PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA
UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR
UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN
PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN
TESIS
Oleh:
SYAFRIDA WATY TARIGAN
057011087 / M.Kn
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA
UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR
UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN
PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam
Program Studi Magister Kenotariatan Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh:
SYAFRIDA WATY TARIGAN
057011087 / M.Kn
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul Tesis : Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan
Nama Mahasiswa : Syafrida Waty T.
Nomor Pokok : 057011087
Program : Magister Kenotariatan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Sanwani Nasution, S.H Ketua
Dr.T.Keizerina Devi Azwar, S.H.,C.N.,M.Hum Notaris Syafnil Gani, S.H., M.Hum Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc.
Telah diuji pada
Hari/Tanggal : Rabu / 29 Agustus 2007
__________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Sanwani Nasution, S.H.
Anggota : Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum.
Notaris Syafnil Gani, S.H., M.Hum.
Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N.
PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN
DENGAN PERUSAHAAN PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN
Syafrida Waty Tarigan1) Sanwani Nasution2) T. Keizerina Devi Azwar3)
Syafnil Gani3)
INTISARI
Perjanjian merupakan salah satu pranata hukum dalam sistem hukum Indonesia. Salah satu perjanjian yang sering ditemukan dalam praktek adalah perjanjian sewa menyewa. PT. (Persero) Angkasa Pura II dalam melaksanakan pemanfaatan ruangan bandara udara memiliki kewenangan melakukan kerjasama dengan para pihak, salah satunya adalah perusahaan penerbangan Mandala Airlines. Oleh karenanya menarik untuk diadakan penelitian mengenai : Pelaksanaan terjadinya perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara yang dilakukan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan perusahaan penerbangan Mandala Airlines, dengan melihat hak dan kewajiban masing-masing pihak serta penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan perjanjiannya.
Untuk membahas permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengambilan data adalah studi dokumen dengan menggunakan data sekunder dan pedoman wawancara kepada para informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perjanjian sewa menyewa ruangan tersebut dibuat dalam bentuk perjanjian baku yang sudah dibuat dan di cetak terlebih dahulu. Adanya kedudukan atau posisi tawar yang tidak seimbang memberikan peluang kepada pihak PT. (Persero) Angkasa Pura II yang kedudukannya lebih kuat untuk menentukan klausul-klausul tertentu dalam perjanjiannya. Adapun upaya yang ditempuh oleh para pihak dalam hal terjadi perselisihan dalam pelaksanaan perjanjiannya adalah menyelesaikannya secara musyawarah dan mufakat antara kedua belah pihak. Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan dengan cara
1) Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2) Guru Besar Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan.
musyawarah dan mufakat, maka penyelesaiannya akan diserahkan kepada badan arbitrase sesuai peraturan prosedur BANI.
Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebaiknya perjanjian sewa enyew
______________________________
ata Kunci : - Perjanjian.
ndara Udara.
m a ruangan bandara udara tersebut dilakukan dalam bentuk akta otentik agar dapat lebih menjamin kepastian hukum jika timbul permasalahan di kemudian hari. Apabila perjanjian dilakukan dengan menggunakan perjanjian baku, klausul-klausul tertentu yang terdapat dalam perjanjian baku tersebut seharusnya dilarang atau dibatasi penggunaannya, agar kedudukan para pihak seimbang di dalam memenuhi hak dan kewajibannya. Penggunaan arbitrase sebagai lembaga penyelesaian sengketa perlu dikembangkan dan dimasyarakatkan, agar perkara yang menumpuk di badan peradilan lambat laun akan dapat berkurang.
_
K
THE RENTAL AGREEMENT OF ROOMS ON THE AIRPORT OF PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN
WITH MANDALA AIRLINES COMPANY MEDAN
Syafrida waty Tarigan2)
Agreement is one of legal hold applied in the national legal system of Indonesia. One of the agreements that frequently found in noted practices is the rental agreement. PT. (Persero) Angkasa Pura II in holding exploitation to the commercial rooms, perhaps has authority to hold cooperation with others, one of the organizations in this case, with the Mandala Airlines. It is interested to research concerning how the implementation of rental agreement to the rooms owned to the airport organized by PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan with Mandala Airlines Company Medan, viewed from own right and obligation each other and how to settle any disputes possible emerging in the realization of agreement.
