• Tidak ada hasil yang ditemukan

1M Susilawati

Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Udayana Badung, Bali

mdsusilawati@unud.ac.id 2 I Wayan Sumarjaya

2 Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Udayana Badung, Bali

sumarjaya@unud.ac.id

Abstrak

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling komersil bila dibandingkan dengan sektor lainnya.

Sektor pariwisata tidak melakukan eksploitasi besar-besaran tetapi hanya dilakukan penataan agar lebih menarik para wisatawan untuk berkunjung. Desa Sawan yang terletak di Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Bali ini adalah salah satu desa di Buleleng yang sedang bersiap untuk mengembangkan desa wisata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat Desa Sawan dalam mewujudkan Desa Sawan sebagai desa wisata. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling, dengan sampelnya adalah warga desa yang terlibat sebagai pejabat desa (Kepala Desa dan stafnya, Kelian Dusun), pemuka agama, anggota Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), dan warga lainnya yang dianggap peduli dengan potensi Desa Sawan. Hasil penelitian d menunjukkan wujud partisipasi masyarakat yang terdiri dari pemerintah, tokoh masyarakat, dan pelaku pariwisata adalah mendorong pembentukan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) sebagai wadah penggerak desa wisata, dan sudah terbentuk pada tahun 2016; menetapkan perencanaan dalam rangka pengembangan desa wisata Sawan serta melakukan studi banding ke desa wisata lain; melakukan pementasan kesenian baik di desa Sawan sendiri maupun di luar desa Sawan.

Kata kunci—Desa Sawan, Desa wisata, partisipasi masyarakat, Pokdarwis

I. PENDAHULUAN

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang ke suatu tempat/objek wisata yang dilakukan sementara waktu untuk bertamasya dan menikmati segala fasilitas dan pelayanan yang disediakan di tempat tujuan tersebut. Pariwisata merupakan fenomena yang muncul karena adanya interaksi antara wisatawan, penyedia jasa/industri wisata, dan pemerintah dalam menyediakan fasilitas dan layanan yang mendukung kegiatan wisata [1]. Berbagai interaksi tersebut membentuk suatu sistem yang saling terhubung satu dengan lainnya. Sistem pariwisata pada dasarnya terbentuk melalui pendekatan sediaan (supply) dan permintaan (demand) yang sifatnya linear [2].

Pengembangan desa wisata dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat desa itu sendiri, diantaranya adalah akan adanya lahan pekerjaan baru bagi masyarakat sehingga dapat menurunkan angka pengangguran, selain itu desa wisata yang mengusung konsep ekowisata akan membuat suatu desa dapat mempertahankan kelestarian alam dan budaya desanya. Hal lainnya adalah, desa wisata dapat membuat suatu desa menjadi desa yang mandiri karena dapat menyediakan alternatif pekerjaan yang dapat dimasuki oleh masyarakat setempat [3].

Masyarakat lokal berperan penting dalam pengembangan desa wisata karena sumber daya dan keunikan tradisi dan budaya yang melekat pada komunitas tersebut merupakan unsur penggerak utama kegiatan desa wisata. Di lain pihak, komunitas lokal yang tumbuh dan hidup berdampingan dengan suatu objek wisata menjadi bagian dari sistem

ekologi yang saling kait mengait. Keberhasilan pengembangan desa wisata tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan masyarakat lokal [4]. Masyarakat lokal berperan sebagai tuan rumah dan menjadi pelaku penting dalam pengembangan desa wisata dalam keseluruhan tahapan mulai tahap perencanaan, pengawasan, dan implementasi.

Pengabaian partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata menjadi awal dari kegagalan tujuan pengembangan desa wisata.

Partisipasi dapat diartikan sebagai suatu konsep yang digunakan untuk menjelaskan tingkat dimana bawahan diijinkan untuk memilih cara sendiri dalam bertindak secara benar [5]. Menurut Keith Davis dalam bukunya

“Human Relational Work” mengatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan. [6]

Menurut Timothy (1999) ada dua perspektif dalam melihat partisipasi masyarakat dalam pariwisata. Kedua perspektif tersebut adalah (1) partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan, dan (2) berkaitan dengan manfaat yang diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata. Timothy menekankan perlunya melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dengan mengakomodasi keinginan dan tujuan masyarakat lokal dalam pembangunan serta kemampuannya dalam menyerap manfaat pariwisata. [7]

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui partisipasi masyarakat Desa Sawan dalam mewujudkan Desa Sawan sebagai desa wisata.

II. METODA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Sawan Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Bali. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Sawan. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana pemilihan sampel dilakukan dengan pertimbangan subjektif tertentu berdasarkan beberapa ciri/karakteristik yang dimiliki sampel tersebut, yang dipandang berhubungan erat dengan ciri/karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya [8]. Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan responden yaitu memilih informan (masyarakat Desa Sawan) yang mengetahui informasi secara mendalam untuk menjadi sumber data sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Responden yang dimaksud seperti warga desa yang terlibat sebagai pejabat desa (Kepala Desa dan stafnya, Kelian Dusun), pemuka agama, anggota Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), dan warga lainnya yang dianggap peduli dengan potensi Desa Sawan. Ada 15 responden yang menjadi narasumber dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat terdiri dari partisipasi dari pihak Pemerintahan, tokoh masyarakat, pelaku pariwisata.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebenarnya ada 3 aktor penting yang menggerakkan sistem pariwisata, yakni masyarakat, pelaku pariwisata.

dan pemerintah Wearing (2001). Semua komponen tersebut harus berjalan beriringan, dan perlu koordinasi yang bagus dalam mengembangkan pariwisata di suatu tempat. Ketika salah satu komponen bergerak sendirian, maka hasil yang di dapat tidak optimal dan sesuai target yang diinginkan. Ilustrasi yang dikemukakan Wearing (2001) tersebut menegaskan bahwa masyarakat desa berkedudukan sama penting dengan pemerintah dan pelaku pariwisata sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam pengembangan pariwisata.

