• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Infrastruktur Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Taro

1Komang Adi Sastra Wijaya Administrasi Negara, Universitas Udayana

Bali, Indonesia adi.ganainn@gmail.com

Abstract—Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra (PSDS) adalah suatu program inovasi daerah yang diarahkan pada kegiatan bidang infrastruktur, lingkungan, pengembangan permukiman, sosial budaya dan ekonomi yang berbasis pemberdayaan masyarakat di tingkat pedesaan. PSDS berupaya menggaris bawahi pentingnya pemberdayaan masyarakat didalam membangun desa. PSDS mulai dilaksanakan sejak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan dari pemerintah pusat selesai dilaksanakan pada tahun 2014.

Semenjak itulah Kabupaten Gianyar menggulirkan Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra dengan satu perencanaan satu penganggaran melalui Pagu Indikatif Kecamatan (PIK), Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Desa serta apresiatif terhadap pola pendampingan sesuai dengan sistem PNPM Mandiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Indikator yang digunakan untuk membedah hasil penelitian adalah konsep Implementasi Kebijakan Publik menurut George C. Edward III yang terdiri dari komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

Jika dilihat dari aspek keberhasilan implementasi mulai dari komunikasi, setiap tahapan proses komunikasi sudah dapat berjalan dengan baik dan melibatkan seluruh komponen masyarakat desa. Sumberdaya didalam pelaksanaan program PSDS untuk sumber daya manusia yang tersedia di desa sudah mencukupi dan untuk dana bantuan PSDS sudah dapat dikelola dengan baik. Disposisi aspek komitmen dan tanggungjawab dicerminkan dengan adanya laporan yang transparan daripelaksana kegiatan kepada seluruh masyarakat desa Taro. Yang terakhir struktur birokrasi, program PSDS dilaksanakan oleh LPM desa Taro dengan berpedoman pada Peraturan Bupati Gianyar Nomor 24 Tahun 2015.

Kata Kunci—Kebijakan Publik, Implementasi Kebijakan, Konsep Program, Partisipasi

I. PENDAHULUAN

Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra (PSDS) adalah suatu program inovasi daerah yang diarahkan pada kegiatan bidang infrastruktur, lingkungan, pengembangan permukiman, sosial budaya dan ekonomi yang berbasis pemberdayaan masyarakat di tingkat pedesaan. PSDS berupaya menggaris bawahi pentingnya pemberdayaan masyarakat didalam membangun desa. PSDS mulai dilaksanakan sejak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan dari pemerintah pusat selesai dilaksanakan pada tahun 2014.

Semenjak itulah Kabupaten Gianyar menggulirkan Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra dengan satu perencanaan satu penganggaran melalui Pagu Indikatif Kecamatan (PIK), Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Desa serta apresiatif terhadap pola pendampingan sesuai dengan sistem PNPM Mandiri.

Pada penelitian ini akan difokuskan pada Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra (PSDS) sesuai data di Desa Taro, menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas pelaksanan program. Hal ini juga berkaitan dengan adanya pemberdayaan di setiap pelaksanaan progam, karena pemberdayaan dipandang sebagai suatu proses yang berjalan secara demokratis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan kepekaan masyarakat terhadap lingkungan sekitar., maka rumusan masalah yang hendak di jawab pada

penelitian ini, yaitu bagaimana implementasi Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra (PSDS) Studi Kasus Pembangunan Infrastruktur, Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Taro?

Tujuan pada penelitian yang ingin dicapai ialah implementasi Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra (PSDS) Studi Kasus Pembangunan Infrastruktur, Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Taro

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebijakan public yang memfokuskan pada tahap implementasi kebijakan, dimana melihat Implementasi Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra (PSDS) Studi Kasus Pembangunan Infrastruktur, Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Taro.

II. METODE DAN PROSEDUR

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan orang secara individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2009:53). Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya di manfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2012:05).

Metode ini dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk menyajikan informasi-informasi mengenai Implementasi Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra (PSDS) Studi Kasus Pembangunan Infrastruktur, Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Taro.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian ini akan ditelaah mengenai implementasi Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra studi kasus Pembangunan Infrastruktur, Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Taro berdasarkan konsep implementasi kebijakan dari George C. Edward III yang terdiri dari komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

