• Tidak ada hasil yang ditemukan

E N C A P A IA N S E B U A H P E R U B A H A N

bangunan pada daerah-daerah terbelakang dan tertinggal; meningkatnya masyarakat di perde-saan; meningkatnya pembangunan pada daerah-daerah terbelakang dan tertinggal; meningkatnya pengembangan wilayah yang didorong oleh daya saing pengembangan wilayah yang didorong oleh daya saing kawasan dan produk-produk unggulan daerah; serta meningkatnya keseimbangan per-tumbuhan pembangunan antar-kota-kota metro-politan, besar, menengah, dan kecil dengan mem-perhatikan keserasian pemanfaatan ruang dan penatagunaan tanah. SASARAN KETIGA adalah meningkatnya kualitas manusia yang secara me-nyeluruh tercermin dari membaiknya angka In-deks Pembangunan Manusia (IPM). SASARAN KEEMPAT adalah membaiknya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah pada pengarusutamaan ( mainstream-ing) prinsip pembangunan berkelanjutan di selu-ruh sektor dan bidang pembangunan. SASARAN KELIMA adalah membaiknya infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai sarana penunjang pembangunan.

BAB 1.5.

Permasalahan dan Tantangan

Secara garis besar, permasalahan dan tantangan yang dihadapi Indonesia mencakup: Pertama, masih rendahnya pertumbuhan ekonomi me-ngakibatkan rendah dan menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat dan munculnya berbagai masalah sosial yang mendasar.

“Kemiskinan dan pengangguran diatasi dengan strategi pembangunan ekonomi yang mendorong per tumbuhan yang berkualitas dan berdimensi pemerataan melalui penciptaan lingkungan usaha yang sehat”

Sejumlah realitas yang menjadi penyebab tim-bulnya permasalahan kesejahteraan rakyat dan masalah sosial, meliputi: (1) terus meningkatnya angkatan kerja baru yang tidak diiringi dengan bertambahnya kesempatan kerja; (2) rentannya terhadap perubahan kondisi politik, ekonomi, konflik sosial yang terjadi di berbagai daerah, dan bencana alam; (3) peningkatan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi belum memadai un-tuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (4) pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi masyarakat, (5) pertumbuhan sektor pertanian dan industri yang rendah, padahal kedua sektor tersebut potensial menyerap tenaga kerja; (6) menurunnya sumbangan minyak dan gas dalam penerimaan negara; (7) utilisasi kapasitas produk-si yang relatif maproduk-sih rendah; (8) rendahnya ke-mampuan pembangunan dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi; (9) kegiatan perdagangan dalam negeri masih belum berjalan secara efisien; (10) pelaksanaan otonomi yang menghambat kelancaran arus barang dan jasa an-tar-daerah, (11) hambatan yang makin kompleks dalam perdagangan luar negeri.

Kedua, kualitas sumberdaya manusia Indone-sia masih rendah. Dari sisi pendidikan, pemba-ngunan pendidikan belum sepenuhnya mampu memenuhi hak-hak dasar warga negara. Kualitas pendidikan juga masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik. Dok : Tempo, Novi Kartika

9 E v a lu a si 4 T a h u n P e la k sa n a a n R P JM N 2 0 0 4 -2 0 0 9

Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendi-dikan belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Dari sisi kesehatan, derajat kesehatan dan status gizi masyarakat masih rendah. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat yang pada umumnya masih berupa penyakit menular dan sudah mulai ada keecenderungan meningkatnya beberapa pe-nyakit tidak menular.

Masalah lainnya yang mempengaruhi rendah-nya kualitas SDM adalah: masih tinggirendah-nya laju pertumbuhan dan kuantitas penduduk; masih tingginya tingkat kelahiran penduduk; kurang-nya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur dan remaja akan hak-hak reproduksi; ma-sih rendahnya usia kawin pertama penduduk; rendahnya partisipasi laki-laki dalam ber-KB; ma-sih lemahnya ekonomi dan ketahanan keluarga; masih lemahnya institusi daerah dalam pelak-sanaan program KB; belum serasinya kebijakan kependudukan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan; belum tertatanya administrasi kependudukan dalam rangka membangun sistem pembangunan, Pemerintahan, dan pembangunan yang berkelanjutan; rendahnya kualitas pemuda; dan rendahnya budaya olahraga di kalangan ma-syarakat dan prestasi olahraga Indonesia yang tertinggal.

