• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Pendapat Siswa SMA/SMK tentang Berbusana Adat Bali Ke Sekolah

1Luh Putu Ida Harini

Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Udayana Bali, Indonesia

ballidah@unud.ac.id

2Kartika Sari

Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Udayana Bali, Indonesia

sarikaartika@unud.ac.id

Abstrak — Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa besar siswa tahu tentang peraturan, penggunaan, etika, dan kenyamanan berbusana adat Bali ke sekolah. Lokasi penelitian adalah Kota Denpasar, dengan sampelnya adalah siswa-siswi SMA/SMK se kota Denpasar. Penentuan sampel dilakukan dengan purposive sampling, dengan jumlah sampel 181 siswa. Hasil penelitian dengan analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata siswa mempersepsikan dirinya merasa cukup tahu mengenai Pengetahuan tentang aturan berbusana adat (X1), Pengetahuan tentang busana adat (X2), dan Etika berbusana adat Bali (X3). Pada dimensi Kenyamanan dalam berbusana (X4), rata-rata siswa merasa tidak nyaman menggunakan busana adat Bali di sekolah karena siswa merasa kepanasan, geraknya menjadi tidak luwes, dan menyusahkan perjalanan menuju ke Sekolah.

Kata Kunci— busana adat Bali, faktor, persepsi, siswa, rata-rata, siswa.

I. PENDAHULUAN

Busana Adat Bali adalah pakaian khas daerah Bali yang berciri khas adat Bali digunakan sebagai wujud pelindungan budaya yang mencerminkan sifat kesantunan, keteduhan, kedamaian, dan kebanggaan bagi pemakainya. Gubernur Bali dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018, tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali menyatakan bahwa salah satu tujuan penggunaan busana adat Bali adalah untuk menjaga dan memelihara kelestarian Busana Adat Bali dalam rangka meneguhkan jati diri, karakter, dan budi pekerti, mengenali nilai-nilai estetika, etika, moral, dan spiritual yang terkandung dalam budaya Bali dan mendorong peningkatan pemanfaatan produk dan industri busana lokal Bali.

Adam dan Galinsky (2012) memperkenalkan istilah “enclothed cognition” yang mengacu pada pengaruh pakaian terhadap proses psikologis pemakai [1]. Dari penelitian tersebut semakin seseorang mampu berbusana dengan baik, tepat, sesuai dan serasi maka pengaruh yang timbul dalam dirinya adalah meningkatnya rasa kepercayaan diri. Dengan kata lain apa yang dikenakan tidak hanya berdampak bagi orang lain, tetapi juga berdampak pada diri pribadi pemakai. Tidak menutup kemungkinan dengan gaya berbusana yang baik akan membuat dirinya semakin dihargai dan dihormati. Seberapa besar pengaruh pakaian terhadap psikologi seseorang tergantung kepada sebaik apa pakaian tersebut yang menampilkan karakteristik di mana dapat diterima secara signifikan di lingkungan sosialnya serta sebaik apa pakaian tersebut digunakan sesuai dengan keperluan pemakainya. Jadi, selain sebagai simbol untuk menunjukkan sebagai pribadi, pakaian juga mempengaruhi rasa, cara berpikir dan respon pemakai terhadap lingkungan dan keberadaan pribadi tersebut di lingkungan tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut dalam penelitian ini bermaksud untuk meneliti tentang seberapa besar siswa tahu tentang peraturan, penggunaan, etika, dan persepsi siswa tentang kenyamanan berbusana adat Bali ke sekolah.

Persepsi adalah proses mengatur dan mengartikan informasi sensoris untuk memberikan makna [2]. Persepsi juga

dimaknai sebagai proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya. Menurut [3] faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikategorikan menjadi:

1. Faktor fungsional yang dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang individu.

2. Faktor structural yang berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu.

3. Faktor situasional yang banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal.

4. Faktor personal yangterdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian. Dengan demikian persepsi dapat dipengaruhi oleh suasana hati, sistem syaraf individu, factor situasi dan pengalaman, motivasi serta kepribadian.

Pada dasarnya tata busana yang digunakan pada saat berlangsungnya upacara keagamaan, yakni sesuai dengan konsepsi Tri Angga, yang terdiri dari:

1. Busana/pakaian pada Uttama Angga(kepala).

2. Busana/pakaian Madyama Angga(badan),

3. Busana/pakaian Kanistama Angga(dari pinggang ke bawah)

Pada peraturan Gubernur, unsur busana adat Bali untuk perempuan sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. kebaya; b. kamen; c. selendang (senteng); dan d. tata rambut rapi. Sedangkan unsur busana Adat Bali untuk laki-laki sekurang-kurangnya terdiri atas: a. destar (udeng); b. baju; c. kampuh; d. selendang; dan e. kamen.

