• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.(PERSERO)Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT.(PERSERO)Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA

UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR

UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN

PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN

TESIS

Oleh:

SYAFRIDA WATY TARIGAN

057011087 / M.Kn

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA

UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR

UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN

PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam

Program Studi Magister Kenotariatan Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh:

SYAFRIDA WATY TARIGAN

057011087 / M.Kn

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan

Nama Mahasiswa : Syafrida Waty T.

Nomor Pokok : 057011087

Program : Magister Kenotariatan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Sanwani Nasution, S.H Ketua

Dr.T.Keizerina Devi Azwar, S.H.,C.N.,M.Hum Notaris Syafnil Gani, S.H., M.Hum Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pasca Sarjana

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc.

(4)

Telah diuji pada

Hari/Tanggal : Rabu / 29 Agustus 2007

__________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Sanwani Nasution, S.H.

Anggota : Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum.

Notaris Syafnil Gani, S.H., M.Hum.

Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N.

(5)

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN

DENGAN PERUSAHAAN PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN

Syafrida Waty Tarigan1) Sanwani Nasution2) T. Keizerina Devi Azwar3)

Syafnil Gani3)

INTISARI

Perjanjian merupakan salah satu pranata hukum dalam sistem hukum Indonesia. Salah satu perjanjian yang sering ditemukan dalam praktek adalah perjanjian sewa menyewa. PT. (Persero) Angkasa Pura II dalam melaksanakan pemanfaatan ruangan bandara udara memiliki kewenangan melakukan kerjasama dengan para pihak, salah satunya adalah perusahaan penerbangan Mandala Airlines. Oleh karenanya menarik untuk diadakan penelitian mengenai : Pelaksanaan terjadinya perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara yang dilakukan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan perusahaan penerbangan Mandala Airlines, dengan melihat hak dan kewajiban masing-masing pihak serta penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan perjanjiannya.

Untuk membahas permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengambilan data adalah studi dokumen dengan menggunakan data sekunder dan pedoman wawancara kepada para informan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perjanjian sewa menyewa ruangan tersebut dibuat dalam bentuk perjanjian baku yang sudah dibuat dan di cetak terlebih dahulu. Adanya kedudukan atau posisi tawar yang tidak seimbang memberikan peluang kepada pihak PT. (Persero) Angkasa Pura II yang kedudukannya lebih kuat untuk menentukan klausul-klausul tertentu dalam perjanjiannya. Adapun upaya yang ditempuh oleh para pihak dalam hal terjadi perselisihan dalam pelaksanaan perjanjiannya adalah menyelesaikannya secara musyawarah dan mufakat antara kedua belah pihak. Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan dengan cara

1) Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2) Guru Besar Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(6)

musyawarah dan mufakat, maka penyelesaiannya akan diserahkan kepada badan arbitrase sesuai peraturan prosedur BANI.

Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebaiknya perjanjian sewa enyew

______________________________

ata Kunci : - Perjanjian.

ndara Udara.

m a ruangan bandara udara tersebut dilakukan dalam bentuk akta otentik agar dapat lebih menjamin kepastian hukum jika timbul permasalahan di kemudian hari. Apabila perjanjian dilakukan dengan menggunakan perjanjian baku, klausul-klausul tertentu yang terdapat dalam perjanjian baku tersebut seharusnya dilarang atau dibatasi penggunaannya, agar kedudukan para pihak seimbang di dalam memenuhi hak dan kewajibannya. Penggunaan arbitrase sebagai lembaga penyelesaian sengketa perlu dikembangkan dan dimasyarakatkan, agar perkara yang menumpuk di badan peradilan lambat laun akan dapat berkurang.

_

K

(7)

THE RENTAL AGREEMENT OF ROOMS ON THE AIRPORT OF PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN

WITH MANDALA AIRLINES COMPANY MEDAN

Syafrida waty Tarigan2)

Agreement is one of legal hold applied in the national legal system of Indonesia. One of the agreements that frequently found in noted practices is the rental agreement. PT. (Persero) Angkasa Pura II in holding exploitation to the commercial rooms, perhaps has authority to hold cooperation with others, one of the organizations in this case, with the Mandala Airlines. It is interested to research concerning how the implementation of rental agreement to the rooms owned to the airport organized by PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan with Mandala Airlines Company Medan, viewed from own right and obligation each other and how to settle any disputes possible emerging in the realization of agreement.

In order to study to the problem, it has been conducted a research there with an analytical descriptively adopted a normative juridical method. This method has a tool used in collecting and taking the data such as study of document make with secondary data and based on a certain interview guidance to those informant.

The result of study showed that the rental agreement to the commercial rooms provided in a standard contract already prepared available in printed form. It seemly the position for bargaining is not balanced apparently resulting in existed opportunity to PT. (Persero) Angkasa Pura II, is in a stronger position to determine certain clauses arranged in the agreement. It is noted that the efforts taken by those parties in a case occurance a dispute while the agreement running is to take the settlement in discussion and consensus between both parties. If the dispute unable to settle in mutual agreement and consensus, the settlement shall be pushed to bring for arbitration refers to the procedure regulation of BANI.

It is suggestible to this work with an opinion, preferable to provide the agreement of rental in the commercial rooms on the airport with a specific form prepared with an authentic document to have assure on law position with enforcement

2) Post Graduate Students in Notary Magistery, North Sumatera University, Medan. 2) Professor at Faculty of Law, North Sumatera University, Medan.

(8)

when any appear disputes later once. It means that if the agreement provided there adopting standard contract, if any certain clauses found stated in the standard contract should be restricted or not allow to mention in it for the position of those parties be balanced particularly once fulfilling the right and obligation. Bringing the case over arbitration as an institution in settling the dispute is suggested to push, at least legal cases as always accumulated on the court shall run down.

____________________________

Keywords : - Agreement.

Airport

KATA PENGANTAR

(9)

Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Penulis

dipenuhi untuk

empe

am kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih

epada yang terhormat :

apak

bersyukur kehadirat Illahi karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat

menyelesaikan Tesis ini yang berjudul “PERJANJIAN SEWA MENYEWA

RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II

BANDAR UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN

PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus

m roleh gelar Magister Kenotariatan (MKn) pada Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara Medan. Sangat disadari bahwa penulisan tesis ini tidak

akan mungkin selesai tanpa adanya arahan, bimbingan, bantuan maupun dukungan

dari berbagai pihak.

Untuk itu dal

yang sebesar-besarnya terutama kepada yang terhormat : Bapak Prof. Sanwani

Nasution, S.H., selaku Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. T. Keizerina Devi

Azwar, S.H., C.N., M.Hum., dan Bapak Notaris Syafnil Gani, S.H., M.Hum.,

selaku Anggota Komisi Pembimbing, atas kesediaan Bapak/Ibu dalam memberikan

bimbingan, arahan, masukan maupun petunjuk kepada Penulis, sejak awal

penyusunan proposal sampai selesainya penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih k

B Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., dan Ibu Dr. Sunarmi, S.H.,

(10)

petunjuk, dan arahan yang sangat berguna dalam penyempurnaan tesis ini, sejak tahap

seminar proposal sampai selesainya penulisan tesis ini.

Dalam kesempatan ini pula secara khusus dari hati yang paling dalam Penulis

enguc

kasih kepada :

. Ibu

Utara, Medan.

m apkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda Hj. Mariana br.

