• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 KOMUNIKASI PARTISIPATIF PEREMPUAN KEPALA KELUARGA DALAM PEKKA

6.3 Tahap Pelaksanaan Program

Pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi perempuan kepala keluarga merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dalam PEKKA. Pelaksanaan program bertujuan agar perencanaan yang telah dirumuskan yaitu pertemuan rutin anggota, kegiatan simpan pinjam dan usaha produktif masing-masing anggota sesuai dengan proposal dapat dijalankan oleh anggota. Matriks komunikasi partisipatif pada tahap pelaksanaan program dapat dilihat pada Tabel 11.

Pada tahapan ini semua informan mengaku memiliki akses yang sama dalam setiap kegiatannya. Dalam pertemuan rutin, semua anggota diundang secara informal melalui pengumuman oleh ketua atau bendahara kelompok dengan menggunakan pengeras suara yang ada di meunasah sesuai dengan kesepakatan pada saat perencanaan kegiatan sebelumnya. Pengumuman biasanya dilakukan satu hari lebih awal dari pertemuan supaya anggota dapat mengatur waktu beraktivitas dengan kegiatan rapat. Pertemuan biasanya dilaksanakan setelah waktu zuhur, karena banyak anggota yang memiliki aktivitas di pagi hari.

Tabel 11 Matriks komunikasi partisipatif pada tahap pelaksanaan program Kegiatan Isi pesan

Bentuk komunikasi Partisipan yang berperan Akses Cara berkomunikasi 1. Pertemuan rutin anggota, membahas tentang: a. Materi pengemban gan diri anggota b. Laporan kegiatan simpan pinjam kelompok Informasi mengenai hukum, politik, ekonomi, dan kesehatan perempuan Informasi mengenai kegiatan simpan pinjam kelompok Semua anggota diundang dan tidak semua dapat hadir Semua anggota dapat meminjam dan mengembali kan dana Monolog dan dialog Dialog PL, pakar, semua anggota yang hadir kecuali yang berusia lanjut. Yang sering tidak hadir adalah Ibu NC, BR, Hmm PL, bendahara dan semua anggota kecuali anggota yang sudah berumur lanjut 2. Usaha produktif dan pendampingan usaha Informasi mengenai perkembangan usaha Semua anggota dapat memperoleh dana BLM untuk modal usaha produktif Dialog PL dan semua anggota kecuali anggota yang sudah berumur lanjut

Semua informan menyatakan selalu berusaha untuk mengikuti pertemuan meskipun kadang sulit membagi waktu antara pekerjaan dengan jadwal pertemuan. Anggota yang berprofesi sebagai petani lebih mudah membagi waktu antara pekerjaan dengan pertemuan karena tempat kerja (lahan sawah) mereka masih berada di sekitar desa, sedangkan anggota yang berdagang ke luar desa (pasar kecamatan) sedikit sulit dalam membagi waktu sehingga mereka sering telat menghadiri pertemuan. Ini seperti diungkapkan Ibu NC yang sehari-hari berjualan kue di Pasar Kota Beureunun berikut ini:

“Saya selalu berusaha untuk ikut pertemuan rutin ya, saya rencanakan cepat pulang tapi kadang-kadang mau cepat pulang tapi dagangan belum habis, ya jadinya telat lagi. Tapi walaupun terlambat saya tetap datang ke pertemuan itu, yang penting saya ikut. Mau gimana lagi kan, jualan juga penting, pertemuan juga penting. (NC)”

Hal yang sama juga terjadi pada anggota yang memiliki suami sakit-sakitanatau yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak (lebih dari lima orang). Mereka sering tidak dapat mengikuti pertemuan karena tidak dizinkan keluar rumah oleh suaminya atau tidak dapat membagi waktu antara pertemuan dengan mengurus anak. Seperti yang diungkap Ibu BR yang memiliki suami sakit-sakitan:

“Pertemuan bulanan saya selalu berusaha untuk ikut ya. Tapi kan saya jualan di pasar, kadang-kadang udah bisa pulang cepat eh sampe rumah harus ngurus suami ya, kan suami saya sedang sakit jadi saya harus ngurusin dia seperti anak kecil, suapin makan, kasih minum obat. Kadang-kadang juga gak kasih saya pergi, katanya udah pergi dari pagi, sekarang gak usah pergi lagi. Ya jadinya saya gak ikut rapat. Tapi kadang-kadang dia malah suruh saya ikut rapat, biar gak ketinggalan informasi katanya. Ya gitu lah buk. (BR)”

Ibu Hmm yang memiliki tanggungan lebih dari lima mengungkapkan:

“Saya agak susah bagi waktu untuk ikut pertemuan, kerja di sawah, ngurus anak yang lumayan rame. Jadi saya sering telat atau gak ikut pertemuan bulanan tapi saya selalu bertanya ke anggota lain mengenai informasi yang disampaikan sehingga saya tidak ketinggalan informasi. (Hmm)”

Pertemuan rutin adalah aktivitas yang sangat penting bagi anggota, karena pertemuan tersebut merupakan kesempatan mereka untuk saling bertemu, berdiskusi dan berbagi informasi baik dengan sesama anggota maupun dengan PL. Biasanya pertemuan difasilitasi oleh PL, tetapi jika PL berhalangan pertemuan difasilitasi oleh ketua kelompok. Selain membahas materi untuk pengembangan diri anggota, pertemuan tersebut juga diisi dengan laporan keuangan oleh bendahara dan kegiatan penyetoran uang pinjaman baik pinjaman dari kas kelompok maupun dana BLM.