In order to study to the problem, it has been conducted a research there with an analytical descriptively adopted a normative juridical method. This method has a tool used in collecting and taking the data such as study of document make with secondary data and based on a certain interview guidance to those informant.
The result of study showed that the rental agreement to the commercial rooms provided in a standard contract already prepared available in printed form. It seemly the position for bargaining is not balanced apparently resulting in existed opportunity to PT. (Persero) Angkasa Pura II, is in a stronger position to determine certain clauses arranged in the agreement. It is noted that the efforts taken by those parties in a case occurance a dispute while the agreement running is to take the settlement in discussion and consensus between both parties. If the dispute unable to settle in mutual agreement and consensus, the settlement shall be pushed to bring for arbitration refers to the procedure regulation of BANI.
It is suggestible to this work with an opinion, preferable to provide the agreement of rental in the commercial rooms on the airport with a specific form prepared with an authentic document to have assure on law position with enforcement
2) Post Graduate Students in Notary Magistery, North Sumatera University, Medan. 2) Professor at Faculty of Law, North Sumatera University, Medan.
when any appear disputes later once. It means that if the agreement provided there adopting standard contract, if any certain clauses found stated in the standard contract should be restricted or not allow to mention in it for the position of those parties be balanced particularly once fulfilling the right and obligation. Bringing the case over arbitration as an institution in settling the dispute is suggested to push, at least legal cases as always accumulated on the court shall run down.
____________________________
Keywords : - Agreement.
Airport
KATA PENGANTAR
Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Penulis
dipenuhi untuk
empe
am kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
epada yang terhormat :
apak
bersyukur kehadirat Illahi karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat
menyelesaikan Tesis ini yang berjudul “PERJANJIAN SEWA MENYEWA
RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II
BANDAR UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN
PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus
m roleh gelar Magister Kenotariatan (MKn) pada Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara Medan. Sangat disadari bahwa penulisan tesis ini tidak
akan mungkin selesai tanpa adanya arahan, bimbingan, bantuan maupun dukungan
dari berbagai pihak.
Untuk itu dal
yang sebesar-besarnya terutama kepada yang terhormat : Bapak Prof. Sanwani
Nasution, S.H., selaku Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. T. Keizerina Devi
Azwar, S.H., C.N., M.Hum., dan Bapak Notaris Syafnil Gani, S.H., M.Hum.,
selaku Anggota Komisi Pembimbing, atas kesediaan Bapak/Ibu dalam memberikan
bimbingan, arahan, masukan maupun petunjuk kepada Penulis, sejak awal
penyusunan proposal sampai selesainya penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih k
B Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., dan Ibu Dr. Sunarmi, S.H.,
petunjuk, dan arahan yang sangat berguna dalam penyempurnaan tesis ini, sejak tahap
seminar proposal sampai selesainya penulisan tesis ini.
Dalam kesempatan ini pula secara khusus dari hati yang paling dalam Penulis
enguc
kasih kepada :
. Ibu
Utara, Medan.
m apkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda Hj. Mariana br.
Perangin-angin dan Ayahanda H. Suryaman Tarigan, S.H., SpN, yang penuh kasih
sayang, kesabaran, pengertian, dan dukungan dalam membesarkan dan mendidik
Penulis sampai dengan keadaan seperti sekarang ini. Semoga ALLAH SWT
melimpahkan kasih sayang kepada Ibunda dan Ayahanda seperti yang telah kalian
berikan kepada Ananda selama ini. Kepada suami tercinta dr. Mhd. Indra Gunawan
Lubis dan buah hati tersayang Florisya Loviana Gunawan Lubis, terima kasih atas
cinta, dukungan, semangat dan pengertian yang menyejukkan hati yang telah
diberikan selama menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada saudara-saudara Penulis,
Abangda Daulat Tarigan, S.H., Kakanda Dra. Ratna Sari Tarigan, Abangda Bripka
Indra Yani Tarigan dan Kakanda Siswaty Tarigan, S.H., M.Kn., yang selalu
memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini.
Selanjutnya pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima
1 Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan, dan Jajaran Asisten Direktur beserta seluruh
staff, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis sehingga dapat
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., selaku Ketua Program
Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara,
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, yang telah
, yang telah memberikan pelayanan dalam
telah mengizinkan Penulis untuk melakukan penelitian,
g selalu dihati) dan Medan, atas arahan, bimbingan dan petunjuk yang diberikan dalam penulisan
tesis ini.
