• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAGAM PUISI PENDEK BAHASA INDONESIA DALAM CYBER SASTRA

Gatot Sarmidi

Universitas Kanjuruhan Malang, stonetitogats@yahoo.co.id

Abstrak

Puisi-puisi Indonesia mengalami dinamika penulisan terutama bentuk-bentuk yang ditawarkan dalam sibersastra. Bertolak dari fenomena itu, tulisan ini mencoba menelusuri perkembangan puisi-puisi Indonesia hingga kehadirannya dalam dunia siber. Dengan secara deskriptif, perkembangan karya puisi Indonesia dapat ditunjukkan dengan contoh kajian puisi-puisi pendek yang beragam dan berbahasa Indonesia yang dikirim melalui facebook dalam beberapa grup, misalnya Haiku atau Senryu, Sonian, Teras Puisi, dan Bondiku.

Kata kunci: puisi pendek, bahasa Indonesia, sibersastra

PENDAHULUAN

Di awal tulisan, Waluya (1987:2) menyebutkan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan yang paling tua. Karya-karya besar dunia yang bersifat monumental ditulis dalam bentuk puisi. Selanjutnya, puisi memiliki bentuk khas. Dari tahun ke tahun berkembang dan mengalami perubahan. Di awal awal, bentuk puisi di Indonesia sudah beragam. Bentuk-bentuk puisi itu, di antaranya mantra, pantun, dan syair.

Puisi Indonesia merupakan puisi yang menggunakan bahasa Indonesia. Sementara itu, penggunaan bahasa Indonesia semakin luas. Keluasan penggunaan bahasa Indonesia itu juga diikuti oleh perkembangan perpuisian di Indonesia, terutama semakin beragamnya bentuk puisi yang ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia. Secara khusus, keragaman bentuk puisi berbahasa Indonesia dapat diamati dalam sibersastra.

Berkaitan dengan pembicaraan pagam puisi pendek bahasa Indonesia dalam sibersastra, kiranya perlu difahami sepintas tentang formalisme. Para formalis mulai dengan melihat bahwa karya sastra kurang lebih sebagai sekumpulan alat arbitrer, barulah kemudian melihat alat ini sebagai elemen dan fungsi, saling berhubungan dalam tekstual total (Eagleton, 2006:5). Alat yang dimaksudkan adalah suara, imaji, irama, sintaksis, matra, rima, teknik naratif, termasuk defamiarisasi atau pengasingan dan deformasi. Di samping pembicaraan bentuk formal puisi, perlu juga difahami tentang fungsi linguistic dan fungsi puitik. Fungsi linguistik dan fungsi puitik diartikan sebagai pemfokusan pesan. Pesan yang dimaksud belum tentu berisi proposisi. Hal itu ditekankan pada fungsi referensial. Sementara itu, fungsi puitik ditentukan berdasarkan ekuivalensi aksis pemilihan ke dalam aksis kombinasi. (Culler, 1975:56). Sementara itu juga, Peck dan Coile (1986:12) menyebutkan dua cara berpikir tentang puisi, yakni pertama, pendekatan yang berkonsentrasi pada puisi itu sendiri mencakup gagasan, emosi, dan ekspresi dan kedua, pendekatan yang memfokuskan pada penggunaan kata, isi puisi, dan pemaknaan puisi.

PEMBAHASAN

Ragam Puisi Indonesia dalam Catatan Sejarah Sastra Indonesia

Ragam puisi Indonesia dalam catatan sejarah perpuisian di Indonesia tumbuh karena kreasi penyair Indonesia dalam menggunakan bahasa Indonesia. Dalam perkembangan puisi

131

Indonesia, ada puisi lama dan puisi baru. Puisi baru Indonesia mulai berkembang sejak 1920-an. Di tahun-tahun itu, puisi-puisi di Indonesia dipengaruhi oleh bentuk-bentuk puisi Barat. Pengaruh itu rima, irama, dan pilihan kata-katanya lebih bebas dibandingkan dengan puisi lama atau puisi-puisi tradisional. Bentuk-bentuk puisi baru itu adalah sajak dua untai

(distikhon), sajak tiga untai(tersina), sajak empat untai (quatrain), sajak lima untai (quint),

sajak enam untai atau dobel tersina (sextet), sajak tujuh untai (septime) , sajak delapan untai

(stanza atau octaf), sajak empat belas untai(soneta), dan sajak bebas yakni sajak yang bebas jumlah baris. Selain soneta dan puisi bebas, jumlah baris tiap baitnya sesuai dengan namanya. Berikut contoh-contoh puisi baru tersebut.

