• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA

3. Alokasi Waktu

7.2 Peran Pendamping

Kegiatan pemberdayaan salah satunya bermaksud menghilangkan dominasi dan kekuasaan pihak luar terhadap kelompok marjinal. Karenanya, peran agen perubah dan tenaga pendamping dalam memfasilitasi masyarakat memiliki peranan penting berupa: (1) keterampilan untuk membantu masyarakat menyelidiki dan mengidentifikasi permasalahan mereka; (2) kebutuhan dan prioritas serta keahlian untuk membantu masyarakat memformulasi dan menseleksi strategi yang sesuai. Oleh karena itu, kerampilan komunikasi agen/fasilitator sangat menentukan keefektifan aktivitas, terutama dalam menghadapi keragaman dan keunikan budaya (nilai, sikap, kepercayaan dan lain sebagainya) untuk memberi penguatan dalam membangun kepercayaan diri, kompetensi, dan ketrampilan berkomunikasi untuk fungsi-fungsi dalam masyarakat mereka.

PL merupakan salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan suatu program pemberdayaan. Bentuk pendampingan dapat dikembangkan secara kreatif, terlebih

disaat teknologi komunikasi yang semakin mudah diakses oleh setiap orang, misalnya saja saat ini hampir semua orang sudah memiliki telepon genggam. Pendampingan yang diperoleh dari kegiatan pemberdayaan perempuan kepala keluarga memperlihatkan kinerja yang bagus, melahirkan banyak ide kreatif dengan pemanfaatan potensi lokal.

Kegiatan pendampingan yang dilakukan PL biasanya melalui kunjungan langsung kepada para anggota secara individual. Dalam aktivitas ini PL mengajak para anggota untuk mau terbuka dan berani menyampaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya maupun persoalan dalam kelompok. Dengan demikian kelompok dapat difungsikan sebagai wadah untuk membangun kepedulian dan rasa empati terhadap persoalan-persoalan orang lain khususnya sesama anggota kelompok. Selain kunjungan individual, PL juga mengadakan pendampingan ke pengurus kelompok, menfasilitasi dan menumbuhkan kepercayaan diri pengurus dalam mengelola kelompok,dan mendampingi pengurus dalam melakukan administrasi dan pembukuan kelompok. Hal ini juga terjadi dari arah anggota kelompok, artinya jika merasa perlu atau ada masalah yang ingin didiskusikan mereka dapat menghubungi PL setiap saat untuk berdiskusi.

Melalui pendekatan ini, secara perlahan dan pasti telah terbangun kepercayaan antara PL dengan dampingannya. PL sudah dianggap menjadi bagian dari kehidupan para anggota PEKKA. Ini sangat penting dan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan proses pemberdayaan perempuan. Seperti pendapat Ife (1995) yang menyatakatan bahwa keberhasilan komunikasi partisipatif dalam pembaharuan budaya melalui proses dialogis sangat tergantung pada peran fasilitator sebagai inisiator dan perencana. Karenanya fasilitator harus memiliki sensitifitas dan kesadaran dampak pembangunan ekonomi terhadap kultur masyarakat. Kompetensi yang perlu dimiliki fasilitator adalah pengetahuan tentang konsep-konsep manajemen, cara mengatasi masalah, dapat bertindak sebagai pengarah orchestra dinamika kelompok, sebagai komunikator yang mengetahui akses informasi (klarifikasi, sintesis, keterhubungan (link) dengan warga, mengembangkan diskusi dan memfasilitasi partisipasi.

Dalam program PEKKA ini terdapat satu orang PL yang bertugas mendampingi anggota selama pelaksanaan program. Pada tahap awal pengenalan program, PL dijabat oleh warga desa setempat dan berjenis kelamin laki-laki, namun tidak menjadi penghalang dalam melakukan komunikasi dengan para perempuan kepala keluarga karena mereka sudah saling kenal, mengetahui karakteristik perempuan kepala keluarga serta budaya yang berlaku dalam masyarakat setempat. Saat ini, PL telah diganti, bukan lagi warga setempat dan berjenis kelamin perempuan. Berikut kutipan dari Ibu AA:

