• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN

C. Sarjana Membangun Desa

Kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD) merupakan salah satu kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dalam upaya pemberdayaan kelompok tani ternak yang dilakukan

dengan menempatkan tenaga Sarjana Peternakan dan Kedokteran Hewan maupun D-3 Ilmu-ilmu Peternakan dan Kedokteran Hewan di kelompok tani. Dengan penempatan SMD di pedesaan diharapkan dapat melakukan transfer teknologi dari Perguruan Tinggi ke masyarakat dan meningkatkan jiwa kewirausahaan. Kegiatan SMD telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dengan focus pada pengembangan usaha sapi potong untuk mendukung program swasembada daging sapi 2010 (PSDS). Pada tahun 2011 masih difokuskan pada pengembangan sapi potong dalam rangka mendukung program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK) 2014, disamping komoditas lain seperti sapi perah, kambing/domba dan ayam lokal/itik, dimana keempat komoditi tersebut dapat meningkatkan usaha ekonomi di pedesaan dan memperkuat program diversifikasi pangan.

Permintaan konsumsi daging dan produk-produk peternakan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya beli serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi. Dengan meningkatnya permintaan tersebut, memberikan peluang untuk berkembangnya usaha agribisnis peternakan. Usaha agribisnis peternakan berbasis sumberdaya lokal mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena berbagai sarana pendukung seperti agroinput, teknologi, kelembagaan dan tenaga kerja tersedia di seluruh wilayah provinsi. Salah satu potensi yang perlu dikembangkan adalah tenaga terdidik lulusan perguruan tinggi bidang peternakan dan kesehatan hewan melalui program Sarjana Membangun Desa (SMD). Berdasarkan masukan dan pertimbangan dari berbagai kalangan, baik internal maupun ekternal Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dengan memperhatikan:

a) Aspek potensi pengembangan pada masing-masing wilayah/provinsi;

b) Prospek pasar pada masing-masing komoditi ternak dan;

c) Sebaran Fakultas Ilmu-ilmu Peternakan dan Kedokteran Hewan/Fakultas yang membidangi Jurusan Peternakan pada Perguruan Tinggi, maka pelaksanaan kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD) mencakup beragam komoditi, yaitu sapi potong, kerbau, sapi perah, kambing, domba, unggas lokal (ayam buras, itik).

Pada prinsipnya tujuan dari kegiatan SMD ini adalah untuk membentuk calon-calon wirausahawan di bidang peternakan dengan komoditi yang diprioritaskan yaitu sapi dan kerbau untuk mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014.

Program SMD merupakan pemberdayaan kelompok peternak melalui pengembangan kewirausahaan SMD dan kelompok sekaligus penyaluran dana penguatan modal usaha, bertujuan untuk :

a) Mendorong tumbuh dan berkembangnya pelaku agribisnis yang terdidik pada usaha peternakan;

b) Memperkuat modal usaha, sarana dan prasarana di kelompok yang akan dikelola oleh seorang SMD agar usaha peternakan bisa lebih berkembang;

c) Meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan peternak;

d) Mengembangkan sentra-sentra kawasan usaha peternakan.

Pada tahun 2012 penerima Bantuan Sosial melalui program Sarjana Membangun Desa tertuang dalam 4 buah Surat keputusan, untuk penerima SMB di Jawa Barat dapat terlihat dalam lampiran surat keputusan Menteri Pertanian nomor : 686/Kpts/OT.160/F/06/2012, tanggal 13 Juni 2012 tentang Pengembangan Sarjana Membangun Desa, Kelompok dan Lokasi Penerima Dana Bantuan Sosial Tahun 2012 (terlampir).

6. Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Agribisnis Lembaga Mandiri Yang Mengakar di Masyarakat

Salah satu strategi pembangunan pertanian yang dilaksanakan Kementerian Pertanian sejak beberapa tahun yang lalu, yaitu pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis berbasis pada Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3). Pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3 tahun 2011 merupakan kelanjutan pemberdayaan LM3 sebelumnya. Secara formal pemberdayaan terhadap LM3 dilakukan sejak diterbitkannya Surat Keputusan Bersama antara Menteri Pertanian dan Menteri Agama Nomor 346/1991 dan Nomor 94/1991 tentang Pengembangan Agribisnis di Pondok Pesantren.

