• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Serial Drama sebagai Instrumen Soft Power India dan Korea Selatan

1Putu Titah Kawitri Resen

1Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu, Universitas Udayana Denpasar, Indonesia

kawitriresen@unud.ac.id

2Ade Devia Pradipta

2Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu, Universitas Udayana Denpasar, Indonesia

deviapradipta88@unud.ac.id

Abstract— This article aims at exploring the use of soap operas or drama series on television as an instruments of soft power.

This article is based on the research on Korean drama series and Indian soap operas which were aired in Indonesian national television channels. The specific objective of this study is to examine the opinion of Indonesians’audiens toward the attractiveness power of the drama series from both countries in order to analyze how their attractiveness power would contrib ute to the achievement of their national interests. This research is a descriptive qualitative research using literature study and in depth – interview method. Informants in this study were determined through purposive technique an d snowball sampling.

This study found that drama series could be an effective tool to promote a country as long as the popular culture is also containing the values of high culture as a learning medium for audiens from other countries. The results of this study are expected to provide a source of enrichment materials for the course of soft power in international relations in International Relations Department, Faculty of Social and Political Sciences, Udayana University. It is also expected that the results of this study will be beneficial in providing information to optimize the local culture of Indonesia to be considerately presented in pop culture products such as television drama series.

Keywords— drama series, South Korea, India, soft power, international relations

I. PENDAHULUAN

Penelitian ini membandingkan serial drama Korea Selatan dengan serial drama India sebagai alat atau instrumen soft power kedua negara melalui opini penikmat serial drama tersebut di Indonesia. Penelitian ini secara spesifik dilakukan di Denpasar dan beberapa kota lainnya di Propinsi Bali karena bertujuan untuk mengetahui opini audiens ( penonton serial drama ). Seperti yang diyakini kaum realis bahwa power is the currency in international relations menjadi pengingat bahwa setiap tindakan dan kebijakan luar negeri suatu negara pasti ditujukan untuk kepentingan nasional dan meningkatkan pengaruhnya/ kekuasaannya ( power ). Sifat alamiah dari hubungan antar negara itu sendiri tidak pernah berubah dari masa ke masa yang menekankan pada statetism, survival, dan self help ( Baylis, 20017 ). Oleh karena itu power masih memiliki fungsi sebagai alat maupun sebagai tujuan ( power as a mean and power as a goal ) semua negara.

India dan Korea Selatan merupakan negara – negara yang sedang gencar mengembangkan industri mereka dan bahkan tergolong sebagai the rising power bersama dengan Cina. Selain sebagai negara industri baru, India dan Korea Selatan merupakan negara yang sama-sama sedang menyebarkanluaskan pengaruh budaya mereka melalui berbagai macam kebijakan. India terkenal dengan industri perfilmnya yang lebih dikenal dengan Bollywood dan Korea Selatan terkenal dengan Korean Wave yang telah berkembang sejak tahun 1980-an. Salah satu sumber soft power yang juga dikembangkan oleh kedua negara tersebut adalah serial drama televisi yang dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat Indonesia. Serial drama asal India dan Korea Selatan inilah yang menjadi fokus penelitian ini karena dalam setiap serial drama asing tersebut pasti memiliki pesan yang terkait dengan imej negara tersebut.

Serial drama asal India dan Korea Selatan memiliki jam tayang yang cukup banyak di saluran-saluran televisi swasta

di Indonesia. Serial drama dari kedua negara tersebutpun cukup digandrungi oleh para pentonton di Indonesia meskipun mereka memiliki segmen pasar yang berbeda. Serial drama India misalnya, memiliki pangsa pasar perempuan dewasa, sedangkan serial drama Korea Selatan umunya digandrungi oleh remaja hingga dewasa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : bagaimana perbandingan soft power India dan Korea Selatan melalui serial drama televises berdasarkan opini penonton Indonesia ?

II. SOFT POWER DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL

Soft power sebuah konsep yang pertama kali digagas oleh Joseph S. Nye, JR dapat didefinisikan sebagai : the ability to get what you want through attraction rather than coercion or payments ( Nye JR, 2004 : x). Kuncinya adalah mendapatkan apa yang kita mau tanpa harus melakukan kekerasan atau bahkan memberikan sesuatu. Soft power sebuah negara bersumber dari daya pikat negara tersebut yag berasal dari budayanya, idealism politik,dan kebijakan luar negeri yang membuat negara tersebut memiliki legitimasi dan otoritas moral. Lebih lanjut Nye ( 2004 ) menyebutkan : “when you can get others to admire your ideals and to want what you want, you do not have to spend as much on sticks and carrots to move them in your direction . Seduction is always more effective than coercion “.Budaya merupakan salah satu sumber soft power sebuah negara disamping nilai politik dan kebijakan luar negerinya. Nye Jr ( 2004 ) mendeskripsikan dengan lebih komprehensif bahwa budaya adalah seperangkat nilai dan kebiasaan yang menciptakan makna bagi masyarakat dalam berbagai manifestasinya.

