• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Penataan Daerah Otonomi Baru (DOB)

Revitalisasi Proses D esentralisasi dan O tonomi D aerah

6. Program Penataan Daerah Otonomi Baru (DOB)

Secara umum, diperlukan kajian juga inovasi-inovasi kebijakan lain untuk mengendalikan laju pemekaran daerah. Upaya tindak lanjut lainnya yang direkomendasikan untuk meningkatkan pencapaian sasaran ini diantaranya adalah se-bagai berikut:

1. Menyiapkan kebijakan dan peraturan batas wilayah administrasi untuk penyelesaian konflik antardaerah induk dan DOB dengan regulasi penataan batas wilayah dan peng-evaluasian penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di DOB;

2. Mempercepat pembangunan DOB dengan upaya peningkatan iklim investasi,

peningkat-Kotak 1

Dampak Pemekaran Daerah

Pemekaran daerah yang telah berlangsung selama sepuluh tahun (1999-2009) telah melahirkan DOB seba-nyak 205 daerah yang terdiri dari 7 Provinsi, 34 Kota, dan 164 Kabupaten (data dari Direktorat Otoda- BAPPENAS). Meski dalam aspek rentang kendali harus diakui bahwa pemekaran memang menjadikan jang-kauan jarak pelayanan relatif lebih dekat, namun semakin pendeknya rentang pelayanan kepada masyarakat ternyata belum dapat meningkatkan pelayanan publik itu sendiri, karena masih ada faktor lain yang juga berubah pasca pemekaran. Selain itu, pemekaran yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ma-syarakat dan daya saing daerahnya ternyata belum mampu memenuhi ekspektasi tersebut. Adapun beberapa studi terkait dengan hal ini adalah sebagai berikut:

Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah 2001-2007. Hasil studi menyimpulkan bahwa dari aspek kinerja perekonomian daerah teridentifikasi pembagian potensi ekonomi yang kurang merata dan beban penduduk miskin yang lebih tinggi; dari aspek pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa DOB lebih fluktuatif diban-dingkan daerah induk yang relatif stabil dan meningkat; dari aspek kinerja pelayanan publik diidentifikasi bahwa pelayanan publik di daerah pemekaran belum berjalan optimal karena tidak efektifnya penggunaan dana, tidak tersedianya tenaga layanan publik, dan belum optimalnya pemanfaatan pelayanan publik; dari as-pek kinerja aparatur Pemerintah Daerah diidentifikasi adanya ketidaksesuaian antara aparatur yang dibutuh-kan dengan yang tersedia; kualitas aparatur yang umumnya belum memadai; dan pemberdayaan aparatur dae-rah yang belum optimal; dari aspek keuangan daedae-rah disimpulkan bahwa peran anggaran Pemerintah Daedae-rah pemekaran dalam mendorong perekonomian relatif kurang optimal, terutama disebabkan oleh permasalahan dalam pengelolaan keuangan daerah (ketergantungan fiskal yang lebih besar, optimasi pendapatan dan kon-tribusi ekonomi yang belum memenuhi target, dan porsi alokasi belanja modal dari Pemerintah Daerah yang belum memadai).

Studi Evaluasi Penataan DOB. Studi ini menyimpulkan bahwa secara umum dalam aspek-aspek ekonomi, keuangan, pelayanan publik, dan manajemen aparatur Pemerintah Daerah, kinerja daerah pemekaran tidak lebih baik dari daerah nonpemekaran. Selain itu, penataan DOB di Indonesia belum dapat diarahkan dengan baik karena hingga saat ini belum terdapat semacam Grand Design Penataan Otonomi Daerah. Grand Design tersebut juga diharapkan mampu menjawab berapa jumlah ideal Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Indonesia untuk dapat menjalankan pemerintahannya dengan efektif dan efisien.

Governance and Decentralization Survey (GDS) menyimpulkan bahwa masyarakat di daerah yang tidak pernah

mengalami pemekaran memiliki tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan yang cende-rung lebih tinggi dibanding daerah yang mengalami pemekaran, tingkat pelayanan faktual di daerah yang tidak pernah mengalami pemekaran juga tercatat lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada grafik-grafik di bawah ini.