Perangin-angin dan Ayahanda H. Suryaman Tarigan, S.H., SpN, yang penuh kasih

sayang, kesabaran, pengertian, dan dukungan dalam membesarkan dan mendidik

Penulis sampai dengan keadaan seperti sekarang ini. Semoga ALLAH SWT

melimpahkan kasih sayang kepada Ibunda dan Ayahanda seperti yang telah kalian

berikan kepada Ananda selama ini. Kepada suami tercinta dr. Mhd. Indra Gunawan

Lubis dan buah hati tersayang Florisya Loviana Gunawan Lubis, terima kasih atas

cinta, dukungan, semangat dan pengertian yang menyejukkan hati yang telah

diberikan selama menyelesaikan pendidikan ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada saudara-saudara Penulis,

Abangda Daulat Tarigan, S.H., Kakanda Dra. Ratna Sari Tarigan, Abangda Bripka

Indra Yani Tarigan dan Kakanda Siswaty Tarigan, S.H., M.Kn., yang selalu

memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini.

Selanjutnya pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima

1 Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan, dan Jajaran Asisten Direktur beserta seluruh

staff, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis sehingga dapat

(11)

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., selaku Ketua Program

Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara,

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, yang telah

, yang telah memberikan pelayanan dalam

telah mengizinkan Penulis untuk melakukan penelitian,

g selalu dihati) dan Medan, atas arahan, bimbingan dan petunjuk yang diberikan dalam penulisan

tesis ini.

3. Seluruh Guru Besar dan Staf Pengajar pada Program Magister Kenotariatan,

Sekolah

mencurahkan ilmu pengetahuannya dan mendidik Penulis sehingga dapat

menyelesaikan pendidikan Magister Kenotariatan pada Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Seluruh Staf Pegawai Program Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan

bidang administrasi kepada Penulis baik selama perkuliahan maupun dalam

penulisan tesis ini.

5. Kepala Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan

beserta staf, yang

khususnya kepada Ibu Diah, Staf Bagian Komersial, atas waktu dan kesempatan

yang diberikan kepada Penulis untuk melakukan wawancara.

6. Teristimewa sahabat baikku Inge (terimakasih untuk selalu menemaniku dalam

situasi apapun), Dewi (atas semua masukannya), Yuni (yan

rekan-rekan mahasiswa Program Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana

(12)

persatu, atas bantuan, semangat dan dorongan yang diberikan selama perkuliahan

dan penulisan tesis ini.

Akhirnya, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

Medan, 26 Agustus 2007

Hormat Saya,

Syafrida Waty Tarigan

DAFTAR ISI

tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu, yang telah turut membantu dalam

penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

(13)

Halaman

LEMBARAN JUDUL ... ...

4. Analisis Data ... 29

. ... i

LEMBARAN PENGESAHAN ... ii

LEMBARAN PANITIA PENGUJI ... iii

INTISARI ... iv

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11

1. Kerangka Teori ... 11

2. Kerangka Konsepsi ... 25

G. Metode Penelitian ... 26

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 26

2. Objek Penelitian ... 27

3. Alat Pengumpulan Data ... 28

(14)

BAB II. P

ELAKSANAAN TERJADINYA PERJANJIAN SEWA

ENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA PADA

PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR UDARA

POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN

PENERBANGAN MANDALA AIRLINES

CABANG MEDAN ...

A. Gambaran Umum Perusahaan ...

1. Sejarah Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II

Bandar Udara Polonia Medan ... ... 30

2. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura

Bandar Udara Polonia Medan ... ... 32

B. Pelaksanaan Terjadinya Perjanjian Sewa Menyewa

uangan Bandara Udara ... ... 35

1. Para Pihak Dalam Perjanjian ...

2. Tahap-tahap Terjadinya Perjanjian ... 39

3. Bentuk Perjanjian yang Dilakukan ... 45

K DAN KEWAJIBAN MASING-MASING PIHAK

LAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN

BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKAS

PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN ...

A. Hak dan Kewajiban Para Pihak ... ...

(15)

2. Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa ... 56

B. Analisis Terhadap Ketentuan yang Terdapat Dalam Perjanjian ... 58

BAB IV. PENYELESAIAN PERSELISIHAN DALAM ... . 76

... ... 76

... 94

BAB V. KE ... 104

A. AFTAR P. 471/OM.00/998-AP II Tentang Organisasi dan ura II 2. an, /Tanah PT. Mandala Airlines. PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA ... A. Pilihan Penyelesaian Sengketa ... B. Tinjauan Terhadap Arbitrase Secara Umum ... 81

C. Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Pada Bandar Udara Polonia Medan... SIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

D PUSTAKA ... 107

LAMPIRAN

1. Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II

Nomor : KE

Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa P

Bandar Udara Polonia Medan.

PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Med

(16)
(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

hui bahw at ini sedang melaksanakan

mban

nilai penting dalam mencapai tujuan

pemban

peranan penerbangan yang menguasai hajat hidup

orang b

gkas Pura II sebagai sebuah BUMN yang berstatus Perum dialihkan dan ditetapkan pemerintah menjadi Perusahaan Perseroan

Seperti diketa a Negara Indonesia sa

pe gunan di segala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan untuk meningkatkan

kemakmuran rakyat. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kemakmuran rakyat,

antara lain dengan mendirikan berbagai bentuk badan usaha dan salah satunya adalah

Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Transportasi udara memiliki

gunan nasional, karena merupakan salah satu sarana guna memperlancar

jalannya perekonomian. Hal tersebut tercermin pada meningkatnya kebutuhan jasa

angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan keseluruh pelosok tanah air,

bahkan dari dan ke luar negeri.

Mengingat pentingnya

anyak maka penerbangan dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan

oleh pemerintah, dalam hal ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN yang

ditetapkan pemerintah dalam hal pengelolaan Bandar Udara Polonia Medan adalah

PT. (Persero) Angkasa Pura II.

Pada awal tahun 1992, An a

(18)

Tahun 1985, pengelolaan Bandar Udara Polonia Medan pengelolaannya diserahkan kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II.3

Perusahaan Perseroan (Persero) adalah perusahaan milik negara yang diatur

dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

(UU BUMN). Dalam Pasal 1 ayat (2) UU BUMN disebutkan : “Perusahaan

Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang bentuknya

perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling

sedikitnya 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik

Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan”.

Pada hakikatnya, fungsi utama dari Persero adalah pemupukan dana bagi negara

PT. (Persero) Angkasa Pura II mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

usaha jasa kebandarudaraan dalam arti seluas-luasnya dan usaha-usaha lainnya yang

mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan. Penyelenggaraan usaha

jasa kebandarudaraan dimaksud adalah penyediaan, pengelolaan, pengusahaan, serta

pelayanan jasa kebandarudaraan dan bidang usaha lain yang mempunyai hubungan

dengan jasa kebandarudaraan.

ataupun sebagai alat untuk mencari sumber keuangan negara. Sebagai Perseroan Terbatas maka terhadap Persero berlaku prinsip-prinsip Perseroan Terbatas sebagaimana yang diatur dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. UU BUMN hanya mengatur sistem pengelolaan dan pengawasan, serta restrukturisasi dan privatisasi BUMN.4

3

http://nembers.bumn-ri.com/angkasapura2/corporate_profile.html, diakses pada tanggal 6 Pebruari 2007

4

(19)

Penyelenggaraan usaha jasa kebandarudaraan tersebut diatas juga sejalan

dengan maksud dan tujuan dari pendirian BUMN yang terdapat dalam Pasal 2 ayat

Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah:

n bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

b. Mengejar keuntungan;

rupa penyediaan barang dan/atau

an-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan

ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

2001 tentang Kebandarudaraan menyebutkan bahwa : “Dalam penyelenggaraan

an bahwa : “Kerjasama dalam penyelenggaraan bandar

ura II (1) UU BUMN yang berbunyi:

a. Memberikan sumbanga

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum be

jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;

d. Menjadi perintis kegiat

oleh sektor swasta dan koperasi;

e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan

Pasal 30 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun

bandar udara umum, Badan Usaha Kebandarudaraan dapat mengikutsertakan

Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Badan Hukum Indonesia

lainnya melalui kerjasama”.

