• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai 1. Kebijakan 2011 (Rencana Kerja)

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL 2011 (Halaman 118-124)

Pelaksanaan Tugas Lainnya 11.1. Pengelolaan Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan

11.3. Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai 1. Kebijakan 2011 (Rencana Kerja)

Profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik memiliki peran yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien, karena jasa yang diberikan kedua profesi tersebut dapat meningkatkan transparansi dan mutu informasi di bidang keuangan. Pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan Republik Indonesia, mendelegasikan wewenangnya dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Akuntan Publik dan Penilai Publik kepada Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) sebagaimana tertuang dalam PMK No. 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.

Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai mempunyai visi “Terwujudnya peningkatan pembinaan dan pengawasan terhadap bidang kegiatan jasa profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik bertaraf internasional dan dibanggakan dengan berpedoman pada nilai-nilai yang menjunjung tinggi integritas dan profesionalisme”. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, PPAJP berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan dan memperbaiki proses bisnisnya dengan cara:

Pelaksanaan Tugas Lainnya

11

BAB

(1) melakukan pembinaan dan layanan terhadap Akuntan, Akuntan Publik, dan Penilai Publik yang efektif dan efisien;

(2) menyusun dan menerapkan norma dan peraturan tentang Akuntan Publik dan Penilai Publik yang efektif;

(3) melakukan optimalisasi kegiatan pemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan Penilai Publik;

(4) mengembangkan SDM yang berkompetensi tinggi; (5) mengembangkan organisasi yang andal;

(6) melakukan pengelolaan layanan TIK yang prima; serta (7) melakukan pengelolaan anggaran yang optimal.

1. Pembinaan dan Layanan Terhadap Akuntan, Akuntan Publik, dan Penilai Publik yang Efektif dan Efisien Jasa Akuntansi dan Penilai sebagai salah satu profesi penunjang sektor keuangan berperan yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terlebih dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas serta praktek-praktek bisnis yang semakin kompleks dan kompetitif yang memerlukan profesi Penilai yang profesional, kompeten, dan reliabel. Sayangnya, perkembangan kedua profesi ini secara nasional belum didukung dengan jumlah sumber daya yang memadai. Hal ini terlihat dari sebaran Akuntan Publik dan Penilai Publik yang sebagian besar masih terpusat di Jakarta dan jumlahnya relatif sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah Akuntan Publik dan Penilai Publik di beberapa negara Asia Tenggara lainnya.

PPAJP berupaya meningkatkan jumlah sumber daya kedua profesi tersebut dengan target penerbitan Izin Akuntan Publik baru sebanyak 45 orang dan penerbitan Penilai Publik baru sebanyak 25 orang. Dengan target tersebut, jumlah Akuntan Publik dan Penilai Publik di Indonesia akan bertambah sebanyak 70 orang,

sehingga mengurangi jarak antara jumlah ketersediaan sumber daya dengan kebutuhan.

Tugas pokok dan fungsi PPAJP tidak hanya difokuskan untuk meningkatkan jumlah Akuntan Publik dan Penilai Publik saja, namun juga berusaha memelihara dan menciptakan profesionalisme para Akuntan Publik dan Penilai Publik yang handal dan berwawasan luas. PPAJP bekerjasama dengan Asosiasi Akuntan dan Penilai di Indonesia menyelenggarakan Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) Akuntan Publik dan Penilai Publik untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat atas kompetensi Akuntan Publik dan Penilai Publik di Indonesia. PPL bagi Penilai Publik bertujuan:

(1) menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada profesi Penilai agar memiliki standar kompetensi profesional sesuai dengan harapan masyarakat dan pengguna jasa;

(2) meningkatkan kualitas maupun kuantitas pendidikan dan pelatihan di bidang profesi Penilai mengenai peraturan perundang-undangan, teori penilaian, serta isu-isu terbaru mengenai peningkatan profesionalisme Penilai;

(3) memberikan solusi sementara untuk mengatasi masalah yang ada atas ketersediaan pendidikan formal penilaian dan sebagai jawaban serta sarana untuk memungkinkan para penilai Indonesia menghadapi persaingan global sebagai akibat adanya liberalisasi perdagangan;

(4) memberikan solusi dalam mengatasi masalah yang timbul akibat adanya Penilai Publik palsu yang menandatangani Laporan Penilaian;

(5) memperkenalkan jasa Penilai dan pentingnya peran profesi Penilai Publik di sektor keuangan kepada masyarakat, pengguna jasa, maupun stakeholders; serta

(6) menciptakan keseragaman pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Jasa Penilai dan Standar Penilaian yang berlaku kepada Penilai Publik, penilai pemerintah, dan masyarakat pengguna jasa penilai.