155 E v a lu a si 4 T a h u n P e la k sa n a a n R P JM N 2 0 0 4 -2 0 0 9

Dari pemaparan di atas, perlu ada beberapa kebijakan yang dapat dilakukan terkait dengan penataan DOB dan penataan daerah secara umum. Kebijakan-kebijakan itu dapat dibagi dalam beberapa kelompok besar yaitu pertama terkait dengan perbaikan dalam proses pengusulan pemekaran daerah (prosedur dan syarat pemekaran). Kedua, terkait dengan masa persiapan untuk pembentukan DOB. Ketiga, alternatif kebijakan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kualitas pelayanan publik selain dengan pemekaran. Kebijakan-kebijakan ini terkait satu sama lainnya. Dengan demikian kebijakan yang diperlukan adalah kebijakan yang sifatnya simultan. Dilakukan dengan memerhatikan kebijakan pada tahapan dan isu lainnya sehingga satu kebijakan tidak bertentangan kebijakan lainnya.

Pelayanan Kesehatan

Sumber: GDS, 2008

Pelayanan Pendidikan

Sumber: GDS, 2008

Lanjutan Kotak 1

an kapasitas keuangan Pemerintah Daerah, pemberdayaan usaha skala mikro, pengem-bangan ekonomi lokal, peningkatan infra-struktur perdesaan, kerjasama antardaerah, dukungan pembangunan sarana dan prasa-rana Pemerintahan kecamatan di DOB, pe-ningkatan pelayanan publik, penerapan good governance, penataan ruang yang baik, serta peningkatan kinerja melalui peran DPOD; 3. Menghentikan sementara pembentukan DOB

sampai terlaksananya evaluasi menyeluruh dengan menerbitkan Moratorium Pemerin-tah; serta

4. Melakukan evaluasi penyelenggaraan peme-rintahan di DOB serta memfasilitasi dan mengkaji usulan baru.

3.6.4.2. Perkiraan Pencapaian Sasaran RPJM N 2004- 2009

Untuk mendukung tercapainya revitalisasi desen-tralisasi dan otonomi daerah diperlukan

dukung-an penddukung-anadukung-an ydukung-ang memadai. Oleh karendukung-anya, sumber pendanaan dari Pemerintah Pusat (me-lalui dana perimbangan) diperkirakan akan terus mengalami kenaikan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan ini merupakan cerminan dari keinginan agar proses desentralisasi dan otonomi daerah dapat benar-benar terwujud. Namun, dukungan pendanaan saja belum tentu cukup digunakan sebagai masukan dalam men-capai sasaran RPJMN 2004-2009 dalam setahun mendatang.

Demikian pula, tahun mendatang pencapaian di-perkirakan juga belum dapat memenuhi sasaran. Hal ini terkait dengan berbagai permasalahan yang belum terselesaikan dalam pelaksanaan kebijakan otonomi khusus di Provinsi NAD, Papua dan Papua Barat serta beberapa daerah berkarakter khusus/is-timewa seperti DKI Jakarta dan DI Yoyakarta; ma-sih belum memadainya kapasitas dan kompetensi aparatur Pemda di dalam penerapan SPM; belum adanya regulasi kerjasama antar-daerah sebagai

156 P E N C A P A IA N S E B U A H P E R U B A H A N

upaya meningkatkan pelayanan publik dasar; serta masih terbatasnya pengelolaan keuangan daerah. Dengan kondisi tersebut, pencapaian sasaran RPJMN 2004-2009 diperkirakan tidak akan me-nyeluruh. Terlepas dari keterbatasan ini, rencana tindakan yang lebih intensif, efektif, dan efisien diperkirakan dapat meningkatkan pencapaian pembangunan desentralisasi dan otonomi dae-rah secara lebih baik ke depan. Begitu juga, upaya yang berkesinambungan dan konsisten

diharap-kan dapat mewujuddiharap-kan pembangunan desentra-lisasi dan Otoda yang sesuai harapan, yakni ke-beradaan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam pemerataan hasil-hasil pembangunan. Perkiraan pencapaian sasaran RPJMN khususnya Bab Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otono-mi Daerah pada 2009 dan perkiraan sasaran RPJMN pada bab yang sama secara detail dapat dilihat pada Tabel 3.6.5.