Pasal 31 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70

Tahun 2001 juga menerangk

udara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dapat dilakukan untuk kegiatan

penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan pelayanan

pendaratan, lepas landas, maneuver, parkir dan penyimpanan pesawat udara”.

Berpedoman kepada Peraturan Pemerintah tersebut diatas serta sejalan dengan

(20)

m anakan kegiatan-kegiatan dalam melayani masyarakat banyak. Baik

masyarakat itu orang-orang yang berasal dari dalam negeri maupun orang-orang yang

berasal dari luar negeri.

PT. (Persero) Angkasa Pura II dalam pelaksanaan pemanfaatan ruangan

bandara udara, memiliki elaks

kewenangan melakukan kerjasama dengan para pihak, salah

an hukum satu

5

http://id.wikipedia.org/wiki/Mandala_Airlines

satunya adalah PT. Mandala Airlines. Mandala Airlines adalah salah satu pelopor

industri transportasi udara Indonesia yang didirikan pada tahun 1969 dan 90%

sahamnya dikuasai oleh Yayasan Dharma Putra Kostrad. Mandala Airlines kini telah

tumbuh menjadi salah satu maskapai penerbangan swasta paling besar di Indonesia,

didukung armada pesawat jet berbadan sedang Boeing 737 yang terus ditingkatkan

jumlah maupun kecanggihannya.5 Mandala Airlines memerlukan fasilitas ruangan

bandara udara untuk kegiatan pelayanan pendaratan, lepas landas, parkir dan

penyimpanan pesawat udara. Kerjasama antara PT. (Persero) Angkasa Pura II dengan

PT. Mandala Airlines dituangkan ke dalam perjanjian sewa menyewa.

Perjanjian merupakan salah satu pranata hukum dalam sistem hukum

Indonesia. Pranata hukum ini berfungsi sebagai alat pengikat hubung

subjek hukum dengan subjek hukum yang lain dalam melakukan berbagai perbuatan

hukum. Perjanjian diartikan sebagai ”suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu

hal”.6

, diakses pada tanggal 14 September 2007.

6

(21)

Menurut Wirjono Prodjodikoro perjanjian : ”dihubungkan dengan harta benda

sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak

alam

beli, sewa menyewa, pinjaman jual beli, tukar menukar,

njam

satu mengikat dirinya

untuk m

ak. Pada sewa-menyewa, kewajiban pada d mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal

atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut

pelaksanaan janji itu”.7

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenal berbagai jenis perjanjian

seperti perjanjian jual –

pi meminjam dan lain-lain. Salah satu perjanjian yang sering diketemukan dalam

praktek adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa ini diatur dalam

Bab Ketujuh Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi : “Sewa

menyewa adalah satu persetujuan dengan mana pihak yang

emberikan kepada pihak yang lainnya menikmati dari sesuatu barang, selama

suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga yang oleh pihak lain yang

tersebut itu disanggupi pembayarannya”.

Sebagaimana perjanjian lainnya, pada perjanjian sewa menyewa juga

menimbulkan hak dan kewajiban para pih

pihak yang satu menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain dan

kewajiban membayar harga sewa bagi pihak yang berhak untuk menggunakan dan

menikmati yang disewanya.

7

(22)

Sewa menyewa ruangan bandara udara tidak diatur secara khusus di dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dengan demikian, maka bagi pihak yang

rsetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka lanjut

ng

Medan

m. Oleh karena itu menarik untuk

diteliti

ingin membuat hubungan hukum mengenai sewa menyewa ruangan bandara udara

ini, dibuat ketentuan sendiri sepanjang tidak melanggar

ketentuan-ketentuan umum dan kaedah-kaedah yang memaksa. Walaupun tidak diatur secara

khusus, dapat dipergunakan ketentuan dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum

Perdata, khususnya Pasal 1338 tentang Azas Kebebasan Berkontrak atau Azas

Terbuka.

Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi :

“Semua pe

yang membuatnya”. Sehubungan dengan inilah perlu diteliti lebih

seberapa jauh kebebasan berkontrak tersebut dalam perjanjian sewa menyewa ini.

Perjanjian sewa-menyewa antara PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara

Polonia Medan dengan Perusahaan Penerbangan PT. Mandala Airlines Caba

adalah penyewaan ruangan yang mempunyai fungsi sebagai tempat aktivitas

dari PT. Mandala Airlines Cabang Medan dalam melayani penumpang baik yang

datang maupun yang hendak berangkat dengan menggunakan pesawat terbang

Mandala Airlines sebagai pihak yang menyewa.

Dilihat dari objeknya, yang menjadi objek perjanjian sewa menyewa tersebut

sangat jarang di jumpai dalam masyarakat umu

lebih lanjut tentang perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara yang

(23)

perusahaan penerbangan, khususnya PT. Mandala Airlines Cabang Medan, dengan

melihat hak dan kewajiban masing-masing pihak dan bagaimana penyelesaiannya bila

terjadi perselisihan atau suatu masalah dalam mengadakan dan melaksanakan

perjanjian sewa menyewa itu, dengan judul tesis ”Perjanjian Sewa Menyewa

Ruangan Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia

Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan”.

B. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi

8

ini adalah sebagai berikut:

1. Bag

dar Udara Polonia

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pokok permasalahan dalam penelitian

aimana pelaksanaan terjadinya perjanjian sewa menyewa ruangan bandara

udara yang dilakukan oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II Ban

Medan dengan Perusahaan Penerbangan PT. Mandala Airlines Cabang Medan?

2. Bagaimana hak dan kewajiban PT. (Persero) Angkasa Pura II dengan PT.

Mandala Airlines dalam perjanjian sewa menyewa yang dilakukan?

3. Bagaimana penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul dalam perjanjian

sewa menyewa ruangan bandara udara?

8

Masalah Penelitian adalah masalah yang akan menjadi objek penelitian, M. Iqbal Hasan,

(24)

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pelaksanaan sewa menyewa ruangan

ban

janjian sewa menyewa ruangan bandara udara tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis.

a.

i lanjutan.

kiran dan

i para pihak baik itu masyarakat pada umumnya dan kalangan

E. Keaslian Penelitian

dara udara di Bandar Udara Polonia Medan.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian

sewa menyewa tersebut.

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang cara penyelesaian perselisihan yang

mungkin timbul dalam per

1. Secara teoritis.

Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun bahan perbandingan bagi

para penelit

b. Sebagai bahan pengembangan ilmu khususnya hukum perjanjian.