CATATAN DARI SEORANG MUSAFIR Tingkap terarak tua terbuncang topan Topan tepian timur yang bertuhan

Kedamaian memang sumber segala cerah Mengapa bosan bolak balik singgah? Pada bocah berbinar laku lincah Meriah

Dan tuhan benci hati yang terus gelisah Kedamaian memang sumber segala cerah

Distichon oleh S.Wakijan dari kumpulan sajak Pita Biru (dalam Ibrahim, 1987) DALAM AKU…

Dalam Aku Merenda, Ingatan Mengenang Ketika, Jam Jam Kita Berkata… Dalam Aku Merenda, Gerak jari ada kata,

Menghitung jam-jam kita bersua… Dalam Aku Menyisir

Hati terkenang desir

Lampu pelita kurang basir… Dalam Aku Menyisir, Gerak tangan ada piker,

Menghitung kata kasih kurang titir… Dalam aku berdandan,

Kalbu merasa pandangan, Berkali-kali kau arahkan…

132 Dalam aku berdandan,

Gerak badan ada hitungan

Membilang sesalan kita berjatuhan…

Tersina oleh Armijn Pane (dalam Ibrahim, 1987) PERAWAN KOTA BENGAWAN

Surut senja di seberang senyum Terjun teja di tengah tawa

Ke mana lagi hati mau mengembara?

Di kotaku mawar menguntum di mata ranum!

Quatrin oleh S.Wakijan dari kumpulan sajak Pita Biru (dalam Ibrahim, 1987) HANYA KEPADA TUAN

Satu-satu perasaaan Yang saya rasakan

Hanya dapat saya katakan Kepada Tuan

Yang pernah merasakan Satu satu kegelisahan Yang saya resahkan

Hanya dapat saya kisahkan Kepada Tuan

Yang pernah diresah gelisahkan

Quint oleh Or Mandank dari Pujangga Baru (dalam Ibrahim, 1987) JIWA TELAH MERANGGAS

Jiwaku pohon telah meranggas Terunjam terhening di senja hati Mengedangkan tangan tegang mati Hari bening tenang suci

Bulan bersih di kelir terbentang Sepi sunyi alam menanti

Sextet oleh Armijn Pane dari kumpulan sajak Jiwa Berjiwa (dalam Ibrahim, 1987) LAGU PENIDUR BOCAH

Podang pulang perbukitan pudar Bawa buah cawat cinta

Bawa bulan sarat sinar Bawa biru langit luas

Tidurlah sayang, tidurlah manic mata Nanti ibu bikinkan pasaran

133 Nanti bapa bikinkan mainan!

Stanza oleh S.Wakijan dari kumpulan sajak Pita Biru (dalam Ibrahim, 1987) AWAN

Awan dating elayang perlahan Serasa bermimpi, serasa berangan Bertambah lama, lupa di diri Bertambah halus, akhirnya seri Dan bentuk menjadi hilang Dalam langit biru gemilang Demikian jiwaku lenyap sekarang Dalam kehidupan teduh tenang

Stanza oleh Sanusi Pane dari Kesusastraan Indonesia (dalam Ibrahim, 1987) HUJAN BADAI

Bersabung kita di ujung langit, Gemuruh guruh, berjawab jawaban, Bertangkai hujan di curah awan, Mengabut kabut, sebagai dibangkit, Berhambur daun, dibadai angin Pakai dahan beribu-ribuan,

Berkalang kabut, tak berketentuan Menakut hati menggoyangkan batin Begitu pula di dalam hidup,

