• Tidak ada hasil yang ditemukan

WEMOERFIVFEKEMOSR¾MOQIPEPYMGEVEGEVE

4. Penciptaan Perdamaian Dunia

Dalam upaya menciptakan perdamaian dunia, Indonesia telah berperan aktif dalam masalah perdamaian di Timur Tengah dengan mengirim-kan Kontingen Garuda XXIII-A untuk bergabung bersama United Nations Interim Force in Lebanon

(UNIFIL), berperan aktif dalam penyelesaian kon-flik Israel dan Palestina, meningkatkan perannya melalui rancangan-rancangan resolusi PBB secara adil. Bersama anggota Organisasi Konferensi Is-lam (OKI) lainnya, Indonesia mengutuk agresi militer Israel yang berlebihan, tidak pandang bulu, dan tidak proporsional terhadap Palestina dan Lebanon pada Juli 2006. Indonesia men-dukung Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701 yang memerintahkan gencatan senjata an-tara kedua belah pihak. Indonesia berpandangan

bahwa setiap tindakan agresi harus dihentikan dan memulai kembali dialog dan perundingan menuju tercapainya sebuah penyelesaian yang adil, menyeluruh, dan langgeng demi terwujud-nya perdamaian di Timur Tengah.

Terkait dengan serangan Israel ke Palestina di penghujung tahun 2008, Pemerintah Indonesia merespon dengan menyampaikan surat kepada Sekjen PBB dan Presiden Dewan Keamanan PBB yang pada prinsipnya menyatakan keprihatinan dan melalui PBB meminta Israel untuk segera menghentikan serangan Israel di jalur Gaza dan mendesak DK PBB agar mengeluarkan resolusi untuk menghentikan aksi Israel tersebut. Sedang-kan, bantuan kemanusiaan kepada rakyat dan bangsa Palestina, Pemerintah Indonesia mem-berikan bantuan obat-obatan, dan uang sejumlah USD 1 juta.

Pada Juli 2008, Indonesia menjadi tuan rumah sekaligus pemrakarsa Konferensi Tingkat Men-teri Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika Untuk Pembangunan Kapasitas Palestina yang dihadiri oleh 218 peserta dari 53 negara Asia dan Afrika, 3 negara dari Amerika Latin serta sejumlah orga-nisasi internasional sebagai pengamat. Konferensi ini merupakan wujud solidaritas dan kepedulian negara-negara Asia Afrika untuk membantu Pa-lestina dalam mempersiapkan penyelenggaraan Pemerintahan begitu negara Palestina terwujud. Komitmen yang dibawa oleh The NAASP Ministe-rial Conference on Capacity Building for Palestine

merupakan suatu bentuk saling berbagi yang akan memperkaya pemberi maupun penerima, walaupun sederhana bantuan keuangan yang diberikan namun akan menjadi upaya bantuan yang berkelanjutan dari negara peserta sekaligus melengkapi skema bantuan yang telah ada, teru-tama dari Konferensi Annapolis dan Paris. Indonesia dengan demikian optimis bahwa kon-tribusi yang dihasilkan dari Konferensi ini akan terwujud, memberikan dampak yang mengun-tungkan bagi tak kurang 10.000 warga Palestina,

81 E v a lu a si 4 T a h u n P e la k sa n a a n R P JM N 2 0 0 4 -2 0 0 9

serta akan menjadi kekuatan untuk kemerdekaan dan perubahan yang positif. Sedangkan Indone-sia berjanji akan memberikan bantuan bagi 1.000 warga Palestina dalam kegiatan ini.