A. Komunikasi

Komunikasi menurut Edward III adalah menyangkut implementor harus mengetahui apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan yang harus dapat disampaikan kepada masyarakat sebagai target sasaran agar dapat mengurangi perbedaan pemahaman saat implementasi program PSDS mulai dilaksanakan. Berdasarkan Peraturan Bupati, komunikasi antar pemerintah yaitu DPMD dan pihak desa harus berjalan terus menerus dan rutin dilaksanakan sehingga program dapat dimengerti oleh pihak terkait. Realita yang terjadi dilapangan, komunikasi yang dilakukan oleh DPMD Kabupaten Gianyar dengan pihak Desa maupun komunikasi yang terjalin antara DMPD dengan koordinator wilayah dan pendamping desa terjalin sangat baik, hal ini terbukti dengan LPM selaku pelaksana kegiatan di desa sudah paham dan mengerti dengan tujuan dan sasaran dari program PSDS ini sehingga dapat menjalankan program sesuai dengan Perbup dan adanya rapat-rapat rutin antara LPM, Aparat desa, dan masyarakat melalui Musyawarah Desa (Musdes), rapat rutin antara DPMD dengan pendamping desa guna melaporkan perkembangan pelaksanaa kegiatan di desa.

Komunikasi yang berupa sosialisasi secara langsung dan berkelanjutan terus dilakukan oleh LPM dan pendamping yang bertugas di Desa Taro kepada target sasaran yaitu masyarakat. Hal ini merupakan suatu langkah yang sangat baik dalam meningkatkan kesadaran dan minat partisipasi masyarakat dalam menjalankan program PSDS. Sosialisasi disini dilakukan secara berjenjang dimana masyarakat diberikan sosialisasi mengenai program ini yang pertama melalui musyawarah dusun (sangkep banjar) target disini akan diberikan informasi mengenai program PSDS dan diminta sarannya program apa yang sekiranya cocok untuk dilaksanakan. Kemudian semua akan dibahas dan disosialisasikan melalui Musyawarah desa (Musdes) untuk kegiatan yang akan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan.

Pelaksanaan program PSDS realita di lapangan baru hanya sebatas pembangunan infrastruktur dengan memberdayakan masyarakat yang merasakan dampak langsung dari pelaksanaan kegiatan dari program PSDS itu sendiri. Seperti tukang bangunan yang diberdayakan untuk ikut membantu pelaksanaan pembuatan bedah rumah dan rabat beton selain ditunjung juga dengan adanya partisipasi masyarakat. Pemberdayaan hanya sebatas itu, tidak ada kegiatan khusus pemberdayaan yang berupa pelatihan- pelatihan kepada masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya. Misalnya pelatihan kewirausahaan dan kerajinan karena selain memiliki potensi pertanian Desa Taro juga memiliki potensi kerajinan yang apabila digarap secara maksimal akan dapat mensejahterakan masyarakat. Jadi masyarakat di Desa Taro tidak hanya bertumpu pada sektor agraris tetapi sektor lainnya seperti sektor kerajinan. Maka dari itu perlu adanya perimbangan antara kegiatan pembangunan infrastruktur dan kegiatan pemberdayaan kepada golongan-golongan masyarakat di Desa Taro.

021-3 B. Sumber Daya

Sumber daya menurut Edward adalah faktor yang penting didalam implementasi kebijakan agar dapat berjalan dengan efektif , karena tanpa sumber daya sebuah kebijakan hanyalah sebuah dokumen. Sumber daya dapat berupa sumber daya manusia, dan finansial. Jumlah sumber daya manusia terutama jumlah anggota LPM Desa Taro selaku pelaksana kegiatan di desa dirasa sudah lebih dari cukup. Dimana dari jumlah tersebut sudah dibagi sesuai tugasnya masing-masing yang telah disesuaikan dengan PERBUP Nomor 24 tahun 2015. Selain jumlah sumber daya manusia yang sudah cukup, SDM yang ditujuk sebagai LPM di Desa Taro juga sudah berkompeten di bidangnya sehingga memudahkan dalam pelaksanaan program. Namun, realita di lapangan sumber daya manusia atau implementor dari program PSDS dirasakan belum semua bisa terlibat langsung. Dalam pelaksanaan program PSDS melibatkan LPM selaku pelaksana kegiatan, jadi kadang-kadang kurang keaktifan dari beberapa anggota karena kesibukan masyarakat ataupun terbentur akan biaya operasional.

Aspek keuangan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang implementasi program PSDS di Desa Taro. Sesuai Perbup program PSDS akan ditunjang dengan dana dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kabupaten Gianyar yang langsung diberikan ke rekening desa. Tahun 2015 Desa Taro menerima bantuan PSDS sebesar Rp. 430.000.000 dan pada tahun 2016 dana program PSDS disesuaikan dengan pagu anggaran sebesar Rp. 350.000.000. realita di lapangan untuk implementasi Program PSDS di Desa Taro dana tersebut dirasakan kurang oleh LPM desa Taro selaku pelaksana kegiatan, mengingat Desa Taro memiliki wilayah yang cukup luas. Namun, dalam pelaksanaan sudah bisa diatasi oleh pihak desa dengan memaksimalkan dengan dana lain yang tersedia di desa serta dengan memacu swadaya dan partisipasi masyarakat.