Lebih hebat, lebih dahsyat, badai bersabung

Lebih berkabut bercabul topan, menggarung garung Seorang tidak menolong kulud,

Hanya tetap tidak goyang, iman di jantung Yakin mengenal, kepada tuhan, itu tertulung

Soneta dari kumpulan sajak Percikan Permenungan (dalam Ibrahim, 1987)

Puisi-puisi di atas merupakan contoh puisi baru. Dalam penjelasan Waluyo (1987:15), pada Angkatan Balai Pustaka, puisi-puisi Indonesia masih banyak dipengaruhi puisi –puisi lama, misalnya pantun dan syair. Sementara puisi baru muncul pada Angkatan Pujangga Baru. Pada masa itu para pujangga Indonesia berusaha melepaskan ikatan-ikatan sebagaimana pola dalam puisi lama. Walaupun, ikatan-ikatan itu masih tampak. Puisi baru yang dimaksudkan adalah bentuk puisi yang berasal dari asing. Oleh karena itu, namanya juga masih asing. Misalnya Soneta memiliki pola 14 baris yang terdiri atas 3 quatrrain tambah 1 distichon, 2 quatrain ditambah 2 tersina, atau ragam lainnya. Yang jelas pada waktu itu puisi-puisi yang terdiri atas 4 baris masih popular. Barulah pada Angkatan 45 terjadi perubahan yang jelas karena ikatan puisi lama sudah ditinggalkan, baik bentuk fisik maupun makna (bentuk batin) puisi sama sama diperhitungkan dalam puisi bebas. Selanjutnya, banyak dilihat contoh puisi bebas setelah karya Chairil Anwar, dan di tahun 1970-an muncul puisi-puisi Sutarji C.B, yang pada waktu itu dianggap sebagai puisi kontemporer.

134

Pada periode berikutnya, puisi-puisi Indonesia diwarnai bentuk puisi-puisi pendek, misalnya puisi-puisi pendek yang dipelopori Remy Sylado, Maulana (2012:106) menyebutnya puisi mbeling atau puisi nakal. Puisi-puisi itu berawal dari terbitan di majalah Aktuil 1972-1973, konsepnya sebagai bentuk ketidakpuasan pada pemerintah pada waktu itu juga konsep puisi dalam majalah Horison yang terlalu mengedepankan aspek stilistis dalam penciptaan puisi. Dalam majalah Aktuil, nama rubrik untuk puisi mbeling dikenal dengan puisi lugu. Berikut contoh puisi mbeling.

DI BLOK APA Kalau Chairil Anwar binatang jalang Di blok apa tempatnya Di Ragunan?

Puisi karya Remy Sylado itu pendek dan membuat orang tertawa. Sekilas dari puisi pendek dalam puisi mbeling Remy Sylado, akhir-akhir ini puisi-puisi pendek di sibersastra banyak dipengaruhi oleh puisi-puisi Jepang tradisional. Puisi Jepang itu di antaranya mencakup beberapa ragam, misalnya Haiku, Tanka, dan Renga. Kehadiran puisi-puisi Jepang1 dalam sibersastra Indonesia bersifat terpadu, artinya pola yang digunakan mengikuti pola puisi tradisional Jepang tetapi bahasa yang diguakan bahasa Indonesia dan temanya tidak lepas dari ciri-ciri Indonesia. Sebagai catatan, tema yang biasa dibawakan tidak jauh dari unsur-unsur yang umum sebagaimana keberadaan asal puisi tersebut. Tema tema itu di antaranya tentang cinta, alam, keindahan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat kebanyakan.

Pemanfaatan Sisbersastra dalam Cipta Puisi Indonesia dan Ragam Puisi Berbahasa Indonesia dalam Sibersastra

Sibersastra Indoensia memiliki perkembangan pesat. Pemanfaatan internet dan gawai menunjang keberadaan sibersastra. Kepraktisan dan jangkauan luas untuk mengunggah karya puisi di dunia siber memberikan kegairan penulis puisi untuk saling berinteraksi dengan sesama krator atau orang orang yang pada akhirnya tumbuh rasa kegandrungan terhadap puisi.