Pada 2007, beberapa capaian yang diraih dalam program penegasan komitmen perdamaian du-nia antara lain partisipasi Indonesia dalam 6 OPP PBB, yaitu: United Nations Mission in the Democra-tic Republic of Congo (MONUC), United Nations Mission in Liberia (UNMIL), United Nations Mis-sion In Sudan (UNMIS), United Nations Observer Mission in Georgia (UNOMIG), United Nations Mis-sion in Nepal (UNMIN), dan United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Peningkatan partisi-pasi Indonesia dalam OPP didukung dengan pem-bentukan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) sebagai forum koordinasi dan kerjasama antar-instansi terkait, termasuk United Nations Department for Peace Keeping Operations (UND-PKO). Selain itu, Indonesia juga mengirim satu FPU (Formed Police Unit) POLRI ke Darfur, Sudan untuk bergabung dalam United Nations-African Union Mission in Darfur (UNAMID) pada 2008. Pada 2006, Indonesia telah terpilih sebagai ang-gota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode 2007-2009. Keanggotaan tidak tetap Indonesia di DK PBB merupakan “political invest-ment” dalam rangka memulihkan kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia. Pada November 2007, Indonesia menjabat se-bagai Presiden DK PBB. Indonesia cukup berhasil mempertahankan posisinya yang terhormat seba-gai negara yang peka terhadap nilai-nilai keadilan dan kebebasan di dalam hubungan internasional. Pada saat menjadi anggota tidak tetap Dewan Ke-amanan Indonesia berani berbeda pendapat de-ngan negara-negara besar di PBB dalam kasus Pro-gram Nuklir Iran sehingga Resolusi DK-PBB 1835 yang tidak memuat tambahan sanksi untuk Iran dapat disahkan secara aklamasi oleh 15 anggota DK-PBB termasuk RI pada 27 September 2008. Di samping itu, dalam komitmen terhadap per-damaian dunia, Indonesia menyambut baik kese-pakatan workplan antara Pemerintah Iran dengan

The International Atomic Energy Agency (IAEA).

“Keberhasilan memberantas terorisme, untuk jangka panjang, akan sangat ter-gantung dari keberhasilan memberday-akan kaum moderat (empowering the mode-rates)”

Indonesia juga berhasil terpilih menjadi anggota di beberapa organisasi internasional seperti anggota Dewan HAM periode 2007-2010, anggota Execu-tive Board World Health Organization (WHO) peri-ode 2007-2010, dan anggota Dewan International Maritime Organization (IMO) kategori C periode 2007-2009. Pada awal 2008, Wakil Tetap Indone-sia untuk PBB terpilih sebagai Ketua Komite Khu-sus PBB yang menangani masalah dekolonisasi. Selain keberhasilan pada pencalonan-pencalonan tersebut, kepercayaan masyarakat internasional juga diperlihatkan dengan terpilihnya kandidat Indonesia untuk mengisi jabatan-jabatan pada organisasi internasional seperti kepemimpinan Indonesia sebagai Ketua D-8 (Developing 8 Coun-tries) untuk periode 2006-2008 dan Sekjen D-8.

Capaian yang tidak kalah penting yang diraih pada 2006 adalah Indonesia telah memperoleh kepercayaan untuk duduk sebagai anggota De-wan HAM PBB periode 2007-2010, Peace Building Commission (PBC) periode 2006, The Council of the International Telecommunications Union periode 2006/2010, yaitu Australia, Malaysia, Amerika Serikat, Belanda, Yunani, dan Jepang.

Terkait masalah terorisme, Indonesia secara te-gas menolak pengaitan terorisme dengan agama atau budaya tertentu. Dalam upaya memberantas terorisme peningkatan kerjasama internasional untuk capacity building merupakan suatu kenis-cayaan. Namun demikian, keberhasilan mem-berantas terorisme, untuk jangka panjang, akan sangat tergantung dari keberhasilan memberda-yakan kaum moderat (empowering the moderates). Dalam empowering the moderates inilah, Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga

seka-82 P E N C A P A IA N S E B U A H P E R U B A H A N

ligus negara dengan populasi muslim terbesar di dunia telah memprakarsai berbagai dialog antar-agama/budaya (interfaith dialogue) yang diusa-hakan menjadi fitur tetap diplomasi Indonesia ke depan. Dalam kurun 2005-2008, Indonesia telah memprakarsai tidak kurang dari tujuh dialog baik di level bilateral maupun regional.

Terkait peningkatan prakarsa Indonesia dalam resolusi konflik internasional, Indonesia juga telah memfasilitasi penyelesaian konflik antara konflik hailand Selatan melalui mediasi Wapres RI pada tanggal 21 Desember 2008 di Bogor.