3. Seluruh Guru Besar dan Staf Pengajar pada Program Magister Kenotariatan,
Sekolah
mencurahkan ilmu pengetahuannya dan mendidik Penulis sehingga dapat
menyelesaikan pendidikan Magister Kenotariatan pada Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Seluruh Staf Pegawai Program Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan
bidang administrasi kepada Penulis baik selama perkuliahan maupun dalam
penulisan tesis ini.
5. Kepala Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan
beserta staf, yang
khususnya kepada Ibu Diah, Staf Bagian Komersial, atas waktu dan kesempatan
yang diberikan kepada Penulis untuk melakukan wawancara.
6. Teristimewa sahabat baikku Inge (terimakasih untuk selalu menemaniku dalam
situasi apapun), Dewi (atas semua masukannya), Yuni (yan
rekan-rekan mahasiswa Program Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana
persatu, atas bantuan, semangat dan dorongan yang diberikan selama perkuliahan
dan penulisan tesis ini.
Akhirnya, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
Medan, 26 Agustus 2007
Hormat Saya,
Syafrida Waty Tarigan
DAFTAR ISI
tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu, yang telah turut membantu dalam
penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Halaman
LEMBARAN JUDUL ... ...
4. Analisis Data ... 29
. ... i
LEMBARAN PENGESAHAN ... ii
LEMBARAN PANITIA PENGUJI ... iii
INTISARI ... iv
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Keaslian Penelitian ... 9
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11
1. Kerangka Teori ... 11
2. Kerangka Konsepsi ... 25
G. Metode Penelitian ... 26
1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 26
2. Objek Penelitian ... 27
3. Alat Pengumpulan Data ... 28
BAB II. P
ELAKSANAAN TERJADINYA PERJANJIAN SEWA
ENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA PADA
PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II BANDAR UDARA
POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN
PENERBANGAN MANDALA AIRLINES
CABANG MEDAN ...
A. Gambaran Umum Perusahaan ...
1. Sejarah Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II
Bandar Udara Polonia Medan ... ... 30
2. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura
Bandar Udara Polonia Medan ... ... 32
B. Pelaksanaan Terjadinya Perjanjian Sewa Menyewa
uangan Bandara Udara ... ... 35
1. Para Pihak Dalam Perjanjian ...
2. Tahap-tahap Terjadinya Perjanjian ... 39
3. Bentuk Perjanjian yang Dilakukan ... 45
K DAN KEWAJIBAN MASING-MASING PIHAK
LAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN
BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKAS
PURA II BANDAR UDARA POLONIA MEDAN ...
A. Hak dan Kewajiban Para Pihak ... ...
2. Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa ... 56
B. Analisis Terhadap Ketentuan yang Terdapat Dalam Perjanjian ... 58
BAB IV. PENYELESAIAN PERSELISIHAN DALAM ... . 76
... ... 76
... 94
BAB V. KE ... 104
A. AFTAR P. 471/OM.00/998-AP II Tentang Organisasi dan ura II 2. an, /Tanah PT. Mandala Airlines. PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUANGAN BANDARA UDARA ... A. Pilihan Penyelesaian Sengketa ... B. Tinjauan Terhadap Arbitrase Secara Umum ... 81
C. Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan Pada Bandar Udara Polonia Medan... SIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... 104
B. Saran ... 105
D PUSTAKA ... 107
LAMPIRAN
1. Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II
Nomor : KE
Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa P
Bandar Udara Polonia Medan.
PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Med
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hui bahw at ini sedang melaksanakan
mban
nilai penting dalam mencapai tujuan
pemban
peranan penerbangan yang menguasai hajat hidup
orang b
gkas Pura II sebagai sebuah BUMN yang berstatus Perum dialihkan dan ditetapkan pemerintah menjadi Perusahaan Perseroan
Seperti diketa a Negara Indonesia sa
pe gunan di segala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran rakyat. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kemakmuran rakyat,
antara lain dengan mendirikan berbagai bentuk badan usaha dan salah satunya adalah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Transportasi udara memiliki
gunan nasional, karena merupakan salah satu sarana guna memperlancar
jalannya perekonomian. Hal tersebut tercermin pada meningkatnya kebutuhan jasa
angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan keseluruh pelosok tanah air,
bahkan dari dan ke luar negeri.
Mengingat pentingnya
anyak maka penerbangan dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan
oleh pemerintah, dalam hal ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN yang
ditetapkan pemerintah dalam hal pengelolaan Bandar Udara Polonia Medan adalah
PT. (Persero) Angkasa Pura II.