Dalam pembangunan pemberdayaan perempuan, permasalahan mendasar yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, di samping masih adanya berba-gai bentuk praktik diskriminasi terhadap perem-puan. Permasalahan mendasar lainnya adalah masih terdapatnya kesenjangan partisipasi poli-tik kaum perempuan yang bersumber dari ketim-pangan struktur sosio-kultural masyarakat. Dalam konteks, sosial, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perem-puan terhadap layanan kesehatan yang baik, pen-didikan yang lebih tinggi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Masalah lain-nya adalah rendahlain-nya kualitas hidup dan peran

perempuan; tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak; rendahnya kesejahteraan dan perlindungan anak; rendahnya angka Indeks Pembangunan Gender (Gender-related Develop-ment Index, GDI); dan angka Indeks Pemberda-yaan Gender (Gender Empowerment Measurement, GEM); banyaknya hukum dan peraturan perun-dang-undangan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan, dan belum peduli anak; ser-ta lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarus-utamaan gender dan anak, temasuk ketersediaan data, dan rendahnya partisipasi masyarakat. Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajar-an agama dalam kehidupajar-an bermasyarakat, ber-bangsa dan bernegara masih memprihatinkan. Ajaran agama belum sepenuhnya diaktualisasikan dalam kehidupan agama secara nyata. Perilaku ma-syarakat yang cenderung negatif seperti perilaku asusila, praktik KKN, penyalahgunaan narkoba, dan perjudian sering muncul ke permukaan. Di samping itu permasalahan dalam membangun agama adalah masih belum kondusifnya har-monisasi kehidupan sosial di dalam masyarakat. Ketegangan sosial yang memicu konflik intern dan antarumat beragama akan merusak tatanan kehidupan masyarakat yang pada akhirnya menu-runkan tingkat kesejahteraan itu sendiri.

Secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih rendah. Berdasarkan Human

De-velopment Report 2004 yang menggunakan data

tahun 2002, angka Human Development Index

(HDI) Indonesia adalah 0,692. Secara rinci, angka indeks tersebut merupakan komposit dari ang-ka harapan hidup saat lahir sebesar 66,2 tahun; angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 persen; kombinasi angka par-tisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65 persen; dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang di-hitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity) sebesar USD 3.230. HDI Indonesia hanya menempati urutan ke-111 dari 177 negara.

10 P E N C A P A IA N S E B U A H P E R U B A H A N

Ketiga, kualitas manusia dipengaruhi juga oleh kemampuan dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Permasalahan pokok yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup adalah tidak menyatunya kegiatan perlindungan fungsi lingkungan hidup dengan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam sehingga sering melahirkan konflik kepentingan antara ekonomi sumberdaya alam dengan ling-kungan. Kebijakan ekonomi selama ini cenderung lebih berpihak terhadap kegiatan eksploitasi sum-berdaya alam sehingga mengakibatkan lemahnya kelembagaan pengelolaan dan penegakan hu-kum.

Keempat, kesenjangan pembangunan antar-dae-rah masih lebar, seperti antara Jawa-luar Jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI)-Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta antara kota-desa. Untuk dua konteks pertama, ketimpangan telah berakibat langsung pada munculnya semangat kedaerahan yang, pada titik yang paling ekstrem,

muncul dalam bentuk upaya-upaya separatis. Se-dangkan untuk konteks yang ketiga – kesenjangan antara desa dan kota – disebabkan oleh investasi ekonomi (infrastruktur dan kelembagaan) yang cenderung terkonsentrasi di daerah perkotaan. Akibatnya, kota mengalami pertumbuhan yang lebih cepat sedangkan wilayah perdesaan relatif tertinggal.

Kelima, dukungan infrastruktur dalam pemba-ngunan mengalami penurunan kuantitas maupun kualitasnya sejak krisis 1997/1998. Berkurang-nya kualitas dan pelayanan dan tertundaBerkurang-nya pembangunan infrastruktur baru telah meng-hambat pembangunan nasional. Pembangunan infrastruktur mendatang dihadapkan pada ter-batasnya kemampuan Pemerintah untuk menye-diakan.

Keenam, upaya membangun harmoni dalam ke-hidupan masyarakat dihadapkan pada tantangan nyata dengan munculnya ketegangan sosial yang

11 E v a lu a si 4 T a h u n P e la k sa n a a n R P JM N 2 0 0 4 -2 0 0 9

melahirkan konflik internal dan antar-umat ber-agama dengan memanfaatkan sentimen ber-agama yang diartikan secara sempit, ketimpangan dan ketidakadilan sosial ekonomi, dan tingkat pendi-dikan masyarakat yang rendah.

Ketujuh, masih tingginya kejahatan konvensio-nal dan transnasiokonvensio-nal. Meskipun terkendali, vari-asi kejahatan konvensional cenderung meningkat dengan kekerasan yang meresahkan masyarakat. Berbagai kejahatan transnasional, seperti: pe-nyelundupan, narkotika, pencucian uang dan sebagainya terus meningkat. Luasnya wilayah laut, keanekaragaman sumberdaya hayati laut, dan kandungan sumberdaya kelautan, banyaknya pintu masuk ke wilayah perairan nusantara serta masih lemahnya pengawasan, kemampuan, dan koordinasi keamanan laut menyebabkan mening-katnya gangguan keamanan, pertahanan dan pelanggaran hukum di laut. Masih adanya po-tensi terorisme membutuhkan pendekatan dan penanganan yang lebih komprehensif; sementara itu efektivitas pendeteksian dini dan upaya pre-emtif, pengamanan sasaran vital, pengungkapan kasus, pengenalan faktor-faktor pemicu teror-isme, dan perlindungan masyarakat umum dari terorisme dirasakan belum memadai.