Tabel 3.6.5.

Perkiraan Pencapaian Sasaran RPJMN pada 2009

No. Sasaran Indikator Perkiraan Pencapaian Sasaran sampai

Tahun 2009

1. Tercapainya sinkro-nisasi dan harmosinkro-nisasi peraturan perundang-undangan pusat dan daerah, termasuk yang mengatur tentang otonomi khusus Provinsi Papua dan Provinsi NAD

1. Meningkatnya sinkronisasi dan harmoni-sasi berbagai peraturan perundangan-undangan yang menyangkut hubungan pusat dan daerah, serta pelaksanaan otonomi daerah termasuk peraturan perundang-undangan daerah; 2. Tersusunnya berbagai peraturan

pelak-sana dari Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Peme-rintah Pusat dan PemePeme-rintahan Daerah; 3. Menguatnya visi desentralisasi dan

otonomi daerah para pelaku pemba-ngunan agar tercapai persepsi yang sama terutama dalam penyelenggaraan Pemerintahan, pelayananan publik, dan pembangunan di daerah; dan

4. Terlaksananya otonomi khusus di Provinsi Papua dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1. Terlaksananya evaluasi perda pajak dan retri-busi daerah, dan raperda APBD

2. Selesainya seluruh peraturan pelaksana UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004. 3. Penyaluran Dana Otsus di Papua, Papua Barat,

dan Nanggroe Aceh Darussalam,

4. Pemilihan kepala daerah secara langsung di Provinsi NAD dan Papua.

2. Meningkatnya ker-jasama antar-Pemerin-tah Daerah

Meningkatkan pelaksanaan kerjasama an-tar-Pemerintah Daerah termasuk peningkat-an perpeningkat-an Pemerintah Provinsi.

1. Terbitnya PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah sebagai payung hukum pelaksanaan kerjasama antar-daerah,

2. Selain itu, PP No. 50 Tahun 2007 tersebut sekaligus mengatur peran Pemerintah Provinsi dalam mengkoordinasikan pembangunan di wilayahnya,

3. Meningkatnya jumlah bentuk kerjasama antar-daerah dalam meningkatkan pelayanan publik. 3. Terbentuknya

kelem-bagaan Pemerintah Daerah yang efektif, efisien, dan akuntabel

Menyusun kelembagaan Pemerintah Daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan potensi daerah yang perlu dikelola

1. Terbitnya PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagai payung hukum dan perangkat pengaturan untuk pem-bentukan kelembagaan Pemerintah Daerah. 2. Hampir seluruh Pemda telah menerapkan PP

No. 41 Tahun 2007.

3. Terbangunnya kantor-kantor Pemerintahan utama (gedung kantor bupati/walikota dan DPRD) di seluruh daerah terutama di daerah otonom baru.

157 E v a lu a si 4 T a h u n P e la k sa n a a n R P JM N 2 0 0 4 -2 0 0 9

No. Sasaran Indikator Perkiraan Pencapaian Sasaran sampai

Tahun 2009

4. Meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya aparatur Pemerintah Daerah yang profesional dan kompeten;

1. Memfasilitasi penyediaan aparat Pemerintah Daerah,

2. Menyusun rencana pengelolaan aparatur Pemerintah Daerah, 3. Meningkatkan kapasitas aparat

Pemerintah Daerah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat, penyelenggaraan Pemerintahan, serta penciptaan aparatur Pemerintah Daerah yang kompeten dan profesional.