Unsur busana adat Bali yang harus digunakan menggunakan produk lokal Bali.

II. METODE DAN PROSEDUR

Penelitian ini dilakukan di SMA di Denpasar. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama delapan bulan.

Sumber data penelitian diperoleh dari data primer dengan cara menyebarkan kuisioner dan data yang langsung diperoleh berupa data sikap responden. Sampel pada penelitian ini sebanyak 180 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan anggota sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan dan dianggap cocok sebagai sumber data yang akan menjadi sampel pada penelitian [5]. Adapun variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini

1. Pengetahuan tentang aturan berbusana adat dengan indikator sosialisasi aturan, tujuan dan arahan yang ingin disasar

2. Pengetahuan tentang Busana dan etika berbusana adat meliputi indikator berikut:

a. Pengetahuna busana adat meliputi : pengertian busana adat, fungsi, pengelompokan dan busana adat di berbagai kesempatan

b. Etika berbusana adat meliputi pengertian etika berbusana adat, keserasia berbusana adat, penerapan etika berbusana adat dan etika berbusana adat di lingkungan sekolah.

3. Kenyamanan dalam berbusana adat meliputi indikator suhu, keluwesan bergerak, konsentrasi daam belajar, dan rasa percaya diri dalam berbusana adat. Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian adalah kuesioner pilihan dengan skala interval, artinya responden memilih jawaban yang paling tepat dari interval 0 sampai 10

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data model interaktif yang memiliki tiga komponen, yaitu pemilihan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan [4]. Data hasil dari jawaban responden akan dianalisis menggunakan statistika deskriptif. Statistika deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian data, yang bertujuan untuk memberikan informasi yang berguna [6]. Statistik hitung yang digunakan meliputi ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada artikel ini membahas gambaran umum dari karakteristik responden dan variabel-variabel yang digunakan dalam menjelaskan persepsi siswa terhadap peraturan berbusana adat Bali ke sekolah. Ada empat faktor yang diduga memengaruhi persepsi siswa, yang selanjutnya keempat faktor tersebut dijabarkan dalam 17 variabel.

Adapun karakteristik dari siswa-siswa SMA/SMK se kodya Denpasar dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

047-3 TABEL1

KARAKTERISTIK SISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN,AGAMA DAN ASAL SEKOLAH

Variabel Kategori Jumlah Variabel Kategori Jumlah

Jenis Kelamin 1. Perempuan 74 Asal

Sekolah SLUA Denpasar 18

2. Laki-laki 107 SMA Dwijendra 6

Agama 1. Hindu 141 SMA Harapan 3

2. Budha 4 SMA Muhamadiyah 2

3. Islam 25 SMA PGRI 2 Denpasar 14

4. Katholik 5 SMA PGRI 4 Denpasar 1

5. Protestan 6 SMAK Santo Yoseph 4

SMAN 1 Denpasar 12

SMAN 2 Denpasar 2

SMAN 3 Denpasar 3

SMAN 4 Denpasar 53

SMAN 5 Denpasar 2

SMAN 6 Denpasar 1

SMAN 7 Denpasar 30

SMAN 8 Denpasar 3

SMK 4 Denpasar 3

SMK Pariwisata Kertayasa 4 SMK PGRI 4 Denpasar 4

SMKN 1 Denpasar 7

SMKN 2 Denpasar 2

SMKN 4 Denpasar 1

SMKN 5 Denpasar 6

Penyebaran kuisioner dalam penelitian ini tidaklah proposional, sebagian besar responden adalah pria, beragama Hindu, dan berasal dari SMA Negeri. Penyebaran kuisioner yang dilakukan pada akhir masa sekolah yaitu dari akhir Juni 2019 sampai masa liburan yaitu akhir Juli 2019 merupakan salah satu alasan tidak meratanya responden berdasarkan asal sekolah. Selanjutnya, persepsi siswa terhadap peraturan berbusana adat Bali ke sekolah dijabarkan dalam 17 pertanyaan (disebut variabel) yang berasal dari empat dimensi, yaitu dimensi tentang Pengetahuan tentang aturan berbusana adat (X1), Pengetahuan tentang busana adat (X2), Etika berbusana adat Bali (X3), dan Kenyamanan dalam berbusana adat (X4). Pertanyaan yang diberikan siswa dalam kuisioner ini bersifat tertutup, artinya siswa sudah diarahkan untuk menjawab pertanyaan sesuai konteksnya. Jawaban dari pertanyaan tersebut mempunyai tren positif dengan rentang nilai dari nol sampai sepuluh. Semakin tinggi nilai jawaban siswa semakin bagus persepsi mereka terhadap peraturan berbusana adat Bali ke sekolah.