2. Secara praktis.

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemi

pemasukan bag

bisnis khususnya, ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan sehubungan

(25)

Berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan khususnya

rdata : Kedudukan Pihak-Pihak dalam

2. Nama : th

an Sewa Menyewa Rumah Secara Sepihak

3. Nama :

ian Sewa Menyewa Safe Deposit Box pada

Adapun yang m isan yang dilakukan oleh saudari

. Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa safe deposit box.

pada Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas

Sumatera Utara, Medan, penelitian yang berhubungan dengan perjanjian sewa

menyewa telah ada dilakukan oleh :

1. Nama : Ayu Trisna Dewi

NIM : 037011010

Judul Tesis : Kajian Hukum Pe

Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Milik PT. Kereta Api (Persero)

di Kota Medan.

Mahmud Khaiya

NIM : 037011048

Judul Tesis : Pembatalan Perjanji

Menurut Hukum Perjanjian (Studi Kasus Putusan Pengadilan

Negeri Kelas I-A Medan).

Merry Tandela

NIM : 037011052

Judul Tesis : Pelaksanaan Perjanj

PT. Bank Lippo Cabang Medan.

enjadi permasalahan dalam penul

Merry Tandela adalah mengenai :

(26)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa perjanjian dibuat secara tertulis dalam

b. a perjanjian sewa menyewa safe deposit box sebelum jatuh tempo.

c. h pihak PT. Bank Lippo jika terjadi wanprestasi

ukan adalah

arkan uraian di atas tampak bahwa perbedaan utama dengan penelitian bentuk perjanjian di bawah tangan yang merupakan perjanjian baku (standard

contract).

Berakhirny

Dari hasil penelitian didapati bahwa umumnya yang menyebabkan

berakhirnya perjanjian tersebut sebelum jatuh tempo adalah karena nasabah

penyewa tidak ingin melanjutkan penyewaan tersebut disebabkan pindah

tugas/pindah ke kota lain.

Upaya yang ditempuh ole

dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa safe deposit box.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya yang dilak

melakukan pembongkaran safe deposit box dengan disaksikan oleh seorang

notaris, pemimpin cabang/pejabat yang ditunjuk dan para saksi sebanyak 2

(dua) orang, atau mengganti kunci safe deposit box dengan anak kunci yang

baru.

Berdas

yang dilakukan di atas adalah bahwa penelitian ini yang mengambil judul: Perjanjian

Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar

Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang

Medan; adalah bahwa studi kasus penelitian ini dilakukan di Bandar Udara Polonia

(27)

Disamping itu, setiap penelitian yang bersumber dari ide-ide dan

pemikiran-pemikiran masing-masing pribadi memiliki khasanah yang unik. Bahkan hasil

penelitian yang telah ada, tidaklah mengakibatkan pihak-pihak lain menjadi berhenti

untuk menemukan kebenaran-kebenaran (tesis).

Dengan ini dinyatakan bahwa judul, objek serta lokasi penelitian yang

berkenaan dengan sewa menyewa ruangan bandara udara pada PT. (Persero) Angkasa

Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan PT. Mandala Airlines ini belum pernah

ditulis dan dibahas, sehingga dapat dikatakan asli.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Adanya perbedaan pandangan dari berbagai pihak terhadap suatu objek, akan

melahirkan teori-teori yang berbeda, oleh karena itu dalam suatu penelitian termasuk

penelitian hukum, pembatasan-pembatasan (kerangka) baik teori maupun konsepsi

merupakan hal yang penting agar tidak terjebak dalam polemik yang tidak terarah.

Pentingnya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis dalam

penelitian hukum, dikemukakan juga oleh Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,

bahkan menurut mereka kedua kerangka tersebut merupakan unsur yang sangat

penting.9 Menurut Soerjono Soekanto ”Kontinuitas perkembangan ilmu hukum,

selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat

ditentukan oleh teori”.10 Burhan Ashshofa mengatakan bahwa suatu teori merupakan

”serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu

9

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 7.

10

(28)

fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar

konsep”.11

Penelitian ini sengaja mengambil judul ”Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan

mengenai hukum perjanjian, maka akan ditemukan istilah-istilah

peristiwa dimana seorang

n hukum antara dua orang tersebut

yang dinamakan perikatan atau dengan kata lain perjanjian itu menimbulkan suatu Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan

Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan”, karena

penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan menganalisa sejauh mana penerapan

asas kebebasan berkontrak dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa ruangan

bandara udara pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.

Karena itu tulisan ini hanya akan membahas mengenai perjanjian sewa menyewa

ruangan bandara udara khususnya dengan perusahaan penerbangan Mandala Airlines

cabang Medan.

Berbicara

seperti perjanjian, perikatan, dan persetujuan. Secara yuridis pengertian perjanjian

terdapat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi :

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Subekti mengatakan bahwa “Perjanjian adalah suatu

berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal”.12

Peristiwa ini menimbulkan suatu hubunga

11

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, h. 19.

12

(29)

perikatan antara dua orang yang membuatnya berupa suatu rangkaian perkataan yang

mengandung janji atau kesanggupan atas apa yang diucapkan atau dituliskan oleh

kedua belah pihak yaitu pihak yang berhak dan pihak yang berkewajiban.13

Abdulkadir Muhammad, dalam bukunya hukum perikatan memberikan

pengertian tentang perjanjian yaitu : ”suatu persetujuan dengan mana dua orang atau

defenisi mengenai perikatan, namun demikian batasan mengenai

n ”overeenkomst” dan perikatan disebut dengan “verbintenis”. Namun

demikian, M. Yahya Harahap menyamakan antara perjanjian dengan perikatan dan

memberi pengertian sebagai berikut : “Perjanjian mengandung pengertian suatu lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu dalam lapangan harta

kekayaan”.14

Mengenai pengertian perikatan itu sendiri para pembuat undang-undang tidak

memberikan

perikatan itu dapat diketahui melalui definisi yang diberikan oleh para ahli hukum.

Menurut J. Satrio, perikatan dapat dirumuskan sebagai : ”Hubungan hukum antara

dua pihak dimana di satu pihak ada hak di lain pihak ada kewajiban. Perikatan

merupakan isi dari perjanjian. Sebenarnya yang dinamakan perjanjian adalah

sekelompok/sekumpulan perikatan yang mengikat para pihak dalam perjanjian

tersebut”. 15

Perjanjian harus dibedakan dengan perikatan. Dalam istilah hukum perjanjian

disebut denga

13

Istilah “Hukum Perjanjian” mempunyai cakupan yang lebih sempit dari istilah “Hukum Perikatan”. Jika dengan istilah “Hukum Perikatan” dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk perikatan dalam buku ketiga KUH Perdata, jadi termasuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-undang, maka dengan istilah ”Hukum Perjanjian” hanya dimaksudkan sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja, Munir Fuady,

Hukum Kontrak, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, h. 2

14

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, h. 9.