Pada awal tahun 1992, An a
Tahun 1985, pengelolaan Bandar Udara Polonia Medan pengelolaannya diserahkan kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II.3
Perusahaan Perseroan (Persero) adalah perusahaan milik negara yang diatur
dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
(UU BUMN). Dalam Pasal 1 ayat (2) UU BUMN disebutkan : “Perusahaan
Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang bentuknya
perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling
sedikitnya 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan”.
Pada hakikatnya, fungsi utama dari Persero adalah pemupukan dana bagi negara
PT. (Persero) Angkasa Pura II mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
usaha jasa kebandarudaraan dalam arti seluas-luasnya dan usaha-usaha lainnya yang
mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan. Penyelenggaraan usaha
jasa kebandarudaraan dimaksud adalah penyediaan, pengelolaan, pengusahaan, serta
pelayanan jasa kebandarudaraan dan bidang usaha lain yang mempunyai hubungan
dengan jasa kebandarudaraan.
ataupun sebagai alat untuk mencari sumber keuangan negara. Sebagai Perseroan Terbatas maka terhadap Persero berlaku prinsip-prinsip Perseroan Terbatas sebagaimana yang diatur dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. UU BUMN hanya mengatur sistem pengelolaan dan pengawasan, serta restrukturisasi dan privatisasi BUMN.4
3
http://nembers.bumn-ri.com/angkasapura2/corporate_profile.html, diakses pada tanggal 6 Pebruari 2007
4
Penyelenggaraan usaha jasa kebandarudaraan tersebut diatas juga sejalan
dengan maksud dan tujuan dari pendirian BUMN yang terdapat dalam Pasal 2 ayat
Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah:
n bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
b. Mengejar keuntungan;
rupa penyediaan barang dan/atau
an-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
2001 tentang Kebandarudaraan menyebutkan bahwa : “Dalam penyelenggaraan
an bahwa : “Kerjasama dalam penyelenggaraan bandar
ura II (1) UU BUMN yang berbunyi:
a. Memberikan sumbanga
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum be
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
d. Menjadi perintis kegiat
oleh sektor swasta dan koperasi;
e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
Pasal 30 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
bandar udara umum, Badan Usaha Kebandarudaraan dapat mengikutsertakan
Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Badan Hukum Indonesia
lainnya melalui kerjasama”.
Pasal 31 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2001 juga menerangk
udara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dapat dilakukan untuk kegiatan
penyediaan, pengusahaan dan pengembangan fasilitas untuk kegiatan pelayanan
pendaratan, lepas landas, maneuver, parkir dan penyimpanan pesawat udara”.
Berpedoman kepada Peraturan Pemerintah tersebut diatas serta sejalan dengan
m anakan kegiatan-kegiatan dalam melayani masyarakat banyak. Baik
masyarakat itu orang-orang yang berasal dari dalam negeri maupun orang-orang yang
berasal dari luar negeri.
PT. (Persero) Angkasa Pura II dalam pelaksanaan pemanfaatan ruangan
bandara udara, memiliki elaks
kewenangan melakukan kerjasama dengan para pihak, salah
an hukum satu
5
http://id.wikipedia.org/wiki/Mandala_Airlines
satunya adalah PT. Mandala Airlines. Mandala Airlines adalah salah satu pelopor
industri transportasi udara Indonesia yang didirikan pada tahun 1969 dan 90%
sahamnya dikuasai oleh Yayasan Dharma Putra Kostrad. Mandala Airlines kini telah
tumbuh menjadi salah satu maskapai penerbangan swasta paling besar di Indonesia,
didukung armada pesawat jet berbadan sedang Boeing 737 yang terus ditingkatkan
jumlah maupun kecanggihannya.5 Mandala Airlines memerlukan fasilitas ruangan
bandara udara untuk kegiatan pelayanan pendaratan, lepas landas, parkir dan
penyimpanan pesawat udara. Kerjasama antara PT. (Persero) Angkasa Pura II dengan
PT. Mandala Airlines dituangkan ke dalam perjanjian sewa menyewa.
Perjanjian merupakan salah satu pranata hukum dalam sistem hukum
Indonesia. Pranata hukum ini berfungsi sebagai alat pengikat hubung
subjek hukum dengan subjek hukum yang lain dalam melakukan berbagai perbuatan
hukum. Perjanjian diartikan sebagai ”suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu
hal”.6
, diakses pada tanggal 14 September 2007.