Tujuan dari PPL dapat dicapai apabila Akuntan Publik dan Penilai Publik berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan tersebut. Pada tahun 2011, PPAJP menargetkan jumlah Akuntan Publik dan Penilai Publik yang telah mengikuti PPL sebanyak 1.025 orang. Dengan target tersebut, diharapkan Akuntan Publik dan Penilai Publik dapat menjaga kepercayaan masyarakat dengan cara bekerja secara profesional serta memiliki kompetensi , kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman.

2. Menyusun dan Menerapkan Norma dan Peraturan tentang Akuntan Publik dan Penilai Publik yang Efektif Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, dalam era globalisasi perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna jasa Akuntan Publik dan Penilai Publik semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi keuangan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Meskipun Akuntan Publik senantiasa berupaya untuk memutakhirkan kompetensi dan meningkatkan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa, kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Publik tetap ada. Untuk melindungi kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi tersebut, diperlukan suatu norma dan peraturan tentang Akuntan Publik dan Penilai Publik yang efektif.

PPAJP berupaya melakukan pengkajian terkait profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik untuk mengakomodir perkembangan jasa akuntansi dan penilaian di Indonesia. Pada tahun 2011, PPAJP menargetkan untuk menyusun beberapa kajian penyusunan peraturan tentang Akuntan Publik dan Penilai Publik, antara lain:

(1) Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Pelaksanaan Undang-Undang Akuntan Publik; (2) Rancangan Undang-Undang (RUU) Pelaporan Keuangan;

(3) International Standard on Auditing (ISA); (4) Standar Penilaian Indonesia 2007; (5) Pedoman Pemeriksaan Dana Pensiun; dan (6) Pedoman Pemeriksaan Agribisnis.

3. Mengembangkan SDM yang Berkompetensi Tinggi dan Mengembangkan Organisasi yang Andal

Dalam sebuah organisasi sangat diperlukan SDM yang menjadi penggerak dari berbagai pekerjaan. Para pegawai mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan sebuah konsep pelatihan dan pengembangan yang sesuai agar para pegawai bisa memahami dan mengerti pekerjaan mereka. Dengan pemahaman yang baik, maka tujuan organisasi dapat cepat terlaksana dan mencapai target yang diharapkan.

Mengingat pentingnya peran SDM dalam suatu organisasi, maka PPAJP telah memfasilitasi para pegawai dalam memperoleh dan mengembangkan pengetahuan serta keahlian. Pada tahun 2011, PPAJP mengikutsertakan pegawai untuk mengikuti beberapa program pelatihan tidak hanya di bidang pembinaan dan pemeriksaan akuntan dan penilai saja, namun juga pelatihan pengembangan diri dan spiritual.

Pengembangan SDM tidak lepas dari pengembangan organisasi secara keseluruhan, sehingga keduanya harus selaras. Semua organisasi harus berubah karena tekanan dari lingkungan internal maupun eksternal. Tujuan dari pengembangan organisasi antara lain:

(1) menciptakan keharmonisan hubungan kerja antara pimpinan dengan staf anggota organisasi; (2) menciptakan kemampuan memecahkan persoalan organisasi secara lebih terbuka;

(3) menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi; serta

(4) merupakan semangat kerja para anggota organisasi dan kemampuan mengendalikan diri.

Untuk meraih tujuan dari pengembangan organisasi tersebut, PPAJP telah melakukan pengkajian atas kelembagaan yang andal, menerapkan manajemen risiko, serta menyelesaikan pembangunan scorecard individu di lingkungan PPAJP.

11.3.2. Realisasi/Pencapaian Tahun 2011

1. Penetapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik

Salah satu capaian penting PPAJP dalam menyusun dan menerapkan norma dan peraturan tentang Akuntan Publik dan Penilai Publik yang efektif pada tahun 2011 adalah dengan ditetapkannya RUU tentang Akuntan Publik menjadi UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diselenggarakan pada hari Selasa, 5 April 2011 di Jakarta, DPR menyetujui pengesahan RUU tentang Akuntan Publik menjadi undang-undang. Pengesahan ini telah melalui proses yang cukup lama, karena RUU Akuntan Publik ini telah dipersiapkan sejak tahun 2007.