2.8.3.2. Per m asalahan Pencapaian

Sa-saran

Dari sejumlah capaian-capaian yang telah diraih, masih terdapat beberapa permasalahan yang per-lu penanganan yang lebih serius. Adapun perma-salahan-permasalahan tersebut adalah:

1. Dalam pelaksanaan Program Pemantapan Politik Luar Negeri dan Optimalisasi

Diplo-masi Indonesia terdapat beberapa permasa-lahan, antara lain keterbatasan untuk mendu-kung penyelenggaraan hubungan luar negeri, baik dari sisi sumberdaya maupun manajeri-al. Di samping itu, situasi politik dalam negeri akan sangat mempengaruhi kinerja dan pe-ran diplomasi. Upaya melakukan kerjasama di berbagai bidang melalui peran diplomasi akan menghadapi kesulitan apabila tidak didukung oleh stabilitas keamanan, jaminan kepastian hukum dan “comparative advantage” di sam-ping pemberitaan yang proporsional tentang situasi politik di tanah air;

2. Dalam menjalankan diplomasi total, Peme-rintah menyadari arti penting partisipasi masyarakat dan media massa sebagai repre-sentasi second track diplomacy yang juga meru-pakan faktor penting keberhasilan kebijakan politik luar negeri Indonesia. Melalui kemi-traan dengan masyarakat dan media massa di-harapkan dapat memperkuat reliabilitas dan akuntabilitas kelembagaan maupun proses penyusunan kebijakan;

83 E v a lu a si 4 T a h u n P e la k sa n a a n R P JM N 2 0 0 4 -2 0 0 9

3. Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian Program Peningkatan Kerjasama Internasional adalah bahwa keberhasilan program ditentukan bukan hanya oleh penye-lenggara hubungan luar negeri tetapi juga oleh kinerja instansi terkait. Keberhasilan pelaksanaan kerjasama di bidang ekonomi, perdagangan, dan pariwisata bukan hanya merupakan hasil kerja Departemen Luar Ne-geri, tetapi juga sangat ditentukan oleh peran instansi sektor terkait. Untuk itu Departe-men Luar Negeri perlu memperkuat peran-nya sebagai focal point dalam setiap kerjasama internasional, di samping juga meningkatkan sensitifitasnya dalam menangkap berbagai potensi peluang kerjasama internasional.

2.8.4. T indak Lanjut

2.8.4.1. U paya yang akan D ilakukan

unt uk M encapai Sasaran

Pada 2009, kebijakan politik dan hubungan luar negeri akan terus diarahkan untuk melanjutkan dan menindaklanjuti kegiatan-kegiatan yang be-lum selesai tahun sebebe-lumnya, di samping per-luasan dan peningkatan diplomasi Indonesia di tingkat bilateral, regional, maupun multilateral dalam bentuk kerjasama di segala bidang. Hal tersebut dilaksanakan guna mencapai sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Na-sional (RPJMN) 2005-2009 di bidang hubungan luar negeri yakni menguatnya dan meluasnya identitas nasional sebagai negara demokratis dalam tatanan masyarakat internasional.

Indonesia juga akan terus meningkatkan dan mengembangkan diplomasi ekonomi dalam upa-ya meningkatkan kerjasama perdagangan dan investasi sebagai sumber bagi pembangunan eko-nomi. Sebagai langkah ke depan, Indonesia akan terus memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam keikutsertaan Indonesia di berbagai forum internasional.

Pemerintah berusaha untuk meningkatkan pe-ranan Indonesia dalam mendorong terciptanya tatanan dan kerjasama ekonomi regional dan internasional yang lebih baik dalam mendukung pembangunan nasional melalui penyusunan ren-cana tindak untuk mendukung upaya-upaya pe-ningkatan kerjasama ekonomi dan perdagangan melalui pelaksanaan three-track diplomacy, yaitu bilateral, regional, dan multilateral.

Politik luar negeri akan tetap memainkan peran penting dalam menghadapi berbagai ancaman separatisme dan masalah otonomi daerah guna mencegah adanya internasionalisasi isu-isu sepa-ratisme di dalam negeri serta mengupayakan du-kungan internasional terhadap integritas wilayah Indonesia.