Secara deskriptif jawaban siswa terhadap pertanyaan tentang persepsi siswa terhadap peraturan berbusana adat Bali ke sekolah dirangkum dalam Tabel 2 berikut.

TABEL2

NILAI MEAN DAN STANDAR DEVIASI JAWABAN KUESIONER SISWA

Variabel Mean Std

X1.1; Pengetahuan tentang peraturan penggunaan busana adat Bali ke sekolah 7,254 2,647 X1.2; Seberapa sering mendengar atau membaca peraturan tersebut 6,496 2,809 X1.3; Sekolah sudah pernah mensosialisasikan aturan penggunaan busana adat 6,759 2,48 X1.4; Penggunaan busana adat dapat meningkatkan wawasan budaya daerah 6,223 2,404 X1.5; Penggunaan busana adat dapat menarik perhatian wisatawan

akan budaya Bali itu sendiri 6,583 2,767

X2.1; Pengetahuan tentang pengertian busana adat 5,579 2,253 X2.2; Pengetahuan tentang fungsi penggunaan busana adat dalam keseharian 5,385 2,424 X2.3; Pengetahuan tentang pengelompokan penggunaan busana adat Bali 4,907 2,813 X3.1; Pengetahuan tentang pengertian etika berbusana adat Bali 5,549 2,661 X3.2; Pengetahuan tentang keserasian dalam berbusana adat Bali 5,529 2,623 X3.3; Penerapan etika berbusana adat Bali di kehidupan sehari-hari 6,178 2,603 X3.4; Penerapan etika berbusana adat Bali di lingkungan sekolah 7,135 2,268 X4.1; Kepanasan ketika menggunakan busana adat Bali di sekolah 3,843 2,622 X4.2; Keluwesan bergerak terganggu ketika menggunakan busana adat Bali 3,865 2,85 X4.3; Susah berkonsentrasi ketika menggunakan busana adat Bali di Sekolah 5,062 3,166 X4.4; Ketidakseragaman busana adat Bali yang digunakan di sekolah

menyebabkan kurang rasa percaya diri

2,914 5,828

X4.5; Penggunaan busana adat Bali menyusahkan perjalanan menuju ke Sekolah 3,888 3,132

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada dimensi Pengetahuan tentang aturan berbusana adat (X1) yang dijabarkan dalam lima pertanyaan, siswa mempersepsikan bahwa mereka merasa sudah cukup tahu tentang peraturan penggunaan busana adat Bali ke sekolah dilihat dari nilai mean sebesar 7,254. Pertanyaan lainnya pada dimensi ini rata-rata menunujukan bahwa siswa mempersepsikan dirinya sudah pernah dan cukup sering mendengar aturan penggunaan busana adat. Jawaban siswa juga cukup homogen dilihat dari nilai standar deviasi yang tidak begitu besar. Pada dimensi Pengetahuan tentang busana adat rata-rata siswa mepersepsikan bahwa mereka hanya sekedar tahu tentang busana adat, karena nilai men nya yang berada di sekitaran nilai 5. Sedangkan siswa mempersepsikan dimensi Etika berbusana adat Bali rata-rata lebih tahu karena nilai mean nya berada di kisaran 5 sampai 7. Persepsi siswa pada setiap item pertanyaan di dimensi Kenyamanan dalam berbusana adat cukup berbeda-beda. Siswa rata-rata merasa terganggu menggunakan busana adat Bali di sekolah karena siswa merasa kepanasan, geraknya menjadi tidak luwes, dan menyusahkan perjalanan menuju ke Sekolah. Hal ini terlihat dari nilai mean nya yang lebih kecil dari 5, yaitu sekitar 3,8. Tetapi siswa merasa tidak susah menggunakan busana adat Bali ketika ditanya tentang susah tidaknya berkonsentrasi dan menyusahkan tidaknya perjalanan menuju ke Sekolah.

IV. KESIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini adalah rata-rata siswa mempersepsikan dirinya bahwa mereka merasa cukup tahu mengenai Pengetahuan tentang aturan berbusana adat (X1), Pengetahuan tentang busana adat (X2), dan Etika berbusana adat Bali (X3). Pada dimensi Kenyamanan dalam berbusana (X4), rata-rata siswa merasa tidak nyaman menggunakan busana adat Bali di sekolah karena siswa merasa kepanasan, geraknya menjadi tidak luwes, dan menyusahkan perjalanan menuju ke sekolah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Makalah ini adalah bagian dari hasil Penelitian Unggulan Program Studi pendanaan tahun 2019. Atas dipublikasikannya hasil penelitian ini, maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Universitas Udayana atas bantuan dana yang dibiayai oleh DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Aggaran 2019 sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Unggulan Program Studi, Nomor: 2045/UN14.2.8.II/LT/2019, tanggal 10 April 2019.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adam, H. & Galinsky, A. D. (2012). Enclothed Cognition. Journal of Experimental Social Psychology, 48, 918-925.