Pelaksanaan Tugas Lainnya

11

BAB

Sebelum disahkan oleh DPR, RUU tentang Akuntan Publik menimbulkan pro dan kontra bagi mereka yang terkena dampak langsung dari RUU ini. Pro dan kontra muncul terutama pada aspek pengenaan sanksi pidana, pengaturan perizinan, dan kewenangan pengaturan profesi oleh Menteri Keuangan, serta liberalisasi akuntan asing. Pengenaan sanksi pidana dikhawatirkan akan menghambat perkembangan profesi dan menyebabkan semakin berkurangnya minat dari masyarakat untuk menggeluti profesi akuntan publik. Sampai saat ini, jumlah Akuntan Publik yang tersedia masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan. Sedangkan mengenai liberalisasi Akuntan Asing, dikhawatirkan Akuntan Asing akan menjamur dan pemerintah terkesan tidak melindungi Akuntan Publik lokal.

Sejumlah kesepakatan telah dibuat antara pemerintah dengan DPR terhadap RUU Akuntan Publik, antara lain adanya pembagian kewenangan yang jelas antara Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, dan Komite Profesi Akuntan Publik. Disepakati pula bahwa Kementerian Keuangan, yang didelegasikan kepada PPAJP, berwenang melaksanakan fungsi perizinan, pembinaan, dan pengawasan terhadap Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik. Asosiasi Profesi Akuntan Publik berwenang menyusun

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), menyelenggarakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) Akuntan Publik, serta melakukan reviu mutu bagi anggotanya. Komite Profesi Akuntan Publik, yang berjumlah 13 orang serta bersifat kolegial dari berbagai unsur, berwenang memberikan pertimbangan atau masukan kepada Kementerian Keuangan dan berfungsi sebagai lembaga banding atas pengenaan sanksi administrasi terhadap Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik.

Proses menjadi Akuntan Publik disederhanakan dan basis calon Akuntan Publik diperluas. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah Akuntan Publik tanpa mengurangi kualitas. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat melakukan kerja sama dan membentuk jaringan yang disebut Organisasi Audit Indonesia (OAI). Persyaratan Akuntan Publik Asing yang akan berpraktik di Indonesia diperketat, dimana mereka dapat melakukan praktik setelah terdapat perjanjian saling pengakuan antara Pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara asal Akuntan Publik. Sementara itu, rumusan ketentuan pidana disempurnakan untuk melindungi kepentingan publik dan menghindari kriminalisasi terhadap profesi Akuntan Publik.

Dengan ditetapkannya UU No. 5 Tahun 2011, pemerintah memberikan beberapa kelonggaran kepada masyarakat untuk dapat berkarir menjadi Akuntan Publik di Indonesia. Hal ini tertuang dalam penjelasan pasal 6 huruf a, yang berbunyi: “… Yang dapat mengikuti pendidikan profesi Akuntan Publik adalah seseorang yang memiliki pendidikan minimal Sarjana Strata 1 (S-1), Diploma IV (D-IV), atau yang setara.” Berarti untuk menjadi Akuntan Publik tidak harus berasal dari sarjana akuntansi.

Menurut data dari Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), jumlah Akuntan Publik di Indonesia hingga 31 Maret 2011 baru 926 orang dari total penduduk 237 juta jiwa. Singapura dengan jumlah penduduknya sekitar lima juta, memiliki 15.120 orang Akuntan Publik. Malaysia dengan jumlah penduduk sekitar 25 juta jiwa, memiliki 2.460 Akuntan Publik. IAPI juga menjelaskan bahwa sejak 1997 hingga kini, pertumbuhan jumlah Akuntan Publik tidak signifikan dan cenderung stagnan. Hal ini tampak dari data umur Akuntan Publik, yakni 64 persen telah berusia di atas 51 tahun, 25 persen berumur 41-50 tahun, dan 11 persen berumur 26-40 tahun. Hal inilah yang mendasari pemerintah untuk tidak membatasi setiap orang yang ingin mengikuti pendidikan profesi Akuntan Publik dengan memperbolehkan lulusan dari non akuntansi mengikuti pendidikan tersebut. Oleh karena itu, peluang untuk menjadi Akuntan Publik di Indonesia sangat terbuka lebar.