“Kami emang sudah ganti PL, dulu pertama kali PL nya Bapak MD warga desa ini. Kami senang karena udah kenalkan dan kami tidak malu kalau berdiskusi atau tanya sesuatu. Sekarang diganti PL perempuann (Ibu FJ) tapi bukan dari desa ini, kami tetap bisa berkomunikasi dengan baik karena sama-sama perempuan jadi lebih enak kalau kita tanya-tanya. (AA)”

Berikut adalah peran pendamping dalam berbagai kegiatan-kegiatan PEKKA: 1) Pemberdayaan Ekonomi

Program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan pada kelompok PEKKA dimulai dengan pendekatan swadaya. Awal mulanya, kegiatan ini sulit dilakukan karena masyarakat sudah terbiasa mendengar pendekatan proyek (mendapat bantuan uang/barang). Karenanya, mereka juga meminta program ini melakukan hal yang sama yaitu memberikan uang atau bantuan langsung. Pada saat program BLM ada, pendekatannya tetap bertumpu pada penguatan mereka sendiri. BLM hanya merupakan stimulan untuk mereka lebih berkembang. Adalah fungsi PL untuk secara terus-menerus memotivasi mereka untuk mengakumulasi dana swadaya melalui kegiatan simpan pinjam.

Proses pendampingan biasanya dilakukan pada saat pertemuan rutin. Pendampingan dilakukan secara intensif melalui konsultasi dan dialog secara interpersonal, kelompok hingga penguatan kapasitas manajemen kelompok termasuk administrasi dan pembukuan. Selain itu, PL juga selalu mendampingi anggota dan pengurus dalam memecahkan masalah yang dihadapi dirinya dan kelompok, seperti angsuran macet, pengajuan pinjaman, mengidentifikasi usaha yang layak, dan lain sebagainya. Anggota diberikan dan dibekali dengan kartu anggota yang memuat informasi data pribadi dan kegiatan simpan pinjam.

Dalam proses pembuatan proposal, PL juga mengajarkan dan mendampingi anggota kelompok tata cara pengisian formulir permohonan. Kehadiran PL juga sangat membantu para anggota dalam menentukan jenis usaha yang sesuai dengan kompetensi dirinya. Selain bertemu dalam pertemuan rutin, anggota juga bebas berkonsultsi dengan PL kapan dan dimana saja. Berikut wawancara dengan FJ:

“Saya selalu berusaha untuk memotivasi dan membantu mereka kapan aja mereka meminta bantuan kepada saya. Kayak dulu waktu buat proposal untuk dapat dana bantuan usaha. Banyak yang bertanya ke saya mengenai jenis usaha yyang cocok untuk mereka dan gimana cara buat proposal. Saya bantu saya bilang ibu sebaiknya jalankan usaha sesuai dengan keahlian dan kemampuan ibu. Misalnya yakin dengan usaha sekarang silakan, itu lebih baik buat mereka karena takutnya kalau buka usaha baru tapi gak ada pengalaman ntar bisa rugi kan kasian. Saya hanya beri pandangan, semua juga kembali ke mereka masing-masing. Tapi banyak yang mengikuti saran saya. (FJ)”

Hal senada juga diungkapkan Ibu AA:

“Pada saat buat proposal dulu, PL sangat membantu kami. Kami bisa belajar cara buat proposal, bisa tanya-tanya tentang usaha yang cocok dengan kami. Kayak saya karena saya punya usaha tani, jadi saya dianjurkan dana tersebut digunakan untuk bertani saja karena udah ada pengalaman, karena kalau digunakan untuk usaha baru takutnya tidak berhasil apalagi saya gak punya pengalaman tuk usaha lain. Jadi,

karena saya buta huruf, saya minta tolong pada PL buat proposal saya tapi sesuai dengan keinginan saya sendiri” (AA).

Pun demikian dengan Ibu NC:

“Waktu mau cairkan uang bantuan dulu, PL sangat menolong saya terutama dalam menentukan jenis usaha dan cara buat proposal. Saya dianjurkan membuat proposal untuk usaha yang sedang saya jalani waktu itu yaitu jualan kue kayak sekarang tapi dulu masih kecil-kecilan. Ya saya turuti karena saya takut kalau usaha lain gak berhasil. Dan Alhamdulillah usaha saya sekarang dah bisa berkembang. (NC)”

Setelah proposal jadi, kemudian dikumpulkan oleh PL untuk diserahkan kepada Seknas PEKKA. Pada saat pencairan dana, PL juga mendampingi bendahara kelompok ke Bank untuk membuka rekening tabungan yang digunakan untuk pencairan dana bantuan kepada kelompok.

