• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PRODUKSI TERNAK

E. Kajian Asal Usul Sapi Lokal Di Jawa Barat

2. Unit Pengolah Pakan

Masalah utama kesediaan pakan ternak di Jawa Barat maupun nasional adalah ketergantungan terhadap bahan pakan impor, sehingga apabila terjadi gejolak ekonomi ditingkat global atau regional, akan sangat mempengaruhi kinerja usaha peternakan. Penyediaan pakan yang murah, dari bahan pakan lokal yang tersedia secara terus menerus di sekitar tempat usaha budidaya serta dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak, perlu diupayakan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya yang dilakukan.

Pemerintah telah mengupayakan beberapa program terobosan yang mengarah kepada ketahanan pakan lokal, agar kedepan ketergantungan terhadap bahan impor dapat semakin berkurang dan pada akhirnya harapan untuk mandiri dengan menggunakan bahan pakan lokal dapat tercapai.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 22 Optimalisasi pemanfaatan bahan pakan substitusi merupakan salah satu alternatif untuk penyediaan bahan pakan yang berasal dari hasil samping industri hasil pertanian atau agroindustri yang selama ini belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan, tetapi dari kandungan nutrisinya masih memadai untuk diolah menjadi pakan.

Salah satu fasilitasi pemerintah dalam upaya pengembangan ketersediaan pakan lokal, adalah melalui pengembangan unit pengolah pakan. Untuk itu diperlukan pedoman umum terkait dengan pengembangan unit pengolah pakan, agar pelaksanaan di lapangan sesuai dengan yang direncanakan.

Tujuan dari pengembangan unit pengolah pakan unggas dan ruminansia adalah :

A. Meningkatkan kemampuan para peternak, kelompok peternak, dalam memproduksi pakan yang memenuhi standar kebutuhan ternak baik kuantitas maupun kualitasnya dengan harga murah dan tersedia sepanjang tahun

B. Meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan pakan yang digunakan untuk memproduksi pakan ternak

C. Meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.

Jawa Barat sampai saat ini memiliki beberapa Unit Pengolah Pakan Ruminansia dan Unit Pengolah Pakan Unggas di beberapa kabupaten antara lain : Tabel 5.8. Lokasi Unit Pengolah Pakan Unggas di Jawa Barat

No Kabupaten Nama Kelompok Alamat

I. UPP Ruminansia

1. Purwakarta Taruna Karya Desa Warung Jeruk

Kecamatan Tegalwaru Purwakarta **)

**) Satker sendiri

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 23 3. Unit Pengolah Bahan Pakan

Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya lokal sangat besar yang dapat digunakan sebagai bahan pakan lokal di tiap-tiap dearah.

Potensi bahan baku pada setiap daerah tersebut baik yang berasal dari hasil pertanian, maupun agroindustri dapat diinventarisir dan dimanfaatkan untuk menyusun formula pakan ternak dengan harga yang lebih murah dan memenuhi kecukupan gizi sehingga dapat meningkatkan keuntungan peternak.

Dalam rangka mendorong kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pakan maka salah satu solusinya adalah melalui kegiatan penyediaan bahan baku pakan ternak yang berkesinambungan tersedia sepanjang tahun dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia di tiap-tiap daerah, dengan demikian peternak mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan pakan untuk ternaknya.

Mencermati situasi pada masa sekarang dimana permasalahan kesulitan dalam penyediaan bahan baku pakan ternak maka pada tahun 2012, kegiatan Pengembangan Unit Usaha Bahan Pakan dalam rangka memperkuat penyediaan bahan pakan lokal pada daerah-daerah yang disekitarnya mempunyai potensi sumber bahan baku yang berlimpah seperti jagung, ikan, bulu ayam, hijauan pakan ternak atau jenis bahan baku lainnya. Peternak diberikan fasilitasi untuk membangun unit pengolahan bahan baku pakan dengan memanfaatkan potensi bahan baku pakan yang tersedia di sekitar lokasi tersebut.

