruism yang terdapat dalam dimensi

Organizational Citizenship Behavior (OCB) ternyata dapat meningkat ketika religiusitas tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Saputro, 2006; Wahyudin dkk, 2013) yang menguji pengaruh religiusitas mahasiswa terhadap perilaku sukerela (altruisme). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa mahasiswa yang religius akan selalu berusaha melakukan perbuatan baik secara sukarela seperti menolong orang lain atau mencintai orang lain yang termasuk ke dalam perilaku OCB.

Kedua, perilaku conscientiousness yang ditandai dengan usaha agar melebihi harapan dari organisasi secara sukarela juga muncul ketika religiusitas tinggi, religiusitas dalam agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja secara sukarela dan bekerja secara maksimal tanpa harus mengaharapkan imbalan dari organisasi namun mengharapkan ridho Allah SWT, hal ini juga sesuai dengan penelitian yang menyimpulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai komitmen religius yang tinggi menghabiskan waktu kerja sukarela (Benson, 2004;Wahyudin, dkk. 2013).

Ketiga, perilaku prososial yang menjadi bagian dari OCB ternyata juga dapat meningkat ketiga religiusitas tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Haryati (2013) juga menyebutkan religiusitas memiliki pengaruh terhadap perilaku prososial. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa perawat yang memiliki religiusitas yang tinggi maka akan meningkatkan perilaku prososial yang meliputi peduli terhadap orang lain untuk berbagi, bekerja sama, menolong serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain dengan suka rela.

Keempat, motivasi untuk terus berprestasi sehingga guru melakukan apa saja agar organisasinya menjadi lebih baik juga mincul ketika religiusitas tinggi. Sesusai dengan penelitian Bakhri (2011) menyatakan religiusitas berpengaruh terhadap motivasi berprestasi. Religiusitas akan membuat karyawan lebih memiliki motivasi dalam berprestasi karena memang motivasinya hanya tertuju kepada Allah SWT.

REFERENSI

Amriullah. (2008). Religiusitas dan kecerdasan emosional dalam kaitannya dengan kinerja guru di MAN 2 Banjarmasin. Tesis.

Bakhri. (2011). Pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi berprestasi karyawan kogas strategic alliance. Skripsi.

Cushway, B. (2002). Human resources management. Jakarta: PT. Gramedia.

Group, F. I. (1999). Multidimensional measurement of religiusness, spiritually for use in health research. Kalamazo: Fetzer Institude and National Institude on Aging.

Prosiding Seminar Nasional: Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan

Haryati, T. (2013). Kematangan emosi, religiusitas dan perilaku prososial perawat di rumah sakit. Persona Jurnal Psikologi Indonesia , 2(2), 162-172.

Mufunda, J. (2006). Performance appraisal system impact on university academic staff job satisfication and productivity. Performance Improvement Quarterly,

19, 117-126.

Nashori, F. M. (2002). Mengemban kreativitas dalam perspektif psikologi Islami. Yogyakarta: Menara Kudus.

Organ, D. W., Podsakoff, P. M., & MacKenzie, S. B. (2006). Organizational citizenship behavior: its nature, antecedents, and consequences. Amerika: SAGE Publication.

Prihatsanti. (2010). Hubungan antara iklim organisasi dan organizational citizenship behavior (OCB) pada guru SD negeri di kecamatan Mojolaban Sukoharjo 20. Jurnal Psikologi Undip ,7(1), 122.

Schultz, D., & Schultz, S. (2006). Psychology and work today. New Jersey: Pearson Education Inc.

Suryabrata. (2003). Metodologi penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uyun, Q. (1998). Religiusitas dan motif berprestasi mahasiswa. Jurnal Psikologika,

3(6).

Wahyudin, Prasidi, Sumarsono, & Wulandari. (2013). Dimensi religiusitas dan pengaruhnya terhadap organizational citizenship behavior (studi pada universitas jenderal soedirman purwokerto). Jurnal & Prosiding Unsoed , 2(1).