• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keharmonisan interaksi

Pada dasarnya masyarakat terintegrasi di atas dasar kata sepakat para anggotanya akan nilai-nilai sosial tertentu yang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota masyarakat.

Proses berlangsung integrasi adalah dari jalinan interaksi sosial di antara para anggota komunitas dalam masyarakat yang tumbuh dan berkembang sedemikian rupa secara berkesinambungan. Dalam pada itu, terdapat berbagai pola dalam proses interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lain. Batasan pengertian tentang interaksi adalah terjadinya kontak atau hubungan antara individu dengan individu, antara dua kelompok, antara dua wilayah atau lebih dan dari hasil kontak atau hubungan dapat timbul sesuatu kenyataan yang baru dalam wujud tertentu, baik yang sedang atau yang sudah terjadi. Pengertian yang lain menurut Yoseph S. Roucek (1963) interaksi adalah sebagai berikut:

Interaction is a process in which the responses of each partly become, successively, stimula for the reponses of the other. It is a reciprocal orocess in which oneparty is influenced by the other behavior. People influence each other

behavior through contact direct speaking, listening, indirect writing.”

Secara ringkas dapat diartikan kurang lebih sebagai berikut: ―Interaksi adalah

suatu proses yang bersifat timbal-balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang didengar atau melalui surat kabar.

Komunitas etnis

Status kelompok dalam kelompok etnis membuat orang-orang percaya bahwa kelompok etnis memiliki kesamaan kultur, common descent, serta bahasa, sehingga beberapa aspek atau segi yang dimiliki oleh masing-masing kelompok etnis mengindikasikan pluralitasnya.

Pluralitas masyarakat (Plural Societies) yang ditandai oleh keanekaragaman suku, agama, ras dan antar golongan yang bersifat multidimensional, proses integrasinya sering mengalami kendala internal yakni, terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan atau lebih tepat sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain pada satu sisi dan di sisi lain kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar (Nasikun, 1995).

Francis (1949) dalam Soenarto (2004) mengklasifikasikan kelompok etnis (ethnic group) sebagai bentuk gemeinschaft yang ditandai persamaan warisan kebudayaan dan ikatan batin (we-feeling) di antara anggotanya. Pernyataan yang

Prosiding Seminar Nasional: Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan

lebih jelas kelompok etnis merupakan sejenis komunitas yang menampilkan persamaan bahasa, adat kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap dan sistem politik.

Dengan demikian, terjalinnya interaksi antara komunitas yang satu dengan yang lain sering terjadi tabrakan secara diametral antara nilai-nilai sosial dasar yang selama ini menjadi acuan kehidupan komunitas. Salah satu dampak dalam proses interaksi antara komunitas adalah tumbuhnya sikap Ethnosentrisme, artinya suatu sudut pandang yang menempatkan kelompok sendiri di atas segala-galanya dan menilai kelompok lain dengan memakai kelompok sendiri sebagai acuan (Sunarto, 2004).

Partisipasi pembangunan

Dalam perspektif sosiologis Ach.Wazir Ws. (1999) menyatakan partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar melalui interaksi sosial dalam situasi tertentu. Sejalan dengan itu Verhangen dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Seorang ahli sosiologi B. Davis menjelaskan sebagai berikut:

“Participations, is defined as an individuals mental and emotional involvement in a group situation that encourages him to contribute to group goal and to share responsibility for them” (Huneryager dan Heckman, 1987).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diintegrasikan menjadi satu pengertian bahwa keikutsertaan dan keterlibatan subyek pelaku yang beraktivitas tersebut adalah seseorang atau kelompok melalui interaksi sosial dan komunikasi dalam situasi tertentu. Pengertian ini mengindikasikan tentang keterlibatan mental dan emosi yang harus dicapai melalui kerjasama, dan masing-masing dipacu bersama-sama untuk berperan serta dalam tanggung jawab.

Cohen dan Upphoff (1997) dalam uraiannya memberikan sub-konklusi bahwa terdapat perbedaan mendasar antara partisipasi dalam politik dan partisipasi dalam pembangunan masyarakat desa.

Konsep pembangunan desa menjelaskan, pembangunan masyarakat adalah suatu gerakan untuk memajukan suatu kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat dengan partisipasi aktif, bahkan mungkin dengan swakarsa (inisiatif) masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu bagaimana membangkitkan dan menumbuhkembangkan partisipasi sangat diperlukan untuk proses pembangunan masyarakat (Depdagri, Dirjend, Bangdes, 1981).

Berkaitan dengan partisipasi pembangunan masyarakat desa ini sesuai dengan partisipasi sebagaimana dipaparkan oleh R.Adisasmita (2006) adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam segala jenis aktivitas tentang pelaksanaan perencanaan pembangunan dikerjakan dalam masyarakat lokal. Dengan lain kalimat partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan yang merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam program yang dilaksananakan.