2. Penyelenggaraan Sosialisasi Profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik

PPAJP sebagai unit pembina dan pengawas profesi jasa Akuntan Publik dan Penilai Publik selalu berupaya meningkatkan jumlah Akuntan Publik dan Penilai Publik di Indonesia, salah satunya dengan mengadakan program sosialisasi profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik untuk memperkenalkan profesi ini kepada masyarakat. Sosialisasi Akuntan Publik dan Penilai Publik bertujuan untuk:

(1) memperkenalkan profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik kepada masyarakat, serta pentingnya peran dan fungsi Akuntan Publik dan Penilai Publik dalam kegiatan ekonomi;

(2) memberikan pemahaman kepada masyarakat sebagai pengguna jasa untuk menggunakan jasa Akuntan Publik dan Penilai Publik yang telah memiliki izin resmi, untuk menghindari Akuntan Publik dan Penilai Publik palsu;

(3) meningkatkan minat masyarakat untuk berprofesi sebagai Akuntan Publik dan Penilai Publik, sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah Akuntan Publik dan Penilai Publik di Indonesia;

(4) meningkatkan minat masyarakat untuk mempelajari ilmu penilaian, terutama bagi kalangan dosen, sehingga nantinya dapat melakukan alih pengetahuan kepada mahasiswa;

(5) membuka kesempatan bagi pihak Universitas untuk bekerjasama dengan Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) sebagai asosiasi profesi dalam rangka pembukaan program studi di bidang Penilaian; dan

(6) memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya Pemerintah Daerah, untuk memahami proses dan prosedur pencatatan keuangan serta penilaian aset daerah sesuai dengan standar yang berlaku.

Selaku pembina dan pengawas profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik di Indonesia, PPAJP mengambil prakarsa untuk melaksanakan sosialisasi profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik sebanyak 18 kali pada tahun 2011, dengan rincian:

(1) Sosialisasi Akuntan Publik sebanyak 9 kali, yaitu di Malang, Bandung, Jakarta, Surakarta, Banda Aceh, Purwokerto, Cirebon, Balikpapan, dan Padang; serta

(2) Sosialisasi Profesi Penilai Publik sebanyak 9 kali, yaitu di Padang, Bandung, Manado, Kendari, Aceh, Samarinda, Mataram, Bali, dan Jakarta.

Sosialisasi Profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik untuk masing-masing tahap mengundang antara 45-200 orang peserta. Penyelenggara Sosialisasi adalah PPAJP bekerjasama dengan Asosiasi Profesi-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), MAPPI, dan perguruan tinggi.

Materi Sosialisasi Profesi Akuntan Publik menekankan pada knowledge sharing terkait UU No. 5 Tahun 2011, sedangkan Sosialisasi Penilai Publik lebih menekankan pada pemahaman mengenai profesi Penilai Publik untuk kalangan akademisi, penilaian aset daerah, dan pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan untuk pemerintah daerah dan instansi terkait.

3. Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Lanjutan Akuntan Publik dan Penilai Publik

Dalam perekonomian dunia yang semakin berkembang maju, peran sektor jasa, khususnya jasa penunjang di sektor keuangan seperti Akuntan Publik menjadi lebih penting. Profesi Akuntan Publik yang merupakan penunjang di bidang jasa keuangan mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka transparansi dan good corporate governance. Dalam menjalankan profesinya, Akuntan Publik bekerja atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat. Kepercayaan muncul karena Akuntan Publik memiliki kompetensi profesional yang merupakan perpaduan di antara etika, pengetahuan, dan keahlian. Dengan demikian, seorang Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa mengikuti perkembangan lingkungan yang mempengaruhi tugas dan kewajiban profesionalnya. Profesi Akuntan Publik harus secara terus-menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi profesionalnya.

Dalam rangka memelihara dan menciptakan profesionalisme Penilai yang handal dan berwawasan luas, pemerintah bersama-sama dengan Asosiasi Profesi Penilai menyelenggarakan kegiatan PPL. Selaku pembina dan pengawas profesi Akuntan Publik dan penilai Publik di Indonesia, PPAJP bersama-sama dengan pihak Asosiasi Profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik menyelenggarakan PPL sebanyak 23 kali pada tahun 2011, dengan rincian:

(1) PPL Akuntan Publik tahun 2011 diselenggarakan sebanyak 12 kali, yaitu Jakarta I, Jakarta II, Surabaya I, Palembang, Bandung, Medan, Yogyakarta, Batam, Bekasi, Surabaya II, Jakarta III, dan Jakarta IV; serta (2) PPL Penilai Publik sebanyak 11 kali, yaitu Medan, Jakarta I, Jakarta II, Surabaya, Jakarta III, Bintan,

Jakarta IV, Jakarta V, Jakarta VI, Makassar, dan Bandung.