6
Menurut Wirjono Prodjodikoro perjanjian : ”dihubungkan dengan harta benda
sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak
alam
beli, sewa menyewa, pinjaman jual beli, tukar menukar,
njam
satu mengikat dirinya
untuk m
ak. Pada sewa-menyewa, kewajiban pada d mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal
atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut
pelaksanaan janji itu”.7
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenal berbagai jenis perjanjian
seperti perjanjian jual –
pi meminjam dan lain-lain. Salah satu perjanjian yang sering diketemukan dalam
praktek adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa ini diatur dalam
Bab Ketujuh Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi : “Sewa
menyewa adalah satu persetujuan dengan mana pihak yang
emberikan kepada pihak yang lainnya menikmati dari sesuatu barang, selama
suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga yang oleh pihak lain yang
tersebut itu disanggupi pembayarannya”.
Sebagaimana perjanjian lainnya, pada perjanjian sewa menyewa juga
menimbulkan hak dan kewajiban para pih
pihak yang satu menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain dan
kewajiban membayar harga sewa bagi pihak yang berhak untuk menggunakan dan
menikmati yang disewanya.
7
Sewa menyewa ruangan bandara udara tidak diatur secara khusus di dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dengan demikian, maka bagi pihak yang
rsetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka lanjut
ng
Medan
m. Oleh karena itu menarik untuk
diteliti
ingin membuat hubungan hukum mengenai sewa menyewa ruangan bandara udara
ini, dibuat ketentuan sendiri sepanjang tidak melanggar
ketentuan-ketentuan umum dan kaedah-kaedah yang memaksa. Walaupun tidak diatur secara
khusus, dapat dipergunakan ketentuan dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, khususnya Pasal 1338 tentang Azas Kebebasan Berkontrak atau Azas
Terbuka.
Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi :
“Semua pe
yang membuatnya”. Sehubungan dengan inilah perlu diteliti lebih
seberapa jauh kebebasan berkontrak tersebut dalam perjanjian sewa menyewa ini.
Perjanjian sewa-menyewa antara PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara
Polonia Medan dengan Perusahaan Penerbangan PT. Mandala Airlines Caba
adalah penyewaan ruangan yang mempunyai fungsi sebagai tempat aktivitas
dari PT. Mandala Airlines Cabang Medan dalam melayani penumpang baik yang
datang maupun yang hendak berangkat dengan menggunakan pesawat terbang
Mandala Airlines sebagai pihak yang menyewa.
Dilihat dari objeknya, yang menjadi objek perjanjian sewa menyewa tersebut
sangat jarang di jumpai dalam masyarakat umu
lebih lanjut tentang perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara yang
perusahaan penerbangan, khususnya PT. Mandala Airlines Cabang Medan, dengan
melihat hak dan kewajiban masing-masing pihak dan bagaimana penyelesaiannya bila
terjadi perselisihan atau suatu masalah dalam mengadakan dan melaksanakan
perjanjian sewa menyewa itu, dengan judul tesis ”Perjanjian Sewa Menyewa
Ruangan Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia
Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan”.
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi
8
ini adalah sebagai berikut:
1. Bag
dar Udara Polonia
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pokok permasalahan dalam penelitian
aimana pelaksanaan terjadinya perjanjian sewa menyewa ruangan bandara
udara yang dilakukan oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II Ban
Medan dengan Perusahaan Penerbangan PT. Mandala Airlines Cabang Medan?
2. Bagaimana hak dan kewajiban PT. (Persero) Angkasa Pura II dengan PT.
Mandala Airlines dalam perjanjian sewa menyewa yang dilakukan?
3. Bagaimana penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul dalam perjanjian
sewa menyewa ruangan bandara udara?
8
Masalah Penelitian adalah masalah yang akan menjadi objek penelitian, M. Iqbal Hasan,
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pelaksanaan sewa menyewa ruangan
ban
janjian sewa menyewa ruangan bandara udara tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis.
a.
i lanjutan.
kiran dan
i para pihak baik itu masyarakat pada umumnya dan kalangan
E. Keaslian Penelitian
dara udara di Bandar Udara Polonia Medan.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian
sewa menyewa tersebut.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang cara penyelesaian perselisihan yang
mungkin timbul dalam per
1. Secara teoritis.
Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun bahan perbandingan bagi
para penelit
b. Sebagai bahan pengembangan ilmu khususnya hukum perjanjian.