Ada sejumlah bentuk puisi yang ditulis secara bebas di sibersastra. Sebagian puisi ditulis bebas dan sebagian lagi ditulis dalam format pendek. Format pendek biasanya ditentukan oleh grup dalam facebook. Misalnya format dalam grup Teras Puisi, Haiku Haiki, New Haiku, Haiku Nusantara, Haiku Alam, Sonian, dan Bondiku (Sarmidi,2017)

Haiku dan Senryu

1 Bangsa Jepang untuk pertama kalinya mengenal tulisan adalah semenjak abad ke-8 masehi. Tulisan itu sendiri dikategorikan oleh para ahli bahasa, bentuknya lebih mirip puisi, dengan susunan berpola runtut yang bila ditarik benang birunya mendekati struktur dari puisi itu sendiri . Puisinya sendiri dibawakan secara lisan, hingga suatu saat baru dituangkan dalam bentuk tulisan. Dan, selanjutnya menjadi titik awal perkembangan buku pertama di Jepang. Fungsi dari puisi itu sendiri sebenarnya sebagai alat komunikasi dari satu orang ke orang lainnya. Maka tak heran di dalam perkembangannya, puisi-puisi ini terkadang diselipkan di dalam tulisan-tulisan lain semisal surat.

135

Akhir akhir ini banyak penulis puisi Indonesia menggunakan pola puisi tradisional Jepang, Haiku2 dan Senryu. Haiku merupakan puisi berpola 17 silabel (suku kata). Bentuknya semacam Tersina (3 baris) dan masing masing barisnya berpola 5-7-5suku kata. Dalam menulis Haiku, penulis harus membuat kigo dan kireji. Kigo merupakan kata-kata yang berhubungan erat musim atau waktu. Dalam tradisi dan alam di Jepang, kigo mengacu pada empat musim yang ada, sedangkan di Indonesia sesuai keadaan musim yang ada misalnya musim kemarau atau panen. Kigo menggambarkan perasaan penyair atas musim yang ada atau sifat musim yang ada di lingkungan penulis.

Agus Sani Nugroho sungai yang bersih membelah kota ini member warna #ASNHaiku

Berikut contoh Haiku yang ditulis Teten Suniaraja, Indri Yuswandari, Nuryanto Bhenix, dalam Haiku dalam grup Haiku Haiki

Teten Suniaraja Membilas peluh Mandi di tengah hari Siap berangkat Indri Yuswandari Di hutan karet Pepohonan berderet Rindu terseret Nuryanto Bhenix Dudik bersila Sudah mulai susah Perutnya endut

2 Haiku adalah puisi pendek kuno yang sangat populer di zamannya hingga sekarang. Itu dikarenakan orang Jepang, terutama generasi mudanya, sangat melestarikan budaya yang ada. Oleh sebabnya Haiku masih dikenal baik oleh penduduk lokal Jepang maupun mancanegara. Haiku sendiri muncul di akhir era Muromachi, namun berkembang saat memasuki zaman Kinsei (disebut juga sebagai zaman Pra Modern). Periode ini dimulai pada tahun 1602, yakni sejak Shogun Tokugawa Ieyasu yang berdiri sebagai pemegang kepemerintahan Jepang memindahkan pusatnya ke Edo. Haiku bermula dari rongga sebuah puisi berpola 5-7-5 silabel (suku kata) yang diciptakan untuk berbalas-balas bersama lawan main seperti pantun. Bagian pertama haiku yang terdiri dari 5 suku kata disebut dengan ‘shougo’ atau ‘kamigo’ (上五). Nakashichi adalah bagian tengah yang berjumlah tujuh suku kata (中七) dan ‘shimogo’ (下五) merupakan bagian akhir yang terdiri dari lima suku kata. Pola 5-7-5 ini merupakan bentuk dasar haiku. Namun, ada juga haiku yang tidak mengikuti pola tersebut. Dalam Haiku, penulis harus membuat kigo, misalnya awal musim semi yang digambarkan dengan “Hanasaki Niwa No” (Halaman Berbunga) oleh penyair Kyoshi atau musim hujan yang diilustrasikan oleh penulis semilikiti weleh-weleh Winata SilenceAngelo dengan kalimat “Hujan guyur Karawang”.