Tujuan dari kegiatan pengembangan unit usaha bahan pakan adalah : A. Meningkatkan pemanfaatan bahan baku pakan lokal yang ada di sekitar

lokasi kelompok dalam upaya penyediaan pakan lokal secara berkesinambungan,

B. Optimalisasi pemanfaatan bahan baku pakan lokal melalui pengolahan bahan baku pakan yang memenuhi standar kebutuhan gizi secara kuantitas maupun kualitasnya dengan harga terjangkau dan tersedia sepanjang tahun.

Jawa Barat memiliki Unit Pengolahan Bahan Pakan berupa pengolahan limbah dari bulu ayam menjadi tepung bulu ayam yang berlokasi di Desa Sancang Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut. Hasil pengolahan limbah berupa tepung bulu telah banyak dipergunakan sebagai campuran formulasi pakan ternak di Jawa Tengah Jawa Timur dan sekitarnya.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 24 4. Pengembangan HPT di Lahan Kehutanan

Lahan kehutanan yang masih belum termanfaatkan oleh penanaman tanaman produksi masih sangat luas, oleh karenanya diperlukan koordinasi untuk dapat memanfaatkan lahan-lahan kehutananan yang dekat dengan pemukiman penduduk agar produktf dan bisa memberi manfaat bagi masyarakat sekitar hutan tersebut. Salah satu kegiatan yang dicobakan dalam rangka pemanfaatan hutan sekitar pemukiman yang terjangkau untuk suatu kegiatan produksi adalah pengembangan komoditas peternakan, baik ternak sapi potong, kambing/domba atau unggas lokal.

Upaya tersebut telah dimulai dalam skala kecil pada tahun 2011 untuk memantapkan pola pengembangannya dalam skala yang lebih besar. Tahun 2012 Jawa Barat mendapat dana bantuan sosial di satu lokasi yaitu Kabupaten Subang menjadi demplot pengembangan ternak dan pemanfaatan lahan kehutanan. Pola yang diterapkan sebetulnya tidak jauh berbeda dengan pola integrasi ternak dengan tanaman yang ditambah dengan kegiatan untuk mengelola lahan kehutanan. Diharapkan agar pola ini dapat mendukung pengembangan sapi potong.

Kegiatan pemanfaatan lahan kehutanan bagi pengembangan ternak ini adalah untuk dalam upaya mendukung program pengembangan peternakan, khususnya program swasembada daging sapi dan kerbau tahun 2014. Pola yang diterapkan dimodifikasi dari pola integrasi tenak yang dilaksanakan di lokasi perkebunan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatnya populasi ternak sapi potong yang dikontribusikan dari kegiatan pengembangan ternak melalui pemanfaatan lahan kehutanan serta adanya lahan yang bisa dimanfaatkan bagi kegiatan usaha peternakan dan penanaman hijauan pakan ternak.

Pelaksanaan kegiatan Pengembangan HPT di Jawa Barat. (tabel 5.9.) Tabel 5.9. Pengembangan HPT di Jawa Barat.

No Kabupaten Nama Kelompok Alamat

1. Subang Kel. Mitra Jaya (Yuyun)

Kp.Lemah Duhur Ds.

Cibodas, Kec. Pacet

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 25 5. Pengawasan Mutu Pakan Ternak

Seiring dengan kebutuhan peningkatan produksi ternak maka tidak lepas dari kebutuhan pakan yang berkualitas karena itu kegiatan ini terdiri dari apresiasi pakan ternak dan operasional pengawasan mutu pakan ternak sebagai kontrol peredaran pakan yang berkualitas di Provinsi Jawa Barat.

Pakan yang dibuat dan diedarkan/diperdagangkan oleh kelompok/peternak maupun produsen pakan sangat perlu dilakukan pengawasan secara menyeluruh sebagai suatu sistem manajemen mutu yang dimulai dari pengadaan bahan baku pakan, penyiapan bahan baku pakan, penyimpanan bahan baku pakan, penggilingan, pencampuran, pembuatan pellet, pengepakan, pelabelan, penyimpanan pakan dan pengeluaran pakan/pendistribusian, hal tersebut sangat essensial dalam upaya agar konsumen mempergunakan pakan yang memenuhi standar mutu sesuai persyaratan teknis yang ditetapkan.