1. Penyediaan aparat Pemerintah Daerah melalui pe-ngangkatan seluruh tenaga honorer daerah dan guru bantu menjadi CPNS daerah dan pelaksanaan rekruit-men CPNSD baru,

2. Telah dilaksanakannya berbagai pelatihan teknis substantif dan fungsional.

5. Terkelolanya sumber dana dan pembiayaan pembangunan secara transparan, akuntabel, dan profesional;

Meningkat dan berkembangnya kapasitas keuangan Pemerintah Daerah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat, penye-lenggaraan otonomi daerah, dan penciptaan Pemerintahan daerah yang baik.

1. Selesainya revisi UU No. 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebagai payung hukum baru bagi daerah untuk penggalian Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi peningkatan kapasitas keuangan Pemda. 2. Meningkatnya dana perimbangan setiap tahunnya. 3. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah

ten-tang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah (Pengganti PP 109 Tahun 2000)

4. Penyusunan Rancangan Undang-Undang BUMD 5. Penyusunan Permendagri Tentang Pedoman

Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2010

6. Penyusunan Revisi Permendagri Tentang Kebijakan Pengelolaan BPD

7. Revisi Permendagri No.17 Tahun 2007 Tentang Pedo-man Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah 8. Penyusunan Pedoman Teknis Evaluasi Raperda

Per-tanggungjawaban APBD Tahun Anggaran 2009 9. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan APBD

10. Revisi Permendagri No.2 Tahun 2007 Tentang Organ dan Kepegawaian PDAM

11. Revisi Kepmendagri N0.50 Tahun 1999 Tantang Kepengurusan BUMD

12. Penyusunan Pedoman Pengelolaan Manajemen Kas 13. Penyusunan Petunjuk Teknis dan Konsultasi Teknis

Daerah Penerima DAK Prasarana Pemerintahan Tahun 2010

14. Penyusunan Pedoman Penghitungan Dasar Penge-naan PKB, BBN-KB dan PKAA, BBN-KAA

15. Penyusunan Permendagri Tentang Tata Cara Fit and Proper Test Calon Direksi BUMD

16. Pembangunan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) pada 171 daerah, yang terintegrasi dari perencanaan, penganggaran sampai dengan pertanggungjawaban dan pelaporan serta pembangunan aplikasi pendukungnya, antara lain manajemen asset, manajemen utang dan piutang,dan sistem penggajian.

17. Asistensi penyusunan APBD Tahun Anggaran 2009 dan asistensi penyusunan perubahan APBD Tahun Anggaran 2007 di 33 Propinsi.

18. Kegiatan asistensi penyusunan dan pertanggung-jawaban pelaksanaan anggaran daerah pemekaran. 19. Sosiaslisasi Permendagri Nomor 59 Tahun 2007

(Revisi Permendagri Nomor 13 Tahun 2006). 20. Kegiatan pembinaan administrasi pemungutan pajak

daerah dan retribusi daerah.

158 P E N C A P A IA N S E B U A H P E R U B A H A N

No. Sasaran Indikator* Perkiraan Pencapaian Sasaran sampai

Tahun 2009

21. Fasilitasi administrasi pinjaman daerah.

22. Sosialisasi PP Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

23. Sosialisasi Permendagri Nomor 17 tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Barang Milik daerah dan Sosialisasi Permendagri Nomor 7 Tahun 2006 dan Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemda.

24. Pemutahiran data dasar DAU dan konfirmasi data be-lanja pegawai daerah dalam perhitungan DAU Tahun 2005 s/d 2008.

25. Penyusunan juknis Dana Alokasi Khusus. 26. Konsultasi teknis daerah penerima DAK.

27. Supervisi ,monitoring dan evaluasi pengelolaan DAK prasarana pemerintahan.

28. Monitoring dan evaluasi implementasi penatausahaan dan akuntansi,pelaporan dan pertanggungjawaban di 33 Propinsi.

29. Evaluasi Rancangan Perda Provinsi tentang Peruba-han APBD Tahun Anggaran 2007 dan Rancangan peraturan Gubernur tentang Penjabaran Perubahan APBD Tahun Anggaran 2007 untuk 33 Provinsi. 30. Evaluasi Rancangan Perda Provinsi tentang APBD

Tahun Anggaran 2008 dan Rancangan Peraturan Gu-bernur tentang Penjabaran Perubahan APBD Tahun Anggaran 2008 untuk 33 Provinsi.