METODE

Penelitian ini juga menggunakan teknik-teknik kuantitatif untuk mencari beberapa hal yang berkaitan dengan hubungan antara variabel satu dengan variabel lain yang dioperasionalkan, untuk membuktikan pengaruh positif variabel independen terhadap variabel intervening dan variabel dependen, serta teknik-teknik statistik lain untuk pengujian hipotesis. Teknik-teknik-teknik yang dipergunakan antara lain: Korelasi Product Moment, teknik ini dipakai untuk mencari besarnya koefisien korelasi antara variabel (Sinulingga, 2011). Korelasi antara variabel keharmonisan interkasi antar komunitas etnis dengan variabel motivasi, variabel sikap inovatif, variabel partisipasi dan variabel pembangunan wilayah. Selanjutnya untuk mencari koefisien korelasi variabel motivasi, variabel sikap inovatif, variabel partisipasi dengan variabel pembangunan wilayah. Rumusan sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑

HASIL

Pengaruh Positif Variabel Keharmonisan Interaksi Antar Komunitas Etnis (X) Terhadap Variabel Partisipasi (X3). Dalam penelitian ini akan dilihat apakah ada pengaruh variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) terhadap variabel partisipasi (X3) para anggota masyarakat. Dalam upaya membuktikan pengaruh positif kedua variabel tersebut dengan menggunakan penghitungan teknik statistik yang langkah pokoknya berlandaskan pada beberapa indikator yang diformulasikan dan telah dijabarkan ke dalam item-item yang ditetapkan sebagai sumber-sumber untuk menyusun daftar pertanyaan. Proses penghitungan untuk membuktikan pengaruh positif kedua variabel dimaksud berawal dari keseluruhan jawaban responden dari daftar pertanyaan yang diajukan, hasil coefficients dapat dilihat dalam Tabel 5.25 di bawah ini.

Dari hasil perhitungan diperoleh angka pengaruh antara frekuensi variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) terhadap variabel partisipasi (X3) para anggota komunitas sebesar 0.461 artinya pengaruh kedua variabel tersebut cukup kuat. Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh antara frekuensi variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) terhadap variabel

Tabel 5.25 Perhitungan Pembuktian Pengaruh Positif Variabel Keharmonisan Interaksi antar komunitas etnis (X) terhadap variabel partisipasi (X3)

Prosiding Seminar Nasional: Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan

partisipasi (X3) para anggota komunitas searah, sehingga semakin harmonis suatu masyarakat maka akan semakin tinggi partisipasi.

Untuk melihat pengaruh antara frekuensi variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) variabel partisipasi para anggota komunitas (3) secara signifikan atau tidak dapat dilihat dari angka propabilitas (sig) sebesar 0,00 yang lebih kecil dari 0.05. Ketentuan mengatakan jika angka propabilitas <0.05 maka ada pengaruh yang sangat signifikan antara kedua variabel tersebut. Jika angka probabilitas >0.05 maka ada pengaruh kedua variabel tidak signifikan.

Untuk menjawab apakah frekuensi variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) mempengaruhi variabel partisipasi (X3) para anggota komunitas dan berapa besarnya? Untuk menjawabnya kita akan menganalisis Tabel 5.26 di bawah ini:

Untuk menghitung besarnya pengaruh frekuensi variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) terhadap variabel partisipasi para anggota masyarakat (X3) maka akan digunakan angka R Square (angka pengaruh yang dikuadratkan). angka R Square disebut sebagai koefisien diterminasi dalam perhitungan di atas sebesar 0,213. Hasil perhitungan tersebut menunjukan nilai sebesar 21,3% . Artinya terdapat pengaruh positif yang cukup kuat variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) terhadap variabel partipasi (X3) para anggota komunitas.

Untuk melihat apakah model regresi tersebut sudah benar atau layak maka perlu dilakukan pengujian pengaruh linier antar frekuensi variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) terhadap variabel partisipasi (X3) para anggota komunitas dengan melihat Tabel 5.27 di bawah ini:

Untuk keperluan di atas, diperlukan hipotesis sebagai berikut:

H0: Ada pengaruh linier antar frekuensi variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) terhadap variabel partisipasi (X3) para anggota masyarakat H1:

Tabel 5.26 Analisis frekuensi variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) mempengaruhi variabel partisipasi (X3)

Tabel 5.27 Pengujian pengaruh linier antar frekuensi variabel keharmonisan interaksi antara komunitas etnis (X) terhadap variabel partisipasi (X3)

Tidak ada pengaruh linier antara frekuensi variabel keharmonisan interaksi antara komunitas etnis (X) terhadap variabel partisipasi (X3) para anggota komunitas.

Didasarkan pada hasil penghitungan diperoleh angka signifikan sebesar 0,000. Angka 0,000<0,05. Oleh karena itu H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh linier antar variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) terhadap partisipasi (X3) para anggota komunitas. Kesimpulannya model regresi ini sudah benar.

Dengan demikian, secara simbolis pengaruh positif variabel keharmonisan interaksi antar komunitas etnis (X) terhadap variabel motivasi (X1) para anggota komunitas; variabel sikap inovatif (X2) para anggota komunitas; variabel partisipasi (X3) para anggota komunitas.

REFERENSI

Ach, W. W., & et al. (Red.). (1999). Panduan penguatan manajemen lembaga swadaya masyarakat. Jakarta: Sekertariat Bina Desa dengan dukungan AusAID melalui Indonesia HIV/AIDS and STD Prevention and Care Project.

Adisasmita, R. (2006). Membangun desa partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cohen, J. M., & Uphoff, N. T. (1997). Rural development participation. New York:

RD CCIS, Cornell University Press.

Francis, A. M. (1982). Modern Sociology theory (an introduction). Oxford: Oxford University Press.

Frank, A. G. (1984). Sosiologi pembangunan dan keterbelakangan. Jakarta: PT. Sangkala Pulsar.

Huneryager, S., & Heckman, I. (1987). Human relations in management South Western. Ohio: Publishing Company Cincianti.

Mardikanto, T. (1994). Penyuluhan pembangunan pertanian. Surakarta: UNS Press.

Nasikun. (1995). Sistem sosial Indonesia. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada. Roucek, J. S., & Warren, R. R. (1963). Sociology an introduction. London:

Routledge & Kegan Paul Ltd.

Sinulingga, S. (2012). Metode penelitian (1. utg.). Medan: USU Press. Soenarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Prosiding Seminar Nasional: Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan

PERSPEKTIF PSIKOLOGI HUMANISTIK ABRAHAM