PL juga melakukan pendampingan usaha, mengingat sebagian anggota memiliki dan melanjutkan usaha sebelumnya. Bimbingan yang diberikan antara lain memberikan informasi yang diperlukan oleh anggota misalnya tentang cara menghitung biaya produksi, keuntungan, penentuan harga jual, cara memasarkan atau mencari informasi kepada pihak lain yang terkait. Berikut penuturan Ibu Hmm:

“PL berperan dan selalu mengingatkan kami untuk selalu hati-hati dalam menjalankan usaha jangan sampai rugi. Dia selalu menginformasikan harga padi kalau lagi musim panen, harga pupuk, jangan sampai kami jual murah. (Hmm)”

Pendampingan juga dilakukan dengan memantau perkembangan usaha simpan pinjam dan penyetoran dana bantuan usaha pada bendahara. PL akan menegur dan memperingati anggota yang mengalami penunggakan. Dalam hal ini PL berperan sebagai mediator antara anggota dengan bendahara kelompok. Seperti cerita FJ berikut ini tentang penunggakan salah satu anggota yang berselisih faham dengan bendahara kelompok:

“Saya juga berusaha netral dan berusaha memfasilitasi jika ada masalah antara anggota kelompok. Misalnya dulu pernah terjadi salah paham antara salah satu anggota kelompok dengan bendahara kelompok yaitu masalah penyetoran dana pinjaman usaha. Di mana anggota ini sudah beberapa bulan tidak menyicil setoran dana pinjaman ke bendahara, kemudian bendahara mendatanginya dan bertanya kenapa tidak menyetor dan kapan akan menyetor. Mungkin karena sedang emosi atau ada masalah pribadi sehingga si anggota ini marah-marah kepada bendahara dan berkata bukan urusan bendara dia mau balikin uang pinjaman atau gak, saya lagi gak punya uang. Jadi bendahara melaporkan kepada saya tentang masalah itu.

Kemudian beberapa hari kemudian saya datangi anggota tersebut, saya tanya baik-baik kenapa dia berkata begitu kepada bendahra, dan setelah bercerita banyak ternyata ketika itu dia lagi ada masalah keuangan dan usahataninya gagal sehingga untuk kwbutuhan sehari-hari aja susah. Dan saya mencoba menasehati dia dan mau meminta maaf kepada bendahara. Saya bertanya kapan dia akan menyetor lagi, dia bilang nanti kalau panen kedepan. Saya bilang boleh tapi tolong jelaskan baik-baik ke bendahara. Beberapa hari kemudian saya peroleh informasi dari bendahara bahwa anggota tersebut telah minta maaf padanya dan berjanji akan menyicil setorannya lagi. Alhamdulillah lah. (FJ)”

Selain itu peran PL juga dapat dilihat pada saat terjadi perubahan sistem simpan pinjam. Dimana model simpan pinjam LKM dengan keanggotaan kelompok menjadi model simpan pinjam LKM Berbasis Komunitas (LKM Siskom) dengan keanggotaan individu anggota kelompok. Kelompok berubah menjadi unit dari LKM Siskom yang berbadan hukum koperasi. Model ini membawa konsekuensi terhadap pembenahan terhadap seluruh administrasi pembukuan yang ada dari tingkat kelompok hingga LKM. Peran PL disini adalah memberi informasi dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang mekanisme perubahan tersebut dan para anggota tidak mengalami kerugian atau dana simpanan dulu hilang. PL juga memfasilitasi serta mengajarkan bendahara dalam membuat pembukuan baru.

2) Pendidikan

Peningakatan kapasitas anggota kelompok PEKKA telah dilakukan melalui berbagai kegiatan pelatihan dan pendampingan. Fokus pelatihan adalah peningkatan kesadaran dan wawasan, motivasi dan keyakinan diri, ketrampilan teknis, manajerial dan kapasitas lainnya. Peran PLdi bidang pendidikan bukan menguatkan struktur pengawasan dan dominasi dari agenda pemerintah, badan pembiayaan atau asosiasi professional melainkan memberi pemahaman, menfasilitasi dan transfer pengetahuan dengan menggunakan bahasa rakyat yang jelas untuk dipahami, mendengar dan menanggapai pertanyaan yang diajukan dan merasakannya. Jadi, PL adalah untuk menerbitkan kesadaran, menginformasikan, menghadapkan (mengkonfrontasi) dan memberikan pelatihan kepada partisipan.