Kegiatan PPL diselenggarakan oleh PPAJP bekerjasama dengan asosiasi profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik, dengan mengundang peserta yang merupakan Akuntan Publik, Penilai Publik, staf professional Kantor Akuntan Publik, anggota asosiasi profesi penilai, penilai pemerintah, pegawai perbankan, pegawai pemerintah daerah, BUMN/D, pegawai Kamar Dagang Indonesia (Kadin), akademisi, serta pihak-pihak lain yang terkait.

Materi PPL yang diberikan lebih ditekankan kepada pemahaman atas hal-hal yang bersifat fundamental terkait dengan review Standar Akuntan Publik (SAP) terkini, yaitu PMK No. 125/ PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik, serta membahas isu-isu terkini terkait profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik di Indonesia. 4. Layanan Terhadap Akuntan, Akuntan Publik dan Penilai Publik yang Efektif dan Efisien

PPAJP berkomitmen untuk memperbaiki proses bisnis dan administratifnya dalam memberikan layanan yang efisien kepada masyarakat. Salah satunya dengan menargetkan waktu penyelesaian

Pelaksanaan Tugas Lainnya

11

BAB

penerbitan izin tentang Akuntan Publik dan Penilai Publik. Pada tahun 2011, waktu rata-rata penerbitan izin Akuntan Publik dan Penilai Publik adalah 9,08 hari kerja, lebih cepat daripada target yang ditetapkan, yaitu 12 hari kerja.

Selama tahun 2011, PPAJP telah menerbitkan izin Akuntan Publik baru sebanyak 89 orang dengan waktu proses 831 hari, serta izin Penilai Publik baru sebanyak 17 orang dengan waktu proses 132 hari, sehingga total waktu proses untuk 106 izin AP dan PP baru adalah 963 hari kerja (963 hari : 106 izin = 9,08 hari/izin).

Faktor-faktor pendukung keberhasilan tercapainya target waktu rata-rata penyelesaian izin Akuntan Publik dan Penilai Publik selama 9,08 hari kerja adalah:

(1) telah tersedianya informasi publik yang dapat diakses melalui website PPAJP tentang tata cara pengajuan permohonan izin;

(2) telah dilakukannya diseminasi peraturan kepada publik;

(3) telah diaplikasikannya Sistem Informasi Akuntan Publik dan Penilai Publik untuk pemrosesan permohonan Izin;

(4) pelaksanaan pemrosesan izin telah sepenuhnya dilakukan sesuai prosedur kerja yang sudah baku (SOP); serta

(5) telah dilakukannya langkah-langkah peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan in-house training di PPAJP maupun pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak atau instansi di luar PPAJP dari yang direncanakan sebanyak 11 kali, dapat direalisasikan sebanyak 14 kegiatan.

5. Pengembangan SDM dan Organisasi.

Pengembangan SDM pada dasarnya merupakan kegiatan terpadu yang dilakukan manajemen dalam rangka meningkatkan nilai tambah pegawai guna meningkatkan produktivitas organisasi dan sekaligus dalam rangka mempersiapkan pegawai untuk melaksanakan tugas pada jenjang yang lebih tinggi. Fungsi pengembangan SDM perlu mendapat perhatian, sehingga kesesuaian di antara kebutuhan organisasi dengan kualifikasi teknis pegawai dapat lebih terjamin. Di lain pihak, pengembangan SDM perlu dilakukan untuk karyawan baru atas pertimbangan bahwa umumnya karyawan baru hanya mempunyai kecakapan teoritis saja yang diperoleh dari bangku sekolah.

Mengingat pentingnya pengembangan SDM, PPAJP telah mengikutsertakan pegawainya pada pelatihan untuk meningkatkan kompetensi SDM bidang pembinaan dan pengawasan Akuntan Publik dan Penilai Publik. Jenis-jenis pelatihan yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:

(1) Inhouse Training Akuntansi Pemerintah; (2) Pelatihan Akuntansi Syariah;

(3) Inhouse Training Konvergensi IFRS dan PSAK 4, 15, dan 22; (4) Inhouse Training Kode Etik Profesi Akuntan Publik; (5) Capacity Building Nilai-Nilai Kementerian Keuangan; (6) Inhouse Training Teknik Wawancara Dalam Pemeriksaan; (7) Inhouse Training PSAK 18 Revisi 2010;

(8) Inhouse Training Liberalisasi Perdagangan; (9) Pendidikan P3 dan P4 Properti;

(10) Certified Property Development; (11) Pelatihan Penilai Kapal; (12) Chartered Financial Analyst; (13) Workshop Penilaian Hotel; dan (14) Inhouse Training ISQC.

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL 2011 (Halaman 118-124)