• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASYARAKAT LOKAL

HASIL/OUTPUT PENELITIAN

4.3 Potensi TNGR .1 Flora dan Fauna

Hutan lindung yang terdapat di dalam Kawasan TNGR menjadikannya sebagai daerah resapan air yang paling vital di Pulau Lombok. Selain itu potensi keanekaragaman hayatinya yang tinggi juga telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat guna pemenuhan kebutuhan sehari-hari maupun oleh wisatawan dengan menjadikan kawasan TNGR sebagai daerah tujuan wisata (FAO 1981; Dinas Kehutanan NTB 1997).

TNGR memiliki kekayaan keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna. Hasil inventarisasi FAO (1981) terdapat 66 jenis flora dan 126 jenis fauna di kawasan TNGR. Berbagai jenis flora yang terdapat di kawasan ini antara lain: Beringin (Ficus sp), Jelateng (Laportea stimulans), Jambu-jambuan (Eugenia sp), Randu Hutan (Gossampinus heptophylla), Meniran (Calicapra sp), dan Cemara (Casuarina trifolia) serta terdapat 2 jenis anggrek endemik yaitu Perisstylus rinjaniensis dan Perisstylus lombokensis. Sementara itu fauna yang terdapat di kawasan TNGR antara lain: Burung Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea), Burung Perkici (Trichhoglossus haematodus mitchelli), Burung Punglor (Zoothera interpres), Burung Koakiau (Philemon buceroides), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Rusa (Cervus timorensis), Babi Hutan (Sus vitatus) dan lain sebagainya. Selain itu terdapat satu jenis mamalia endemik yaitu Musang Rinjani (Paradoxurus hemaproditus rhindjanicus).

Lebih lanjut hasil inventarisasi dan identifikasi yang dilakukan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani sejak tahun 2000 hingga 2006 dapat diperkirakan populasi berbagai jenis flora dan fauna di Kawasan TNGR seperti disajikan pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Flora dan Fauna di Kawasan TNGR

Th Kegiatan Inventarisasi/Identifikasi Lokasi Luas (ha) Taksiran Jumlah 2000 - Burung Koak Kiau (Philemon buceroides neglectus) - Pesugulan 5 000 241 ekor

- Kera Hitam (Trachypitecus auratus cristatus) - Kembang Kuning 3 000 256 ekor 2001 - Burung Koak Kiau (Philemon buceroides neglectus) - Aik Berik 3 000 216 ekor 2002 - Rusa (Cervus timorensis) - Gunung Propok 5 000 200 ekor - Itik gunung (Anas supercilliosa) - D. Segara Anak 3 000 742 ekor - Burung Koak Kiau (Philemon buceroides neglectus) - Santong 3 000 4 333 ekor - Anggrek - Santong 3 000 43 jenis 2003 - Rusa (Cervus timorensis) - Lendang

Penyeranan

5 000 2 300 ekor - Kera Hitam (Trachypitecus auratus cristatus) - Kembang Kuning 6 000 2 300 ekor - Anggrek - Senaru 3 000 53 jenis - Tanaman Obat - Sempur, Aikmel 3 000 41 jenis

(56 419 individu) 2004 - Rusa (Cervus timorensis) - Aik Berik 5 000 2 200 ekor

- Tanaman Obat - Torean 3 000 56 jenis (8 725 individu) 2005 - Anggrek - Aik Berik 3 000 55 jenis

- Tanaman Obat - Santong 2 500 54 jenis (3 864 individu) - Ayam Hutan - Timbanuh 2 500 667 ekor 2006 - Kupu-kupu - TNGR 41 330 47 jenis

Sumber : Balai TNGR 2006b.

4.3.2 Vegetasi Taman Nasional Gunung Rinjani

Beberapa tipe ekosistem dan vegetasi yang terdapat di TNGR adalah hutan hujan tropis pegunungan yang masih berbentuk hutan primer, hutan cemara dan vegetasi sub alpin, hutan sekunder, dan savana. Penyebaran ekosistem dan vegetasi TNGR (Kanwil Kehutanan Propinsi NTB 1997) adalah sebagai berikut:

a. Hutan Hujan Tropis

Jenis-jenis vegetasi yang tumbuh pada hutan hujan tropis pegunungan di TNGR antara lain Bajur (Pterospermum javanicum), Kukun (Sebrutenia ovata), Cemara Gunung (Casuaria trifolia), Garu (Disoxylum sp), Benuang (Duabanga mollucana), Kemiri (Aleurites mollucaca), Beringin (Ficus superba), Suren (Toona sureni) dan beberapa jenis perdu, liana, anggrek dan paku-pakuan. Luas hutan primer ini sekitar 45,11% dari luas TNGR dan menyebar terutama di bagian Selatan dan Barat Laut; sampai pada ketinggian sekitar 2.000 m dpl.