136

Berikut contoh Haiku yang ditulis Ness Kartamihardja, Niken Pratiwi, Dimas Bae, Indah Resma, dan Sutiono kotagede dalam grup New Haiku

Ness Kartamihardja Kecebong heran Fisik jauh berbeda Mamanya katak #senryu_nesska Niken Pratiwi Siang menyengat Hampa tanpamu saying Apa kabarmu

Chen,27 04 2017 Dimas Bae Makan siangku

Hampa tanpamu sayang Apa kabarmu

Indah Resma sarapan kangkung sayur sejuta umat ngantuk sekali Sutiono kotagede Patah sayapku Tergores nectar senja Ngantuk sekali

Berikut contoh Haiku yang ditulis Nani Mariani, Dewi Kusmiati dalam grup Haiku Alam Nani Mariani

Bunga nan indah Mengisi siang kota Terima kasih Setengah hari

Menghitung uang emak Cecak berdecak Diujung batang Pipitsaling berkicau Pelangi datang Dewi Kusmiati Pagi berembun Kuyup ujung ilalang Mengiris hati

Bondiku

Bondiku semacam haiku. Bondiku dipopulerkan oleh Norca M. Massardi. Pola Bondiku 5-6-1 atau 1-6-5. Berikut contoh Bondiku yang ditulis oleh Tia Baratawiria, Odilia Talenta, Heryus Saputro, Pensil Kajoe, Nanang Gani, dan Ta Lin

Tia Baratawiria Gerimis lagi

137 Malam akhir pekan

Tes! Odilia Talenta Tangisku lega Kala kulihat Art of loved Tia bratawiria Minggu berganti Seperti kemarin Uuuh!! Panas sekali Terbayang daterku Nyeeees Heryus Saputro Ayam kalah Ia pun meludah Cuiiih.! #bondikuHS19042017 Pensil Kajoe Sepotong suweg Penahan laparku Nyam Nanang Gani Byarrrr Ombak bergejolak Marahnya alam Hiksss Pancaroba datang Virus mewabah Tangsel April 2017 Ta Lin Balon di tangan Pecah warna hijau Dor

Bondiku-TL

Sonian

Sonian juga puisi pendek yang berpola empat baris yang dikreasikan dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik dengan menggunakan judul dan dperkenankan membuat sonian berbait-bait dengan mencantumkan nomer perbaitnya. Dengan pola itu, semakin ke bawah menulis sonian semakin sulit. Sonian itu penulisnya harus mengola emosi bukan

mengumbar-138

umbar emosi. Sonian berisi renungan alam, bersifat simbolis dan imajinatif. Berikut contoh Sonian yang ditulis oleh Roval Alanov, Dicha Sagita, Wenny Indrawati, Meor Azman, dan Vina Pri Hanjono

Roval Alanov KEMARAU MIMPI pagi datang embun hanya sekejap raih damai dunia sonigraphoval, 270417 Dicha Sagita PURNAMA Nun di langit sana bulan purnama indah mega bertahta #sonian-ds 22042017 Wenny Indrawati Lihatlah mereka Sepenuh canda Lepas tawa Ceria Batam 27 April 2017 #Sonian-Belajar Dian Kencana

JEJAK YANG PERGI Mendung mengiringi Jejak yang pergi Meninggalkan Impian #Sonian-DK Meor Azman

PEPERANGAN Ada bau misu

Ruang udara Merah darah Menyimbah Vina Pri Hanjono Tertulis puisi Bahasa bunga Untuk bunda Tercinta