“Pertemuan rutin kelompok setiap bulan dulu selalu difasilitasi oleh PL, biasanya PL kasih materi kemudian kita diskusi bersama. Kita juga dibiasakan oleh PL untuk berbicara jadi setiap orang itu disuruh menyampaikan keluh kesahnya selama sebulan belakang terutama tentang usahanya, apa ada kendala, masalah. Biasanya juga ada kegiatan setoran uang pinjaman. Tapi sekarang walaupun PL gak hadir kami tetap buat pertemuan. (AA)”

Pertemuan biasanya diawali dengan memberi kesempatan kepada anggota untuk menyampaikan perkembangan usahanya selama sebulan berjalan. Jika ada masalah yang dihadapi akan didiskusikan bersama mencari solusi. Setelah itu, kegiatan diakhiri dengan penyampaian laporan keuangan oleh bendahara dan penyetoran pinjaman jika ada anggota yang ingin menyetor. Kutipan wawancara dengan Ibu FJ selaku PL saat ini:

“Pertemuan bulanan itu biasanya kita isi dengan diskusi materi, misalnya materi tentang cara simpan pinjam atau materi lainnya yang udah kita sepakati bersama pada rapat bulan lalu, kemudian tiap peserta harus menyampaikan keluh kesahnya mengenai usahanya, kita sama-sama diskusi kalau ada masalah kita cari jalan keluar bersama. Di sini saya kasih kesempatan semua anggota untuk bicara, gak ada yang mendominasi semua saling menghormati. Kita selalu berdialog dan diskusi bersama. Dan anggota pun jadi senang dan mau berbicara menyampaikan pendapatnya. (FJ)”

Pendapat yang senada juga disampaikan Ibu Rh:

“Dalam pertemuan rutin itu kita sama-sama belajar dengan PL, kita dikasih kesempatan untuk bicara menyampaikan permasalahan kita masing-masing kalau ada masalah kita diskusi bersama. PL gak pernah memaksakan kita untuk ikut keputusan dia, dia serahkan semua ke kita. Jadi kami senang dengan sikap PL itu, kita diperlakukan sama, cara ngomong dan menyampaikan materi ke kita juga enak, kita bisa langsung tanya dan diskusi kalau gak ngerti. (Rh)”

Dalam kegiatan pertemuan rutin, semua anggota diberikan kesempatan dan akses yang sama dalam menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan. Setiap anggota juga mendapat perlakuan yang setara dan saling menghormati dalam menyampaikan pendapat. Posisi tempat duduk antara anggota dan PL juga memberikan kontribusi partisipasi aktif peserta dalam menyampaikan pendapat karena tidak ada penghalang sehingga secara fisik mereka tatap muka saling berhadapan.

Partisipasi anggota kelompok pada tahap pelaksanaan juga bisa dilihat pada kegiatan simpan pinjam kelompok, pencairan dan penyetoran dana BLM serta pelaksanaan usaha produktif masing-masing anggota. Menurt bendahara kelompok, semua anggota kelompok pernah meminjam dana kepada kas kelompok, kecuali anggota kelompok yang sudah berusia lanjut yang tidak pernah meminjam tetapi mereka tetap menyetor dana simpanan. Pencairan dana BLM juga telah dilakukan oleh semua anggota kelompok, jumlah dana yang diberikan bervariasi ada yang sesuai dengan jumlah yang diusulkan dalam proposal, ada juga yang tidak sesuai. Semua dana BLM digunakan untuk tambahan modal usaha mereka baik di bidang usahatani dan perdagangan.

Pengangsuran dana pinjaman kas kelompok dan dana BLM relatif lancar. Setiap anggota bisa menyetor kepada bendahara dalam jumlah yang tidak ditentukan setiap saat. Setoran umumnya dilakukan setiap bulan dalam pertemuan rutin, tetapi jika ada yang mau menyetor setiap minggu juga akan dilayani. Jika ada anggota yang memiliki tunggakan, biasanya bendahara berinisiatif membayar terlebih dahulu, namun dengan catatan anggota tersebut akan menggantikannya. Walaupun telah memiliki kesadaran untuk membayar angsuran, setiap bulan sebelum pertemuan rutin, bendahara selalu mengingatkan anggota untuk mempersiapkan dana anggsurannya.

“Semua anggota udah pernah minjam di kas kelompok, kecuali orang tua yang belum pernah minjam. Kalau BLM udah cair semua, mereka udah pakai uang untuk usaha mereka masing-masing. Ya sekarang tinggal bayar setorannya. Biasanya setor tiap bulan tapi kalau mau tiap minggu juga boleh. Kapan mereka ada uang boleh setor ke saya, ada lima puluh berapa yang ada. Saya selalu ingatkan ke mereka untuk bayar tiap bulan jangan ada yang nunggak, kalau nunggak satu dua orang bisa saya tanggung dulu dan nanti diganti. (NT)”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwadalam tahap pelaksanaan program semua anggota kelompok memiliki akses yang sama untuk mengikuti pertemuan, melakukan kegiatan simpan pinjam dan pencairan dana BLM sebagai tambahan modal usaha produktif. Semua anggota diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, saran dan ikut serta dalam membuat keputusan bersama. Dalam pelaksanaan program selalu mengkedepankan diskusi dan dialog antara sesama anggota maupun dengan PL jika ada masalah yang dihadapi. Dialog menjadi media atau basis komunikasi dalam pertukaran informasi antara PL dengan anggota penerima manfaat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahim dalam White (2004) yang menyatakan bahwa esensi dialog adalah pengakuan (recognition) dan penghormatan (respect) untuk pembicaraan lain, suara lain sebagai subjek yang mandiri (autonomos subject), tidak hanya sebagai objek komunikasi.