31. Fasilitasi penerapan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD

32. Fasilitasi Pengelolaan dana Bergulir bersumber dari APBD

33. Sampai akhir 2007 telah dilakukan proses evaluasi Perda tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebanyak 6.276 perda yang menghasilkan rekomendasi 4.022 perda layak untu tetap dilaksanakan, 132 perda disa-rankan untuk direvisi, dan 2.122 perda direkomenda-sikan untuk dibatalkan (751 perda telah dibatalkan dengan Permendagri dan 1.371 perda saat ini masih dalam proses pembatalan)

34. Berbagai peraturan perundang-undangan yang ditetapkan baik PP maupun Permendagri telah di-lakukan sosialisasi bagi Pemda baik provinsi maupun kabupaten/kota.

6. Tertatanya daerah otonom baru

Tertata dan terlaksananya kebijakan pembentukan daerah otonom baru sehingga pembentukan daerah otonom baru tidak memberikan beban bagi keuangan negara dalam kerangka upaya meningkatkan pelayanan masyarakat dan percepa-tan pembangunan wilayah.

Mengendalikan pembentukan daerah otonom baru yang ditandai dengan dikeluarkannya Moratorium Penghen-tian Pembentukan Daerah Otonom Baru tahun 2006 dan dilakukannya revisi PP No. 129 tahun 2000 menjadi PP No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah dimana dengan terbitnya PP yang baru ini maka diharapkan pembentukan daerah otonom baru akan lebih terkendali.

159 E v a lu a si 4 T a h u n P e la k sa n a a n R P JM N 2 0 0 4 -2 0 0 9 3.6.5. Penut up

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia pada dasarnya merupakan upaya per-baikan terhadap kebijakan masa lalu yang bersi-fat sentralistis. Desentralisasi dan otonomi dae-rah juga akomodatif terhadap keragaman dalam karakteristik pembangunan antar wilayah sehing-ga hal ini memerlukan kemandirian dan kualitas manusia serta kapasitas kepemerintahan yang baik pada skala lokal. Namun dalam pelaksanaan-nya hingga saat ini, hal tersebut masih menemui hambatan yang terkait dengan kurang meratanya kapasitas dan kualitas aparat Pemerintah Daerah yang menyebabkan pelaksanaan desentralisasi masih beragam. Hal ini ditambah pula oleh belum terselesaikannya semua perangkat perundangan yang mengatur pelaksanaan desentralisasi. Selain itu, kemajuan desentralisasi dan otonomi daerah juga mengalami hambatan terkait dengan diperlukannya perubahan struktural yang besar di bidang kelembagaan, peraturan perundang-un-dangan, serta pemberdayaan masyarakat sipil dan

aparatur, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Sehingga, untuk mewujudkan desentralisasi dan otonomi daerah yang ideal sesuai dengan yang diamanatkan, diperlukan upaya yang besar dan waktu yang tidak pendek.

Melihat pencapaian hingga 2008, diperkirakan sasaran RPJMN 2004-2009 pada setahun men-datang tidak dapat tercapai secara keseluruhan. Hal ini mengingat terdapat beberapa permasalah-an ypermasalah-ang belum teratasi, ypermasalah-ang terkait kapasitas aparatur pemda, harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundangan. Selain itu, meskipun dukungan Pemerintah Pusat melalui dana perim-bangan akan meningkat, namun menyisakan sedikit permasalahan terkait dengan kekurang-sesuaian formulasi pembagian dana terhadap ke-butuhan riil daerah.

Terlepas dari keterbatasan ini, rencana tindak-lanjut yang lebih intensif, efektif, dan efisien diperkirakan dapat meningkatkan pencapaian pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otono-mi daerah secara lebih baik ke depan.

161 E v a lu a si 4 T a h u n P e la k sa n a a n R P JM N 2 0 0 4 -2 0 0 9

BAB 3.7.

Penciptaan Tata Pemerintahan yang