15

(30)

hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang

memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus

mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi”. 16

Prestasi menurut Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah

memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu. Dari perkataan

sesuatu inilah yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk menentukan isi

perjanjian yang dikenal dengan asas kebebasan berkontrak. Namun kebebasan dalam

embu

ungan

kum

m at perjanjian asal saja tidak bertentangan dengan norma hukum, ketertiban dan

kesusilaan karena ini sangat menentukan keabsahan dari perjanjian tersebut.17

Defenisi persetujuan diberikan oleh Pasal 1313 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang berbunyi : ”Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Uraian di atas menunjukkan bahwa perjanjian merupakan perhub

hu antara dua orang atau lebih, dan perjanjian menimbulkan ketentuan-ketentuan

hak dan kewajiban antara dua pihak, atau dengan kata lain perjanjian berisi perikatan.

16

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, h. 6

17

Salim H.S. menyatakan asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”, asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk :

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian. b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

(31)

Sebenarnya yang dinamakan perjanjian adalah sekelompok/sekumpulan

perikatan-perikatan yang mengikat para pihak dalam perjanjian yang bersangkutan.18

Hukum perjanjian menganut sistem terbuka karena diberikan kebebasan

kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk membuat ketentuan-ketentuan

sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian. Mereka diperbolehkan

engat

ang bagi mereka yang

embu

m ur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian-perjanjian yang mereka

adakan itu. Kalau mereka tidak mengatur sendiri sesuatu soal itu berarti mereka

mengenai soal tersebut akan tunduk kepada Undang-Undang.

Sistem terbuka ini juga disebut asas kebebasan berkontrak, yang tercermin

dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : ”Semua

persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-und

m atnya”. Tetapi kebebasan para pihak untuk menentukan bentuk perjanjian ada

kalanya tidak dapat diwujudkan dikarenakan adanya kedudukan atau posisi tawar

yang tidak seimbang antara para pihak di dalam perjanjian. Keadaan tersebut

memberikan peluang kepada pihak yang kedudukannya lebih kuat untuk menentukan

klausul-klausul tertentu dalam perjanjiannya. Perjanjian yang syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuannya telah ditentukan secara sepihak tersebut dikenal dengan

istilah Perjanjian Baku.

18

(32)

Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa ”perjanjian baku adalah

perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir”.19

Perjanjian baku dibuat secara tertulis dan dengan sendirinya tidak mungkin suatu

rjanj

asas kebebasan berkontrak ini antara lain dapat

bjektif karena mengenai subjeknya

mengadakan perjanjian, sedangkan syarat-syarat ketiga dan

f karena mengenai objek perjanjian. Konsekuensi tidak pe ian baku dibuat secara lisan.

Perjanjian Baku walaupun para pihak yang mengadakan perjanjian diberi

kebebasan akan tetapi dibatasi oleh ketertiban umum, kesusilaan dan kaedah-kaedah

memaksa. 20 Pembatasan terhadap

diketahui dari isi Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

menentukan untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu :

1. Adanya sepakat dari mereka yang mengikatkan diri.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

3. Suatu hal tertentu.

4. Suatu sebab yang halal.21

Syarat kesatu dan kedua disebut syarat su

atau pihak-pihak yang

keempat disebut syarat objekti

19

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku (Standar), Perkembangannya di Indonesia, Alumni, Bandung, 1981, h.96.

20

Bandingkan dengan pendapat Mariam Darus Badrulzaman yang menyatakan kebebasan berkontrak adalah salah satu azas yang sangat penting di dalam Hukum Perjanjian. Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak azasi manusia, Mariam Darus Badrulzaman

KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 1996, h. 110.

21

(33)

dipenuhinya syarat-syarat subjektif perjanjian tersebut dapat dibatalkan.22

Konsekuensi hukum jika salah satu syarat objektif ini tidak dipenuhi adalah bahwa

perjanjian tersebut tidak sah dan batal demi hukum.23

Perjanjian yang sah berkekuatan sebagai undang-undang bagi para pihak yang

membuatnya. Istilah sah menunjukkan bahwa perjanjian harus sesuai menurut hukum

dan harus dilakukan dengan iktikad yang baik.

Dari berbagai seminar yang diadakan mengenai Asas Hukum Nasional, maka

disepakati sejumlah asas dalam hukum perjanjian. Secara garis besar maksud

masing-masing asas itu sebagaimana dipaparkan oleh Mariam Darus Badrulzaman adalah

Pasal 1338 KUH Perdata didalamnya ditemukan istilah Kata-kata “semua” menunjukkan bahwa setiap orang diberi

will), yang dirasanya baik

2.

Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 dan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata penyebutnya tegas sedangkan dalam

“semua”.

kesempatan untuk menyatakan keinginannya (

untuk menciptakan perjanjian Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas . kebebasan mengadakan perjanjian atau asas kebebasan berkontrak.

Asas Kepercayaan.

Seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, harus dapat menumbuhkan kepercayaan diantara kedua pihak bahwa satu sama lain akan memenuhi prestasinya dikemudian hari. Tanpa adanya kepercayaan, maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak. Dengan kepercayaan ini kedua pihak mengikatkan dirinya oleh perjan

mempunyai kekuatan mengikat sebagai Undang-Undang. 3 Asas Kekuatan Mengikat.

Dalam perjanjian terkandung suatu asas kekuatan mengikat. Terikatnya para pihak pada apa yang diperjanjikan, dan juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan, akan mengikat para

22

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, h. 16.

23

(34)

4.

ak ada perbedaan kulit, bangsa kepercayaan, kekuasaan,

5. eseimbangan.

kedua pihak untuk memenuhi dan melaksanakan

k, sehingga kedudukan kreditur seimbang.

or yang motivasi pada yang bersangkutan untuk melakukan perbuatan

7.

8.

dalam Pasal 1339 Jo. 1347 Kitab Undang-Undang Hukum

9.

agai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum. ngkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai

24

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, h. 42-44.

Asas Persamaan Hak.

Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tid perbedaan, walaupun ada

jabatan dan lain-lain. Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan.

Asas K

Asas ini menghendaki

perjanjian itu. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut perlunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat dilihat disini bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad bai

6. Asas Moral.

Suatu perbuatan sukarela dari seorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontraprestasi dari pihak debitur. Juga hal ini terlihat di dalam zaakwaarneming, dimana seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sukarela (moral) yang bersangkutan mempunyai kewajiban (hukum) untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya, asas ini terdapat dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Faktor-fakt

memberikan

hukum adalah berdasarkan pada ”Kesusilaan” (Moral), sebagai panggilan dari hati nuraninya.

Asas Kepatutan.

Asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas kepatutan disini berkaitan dengan ketentuan mengenai hal perjanjian. Asas kepatutan ini harus dipertahankan, karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat.

Asas Kebiasaan. Asas ini diatur di

Perdata yang dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas, juga hal-hal yang dalam keadaan dan kebiasaan yang diikuti.

Asas Kepastian Hukum. Perjanjian seb

Kepastian ini teru

(35)

Undang enyewa ialah suatu persetujuan, dengan

mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang

lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran

suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya”.

Dalam hubungan sewa menyewa yang menyewakan memberi hak pemakaian

saja kepada penyewa dan bukan hak milik. Perjanjian sewa menyewa tidak

memberikan suatu hak kebendaan, tetapi hanya memberi suatu hak perseorangan,

terhadap orang yang menyewakan ada hak ”persoonlijk” terhadap pemilik, akan

tetapi hak orang yang menyewakan ini mengenai juga suatu benda, yaitu barang yang

disewakan.