[2] Guerrero, L. and A. Posthuma, R. (2014), "Perceptions and behaviors of Hispanic workers: a review", Journal of Managerial Psychology, Vol. 29 No. 6, pp. 616-643. https://doi.org/10.1108/JMP-07-2012-0231

[3] Rakhmat (2005). Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

[4] Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta [5] Sugiyono, 2001. Metode Penelitian, Bandung: CV Alfa Beta.

[6] Walpole, Ronald E. (2007) Pengantar Statistika Edisi Ke – 3 PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK) – The International Conference on Science, Technology and Humanities (ICoSTH)

Bali, Indonesia, 14-15 November 2019

Abstract— Perencanaan dan pengendalian produksi/operasi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan material ke dalam, di dalam dan ke luar pabrik sehingga posisi keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai.

Pengendalian produksi dimaksudkan untuk mendaya gunakan sumberdaya produksi yang terbatas secara efektif, terutama dalam usaha memenuhi permintaan konsumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk : menentukan perkiraan permintaan produk dalam periode waktu tertentu; menentukan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan secara agregat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitattif. Data yang digunakan data kuantitatif yang dikumpulkan dengan menggunakan metoda wawancara, observasi dari bagian marketing, , manajer operasi dan konsumen perusahaan. Teknik analisis data enggunakan pendekatan diskriptip yaitu menjelaskan secara sistimatis mulai dari teknik peramalan permintaan, menentukan jumlah produksi agregat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi permintaan menggunaan metode exponencial smoothing paling efisien, karena tingkat kesalahan paling kecil. Jumlah perkiraan permintaan sebesar 3.518 unit untuk Tedung Agung dan 8.267 unit untuk tedung biasa. sedangkan strategi perencanaan produksi agregat dengan metode chase strategy merupakan strategi yang optimal dengan total biaya paling kecil yaitu sebesar Rp. 341,8 juta untuk Tedung Agung dan Rp. 171,8 juta Tedung Biasa

Kata Kunci— Perencanaan Produksi Agregat, Level Strategy, Chase Strategy, Tedung khas Bali

IPENDAHULUAN

Perencanaan Produksi merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan produk sesuai kebutuhan 2 (dua) pihak yaitu perusahaan dan konsumen. Perencanaan produksi dapat diartikan sebagai suatu pernyataan rencana produksi secara keseluruhan yang memuat kesepakatan antara top management dengan bagian manufaktur, yang disusun berdasarkan permintaan dan kebutuhan sumber daya perusahaan. Perencanaan produksi dalam suatu perusahaan terdiri dari tiga tingkatan perencanaan yaitu perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka menengah. (Heizer and Render,2007:490). Perencanaan dan Pengendalian operasi merupakan rencana jangka menenngah dan bagian dari rencana strategi perusahaan yang dibuat secara harmonis dengan rencana bisnis (Business Planning) dan rencana pemasaran (Marketing Planning).

Perencanaan produksi bisa diartikan juga sebagai proses untuk menentukan jumlah produksi, persediaan, dan workforce level untuk memenuhi permintaan yang berfluktuasi, dalam hal ini sering disebut Perencanaan agregat ( Smith dalam Agus Purnomo, 2010). Masalah yang dihadapi bagian Perencanaan dan pengendalian produksi tergantung pada jenis industri dan perusahaannya, macam data yang tersedia dan yang dibutuhkan, karakteristik pengolahan/operasi manufaktur, pelayanan yang diminta konsumen, serta karakteristik produk sangat bervariasi dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

Sentra usaha pengerajin Tedung khas Bali, banyak ditemui dan dijajakan di Dusun Penenjoan, Kecamatan Dawan Klungkung, Bangli dan Desa mengwi Badung. Pembuatan tedung ini, terbagi dalam beberapa proses, mulai dari pembuatan rangka tedung dari bahan bambo, pembuatan “mudra” dari kayu, pembuatan ukiran pada tiang tedung yang terbuat dari kayu, pemasangan kain, pengecetan tiang hingga perakitan semua komponen menjadi tedung. Permintaan terhadap produk ini tak hanya datang dari pasar lokal namun juga pasar luar Bali, seperti Lombok, Sulawesi, Lampung. Bahkan menjelang Hari Raya seperti Galungan bias naik sampai 100% .

Garis besar

Dokumen terkait