Terkait dengan isu ancaman dan gangguan ke-amanan di kawasan Asia Timur, terutama di Se-menanjung Korea, yakni isu de-nuklir-isasi yang masih terus dibahas melalui Six Party Talks dan isu rekonsiliasi antara Utara dan Selatan, Indone-sia akan memainkan peran aktifnya dalam kedua isu tersebut mengingat kedekatan Indonesia de-ngan kedua negara.

Peningkatan upaya perlindungan dan pelayanan WNI/BHI di luar negeri juga masih menjadi salah satu perhatian utama dalam pelaksanaan politik luar negeri. Pemerintah Indonesia akan mening-katkan intensitas kerjasama dengan negara-nega-ra mitnegara-nega-ra dan organisasi internasional terutama dalam hal perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri serta meningkatkan fungsi Citizen Services di Perwakilan RI.

Untuk mewujudkan citra positif Indonesia dan meningkatnya kepercayaan masyarakat interna-sional terhadap Indonesia, strategi penyebaran informasi dan kemitraan dengan media sebagai salah satu alat diplomasi terus dioptimalkan di-samping perluasan diplomasi publik melalui in-terfaith dialogue dan media dialogue.

84 P E N C A P A IA N S E B U A H P E R U B A H A N

2.8.4.2. Perkiraan Pencapaian Sasaran

RPJM N 2004- 2009

Capaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dalam empat tahun terakhir memberikan gambaran yang beragam kualitas dan kuantitasnya. Secara umum, dari segi proses telah sebagian besar pen-capaian sasaran sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan. Untuk mencapai sasaran akhir RPJMN 2004-2009 yang belum selesai dituntas-kan, Pemerintah melalui kebijakan yang tertuang dalam RKP 2009 memfokuskan pada beberapa kegiatan dengan pola relasi kerjasama bilateral, regional, dan multilateral, antara lain:

1. Diplomasi publik dan Interfaith Dialogue; 2. Penyelesaian masalah perbatasan;

3. ASEAN Community;

4. Perlindungan WNI/BHI;

5. Penguatan peran Indonesia di bidang ke-amanan internasional;

6. Kerjasama bilateral, regional, multilateral/in-ternasional;

7. Penguatan institusi diplomasi.

2.8.5. Penut up

Secara umum, capaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dalam empat tahun terakhir memberikan gambaran yang beragam kualitas dan kuantitas-nya. Pencapaian sasaran RPJMN 2004-2009 telah sesuai dengan kebijakan yang ingin dicapai.

Ditingkat Bilateral, Indonesia secara konsisten melaksanakan border diplomacy dengan Filipina, Papua New Guinea (PNG), Malaysia, Singapura, dan Timor Leste melalui serangkaian perun-dingan dan penuntasan penentuan batas laut wilayah, zona ekonomi eksklusif, dan landas kon-tinen dengan negara-negara tetangga terus dilan-jutkan dengan kemajuan yang lebih positif. Untuk tingkat regional, Indonesia semakin inten-sif dalam mengupayakan integrasi ASEAN. Indo-nesia terus mendorong ASEAN untuk beranjak ke arah peningkatan kerjasama dari suatu asosiasi menjadi komunitas.

Peningkatan kerjasama internasional, penyusun-an kerpenyusun-angka kerja menunjukkpenyusun-an keadapenyusun-an ypenyusun-ang lebih baik jika dilihat dari keluaran kegiatan dan potensi dampak yang dapat dihasilkan. Untuk pemantapan kerjasama internasional, capaian yang diperoleh sudah optimal karena keluarannya cukup banyak dan mampu menghasilkan dampak sebagaimana diharapkan.

Dalam penciptaan perdamaian dunia, Indonesia telah ikut berpartisipasi dalam OPP dunia me-lalui pengiriman pasukan untuk ambil bagian dalam mengamankan negara-negara yang sedang mengalami perang. Bersama dengan OKI, Indone-sia juga ikut menggalang solidaritas dan menyu-arakan perdamaian dunia. Dengan terpilihnya Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB periode 2007-2008, Indonesia secara nyata juga ikut berkontribusi penyelesaian konflik Israel-Palestina. Terkait dengan keadaan di Lebanon, Indonesia juga ikut meningkatkan perannya melalui rancangan-rancangan resolusi PBB secara adil.

Bab 3.1 Pengantar Agenda Mewujudkan Indonesia yang