Dengan wilayah yang cukup luas dan dengan jumlah KK miskin yang tinggi dana program PSDS hanya dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur semata seperti penyediaan sarana jalan rabat beton dan bedah rumah.

Tidak ada anggaran dana yang dipergunakan untuk kegiatan pemberdayaan seperti pelatihan- pelatihan kepada pemuda-pemudi, PKK, dan warga kurang mampu yang perlu mendapatkan pelatihan seperti pelatihan keterampilan dan kewirausahaan.

C. Disposisi

Variabel yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan adalah sikap implementor terhadap tugas dan tanggung jawab. Kecenderungan- kecenderungan atau disposisi merupakan salah satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik maka kebijakan akan berjalan sesuai dengan keinginan, namun jika implementor tidak memiliki disposisi yang baik pelaksanaan kebijakan tidak akan berjalan efektif.

Secara keseluruhan pelaksanaan program PSDS oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Taro sebagai pelaksana kegiatan , LPM Desa Taro menjalankan program berdasarkan peraturan yang terkandung dalam Peraturan Bupati Gianyar Nomor 24 Tahun 2015 tentang pedoman pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Siaga Desa Swatantra secara transparan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan dan laporan yang dibuat sudah disesuaikan dengan format yang diatur dalam pedoman pelaksanaan program PSDS dan untuk tahapan-tahapan perencanaan hingga pelaksanaan sudah dapat dijalankan dengan baik sesuai dengan arahandan pedoman yang ditetapkan.

D. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi menurut Edward, bertugas mengimplementasikan kebijakan dan memiliki pengaruh yang segnifikan terhadap implementasi kebijakan, salah satunya dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasional yang standar. Struktur organisasi LPM Desa Taro yaitu mulai dari Ketua LPM dibantu oleh 2 (dua) sekretaris dan 2 (dua) bendahara yang membawahi 8 seksi. Struktur organisasi yang dimiliki LPM Desa Taro sangat sederhana, tidak memiliki rentang kendali yang jauh antara pucuk pimpinan dan bawahan sehingga tidak ditemui masalah komunikasi antar anggotanya.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan penjabaran dari hasil penelitian yang telah disampaikan diatas, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini yang dikaitkan dengan konsep Implementasi Kebijakan Publik menurut George C.

Edward III yang terdiri dari komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi adalah secara umum pelaksanaan program PSDS di Desa Taro sudah berjalan dengan baik mulai dari proses perencanaan hingga pelaksanaan program.

Jika dilihat dari aspek keberhasilan implementasi mulai dari komunikasi, setiap tahapan proses komunikasi sudah dapat berjalan dengan baik dan melibatkan seluruh komponen masyarakat desa. Sumberdaya didalam pelaksanaan program PSDS untuk sumber daya manusia yang tersedia di desa sudah mencukupi dan untuk dana

bantuan PSDS sudah dapat dikelola dengan baik. Disposisi aspek komitmen dan tanggungjawab dicerminkan dengan adanya laporan yang transparan daripelaksana kegiatan kepada seluruh masyarakat desa Taro. Yang terakhir struktur birokrasi, program PSDS dilaksanakan oleh LPM desa Taro dengan berpedoman pada Peraturan Bupati Gianyar Nomor 24 Tahun 2015.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kehendak Beliaulah penelitian ini dapat terlaksana dan terselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana beserta jajaran, Dekan FISIP dan LPPM Universitas Udayana yang telah memberi dukungan dana. Terima kasih pada anggota peneliti, serta kepada para narasumber yang telah memberikan informasi yang menunjang penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ekowati, Mas Roro Lilik. 2019. Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kebijakan Atau Program. Surakarta : Pustaka Cakra

[2] Kadji, Yulianto. 2008. Implementasi Kebijakan Dalam Perspektif Realitas. Cahaya Abadi, Tulung Agung Jawa Timur.

[3] Pasolong, Harbani. 2014. Teori Administrasi Publik. Bandung.

[4] Satori, D., & Komariah, A. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.

[5] Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Puslit KP2W Lemlit UNPAD.

[6] Wibawa, Samodra. 1994. Kebijakan Publik, Intermedia Jakarta.

[7] Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo Yogyakarta.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK) – The International Conference on Science, Technology and Humanities (ICoSTH)

Bali, Indonesia, 14-15 November 2019 Paper No. 022

022-1

Implementasi E-Commerce Pada Toko Sarana

Garis besar

Dokumen terkait