Menurut PL ibu FJ, proses penguatan kapasitas dimulai dengan memunculkan kesadaran, membangun visi dan misi mereka. Aktivitas ini dilakukan melalui training lokakarya di Center PEKKA. Berikutnya, PL juga memfasilitasi berbagai kegiatan pelatihan di meunasah terutama untuk memotivasi anggota untuk memahami filosofi kerjasama dalam kelompok, cara berkomunikasi dan memahami tugas, peran dan tanggung jawab masing-masing komponen dalam kelompok yaitu anggota dan pengurus.

PL juga berperan dalam memfasilitasi pelatihan kepemimpinan manajemen, administrasi dan pembukuan kelompok yang diberikan kepada para pengurus kelompok yang dilakukan di Center PEKKA bersamaan dengan pengurus kelompok lain dalam satu kecamatan. Pelatihan ini bertujuan agar pengurus mampu mengelola

dan memimpin kelompok secara baik dan benar. Materi yang diajarkan antara lain adalah: (1) membangun kesadaran potensi diri sebagai pemimpin serta membangun kapasitas sebagai pemimpin kelompok; (2) mengenal tugas, peran, hak dan kewajiban pengurus dan anggota kelompok; (3) mengembangkan kesepakatan peraturan dan mekanisme kelompok yang tertuang dalam AD/ART; (4) membuat perencanaan kelompok dan (5) berlatih mengelola administrasi kelompok, pembukuan simpan pinjam kelompok, membuat kas, dan neraca kelompok serta cara perhitungan SHU. Berikut kutipan wawancara dengan bendahara:

“Ya banyak pelatihan, apalagi pada awal-awal mulai program. Pelatihan untuk semua anggota kelompok. Pelatihan untuk pengurus saja. Saya pernah ikut pelatihan untuk pengurus aja di Center PEKKA, yang ikut hanya kami bertiga saja, ketua, sekretaris dan saya bendahara. Yang diajarkan mengenai cara kelola kelompok, pembukuan dan lain-lain. (NT)”

Selain itu, PL juga berperan dalam kegiatan pelatihan kepada guru dan tutor untuk PAUD di desa ini. Pelatihan tutor dilakukan di Center PEKKA bersamaan dengan tutor-tutor lain dari PAUD dampingan PEKKA dari desa lain. Metode yang digunakan dalam pelatihan adalah ceramah, presentasi, permainan, diskusi, tanya jawab, tugas kelompok dan individu serta praktik. Penyampaian materi pelatihan melibatkan narasumber dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie dan dari pihak serikat PEKKA. Materi yang diberikan meliputi tumbuh kembang anak, mengetahui bakat anak, psikologi anak, teknik mengajar, teknik menggambar serta permainan yang bersifat edukatif.

Lebih lanjut, PL membantu tutor untuk menyiapkan bahan ajar misalnya menyediakan gambar, memfotocopi gambar untuk diwarnai, menyediakan buku-buku cerita dan buku-buku gambar. PL juga selalu memberikan dukungan moril berupa semangat dan motivasi kepada tutor untuk ikhlas dan sukarela sebagai pekerja sosial pemberdayaan masyarakat dalam mendidik anak-anak di Desa Dayah Tanoh.

”Kalau di bidang pendidikan saya banyak memfasilitasi anggota kelompok untuk mengikuti berbagai pelatihan yang sudah direncanakan dalam Program Pemberdayaan ini. Dan kadang-kadang saya juga menjadi pengajar. Banyak pelatihan yang sudah diikuti oleh anggota ini, dulu pada awalnya pelatihan motivasi kelompok, pelatihan untuk pengurus kelompok, pelatihan untuk guru PAUD, banyak lah. Saya juga kadang-kadang menyampaikan informasi yang berguna bagi anggota ketika pertemuan rutin bulanan misalnya masalah kesehatan, memberi resep makanan baru dll. Dan juga kadang-kadang mengajar anggota yang buta huruf jika kegiatan pertemuan rutin diisi dengan kegiatan belajar. (FJ)”

Peran PL yang sangat besar adalah perannya sebagai pendidik yaitu memberikan atau menyampaikan materi-materi pembelajaran pada saat

pendampingan khususnya pada saat pertemuan rutin bulanan. Materi yang disampaikan tergantung pada kebutuhan dan permintaan peserta. Biasanya materi diskusi berkaitan dengan kesehatan, pengembangan diri, ketrampilan khusus sesuai dengan kebutuhan anggota, seperti diajarkan cara menjahit, bordir, buat kue dan anyaman. PL juga memfalitasi untuk mengahadiri pakar dalam kegiatan diskusi mereka misalnya mengundang bidan desa, Komnas Perempuan dan lainnya yang berkopetensi di bidang masing-masing.