Dari definisi Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat dilihat

bahwa ada tiga unsur yang melekat, yaitu :

- Barang

- Jangka waktu

- Pembayaran

enunjukkan bahwa itu merupakan perjanjian sewa menyewa, maka

penyewa yang diserahi barang untuk dipakai, diwajibkan membayar harga sewa atau

uang sewa kepada pemilik barang. Pada hakekatnya sewa menyewa tidak dimaksud

berlangsung terus menerus, melainkan pada saat tertentu pemakaian dari barang Pengertian hubungan sewa menyewa diatur dalam Pasal 1548 Kitab

Hukum Perdata yaitu : ”Sewa m

25

Untuk m

25

(36)

tersebut akan berakhir dan barang akan kembali lagi kepada pemilik semula,

mengingat hak milik atas barang tersebut tetap berada dalam tangan pemilik semula.

Walaupun dalam Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

dikatakan bahwa sewa menyewa itu berlangsung selama waktu tertentu, yang berarti

t diri untuk berprestasi satu sama lain. Pihak inilah yang merupakan subjek

wa m

hukum berhak/berwenang untuk

elaku

bahwa dalam perjanjian sewa menyewa harus selalu ditentukan tenggang waktu

tertentu, tetapi dalam perjanjian sewa menyewa itu dapat juga tidak ditetapkan suatu

jangka waktu tertentu, asal sudah disetujui harga sewa untuk satu jam, satu hari, satu

bulan dan lain-lain. Jadi para pihak bebas untuk menentukan berapa lama waktu

tersebut. Dalam praktek pada umumnya perjanjian sewa menyewa ini diadakan untuk

jangka waktu tertentu, sebab para pihak menginginkan adanya suatu kepastian

hukum.

Dalam perjanjian sewa menyewa selalu terdapat dua pihak yang saling

mengika

se enyewa. Subjek sewa menyewa merupakan subjek hukum dan subjek hukum

ini ada 2 yaitu : orang pribadi dan badan hukum.26

Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Menurut R. Suroso

subjek hukum adalah : “Sesuatu yang menurut

m kan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap bertindak

26

(37)

dalam hukum, sesuatu pendukung hak (rechstbevoegdheid) dan merupakan sesuatu

yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban”.27

Manusia bukanlah satu-satunya subjek hukum. Dalam lalu lintas hukum

erjanjian sewa menyewa ditemui adanya sesuatu yang menjadi objek.

m penelitian ini, yang menjadi objek perjanjian sewa menyewa adalah

dapat terjadi dalam berbagai bentuk perjanjian-perjanjian, antara PT. (Persero) diperlukan sesuatu hal lain yang bukan manusia yang menjadi subjek hukum.

Sudikno Mertokusumo menyatakan : ”Disamping orang dikenal juga subjek hukum

yang bukan manusia yang disebut badan hukum. Badan hukum adalah organisasi atau

kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan

kewajiban”.28

Dalam p

Pada dasarnya apa yang menjadi objek sewa menyewa adalah apa yang merupakan

objek hukum. Jadi objek sewa menyewa adalah objek hukum. Yang dimaksud dengan

objek hukum (rechtsubject) adalah : “Segala sesuatu yang bermanfaat dan dapat

dikuasai oleh subjek hukum serta dapat dijadikan objek dalam suatu hubungan

hukum”.29

Dala

ruangan bandara udara. Timbulnya ruangan bandara udara ini disebabkan seluruh

perusahaan penerbangan termasuk perusahaan penerbangan Mandala Airlines,

memerlukan ruangan bandara udara untuk melakukan kegiatan pelayanan

penerbangan. Seiring dengan kehidupan modern pelaksanaan pelayanan penerbangan

27

R. Suroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, h. 223

28

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1999, h. 68.

29

(38)

Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandar Udara Polonia Medan dengan

perusahaan-perusahaan penerbangan yang terkait. Dengan demikian timbul hubungan hukum

antara perusahaan pengelola bandar udara tersebut sebagai pemilik ruangan

penerbangan yang menyewakan ruangannya dengan perusahaan penerbangan sebagai

penyewa ruangan. Dari hubungan hukum ini timbul perjanjian sewa menyewa

ruangan bandara udara.

Pada perjanjian sewa menyewa tercipta tatanan hubungan hukum antara para

pihak. Hubungan hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban. Menurut Sudikno

n pihak penyewa31

an

a h perjanjian yang bersifat timbal balik,

kewajiban yang harus ditepati, Martokusumo : ”Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu

mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak hak, sedang di pihak lain kewajiban.

Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak”.30

Hak dan kewajiban para pihak di dalam perjanjian sewa menyewa dibagi

menjadi dua, yaitu :

a. Hak dan kewajiban pihak yang menyewakan

b. Hak dan kewajiba

Ad.a. Hak dan Kewajiban Pihak yang Menyewak

Perjanjian sewa menyewa ad la

sehingga dengan sendirinya para pihak mempunyai

yaitu apa yang merupakan hak bagi pihak yang lainnya. Pihak yang menyewakan

pada intinya berhak atas harga sewa yang telah disepakati. Dari Pasal 1550 Kitab

30

Sudikno Martokusumo, Op.Cit., h. 29.

31

(39)

Undang-Undang Hukum Perdata dapat disimpulkan kewajiban pokok yang utama

dari pihak yang menyewakan ialah :

- Menyerahkan barang yang disewakan kepada pihak penyewa,

- Memelihara barang yang disewakan sedemikian, hingga barang itu dapat dipakai

enikmati barang yang disewakan.

Ad.b. Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa

Kewajiban pihak penyewa diatur dalam Pasal 1560, 1961, 1564 dan 1566

Secara garis besarnya dapat diuraikan

t menurut kegunaannya.

rusakan itu bukan karena kesalahannya, untuk keperluan yang dimaksud,

- Untuk berusaha agar pihak penyewa selama dalam persetujuan berlangsung selalu

secara tertera dapat memakai dan m

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

sebagai berikut :

1. Penyewa wajib melunasi uang sewa sesuai dengan jumlah dan waktu yang

ditetapkan.

2. Memelihara benda yang disewakan itu sebaik-baiknya dan mempergunakan

benda tersebu

3. Menanggung segala kerusakan yang terjadi selama masa sewa menyewa, kecuali

jika ia dapat membuktikan bahwa ke

tetapi terjadi di luar kekuasaannya.

4. Harus mengembalikan barang yang disewa dalam keadaan seperti menerima

(40)

Hak penyewa untuk menggunakan atau menikmati objek sewa berlaku selama

masa sewa. Selama itu hak penyewa dimaksud tidak hilang, sekalipun objek dialihkan

unculkan melalui

h diluar kesalahannya atau

32

A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985, h. 26.

33

Overmacht adalah suatu keadaan memaksa yaitu suatu keadaan diluar kekuasaannya pihak debitur, yang menjadi dasar hukum untuk “memaafkan” kesalahan pihak debitur. Jadi suatu overmacht mengandung 2 unsur yaitu keadaan di luar kekuasaannya pihak debitur dan bersifat memaksa, dan keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian dibuat, sehingga debitur tidak memikul

sikony

resiko suatu perjanjian. Dengan kata lain perkataan overmacht

(dijual) kepada pihak ketiga, kecuali terjadinya pelepasan atau pembatalan perjanjian

karena suatu sebab. Berkaitan dengan ini dalam hukum perdata dikenal suatu kaedah

yang diatur dalam Pasal 1576 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi

“Jual Beli tidak memutuskan sewa menyewa”. Pasal ini memberikan kedudukan yang

kuat bagi penyewa dalam memanfaatkan objek sewa.