b. Hutan Sekunder

Hutan sekunder terdapat di bagian TNGR yang berdekatan dengan pemukiman atau berbatasan dengan tanah milik masyarakat. Jenis tumbuhan yang dominan adalah Akasia (Accacia diccurens), Bajur (Pterospermum javanicum), Terep (Artocarpus elastica), Garu (Disoxylum sp), dan Dadap (Erytrina trifolia). Beberapa jenis tumbuhan lain juga banyak dijumpai antara lain Ficus sp, Schleichera sp dan Leguminosa. Luas hutan ini sekitar 15,8% dari luas TNGR; terutama ditemukan di bagian selatan TNGR (Lombok Timur) dan daerah Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat.

c. Vegetasi Savana dan Tanah Tandus

Padang rumput/savana terbentuk karena alam, tetapi pada beberapa tempat terjadi akibat penggundulan hutan; kebanyakan ditumbuhi oleh jenis alang-alang (Imperata cylindrica). Padang rumput savana terdapat di bagian Timur Laut kawasan TNGR, yakni di daerah Sembalun sampai daerah Pelawangan dan sekitar Danau Segara Anak. Luas savana ini sekitar 25,2% dari luas TNGR. Daerah tandus berada di bagian puncak Gunung Rinjani, Gunung Baru, Gunung Sangkareang, dan seputar tebing kaldera yang mengelilingi Danau Segara Anak dengan luas sekitar 7% dari luas TNGR.

d. Hutan Tanaman

Akibat terjadinya penggundulan dan seringnya pembakaran hutan untuk perladangan liar ataupun padang penggembalaan oleh penduduk, di beberapa tempat terutama di bagian Selatan dan Timur kawasan TNGR telah dilakukan reboisasi dengan beberapa jenis tanaman seperti Albisia (Albizzia falcala), Bajur (Pterospermum javanicum), Mahoni (Swietenia macrophylla), Durian (Durio zibethinus), Sonokeling (Dalbergia latifolia), dan Akasia (Accacia diccurens). Luas hutan tanaman ini relatif kecil (± 1.200 ha) atau kurang dari 3% TNGR.

e. Hutan Cemara

Hutan alam Cemara Gunung (Casuarina junghuniana) yang homogen ditemukan di bagian tengah pegunungan Rinjani terutama di bagian Timur Laut menghadap ke arah Desa Sembalun dari ketingguan 2.000 – 2.600 m dpl. Hutan ini juga terdapat di sekitar danau Segara Anak terutama pada `daerah-daerah cekungan dimana kondisi tanah lebih tebal dibanding dengan tanah di kelerengan. Luas hutan ini sekitar 500 ha atau ± 3% dari luas TNGR.

Cemara-cemara di Pantai Segara Anak dan sekitar Gunung Baru banyak yang mati akibat luapan air panas dan materi batuan vulkanik letusan Gunung Baru pada tahun 1994.

f. Vegetasi Sub Alpin

Vegetasi sub alpin ditemukan pada ketinggian di atas 2.000 m dpl. Jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di tempat ini adalah Edelweis, Cemara Gunung (Casuarina junghuniana), dan berbagai jenis rumput. Tumbuhan tersebut pada umumnya relatif lebih kerdil dan daun lebih tebal dibandingkan dengan vegetasi di hutan yang letaknya lebih rendah. Vegetasi sub alpin ini bisa dilihat sepanjang jalur pendakian terutama sekitar Pelawangan dan Danau Segara Anak.

Lebih lanjut WWF Program Nusa Tenggara menggambarkan profil pemanfaatan ruang di Kawasan Rinjani sebagaimana disajikan pada Gambar 9. Penyusunan profil pemanfaatan kawasan Rinjani ini didasarkan pada hasil kajian dan analisis WWF Program Nusa Tenggara mengenai kondisi hidrologis dan tutupan lahan Kawasan Rinjani yang merefleksikan kondisi riil tahun 2006.

Jarak (km)Distance (km) Elevasi (m) 3000 2000 1 0 0 0 0 TN Rinjani Z.Penyangga TNGR, hutan tanaman dan HKm Desa Desa Desa m ont ana alpine hut an huj an perkebunan t alun bam bu t alun bam bu

pekarangan& kolam kecil, ayam , sapi, dom ba

t egalan sayuran dat aran t inggi

t egalan sayurandat aran tinggi

saw ah bert eras

pekarangan, kolam ikan, ayam , kam bing

kebun cam puran

t egalan palaw ij a

kebun cam puran

pekarangan,

kolam , ayam , bebek, kam bing, kerbau

kolam ikan saw ah beririgasi

1 0 2 0 3 0

Gambar 9. Profil Sistem Pemanfaatan Ruang di Rinjani

(Sumber : Hasil Pemetaan WWF Program Nusa Tenggara – Mataram; Keadaan TNGR Tahun 2006)

Desa