3) Pemberdayaan Hukum

Peran PL dalam kegiatan pemberdayaan hukum di Desa Dayah Tanoh antara lain: (1) memunculkan kesadaran dan transfer pengetahuan sadar hukum melalui belajar berdasarkan pengalaman yang sering dihadapi oleh peserta; (2) memfasilitasi pelaksanaan kursus/kelas hukum bagi anggota kelompok yang diadakan tiga bulan sekali; (3) memfasilitasi pertemuan atau dialog dengan forum pemangku kepentingan hukum di Kabupaten Pidie seperti dengan pihak kepolisian untuk menjalin hubungan dengan aparat hukum yang ada di wilayah tersebut sehingga bisa membantu pelaksanaan penyadaran hukum serta pelayanan hukum. Lebih lanjut, PL juga memfasilitasi anggota dengan jaringan penegakan hukum yang ada baik dari pemerintah atau unsur masyarakat yang lain seperti P2TP2A, Dinas Catatan Sipil, Pengadilan Agama, LSM perempuan, LBH lokal, dan lain-lain); dan (4) memfasilitasi masyarakat umum untuk memperoleh pelayanan hukum, mulai dari penyadaran hukum, memberikan informasi hukum, membantu memfasilitasi pemecahan persoalan hukum yang ada.

“Dalam bidang hukum ya saya berusaha membantu masyarakat memahami hukum, kan masyarakat kita apalagi perempuan kepala keluarga ini banyak yang tidak ngerti hukum, kalau udah dengar polisi aja udah takut. Jadi saya berusaha menjelaskan masalah hukum dan hak-hak mereka di bidang hukum. Saya juga membantu mereka untuk mengurus akte kelahiran keluarganya, ngurus KK atau KTP. Udah pernah juga kita buat pertemuan dengan pihak kepolisian agar mereka para anggota jangan takut kalau berurusan dengan masalah hukum. (FJ)”

Pernyataan PL tersebut juga didukung oleh ibu BR:

“Peran PL di bidang hukum sangat berarti buat kami ya. Dulu sebelum ikut PEKKA kami takut sekali kalo udah berhubungan dengan hukum, kami gak ngerti masalah hukum, dengar polisi aja dah takut apalagi harus berurusan dengan mereka. Tapi sekarang setelah ada penjelasan dari PL dan kita juga dah pernah bertemu dan diskusi dengan bapak-bapak polisi kita jadi ngerti dan tidak takut lagi. PL juga membantu kami dalam mengurus akte kelahiran anak, ngurus KK ataungurus KTP. Saya senang lah ikut program ini, saya banyak dapat ilmu. (BR)”

4) Pendidikan Politik

Pendidikan politik diberikan untuk meningkatkan kesadaran politik anggota PEKKA sebagai warga negara yang baik.Untuk mencapai pemahaman tersebut, maka dilakukan upaya penyadaran kepada ibu-ibu PEKKA dan masyarakat sekitar melalui pertemuan rutin di kelompok, pelatihan/kursus dan melakukan dialog langsung dengan pemerintah ataupun anggota dewan. Pertemuan, pelatihan dan dialog tersebut selalu difasilitasi oleh PL. Selain menfasilitasi, PL kadang juga menjadi nara sumber. PL juga berperan menghubungi dan mengkoordinasi tentang waktu dan tempat diadakan dialog dengan nara sumber. Melalui proses ini secara bertahap ibu-ibu PEKKA menjadi semakin kritis dengan situasi yang ada di lingkungannya. Mereka juga tidak canggung untuk berdialog dan mengungkapkan persoalan masyarakat kepada berbagai pihak. Seperti dikutip dari hasil wawancara berikut:

“Penjelasan mengenai politik banyak saya selipkan ketika pertemuan kelompok tiap bulannya, ada pelatihan untuk anggota juga sehingga mereka mengerti dunia politik yang selama ini tidak pernah mereka pelajari. Mereka lebih senang kalau belajar dengan cara diskusi tanya jawab dan menceritakan keluh kesah mereka sendiri karena dengan begitu mereka nggak bosan, karena di sela-sela itu ada juga yang bercerita lucu jadi ketawa sama-sama. ..Pengetahuan politik juga dapat mereka peroleh ketika kita mengadakan dialog dengan pihak-pihak pemerintah, anggota dewan dan lainnya sehingga mereka bisa langsung berdiskusi dan bertanya langsung kepada pihak terkait. Saya lihat para anggota sudah berani berbicara di dalam forum dialog, mereka tidak malu atau takut lagi. (FJ)”

Berbagai kegiatan pendidikan politik yang pernah diikuti oleh anggota kelompok Jeumpa Desa Dayah Tanoh antara lain adalah: pelatihan di tingkat kabupaten untuk para pengurus dan anggota kelompok PEKKA, diskusi dalam pertemuan rutin kelompok untuk memahami peran dan fungsi politik, pelaksanaan kursus politik di PEKKA Center bersamaan dengan anggota dari kelompok lain dalam satu kecamatan, dan dialog pemerintah daerah seperti DPRD, BPM, Bappeda dan PPK yang diadakan di Center PEKKA di Kecamatan Mutiara Timur. Berikut adalah penuturan salah satu anggota kelompok mengenai peran PL dalam bidang pendidikan politik:

“Kalau menurut saya bu, PL itu sudah banyak kasih ilmu atai informasi tentang politik ke kita, apalagi sebelum ikut PEKKA kita gak pernah tau dunia politik. Kami juga ikut pelatihan dan kursus politik. Dan yang senangnya kami bisa berdialog langsung dengan pihak pemerintah, anggota dewan sehingga bisa tanya jawab langsung. Semuanya diurus oleh PL, kami hanya ikut saja. (Rh)”

Anggota PEKKA di Desa Dayah Tanoh juga pernah menjadi anggota KPPS ketika pemilu dan pemilukada yang lalu. Keberanian anggota mengikuti kegiatan ini merupakan hasil dari pelatihan dan pendampingan rutin dan terus menerus. PLselalu

berusaha untuk melakukan transfer pengetahuan yang didapat kepada anggota kelompok dan masyarakat di Desa Dayah Tanoh.

“Manfaat yang saya rasakan banyak ya, dari yang dulu tidak mengerti politik sekarang jadi mengerti walaupun belum banyak. Saya juga udah berani ketika diminta menjadi anggota KPPS waktu Pemilu dan Pemilukada dulu. Saya udah berani tampil kalau ada kegiatan-kegiatan lah, kalau dulu saya gak berani takut salah, padahal gak apa-apa ya. (NT)”

5) Pengembangan Media Komunitas

Dalam kegiatan pengembangan media komunitas, PL bersama-sama dengan pengurus PEKKA mendampingi dan mengajarkan metode dan tata cara mendokumentasikan dan menyampaikannya ke khalayak. Diantaranya adalah kegiatan dokumentasi foto-foto komunitas. Seperti yang diungkapkan ibu Am:

“Iya kalau foto-foto saya yang jepret-jepret. Dulu pertama kali sih PL yang moto-moto kami, lama-lama saya jadi tertarik dan PL juga menyuruh saya karena takut kalaua da kegiatan kelompok dan PL gak bisa hadir jadi gak ada yang foto. Jadi saya belajar dari PL cara memfoto yang baik dan benar sehingga fotonya jadi bagus. (Am)”

Pengetahuan fotografi PL diperoleh melalui pelatihan fotografi yang diadakan oleh Center PEKKA di tingkat propinsi. Menurut PL, pelatihan tersebut diikuti oleh para kader fotografi dan PL selama empat hari di Aceh Besar. Materi yang dibahas adalah visioning, bercerita dengan foto, pengenalan peralatan fotografi, teknik dasar fotografi, pengenalan cerita visual, penulisan naskah, praktek pengambilan gambar, dan pameran foto. Di akhir pelatihan peserta membuat rencana kegiatan berkaitan dengan pengambilan foto-foto kegiatan anggota dan masyarakat serta membagi ilmu tersebut pada anggota lainnya di kelompok.