Apa yang disebutkan di atas adalah merupakan sebagian dari hak dan

kewajiban para pihak. Hak dan kewajiban lain masih bisa dim

kesepakatan para pihak dalam perjanjian. Dalam perjanjian sewa menyewa juga

dikenal adanya wanprestasi, dan yang dimaksud dengan ”Wanprestasi adalah apabila

seorang debitur tidak melakukan prestasi sama sekali atau melakukan prestasi yang

keliru atau terlambat melakukan prestasi, maka dalam hal-hal yang demikian inilah

yang disebut seorang debitur melakukan wanprestasi”.32

Wanprestasi atau cidera janji itu ada kalau seseorang debitur tidak dapat

membuktikan, bahwa tidak dapat dilakukan prestasi adala

dengan kata lain debitur tidak dapat membuktikan adanya ”overmacht”,33 jadi dalam

hal ini debitur jelas bersalah.

(41)

Wanprestasi dapat timbul dari dua hal :

a) Kesengajaan, maksudnya perbuatan itu memang diketahui atau dikehendaki oleh

deb

akan timbul.34

2. Kerangka Konsepsi

Suatu konsep merupakan “abstraksi mengenai suatu fenomena yang

generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan,

Polonia Medan dengan PT. Mandala

Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat itur.

b) Kelalaian, maksudnya debitur tidak mengetahui adanya kemungkinan bahwa

akibat itu

dirumuskan atas dasar

kelompok atau individu tertentu”.35 Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan

pegangan pada proses penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian pengertian yang

dimaksud dalam tulisan ini, sebagai berikut :

Perjanjian sewa menyewa adalah suatu persetujuan yang dilakukan antara PT.

(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara

Airlines Cabang Medan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

memberikan kenikmatan dari suatu barang selama waktu tertentu kepada pihak yang

lainnya dengan disanggupi pembayarannya.

dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat kargo

dan atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan.

merintangi pihak debitur untuk memenuhi prestasi, Djohari Santoso dan Achmad Ali, Hukum

Perjanjian Indonesia, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1989,

h. 63.

34

A. Qirom Syamsudin Meliala, Op.Cit., h. 29

35

(42)

Ruangan bandara udara adalah tempat di dalam bandar udara yang digunakan

untuk melakukan kegiatan pelayanan penerbangan dengan menerima sewa ruangan.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian adalah usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan

dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistimatis serta sempurna

terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau

a hakikatnya mempunyai metode penelitian

masing-ilmiah.

Stu

ual dan akurat terhadap

ertentu, mengenai sifat-sifat atau faktor-faktor

36

Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 997, h.

ujun S. Suria Sumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, akarta,

ekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986 h. 5-6.

menjawab problemnya.36

Setiap penelitian pad

masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.37

Metode penelitian disebut juga sebagai metodologi yang berarti ”jalan ke”. Terhadap

”metodologi”, biasanya diberikan arti-arti, sebagai berikut :

1. Logika dari penelitian

2. di terhadap prosedur dan teknik penelitian.

3. Suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian.38

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu bertujuan untuk

”mendeskripsikan” (menggambarkan) secara sistematis, fakt

sesuatu populasi atau daerah t

(43)

tertentu39, dalam hal ini yaitu untuk melukiskan tentang bagaimana pelaksanaan

dar Udara Polonia Medan.

2. Objek Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar

Udara Polonia Medan. Dengan pertimbangan dan alasan penelitian bahwa PT.

(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan mempunyai tugas

raan dan usaha jasa keselamatan

n yang perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara di Bandar Udara Polonia Medan.

Kemudian menelaah dan menjelaskan peraturan-peraturan yang berlaku dihubungkan

dengan praktek pelaksanaan hukum yang berkaitan dengan perjanjian sewa menyewa

ruangan bandara udara di Bandar Udara Polonia Medan.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif40, yaitu

dengan melakukan pengkajian dan analisis terhadap peraturan perundang-undangan

yang berhubungan dengan perjanjian sewa menyewa khususnya perjanjian sewa

menyewa ruangan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Ban

menyelenggarakan usaha jasa kebandaruda

penerbangan dalam arti yang seluas-luasnya dan usaha lain yang mempunyai

hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan di bandar udara yang bersangkutan

sesuai dengan pedoman dan kebijakan yang telah digariskan oleh direksinya, serta

memiliki identifikasi hubungan dengan judul penelitian yang diajukan serta letak

geografis dari PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Meda

39

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, h. 36

40

(44)

cukup strategis, yaitu terletak di tengah-tengah Kotamadya Medan yang gampang dan

sangat mudah ditempuh dari berbagai sudut.

melalui peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen-dokumen perjanjian 3. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen dengan

menggunakan data sekunder dan pedoman wawancara. Data sekunder diperoleh

dan bahan lainnya yang berhubungan dengan objek penulisan tesis ini. Wawancara

an yang kompeten menyangkut penelitian ini yaitu :

Sta

. Analisis Data

dilakukan dengan para inform

a. f Bagian Kepegawaian dan Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar

Udara Polonia Medan.

b. Staf Bagian Komersial PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia

Medan.

(45)

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

ri dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

data dari hasil

pulan yang memberikan jawaban atas permasalahan yang

teliti.

dalam pola katego

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.41

Setelah pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder selanjutnya

dengan metode deduktif, data yang diperoleh dalam penelitian baik

wawancara maupun data studi kepustakaan dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan

maupun asas-asas hukum yang terkait menyangkut permasalahan yang diteliti

sehingga dihasilkan suatu kesimpulan umum. Dengan metode deduktif,

ketentuan-ketentuan yang menyangkut permasalahan yang diteliti dihubungkan dengan hasil

penelitian yang diperoleh.

Dengan demikian diharapkan dari pembahasan dan analisis yang dilakukan

dapat diperoleh suatu kesim

di

41

(46)

BAB II

PELAKSANAAN TERJADINYA PERJANJIAN SEWA MENYEWA

RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II

BANDAR UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN

PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan42

Landasan pacu Bandara Udara Polonia Medan terlebih dahulu dibangun

sebelum PT. (Persero) Angkasa Pura II didirikan. Dimana dengan adanya landasan

inilah PT. (Persero) Angkasa Pura II dapat menjalankan operasi kinerja serta

membuka usahanya. Bandara Udara Polonia Medan dibangun pertama kali oleh

warga negara Polandia, yang bernama Baron Mischalsky pada tahun 1872 yang

mendapat konsensi dari pemerintah Hindia Belanda untuk membuka perkebunan

tembakau di Sumatera Timur di Daerah Medan dan diberi nama “Polandia”.

Pada tahun 1936 Polandia berubah nama menjadi Bandar Udara Polandia, dan

pada tahun ini juga pertama kali diadakan perbaikan landasan pacu sepanjang 600 m

yg terletak pada 100 LU – 200 LS. Setelah mengalami perbaikan ini landasan pacu

Bandara Polonia Medan terus mengalami perbaikan hingga masa kemerdekaan

Negara Republik Indonesia.