2. Secara praktis.
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemi
pemasukan bag
bisnis khususnya, ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan sehubungan
Berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan khususnya
rdata : Kedudukan Pihak-Pihak dalam
2. Nama : th
an Sewa Menyewa Rumah Secara Sepihak
3. Nama :
ian Sewa Menyewa Safe Deposit Box pada
Adapun yang m isan yang dilakukan oleh saudari
. Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa safe deposit box.
pada Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas
Sumatera Utara, Medan, penelitian yang berhubungan dengan perjanjian sewa
menyewa telah ada dilakukan oleh :
1. Nama : Ayu Trisna Dewi
NIM : 037011010
Judul Tesis : Kajian Hukum Pe
Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Milik PT. Kereta Api (Persero)
di Kota Medan.
Mahmud Khaiya
NIM : 037011048
Judul Tesis : Pembatalan Perjanji
Menurut Hukum Perjanjian (Studi Kasus Putusan Pengadilan
Negeri Kelas I-A Medan).
Merry Tandela
NIM : 037011052
Judul Tesis : Pelaksanaan Perjanj
PT. Bank Lippo Cabang Medan.
enjadi permasalahan dalam penul
Merry Tandela adalah mengenai :
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perjanjian dibuat secara tertulis dalam
b. a perjanjian sewa menyewa safe deposit box sebelum jatuh tempo.
c. h pihak PT. Bank Lippo jika terjadi wanprestasi
ukan adalah
arkan uraian di atas tampak bahwa perbedaan utama dengan penelitian bentuk perjanjian di bawah tangan yang merupakan perjanjian baku (standard
contract).
Berakhirny
Dari hasil penelitian didapati bahwa umumnya yang menyebabkan
berakhirnya perjanjian tersebut sebelum jatuh tempo adalah karena nasabah
penyewa tidak ingin melanjutkan penyewaan tersebut disebabkan pindah
tugas/pindah ke kota lain.
Upaya yang ditempuh ole
dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa safe deposit box.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya yang dilak
melakukan pembongkaran safe deposit box dengan disaksikan oleh seorang
notaris, pemimpin cabang/pejabat yang ditunjuk dan para saksi sebanyak 2
(dua) orang, atau mengganti kunci safe deposit box dengan anak kunci yang
baru.
Berdas
yang dilakukan di atas adalah bahwa penelitian ini yang mengambil judul: Perjanjian
Sewa Menyewa Ruangan Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar
Udara Polonia Medan Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang
Medan; adalah bahwa studi kasus penelitian ini dilakukan di Bandar Udara Polonia
Disamping itu, setiap penelitian yang bersumber dari ide-ide dan
pemikiran-pemikiran masing-masing pribadi memiliki khasanah yang unik. Bahkan hasil
penelitian yang telah ada, tidaklah mengakibatkan pihak-pihak lain menjadi berhenti
untuk menemukan kebenaran-kebenaran (tesis).
Dengan ini dinyatakan bahwa judul, objek serta lokasi penelitian yang
berkenaan dengan sewa menyewa ruangan bandara udara pada PT. (Persero) Angkasa
Pura II Bandar Udara Polonia Medan dengan PT. Mandala Airlines ini belum pernah
ditulis dan dibahas, sehingga dapat dikatakan asli.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Adanya perbedaan pandangan dari berbagai pihak terhadap suatu objek, akan
melahirkan teori-teori yang berbeda, oleh karena itu dalam suatu penelitian termasuk
penelitian hukum, pembatasan-pembatasan (kerangka) baik teori maupun konsepsi
merupakan hal yang penting agar tidak terjebak dalam polemik yang tidak terarah.
Pentingnya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis dalam
penelitian hukum, dikemukakan juga oleh Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
bahkan menurut mereka kedua kerangka tersebut merupakan unsur yang sangat
penting.9 Menurut Soerjono Soekanto ”Kontinuitas perkembangan ilmu hukum,
selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat
ditentukan oleh teori”.10 Burhan Ashshofa mengatakan bahwa suatu teori merupakan
”serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu
9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 7.