Ketika berbicara mengenai soft power, maka sangatlah penting bagi aktor untuk memastikan bahwa kredibilitas dan legitimasinya diterima oleh sasaran atau target mengingat bahwa meskipun sumber-sumber krusialnya berada di luar kontrol pemerintah, dampaknya sangatlah bergantung pada penerimaan dari target atau sasaran ( Nye, 99 ).

Seperti yang dikutip oleh Suryani ( 2014 ) bahwa pembentukan soft power melibatkan referees yaitu pihak yang menjadi sumber rujukan legitimasi dan kredibilitas dan receivers yang merupakan target atau sasaran yang dituju.

TABEL I. SUMBER, RUJUKAN , DAN TARGET SOFT POWER

Sumber : Nye, Jr.. ( 2008 ). Hlm. 107 dalam( Suryani, 2014 : 71).

Seperti yang tercantum dalam tabel diatas, pop culture melibatkan hubungan antara media dan pasar dengan publik atau masyarakat negara lain. Serial drama sebagai salah satu wujud pop culture bergantung dari penerimaan audiens dari negara lain untuk dikatakan mampu mempromosikan kepentingan negara asal dan mencapai hasil yang diinginkan.

III. METODEPENELITIAN

Data dalam studi ini didapatkan dari hasil wawancara secara mendalam dengan 15 audiens atau penikmat serial drama televisi India dan Korea Selatan. Subyek studi ditentukan dengan teknik purposive dan snowball sampling agar mendapatkan informasi yang lengkap dan mendalam mengenai opini mereka terhadap serial drama dari kedua negara tersebut. Analisis data dalam studi ini dimulai dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan

045-3

kesimpulan. Reduksi data dilakukan untuk melakukan seleksi data yang relevan agar mampu mencapai tujuan studi.

Penyajian data dilakukan secara deskriptif kualitatif untuk menggambarkan data secara keseluruhan. Terakhir, penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif melalui pencarian hubungan antar data yang telah dikumpulkan ( Yusuf,2014:400 ).

IV. TEMUAN DAN ANALISIS

Sebuah tulisan menarik dengan tema Korean Wave oleh Suryani ( 2014 ) mengulas bahwa Korean Wave sebagai instrument soft power bisa dikatakan efektif dalam mendatangkan keuntungan ekonomi bagi Korea Selatan. K-drama merupakan salah satu produk pop culture asal Korea Selatan yang cukup diminati oleh masyarakat Indonesia. Blarel ( 2012 ) dalam tulisannya menyebutkan bahwa sebagai sebuah rising power, India mulai diperhatikan oleh para penstudi yang mencoba menganalisa posisi India sebagai aktor global. Namun fokus terhadap kekuatan ekonomi, militer, serta gambaran demografisnya menyebabkan kajian mengenai soft power menjadi kurang tercemati dengan baik. Lebih lanjut Blarel ( 2012 ) mengutip seorang diplomat India yang bernama Sashi Tharoor mengatakan bahwa India sebagai superpower bukan hanya bersumber dari perdagangan dan politik tapi juga bersumber dari makanan, musik, teknologi, dan Bollywood yang disebarluaskan ke seluruh dunia. Beberapa serial drama asal India dan Korea Selatan yang pernah ditonton oleh informan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel dibawah :

TABEL II. SERIAL DRAMA KOREA SELATAN YANG DITONTON OLEH INFORMAN

No Judul Drama Tahun Tayang Stasiun TV Jumlah Episode

1 1000 Days of Promise 2012 Indosiar 20

2 18 vs 29 2005 Indosiar 16

3 49 Days 2011, 2015 Indosiar, RTV 20

4 A Love to Kill 2006 Indosiar 16

5 All About Eve 2002 Indosiar 20

6 All In 2003 Indosiar 24

7 Angel Eyes 2015 RCTI 20

8 Baby-faced Beauty 2012 Indosiar 20

9 Bachelors of Vegetable Store 2012 ANTV 24

10 Bad Guy 2011 Indosiar 17

TABEL III. SERIAL DRAMA INDIA YANG PERNAH DITONTON INFORMAN PENELITIAN

No Judul Drama Tahun Tayang Stasiun TV Jumlah Episode

1 Ye Hai Mohabbatein

 Tayang di RCTI dengan Judul “Ruhi Tersayang”