#sonian-sonigraph-vinaprihanjono

139

Puisi puisi di Teras Puisi diikat oleh aturan yang ada di grup. Teras puisi merupakan kata teras yang memiliki lima huruf. Lahir di bulan Mei dan dikelola oleh lima orang, yakni RD Kedum, Ahmadi Almaksumi Nst, Ning Purwa, Heru Marwata, dan Windu setyaningsih. Penduduk kampong puisi mengunggah puisi dengan syarat satu puisi 5 baris setiap baris maksimal 5 kata, judul wajib menggunakan huruf capital tanpa dibubuhi tanda apa pun, setiap puisi yang diunggah boleh diberi ilustrasi atau tidak diberi ilustrasi, jika member ilustrasi wajib memberi sumber ilustrasi kecuali ilustrasi koleksi pribadi, penduduk kampong diperkenankan memposting 5 puisi setiap hari dengan membubuhkan nomor urut setiap postingan, pengurus kampong akan mengumumkan tema atau judul puisi setiap hari. Contoh postingan dalam Teras Puisi 26 Mei 2017 berjudul Relief karya Endri Suyanto, Ning Purwa, dan postingan 25 April 2017 berjudul Tobat karya Selly Dwi

Endri Suyanto RELIEF

Relief malam di ambang jurang Satu sentak kecil dan lepas Melesak dalam ke ujung gelap Suara-suara menggenap sepi Dan satu relief kembali terpatri Ning purwa

RELIEF (1)

Dalam diam waktu berjalan

Meninggalkan untaian relief kenangan Terpahat indah di dinding jiwa

Walau cinta semakin renta Tak lekang ditelan zaman

#TerasPuisi_ NR26042017 Selly Dwi

TOBAT

Tatkala raga ini terbalut dosa

Tatkala hidup dipenuhi urusan duniawi Kuhempas usiakan setan

Nan ku mantapkan hati

Tuk tobat demi akhirat semata Rengel Tuban 25 042017

Beberapa kajian dan kritik puisi Indonesia berbasis sibersastra, tetapi sebagaimana keberadaan kritik sastra dalam kesastraan Indonesia itu sendiri belum banyak. Demikian halnya dengan kajian sastra dalam sibersastra. Sastra sendiri eksis dan harus diaktualisasi oleh pembaca. Oleh karena itu, proses pembacaan bagi teori resepsi selalu bersifat dinamis. Sifat dinamis itu tampak sebagai pemekaran yang kompleks sepanjang waktu. Akibatnya, pembaca akan membawa pemahaman tertentu akan karya sastra yang dibacanya. Berlandasan konsep itulah, hasil pembacaan teks sastra selalu bervariasi.

KESIMPULAN

Sibersastra Indonesia mengalami perkembangan pesat terutama dalam genre puisi. Satu hal yang ditampilkan dalam makalah ini adalah puisi-puisi yang dimuat dalam grup fb yang ditulis dengan pola-pola pendek. Di antaranya, Haiku Atau Senriu, Sonian, dan Bondiku. Walaupun beberapa pola itu menggunakan pola puisi tradisional dari negara lain,

140

puisi-puisi pendek itu merupakan puisi Indonesia karena ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia. Bertolak dari tulisan ini, sebenarnya belum banyak kajian dan kritik puisi Indonesia berbasis sibersastra. Oleh karena itu, puisi-puisi dalam sibersastra menjadi hal menarik untuk dikaji tidak saja dari segi struktur formalnya.

DAFTAR RPUSTAKA

Culler, Jonathan. 1975. Structuralist Poetics, Structuralism, Linguistics and Study of Literature. New York Cornel University Press.

Eagleton, Terry. 2006. Teori Sastra sebuah Pengantar Komprehensi (terjemahan Harfia W dan Evi S.). Bandung: Jalasutra.

Ibrahim, Abdul Syukur. 1987. Kesusastraan Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional.

Jacobson, Roman. 1987. Language in Literature. London: The Belknop Press of Harvard University Press.

Maulana, Soni Farid. 2012. Apresiasi Dan Proses Kreatif Menulis Puisi.Bandung: Penerbit Nuansa.

Peck, John and Martin Coyle. 1986. Literary Term and Criticism. London: Macmilland Education Ltd.

Sarmidi, Gatot. 2017. Haiku And Senryu In The Indonesian Cyber Literary. Online. Diunduh April 2017.

141