“Berkurangnya kualitas dan pelayanan dan ter tundanya pembangunan infra-struktur baru telah menghambat pem-bangunan nasional”

Kedelapan, dengan wilayah yang sangat luas, ser-ta kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang bera-gam, dan potensi ancaman baik dari luar maupun dalam negeri yang tidak ringan, TNI dihadapkan pada masih kurangnya kemampuan jumlah dan personel serta permasalahan alutsista yang jauh dari mencukupi.

Kesembilan, masih banyaknya peraturan per-undang-undangan yang belum mencerminkan keadilan, kesetaraan, dan penghormatan serta perlindungan terhadap hak asasi manusia; masih besarnya tumpang tindih peraturan perundang-an di tingkat pusat dperundang-an daerah yperundang-ang mengham-bat iklim usaha dan pada gilirannya menghammengham-bat peningkatan kesejahteraan masyarakat; belum ditegakkannya hukum secara tegas, adil dan ti-dak diskriminatif, serta memihak kepada rakyat kecil; serta belum dirasakan putusan hukum oleh masyarakat sebagai suatu putusan yang adil dan tidak memihak melalui proses yang transparan. Kesepuluh, rendahnya kualitas pelayanan umum kepada masyarakat akibat tingginya penyalahgu-naan kewenangan dan penyimpangan, rendahnya kinerja sumberdaya aparatur, belum memadainya sistem kelembagaan (organisasi) dan ketatalak-sanaan (manajemen) Pemerintahan; rendahnya kesejahteraan PNS; serta banyaknya peraturan perundang-undangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dan tuntutan pembangunan.

Kesebelas, belum menguatnya pelembagaan politik lembaga penyelenggara negara dan lem-baga kemasyarakatan. Hal ini ditambah pula dengan masih rendahnya internalisasi nilai-nilai demokratis dalam kehidupan berbangsa dan ber-negara, seperti: adanya tindakan kekerasan dan politik uang; masih belum tuntasnya persoalan-persoalan masa lalu, seperti pelanggaran HAM berat dan tindakan-tindakan kejahatan politik; adanya ancaman terhadap komitmen persatuan dan kesatuan; adanya kecenderungan unilateral-isme dalam hubungan internasional.

Di samping masalah-masalah pokok tersebut di atas, terdapat berbagai permasalahan mendasar yang menuntut perhatian khusus dalam mem-bangun ke depan, diantaranya adalah: (1) masih lemahnya karakter bangsa; (2) belum terbangun-nya sistem pembangunan, Pemerintahan, dan

12 P E N C A P A IA N S E B U A H P E R U B A H A N

pembangunan yang berkelanjutan; (3) belum berkembangnya nasionalisme kemanusiaan serta demokrasi politik dan ekonomi; (4) belum tere-jawantahnya nilai-nilai utama kebangsaan dan belum berkembangnya sistem yang memung-kinkan masyarakat untuk mengadopsi dan me-maknai nilai-nilai kontemporer secara bijaksana; serta (5) kegamangan dalam menghadapi masa depan serta rentannya sistem pembangunan, Pemerintahan, dan kenegaraan dalam mengha-dapi perubahan.

Berbagai permasalahan mendasar tersebut mem-berikan sumbangan yang besar bagi peluruhan sistem Pemerintahan dan ketatanegaraan. Pe-nanganan yang tidak sistemik terhadap perma-salahan mendasar tersebut sering melahirkan

persoalan baru yang berkembang dewasa ini baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kelembagaan, maupun keamanan yang membuat pemecah-an masalah menjadi kipemecah-an rumit. Permasalahpemecah-an mendasar perlu ditangani secara sistemik dan berkelanjutan yang sering membutuhkan jangka waktu yang panjang.

Bagaimana pencapaian dan tantangan pelak-sanaan Agenda Pembangunan Nasional dalam RPJMN 2004-2009 tahun keempat? Buku ini akan menjelaskan kondisi awal, sasaran yang i-ngin dicapai, posisi capaian tahun keempat, per-masalahan yang dihadapi, dan tindak lanjut yang akan dilakukan tahun terakhir dari pelaksanaan 3 Agenda Pembangunan Nasional 2004-2009.

Bab 2.1 Pengantar Agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai Bab 2.2 Peningkatan Rasa Saling Percaya dan Harmonisasi Antarkelompok

Masyarakat

Bab 2.3 Pengembangan Kebudayaan yang Berlandaskan pada Nilai-nilai Luhur

Bab 2.4 Peningkatan Keamanan, Ketertiban, dan Penanggulangan Krimi-nalitas

Bab 2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Separatisme Bab 2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme Bab 2.7 Peningkatan Kemampuan Pertahanan Negara

Bab 2.8 Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan Kerjasama In-ternasional

15 E v a lu a si 4 T a h u n P e la k sa n a a n R P JM N 2 0 0 4 -2 0 0 9

BAB 2.1

Pengantar Agenda Mewujudkan