 Tayang di ANTV dengan judul Mohabbatein

2015, 2016 RCTI, ANTV 81

2 Jodha Akbar 2015, 2017 ANTV, MNC TV 566

3 Mahabrata 2014, 2017,

2019

ANTV, MNC TV 267

4 Asoka 2015, 2019 ANTV, MNCTV 442

5. Uttaran 2015 ANTV 1549

6 Anandhi 2016 ANTV 2245

7 Candra Nandini 2018 ANTV 286

8 Shakuntala 2015 ANTV 104

9 Gopi 2016 ANTV 2181

10 Thapki 2016, 2017 ANTV 714

Receivers yang dalam penelitian ini merupakan audiens atau penikmat serial drama televisi asal India dan Korea Selatan memegang peranan penting dalam menilai penerimaan nilai-nilai soft power yang ditayangkan oleh media televisi nasional. Drama Korea atau K-Drama dari sisi tema yang lebih natural dan realistis serta durasi episode yang lebih pendek dianggap lebih menarik dibandingkan dengan serial drama India yang temanya kurang beragam. Tema percintaan dan kekerasan domestik dianggap berlebihan oleh audiens, namun tema-tema mitologi dalam serial drama India cukup digandrungi oleh audiens. Beberapa hal positif yang ditemukan dalam drama Korea menurut audiens adalah nilai moral seperti penghormatan kepada orang tua, pengenalan terhadap budaya tradisional Korea Selatan misalnya penggunaan pakaian tradisional, serta pemandangan kota yang bersih dan tertib. Sementara, serial drama India menurut audiens kurang mengeksplor pemandangan kota, alam , dan pedesaan jika dibandingkan dengan drama Korea. Jika tema dramanya adalah mengenai keluarga, setting lokasinya selalu di rumah besar dengan banyak penghuninya, ada kakek nenek, paman dan bibi, orang tua kita, saudara sepupu yang sudah menikah dengan anak-anaknya. Konflik terpusat disana dan setting film ( drama ) selalu disana ( di rumah tersebut ) ( Wawancara dengan Ratna ). Imej negara yang ditangkap oleh audiens dipengaruhi oleh tema dan konten yang disampaikan melalui serial drama. Serial drama Korea menurut audiens mampu memberikan gambaran yang positif mengenai Korea Selatan dan menarik minat audiens untuk berkunjung ke negara tersebut. Sementara, serial drama India kurang mampu menggambarkan citra India karena kurangnya eksplorasi terhadap kota-kota di India. Audiens berpendapat bahwa gamabaran India sebagai sebuah negara justru dapat dilihat melalui film-filmnya seperti Slu dog Millionaire.

V. KESIMPULAN

Drama televisi asal Korea Selatan dan serial drama India membanjiri tayangan-tayangan televisi di Indonesia.

Korea Selatan memang menetapkan pop culture yang mana K-Drama menjadi salah satu bentuknya sebagai diplomasi budaya untuk mengenalkan Korea kepada publik global. Oleh karena itu, kerjasama yang erat antara pemerintah, industri hiburan ( music dan drama ), dan lainnya memang terjalin dan dibangun dengan baik. India di satu sisi, memiliki potensi budaya yang sesungguhnya bisa menjadi sumber atraksi yang sangat memikat seperti nilai – nilai Hinduisme, Buddha, yoga, dan sebagainya. Sayangnya, nilai-nilai tersebut belum terakomodir dengan baik dalam kemasan budaya populer yang mampu menjangkau audiens global.

DAFTARPUSTAKA

[1] Baylis, John and Steve Smith. 2005. The Globalization of World Politics, New York : Oxford University Press [2] Blarel, Nicolas. 2012. India : the next super power? : India’s Soft Power : From Potential to Reality. Diakses dari

http://eprint.lse.ac.uk/43445

[3] Soliha, Intan dan Rizky Briandana (2015). Audience Intrerpretation on Korean TV Drama Series in Jakarta.

https://www.researchgate.net/publication/305654548_Audience_Interpretation_on_Korean_TV_Drama_Series_in_Jakart a/link/57b51a3208aeddbf36e6f678/download

[4] Mingst, Karen A. 2003. Essentials of International Relations, New York : W.W. Norton Company [5] Mingst, Karen A. 2017. Essentials of International Relations, New York : W.W. Norton Company [6] Nye JR, Joseph S. 2004. Soft Power The Means To Success in World Politics, New York : Public Affairs

[7] Suryani, E. (2014). Korean Wave Sebagai Instrumen Soft Power untuk Memperoleh Keuntungan Ekonomi Korea Selatan.

Diakses dari http://global.ir.fisip.ui.ac.id/index.php/global/article/view/8

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK) – The International Conference on Science, Technology and Humanities (ICoSTH)

Bali, Indonesia, 14-15 November 2019 Paper No. 046

046-1

Perbedaan Efektivitas Muscle Energy Technique

Garis besar

Dokumen terkait