42

Bapak Rahmat, Staf Bagian Kepegawaian dan Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II

(47)

Pada tahun 1948 s/d 1949 Bandar Udara Polonia Medan dibeli kembali oleh

pemerintah Hindia Belanda yang dijadikan sebagai landasan pacu bagi sekutu, yang

diperpanjang sekitar 1000 sampai 1200 m, dan pada tahun 1950 Bandar Udara

Polonia Medan diserahkan kekuasaan pengelolaannya kepada AU. Oleh

TNI-AU landasan diperpanjang hingga 1800 m dengan lebar 45 m. Tetapi pada tahun

1982 sampai sekarang dibagi menjadi dua daerah yaitu kegiatan militer dan

penerbangan sipil yang mana penerbangan sipil dikelola oleh PT. (Persero) Angkasa

Pura II.

PT. (Persero) Angkasa Pura II adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa

Bandar Udara dan keselamatan penerbangan. Perusahaan Angkasa Pura merupakan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1962, tanggal 15 November 1962 dengan nama

Perusahaan Negara Angkasa Pura “Kemayoran”.

Berdasarkan PP No. 21 Tahun 1965 tepat pada tanggal 17 Mei 1965, diadakan

perubahan nama dari Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran menjadi

Perusahaan Negara Angkasa Pura dengan Kantor Pusat di Jakarta. Selanjutnya

berdasarkan PP No. 37 Tahun 1974, diadakan perubahan bentuk Perusahaan Negara

menjadi Perusahaan Umum Angkasa Pura. Kemudian berdasarkan PP No. 14 Tahun

1992 diadakan perubahan pengalihan bentuk Perusahaan Umum menjadi Perusahaan

Perseroan (Persero) dengan nama PT. (Persero) Angkasa Pura II.

Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.

(48)

(Persero) Angkasa Pura II mendapat tambahan tugas untuk mengelola Bandar Udara

Polonia Medan.

2. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.

Struktur organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan di

dalam sebuah perusahaan untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan

dalam perusahaan. Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan menggambarkan

wewenang, tanggung jawab dan hubungan tiap bagian yang ada didalamnya.

Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan,

struktur organisasinya sesuai dengan Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura

II Nomor : KEP.471/OM.00/1998-AP II tanggal 4 September 1998 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar

Udara Polonia Medan.

Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II terdiri dari Kantor Pusat dan Kantor

Cabang. Kedudukan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan

selaku kantor cabang ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi PT. (Persero)

Angkasa Pura II Nomor KEP. 471/0M.00/1998-AP II tanggal 4 September 1998.

Kantor cabang merupakan unit pelaksanaan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar

Udara Polonia Medan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT.

(Persero) Angkasa Pura II yang berkantor pusat di Jakarta.43

Keputusan Direksi tersebut menjelaskan tentang tugas pokok daripada PT.

(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan yaitu sebagai berikut :

43

(49)

“Kantor cabang mempunyai tugas menyelenggarakan usaha jasa dan usaha

kebandarudaraan dan usaha keselamatan penerbangan dalam arti yang seluas-luasnya

dan usaha lain yang mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan yang

bersangkutan sesuai dengan pedoman dan kebijakan yang digariskan direksi”.44

PT. (Persero) Angkasa Pura II dipimpin oleh Direktur Utama, sedangkan

susunan organisasi Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara

a. Kepala Cabang.

rasi Lalu Lintas Udara. c. Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara. d. Divisi Tekhnik Elektronika dan Listrik.

mum dan Peralatan.

Bandar Udara Polonia Medan Kepala

abang berperan sebagai manajemen puncak dalam pengaturan kegiatan perusahaan.

1. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pelayanan organisasi

2. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan operasional bandar udara.

pengendalian kegiatan pemilihan fasilitas

an pelaksanaan dan pengendalian kegiatan administrasi. Polonia Medan, terdiri dari :

b. Divisi Pelayanan Ope

e. Divisi Tekhnik U

f. Divisi Administrasi dan Komersial.45

Di dalam PT. (Persero) Angkasa Pura II

C

Adapun fungsi Kepala Cabang adalah sebagai berikut :

keselamatan lalu lintas udara.

3. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan komersial. 4. Penyiapan, pelaksanaan dan

tekhnik elektronika dan listrik. 5. Penyiap

44

Lihat, Lampiran 1, Keputusan Direksi PT (Persero) Angkasa Pura II Nomor : KEP. 471/0M.00/1998-AP II Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, Pasal 2.

45

(50)

6. Penyiapan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan keuangan dan

rapa divisi

nam a dibatasi hanya pada Divisi Administrasi dan Komersial,

1. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan usaha komersial. 2.

3. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan akuntansi.

4. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan perlengkapan.

aian,

melaksanakan tugas dan fungsinya, Divisi Administrasi dan Komersial dibantu oleh

1. Dinas Komersial, mempunyai tugas menyiapkan pengembangan dan

egiatan komersial yang meliputi pengumpulan data produksi, perhitungan dan pembuatan surat tagihan untuk jasa-jasa aeronautika dan jasa non aeronautika maupun usaha-usaha lain yang mempunyai hubungan

as melaksanakan kegiatan pengadaan, pergudangan dan administrasi perlengkapan.

perlengkapan.46

Dalam melaksanakan tugas, kantor cabang dibagi ke dalam bebe

un dalam hal ini sengaj

oleh karena divisi ini yang bertugas untuk menangani pengelolaan usaha komersial

PT. (Persero) Angkasa Pura II, termasuk diantaranya perjanjian sewa menyewa

ruangan dengan PT. Mandala Airlines.

Divisi Administrasi dan Komersial mempunyai tugas sebagai berikut :

Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan.

5. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan administrasi kepegaw ketatausahaan dan umum.47

Sedangkan fungsi dari divisi ini sesuai dengan tugas yang dimilikinya. Dalam

beberapa dinas, yaitu :

melaksanakan k

dengan usaha jasa kebandarudaraan.

2. Dinas Keuangan, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi keuangan dan anggaran.

3. Dinas Akuntansi, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan akuntansi. 4. Dinas Perlengkapan, mempunyai tug

46

Bapak Rahmat, Op. Cit.

47

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini bertujuan untuk membangun sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk mengendalikan data surat masuk dan surat keluar pada PT.. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara

Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan dapat dijelaskan oleh variabel tingkat pendidikan dan insentif serta sisanya 44,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang

Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan dapat direalisasikan sesuai dengan yang direncanakan perusahaan?”... TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pelatihan kerja dan produktivitas kerja terhadap pengembangan karier karyawan pada PT Angkasa Pura II

5) Langkah kelima, PT (Persero) Angkasa Pura II Medan menyiapkan kontrak perjanjian sewa menyewa ruangan dan konsesi usaha, draft tersebut dibuat rangkap dua yang satu

1) Untuk meningkatkan peranan fasilitas kerja yang tersedia, dapat meningkatkan efektivitas kerja karyawan pada bagian kantor PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara

Angkasa Pura II Persero Bandar Udara Polonia Medan dan Data Sekunder, yaitu data yang diperoleb dari basil pengolahan pihak ketiga yang berhubungan dengan penelitian dan dari PT..

Angkasa Pura 0 Persero Bandara Polonia Medan PERNYATAAN No Pertanyaan O�si ss s KS TS A Struktur Orpni�a�i I Struktur organisasi ini memungkinkan adanya koordinasii usaha