Partisipasi Pemerintah daerah dalam hal ini Pamong desa dan Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Buleleng dalam mengembangkan desa wisata di Desa Sawan adalah mendorong pembentukan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) sebagai wadah penggerak desa wisata. Usaha pembentukan Pokdarwis sudah mulai dirintis sejak tahun 2013, dan akhirnya bisa terbentuk di tahun 2016. Semua penyusunan perencanaan sudah ditetapkan secara forum yang dihadiri oleh beberapa elemen masyarakat Desa Sawan dan Pamong desa. Terbentuknya Pokdarwis di Desa Sawan ini seharusnya semakin menguatkan dan memudahkan untuk mewujudkan desa wisata. Beberapa kegiatan nyata Pokdarwis dalam mewujudkan desa wisata Sawan adalah pembuatan brosur yang berisi potensi desa Sawan.

Potensi-potensi itu diantaranya adalah potensi wisata alam, di desa Sawan ada banyak wisata alam yang menarik, seperti keberadaan Pura Batu Bolong yang unik, teraering persawahan, sunset, sunrise, waduk, dan pemandangan alam lainnya. Di samping wisata alam juga ada wisata budaya dan wisata industri. Desa Sawan dari jaman dahulu sudah terkenal wisata budayanya, seperti sekehe gong yang sudah pentas sampai ke Perancis. Pokdarwis juga sudah

029-3

melakukan penyebarluasan informasi ke masyarakat tentang eksistensi desa wisata Sawan baik secara online maupun melalui mulut ke mulut.

Dukungan atau partisipasi dari tokoh masyarakat yang mewakili masyarakat desa terhadap pengembangan desa wisata Sawan ini yaitu menetapkan perencanaan dalam rangka pengembangan desa wisata Sawan. Di samping itu partisipasi yang sudah juga dilakukan adalah melakukan studi banding ke desa wisata lain, diantaranya ke desa wisata Penglipuran. Akan tetapi karena yang terlibat dalam perencanaan hanya tokoh masyarakat saja, masih banyak masyarakat yang tidak begitu tahu tentang adanya pengembangan desa wisata di Desa Sawan. Sosialisasi tentang potensi desa yang berpeluang untuk mendukung pengembangan desa wisata ini sangat perlu lebih sering dilakukan.

Partisipasi dari pihak pelaku pariwisata dapat dilihat dalam bentuk melakukan pementasan kesenian, baik di desa Sawan sendiri maupun di luar desa dengan membawa nama desa Sawan untuk promosi potensi budaya desa Sawan. Partisipasi lainnya adalah melakukan promosi secara online, seperti di media sosial, dan ini sudah dilakukan dengan membuat video dan brosur tentang potensi desa Sawan. Namun, masih banyak masyarakat yang tidak tahu tentang wacana desa wisata Sawan, dikarenakan tidak tersampaikannya informasi pembentukan desa Sawan sebagai desa wisata. Hal lain yang juga turut menyebakan belum meratanya informasi tentang terbentuknya desa wisata di desa Sawan adalah belum semua masyarakat desa yang menikmati hasil secara ekonomi, seperti peningkatan penghasilan masyarakat dengan adanya wisatawan berkunjung ke desa Sawan.

IV. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diuraikan simpulan dalam penelitian ini. Partisipasi Pemerintah:

terbentuknya Pokdarwis, penyebarluasan informasi ke masyarakat tentang eksistensi desa wisata Sawan secara online, Partisipasi tokoh masyarakat melakukan studi banding ke desa wisata lain, dan Partisipasi dari pihak pelaku pariwisata seperti membuat video dan brosur tentang potensi desa Sawan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis ucapkan kepada LPPM Universitas Udayan atas dana yang diberikan. Terimakasih pula kepada aparat desa dan masyarakat desa Sawan atas kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

REFERENCES

[1] Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Kompas Gramedia.

[2] Gunn, C. A. & Var, T. Tourism Planning: Basics, Concepts, Cases. London: Routledge. 2002

[3] A'inun, F. N, Hetty Krisnani, & Rudi Saprudin Darwis. Pengembangan Desa Wisata Melalui Konsep Community Based Tourism. Prosiding KS: Riset & PKM. Volume: 2 Nomor: 3. 2015. HAL:301 - 444 ISSN: 2442-4480

[4] Wearing, S.L. and Donald, Mc. “The Development of Community Based Tourism: Re-thinking The Relationsgip between Tour Operators and Development Agents as intermediaries in rural and isolated area Communities.” Journal of Sustainable Tourism. 2001.

[5] Millani, Kent. The Relationship of Participation in Budget Setting to Induustrial Supervisor Perfoemance & Attitudes:

Fieldstudy The Accounting Review. Vol 50.2: 1975. 274-284

[6] Davis, Keith. .Perilaku dalam Organisasi: Erlangga. Jakarta. 1990. Hal 179.

[7] Timothy, D. J. Participatory Planning a View of Tourism in Indonesia. Annals of Research,Vol 26, No.2. 1999.

[8] Slamet, Yulius. Metode Penelitian Sosial. UNS Press. Surakarta. 2002. Hal 40

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK) – The International Conference on Science, Technology and Humanities (ICoSTH)

Bali, Indonesia, 14-15 November 2019 Paper No. 030

Pengaruh Store Environment Dan Impulse

Garis besar

Dokumen terkait