Selanjutnya, sejak tahun 1996 pemberdayaan terhadap pengembangan agribisnis lebih ditingkatkan lagi yaitu dengan diterbitkannya Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 412.25/1141/PMD tanggal 21 Oktober 1996 dan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 555/Kpts/OT.210/6/97 serta Surat Sekretaris Jenderal

Departemen Pertanian Nomor RC.220/720/B/VI/1998 tentang Pengembangan Agribisnis melalui Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat.

Pada awalnya LM3 yang diberdayakan dan difasilitasi adalah lembaga Pondok Pesantren. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga yang difasilitasi mencakup: seminari, paroki, pasraman, gereja, subak dan vihara,dan lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai potensi agribisnis dan strategis melalui kegiatan pendidikan moral dan sosial di dalam masyarakat, serta mempunyai kekuatan dan potensi untuk dikembangkan sebagai penggerak pembangunan perdesaan.

Potensi LM3 yang dapat dimanfaatkan sebagai penggerak pengembangan agribisnis antara lain:

1. Mempunyai sumberdaya lahan pertanian yang cukup potensial dan masyarakat di sekitarnya yang berusaha di bidang pertanian;

2. Mempunyai sumberdaya manusia, dalam hal ini tokoh agama yangkharismatik, yang menjadi panutan bagi warga LM3 dan masyarakat sekitarnya;

3. Merupakan kelembagaan yang strategis untuk mendesiminasikan berbagai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agribisnis; dan

4. Merupakan pasar potensial hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat sekitarnya.

Pada tahun 2011 Kementerian Pertanian akan melanjutkan fasilitasi LM3 untuk mengembangkan usaha agribisnis yang telah dirintis melalui pemberdayaan SDM, penguatan kelembagaan dan fasilitasi Bantuan Sosial (BANSOS) penguatan modal usaha agribisnis serta pendampingan, yang dilaksanakan oleh berbagai unit kerja Eselon I Kementerian Pertanian sesuai dengan tugas dan fungsinya masing masing.

Untuk itu Kementerian Pertanian merencanakan alokasi dana sebesar Rp 200 Milyar untuk kegiatan pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis di 33 provinsi. Pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3 dilakukan secara terpadu mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi yang didasarkan pada indicator kinerja, sehingga program pembangunan agribisnis dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan akuntabel. Pemberdayaan LM3 dimaksudkan untuk mengatasi rendahnya penguasaan teknologi dan manajemen serta lemahnya SDM dan kelembagaan

LM3, sedangkan fasilitasi dana bantuan sosial penguatan modal LM3 dimaksudkan untuk mengatasi masalah dalam pengembangan usaha agribisnis di LM3, seperti keterbatasan modal untuk pengembangan usaha hulu, budidaya, hilir dan jasa penunjang. Dana BANSOS penguatan modal usaha ditransfer melalui rekening lembaga untuk dikelola secara terorganisir dengan mekanisme, berdasarkan petunjuk pelaksanaan kegiatan yang diterbitkan oleh masing-masing eselon I terkait.

Pola pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis di LM3 seperti ini diharapkan dapat merangsang tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis di perdesaan. Pengelola LM3 diarahkan agar mampu memilih usaha yang produktif guna menunjang target utama pembangunan pertanian, yaitu: (1) swasembada (kedelai, gula, dan daging sapi) dan swasembada berkelanjutan (padi dan jagung);

(2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor; serta (4) peningkatan kesejahteraan petani.

Agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, maka diperlukan pedoman pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis di LM3 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Daftar Penerima Bantuan Soasial Lembaga Mandiri Yang Mengakar Pada Masyarakat (LM3) Di Jawa Barat Tahun 2012 (sebagaimana terlampir).