Pengawasan mutu pakan yang baik akan dapat mencegah terjadinya kerugian bahkan sebaliknya akan memberikan keuntungan ekonomis yang signifikan baik bagi pemerintah, produsen maupun konsumen dalam hal ini peternak. Hanya dengan pakan yang bermutu saja yang akan dapat bersaing dan berperan dalam transaksi pasar.

Pengawasan Lalu Lintas Pakan dilaksanakan di 15 Kabupaten di Jawa Barat, yang dilakukan di kelompok/peternak, produsen, distributor pakan ternak.

Hal ini dilakukan untuk menjaga apabila dalam pengawasan mutu pakan ditemukan pakan yang tidak sesuai dengan standar atau persyaratan teknis minimal yang ditetapkan sehingga harus ditindaklanjuti melalui pembinaan.

Salah satu cara pengawasan mutu pakan ternak yang dilakukan salah satunya adalah dengan melaksanakan pengujian sampel bahan baku/konsentrat di laboratorium pakan ternak yang terakreditasi yaitu ke Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak di Setu-Bekasi. Dari hasil pengamatan konsentrat ruminansia yang dikelola oleh penyedia pakan ternak sampai saat ini sebagian besar belum memenuhi standar sesuai dengan SNI yang diharapkan dan sampai saat ini pengelola pakan ruminansia belum ada yang mendaftarkan usaha pakannya sesuai dengan Permentan No. 19/Permentan/OT.140/4/2009 tentang Syarat dan Cara Pendaftaran Pakan. Pada Tahun 2012 telah dilakukan pengujian sampel pakan yang dilaksanakan di BPMPT Setu Bekasi baik itu dari kelompok ternak, produsen ataupun distributor pakan dengan hasil sebagaimana lampiran 3.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 26 6. Hijauan Pakan Ternak (HPT)

HMT atau hijauan makanan ternak adalah hijauan atau rumput-rumputan yang memiliki angka kecukupan gizi yang tepat untuk ternak ruminansia, tidak semua rumput dapat dikatagorikan hijauan makanan ternak.

Pakan adalah sumber gizi bagi ternak dan pakan ini merupakan kebutuhan primer satu-satunya pada ternak berbeda dengan manusia yang memiliki tiga kebutuhan primer, Pakan ini berguna untuk pertumbuhan serta produksi. Pakan yang bisa dikatagorikan HMT adalah rumput atau hijauan yang memiliki nilai kandungan gizi yang cukup sesuai kebutuhan ternak khususnya ruminansia.

Secara garis besar pakan ternak ruminansia bisa dibedakan menjadi dua yaitu pakan serat dan pakan penguat, pakan serat ini diantaranya adalah rumput (HMT) dan penguat adalah konsentrat. HMT sebaiknya dipotong pada usia yang tepat, sebab jika Hijauan Makan Ternak tersebut terlalu tua maka kualitasnya akan semakin buruk.

Beberapa rumput unggul yang dapat digunakan untuk hijauan makanan ternak ruminansia : Rumput Benggala atau bahasa latinnya Panicum maximum, rumput gajah, Setaria, King Gress dan lain sebagainya, saat ini ada rumput Gajah tetapi pendek yang banyak menyebutnya adalah Rumput Odot. Ciri-ciri rumput ini adalah

A. Panjang ruas batang sekitar 1 cm, B. Daun seperti pita berwarna hijau,

C. Ketinggian panen tidak lebih dari 80 cm.

D. Perawakan pendek, sehingga cocok untuk hiasan ataupun ditanam dimuka rumah, atau sebagai tanaman sela atau samping pagar rumah.

E. Untuk pemanenan diperlukan waktu sekitar 26 sampai dengan 32 hari.

F. Dalam satu larik sepanjang satu meter memiliki berat tanaman sekitar 15 kg, tergantung dari besarnya rumpun.

Perkembangan dan permintaan yang luar biasa ini, dari para petani mengupayakan terpenuhinya bibit. Untuk antisipasi hal tersebut, petani sudah menyiapkan bibit berupa stek batang yang siap untuk ditanam. Tanaman rumput ini sudah menyebar di daerah Blitar, Kediri, Jawa Barat bahkan ada permintaan dari Kalimantan.

Laporan Tahunan 2012 Bidang Produksi 27 5.3. PENGENDALIAN PELAKSANAAN BUDIDAYA TERNAK