• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Lain: Pelaksanaan Percepatan Pemberantasan Korupsi

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL 2011 (Halaman 51-54)

Pembinaan dan Penataan Organisasi dan Tata Laksana

5.5. Tugas Lain: Pelaksanaan Percepatan Pemberantasan Korupsi

Sejalan bergulirnya tuntutan reformasi pemerintahan oleh publik, maka pada awal periode Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu I, Presiden mencanangkan strategi pemberantasan korupsi dengan mengeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Inpres ini ditujukan kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Jaksa Agung Republik Indonesia, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen, Gubernur, dan Bupati dan Walikota. Materi Inpres pada intinya meminta kepada seluruh penyelenggara negara untuk

saling bahu-membahu bersinergi melakukan percepatan pemberantasan korupsi, meningkatkan kinerja dan pelayanan, menerapkan kesederhanaan, serta menerapkan penghematan dan efisiensi dalam penggunaan anggaran, sehingga diharapkan akan tercipta penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Inpres No. 5 Tahun 2004 berisi 10 diktum umum dan 1 diktum khusus. Seluruh diktum diharapkan dapat mencakup seluruh aspek yang diperlukan oleh pemerintah dalam rangka mengantisipasi berbagai modus korupsi serta mampu menjadi alat dalam percepatan pemberantasan korupsi.

Tugas dan fungsi Kementerian Keuangan untuk menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara menjadikan Kementerian Keuangan mempunyai peran sangat strategis dalam upaya pemberantasan korupsi, mengingat korupsi tidak terlepas dari keuangan dan kekayaan negara. Dalam hal ini diperlukan manajemen, aturan, dan sumber daya aparatur yang baik untuk mencegah timbulnya korupsi. Begitu pentingnya peran Kementerian Keuangan dalam upaya pemberantasan dan pencegahan korupsi, sehingga Kementerian Keuangan selain harus melaksanakan diktum umum, juga mendapat amanat untuk mengimplementasikan diktum khusus.

Sejak tahun 2002, Kementerian Keuangan telah merintis Program Reformasi Birokrasi yang bertumpu kepada penataan organisasi, penyempurnaan business process, serta peningkatan disiplin dan kualitas SDM. Berkaitan dengan dikeluarkannya Inpres No. 5 Tahun 2004, pada awal tahun 2007, Menteri Keuangan telah menetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 38/KMK.01/2007 tentang Pengorganisasian, Personel, dan Mekanisme Koordinasi, Monitoring, dan Evaluasi Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004 di lingkungan Kementerian Keuangan. Selanjutnya, untuk memantapkan pelaksanaan Inpres tersebut, susunan Tim Kormonev Kementerian Keuangan diubah seiap tahun dan disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan. Perubahan susunan keanggotaan dan juga masa kerja Tim Kormonev untuk Tahun 2011 ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 36/KM.1/2011 tentang Perpanjangan Masa Kerja dan Perubahan Susunan Keanggotaan Tim Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 di lingkungan Kementerian Keuangan. Sebagai Penanggung jawab Tim Kormonev Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004 adalah Menteri Keuangan dan sebagai Koordinator Pelaksana Inpres No. 5 Tahun 2004 adalah Sekretaris Jenderal.

Atas dasar Keputusan Menteri Keuangan tersebut, para pimpinan unit eselon I melalui sekretaris masing-masing unit eselon I melakukan program-program kegiatan dan pengkajian tentang agenda percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan Kementerian Keuangan.

Dalam Laporan Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004 Semester I Tahun 2011 yang disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden Republik Indonesia, terdapat indikator-indikator pemberantasan korupsi di lingkungan Kementerian Keuangan yang telah diformulasikan dan dilaksanakan, yaitu:

1. Jumlah pejabat wajib LHKPN yang telah menyampaikan LHKPN adalah sebanyak 20.418 pejabat (85,80 persen);

2. Jumlah pejabat eselon I s.d. III di lingkungan Kementerian Keuangan yang telah menetapkan kontrak kinerja tahunan sebanyak 1.862 pejabat, sehingga tingkat capaian pejabat yang telah menetapkan kontrak kinerja tahunan adalah 98,83 persen;

3. Tingkat capaian unit kerja yang menyampaikan LAKIP adalah 394 unit kerja dari 405 unit kerja yang wajib menyampaikan LAKIP (97,28 persen). Adapun dari total tersebut, sebagian telah dilakukan evaluasi oleh Itjen pada tahun 2011;

4. Penyusunan SOP Pelayanan Masyarakat yang direkomendasikan oleh Sekretariat Jenderal sebanyak 756 SOP (100 persen) dengan jumlah akumulasi SOP Layanan Unggulan sebanyak 102 SOP;

5. Pencanangan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) di seluruh lingkungan Kementerian Keuangan;

6. Realisasi sertifikasi Pejabat Pengadaan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah sebanyak 2.820 orang (101,25 persen). Adapun terkait penghematan belanja barang dan belanja modal dengan pelaksanaan e-procurement, paket pengadaan yang dilakukan oleh LPSE Kementerian Keuangan berhasil menghemat 18,93 persen dari nilai pagu Rp 605.751.977.335,14 atau sebesar Rp 114.664.524.530,86;

Pembinaan dan Penataan Organisasi dan Tata Laksana

5

BAB

7. Kegiatan sosialisasi Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dengan target sasaran para pejabat di seluruh lingkungan Kementerian Keuangan, khususnya para pejabat eselon III maupun kepala kantor instansi vertikal pada DJP, DJBC, DJPB, dan DJKN, telah rutin diselenggarakan di Kementerian Keuangan sejak tahun 2007;

8. Implementasi Peraturan Menteri Keuangan tentang pengawasan dan pembinaan aparatur, antara lain penetapan kode etik pegawai, pengelolaan pelaporan pelanggaran (whistle blowing), penerapan kedisiplinan pegawai, dan penilaian kinerja individu.

Indikator-indikator tersebut dapat berubah sejalan dengan perkembangan lingkungan dan dinamika organisasi. Prinsipnya seluruh upaya pemberantasan korupsi di lingkungan Kementerian Keuangan adalah bagian dari proses reformasi birokrasi, yaitu perbaikan birokrasi secara menyeluruh baik dari sisi prosedural maupun substansial. Hal ini karena perilaku birokrasi menjadi faktor utama yang sangat menentukan keberhasilan suatu pemerintahan.

Kementerian Keuangan juga telah membuat Memorandum of Understanding (MoU) dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi. MoU ditandatangani oleh para Pimpinan unit Eselon I Kementerian Keuangan bersama dengan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu, Kementerian Keuangan yang pada tahun 2009 mendapatkan peringkat pertama dalam upaya implementasi Inpres No. 5 Tahun 2009, pada tahun 2011 ini mendapatkan penghargaan dari Sekretaris Kabinet Republik Indonesia. Penghargaan yang diterima terkait dengan:

1. capaian-capaian positif dalam pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2009; serta

2. komitmen untuk terus-menerus secara gencar memerangi dan memberantas korupsi dalam rangka mewujudkan tata kelola keuangan negara yang profesional, amanah, dan tepat arah untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan publik demi tercapainya visi dan misi pemberdayaan keuangan negara yang efektif dan efisien yang pada gilirannya akan meningkatkan kepercayaan publik, memacu pertumbuhan ekonomi (pro growth), mengurangi kemiskinan (pro poor), mengatasi pengangguran (pro job), dan terjaganya kesinambungan serta kelestarian lingkungan (pro environment).

Penyelenggaraan Kerjasama dan

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL 2011 (Halaman 51-54)