7.2. PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN

Hasil pelaksanaan kegiatan Seksi Pasca Panen dan Pengolahan selama satu tahun sampai dengan Desember 2012 adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan Teknis dan Manajemen Agroindustri Peternakan

Bimbingan Teknis Dan Manajemen Agroindustri Peternakan Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian tahun 2012 dilaksanakan di Hotel Karang Setra, Jl. Bungur No. 2 Sukajadi Bojonagara, Bandung. Bimbingan Teknis Dan Manajemen Agroindustri Peternakan dilaksanakan dari tanggal 12 s/d 13 April 2012. Peserta Bimbingan Teknis Dan Manajemen Agroindustri Peternakan Tahun 2012 adalah sebanyak 25 orang petugas/pelaku usaha pengolahan produk hasil peternakan di Jawa Barat. Materi yang disampaikan Kebijakan Pembangunan Peternakan di Jawa Barat, Kebijakan Penanganan Pasca Panen Produk Peternakan Kredit Cinta Rakyat, Teknologi dan Industri Pengolahan Hasil Peternakan, Teknologi Desain Produk Peternakan, Penerapan Jaminan Mutu

Produk Peternakan, Succes Story Pengolahan Susu (Keju) dan Teknologi Pengepakan Produk Peternakan.

2. Pertemuan Koordinasi/Sosialisasi Pengolahan Hasil Peternakan

Pertemuan Koordinasi/Sosialisasi Pengolahan Hasil Peternakan Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian tahun 2012 dilaksanakan di Hotel Karang Setra, Jl. Bungur No. 2 Sukajadi Bojonagara, Bandung, Jawa Barat.

Pertemuan Koordinasi/Sosialisasi Pengolahan Hasil Peternakan dilaksanakan dari tanggal 12 s/d 13 April 2012. Peserta Pertemuan Koordinasi/Sosialisasi Pengolahan Hasil Peternakan adalah sebanyak 25 orang petugas/pelaku usaha pengolahan produk hasil peternakan di Jawa Barat. Materi yang disampaikan Kebijakan Pembangunan Peternakan di Jawa Barat, Kebijakan Penanganan Pasca Panen Produk Peternakan, Teknologi Pengolahan Susu, Teknologi Pengolahan Telur, Teknologi Pengolahan Daging, Wirausaha Pengolahan Daging, Telur Dan Susu, Succes Story Pengolahan Telur (Telur Asin), Succes Story Pengolahan Daging (Nugget, Sosis, dan lain-lain) dan Trik Pengolahan Daging Domba.

3. Hari Susu Nusantara A. Seminar Persusuan

Seminar Persusuan dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Tema seminar persusuan ini adalah Pengembangan dan Penerapan Sistem Identifikasi dan Informasi Sapi Perah di Indonesia. Peserta seminar ini dari berbagai stakeholder persusuan yang berjumlah berjumlah 50 orang antara lain Kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan di Jawa Barat, Kepala Direktorat Perbibitan Ternak Kementan RI, Ketua KUD persusuan di Jawa Barat, Kepala BIB Lembang, Dekan Fakultas Peternakan Unpad, Dekan Fakultas Peternakan IPB, Ketua GKSI Jawa Barat, Industri Pengolahan Susu, dan Kepala UPTD lingkup Dinas Peternakan. Narasumber pada workshop ini antara lain Robert (Bob) Lang, Mike McMorris, Kepala UPBS Pangalengan, KPBS, KPSBU dan drh Pammusureng.

Materi workshop yang disampaikan antara lain: Peran Sistem Identifikasi dan Informasi dalam Pengembangan Sapi Perah di Canada, BIO’s Database system of Traceability, Genetic advisory, Genomics

Linkages and Management Support System, Pengalaman KPBS Pangalengan dalam Penerapan SISI & Sistem SMS Gateaway, Penerapan SISI dan Ricek Populasi serta Sistem Informasi Manajemen di KPSBU, Fitur-Fitur Database SISI dalam mendukung Identifikasi dan Manajemen Peternakan Sapi Perah, Sistem Recording di Perusahaan Peternakan UPBS.