10
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep”.11
Penelitian ini sengaja mengambil judul ”Perjanjian Sewa Menyewa Ruangan
mengenai hukum perjanjian, maka akan ditemukan istilah-istilah
peristiwa dimana seorang
n hukum antara dua orang tersebut
yang dinamakan perikatan atau dengan kata lain perjanjian itu menimbulkan suatu Bandara Udara Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan
Dengan Perusahaan Penerbangan Mandala Airlines Cabang Medan”, karena
penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan menganalisa sejauh mana penerapan
asas kebebasan berkontrak dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa ruangan
bandara udara pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.
Karena itu tulisan ini hanya akan membahas mengenai perjanjian sewa menyewa
ruangan bandara udara khususnya dengan perusahaan penerbangan Mandala Airlines
cabang Medan.
Berbicara
seperti perjanjian, perikatan, dan persetujuan. Secara yuridis pengertian perjanjian
terdapat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi :
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Subekti mengatakan bahwa “Perjanjian adalah suatu
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal”.12
Peristiwa ini menimbulkan suatu hubunga
11
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, h. 19.
12
perikatan antara dua orang yang membuatnya berupa suatu rangkaian perkataan yang
mengandung janji atau kesanggupan atas apa yang diucapkan atau dituliskan oleh
kedua belah pihak yaitu pihak yang berhak dan pihak yang berkewajiban.13
Abdulkadir Muhammad, dalam bukunya hukum perikatan memberikan
pengertian tentang perjanjian yaitu : ”suatu persetujuan dengan mana dua orang atau
defenisi mengenai perikatan, namun demikian batasan mengenai
n ”overeenkomst” dan perikatan disebut dengan “verbintenis”. Namun
demikian, M. Yahya Harahap menyamakan antara perjanjian dengan perikatan dan
memberi pengertian sebagai berikut : “Perjanjian mengandung pengertian suatu lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu dalam lapangan harta
kekayaan”.14
Mengenai pengertian perikatan itu sendiri para pembuat undang-undang tidak
memberikan
perikatan itu dapat diketahui melalui definisi yang diberikan oleh para ahli hukum.
Menurut J. Satrio, perikatan dapat dirumuskan sebagai : ”Hubungan hukum antara
dua pihak dimana di satu pihak ada hak di lain pihak ada kewajiban. Perikatan
merupakan isi dari perjanjian. Sebenarnya yang dinamakan perjanjian adalah
sekelompok/sekumpulan perikatan yang mengikat para pihak dalam perjanjian
tersebut”. 15
Perjanjian harus dibedakan dengan perikatan. Dalam istilah hukum perjanjian
disebut denga
13
Istilah “Hukum Perjanjian” mempunyai cakupan yang lebih sempit dari istilah “Hukum Perikatan”. Jika dengan istilah “Hukum Perikatan” dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk perikatan dalam buku ketiga KUH Perdata, jadi termasuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-undang, maka dengan istilah ”Hukum Perjanjian” hanya dimaksudkan sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja, Munir Fuady,
Hukum Kontrak, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, h. 2
14
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, h. 9.
15
hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang
memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus
mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi”. 16
Prestasi menurut Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu. Dari perkataan
sesuatu inilah yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk menentukan isi
perjanjian yang dikenal dengan asas kebebasan berkontrak. Namun kebebasan dalam
embu
ungan
kum
m at perjanjian asal saja tidak bertentangan dengan norma hukum, ketertiban dan
kesusilaan karena ini sangat menentukan keabsahan dari perjanjian tersebut.17
Defenisi persetujuan diberikan oleh Pasal 1313 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang berbunyi : ”Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Uraian di atas menunjukkan bahwa perjanjian merupakan perhub
hu antara dua orang atau lebih, dan perjanjian menimbulkan ketentuan-ketentuan
hak dan kewajiban antara dua pihak, atau dengan kata lain perjanjian berisi perikatan.
16
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, h. 6
17
Salim H.S. menyatakan asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”, asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk :
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian. b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
Sebenarnya yang dinamakan perjanjian adalah sekelompok/sekumpulan
perikatan-perikatan yang mengikat para pihak dalam perjanjian yang bersangkutan.18
Hukum perjanjian menganut sistem terbuka karena diberikan kebebasan
kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk membuat ketentuan-ketentuan
sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian. Mereka diperbolehkan
engat
ang bagi mereka yang
embu
m ur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian-perjanjian yang mereka
adakan itu. Kalau mereka tidak mengatur sendiri sesuatu soal itu berarti mereka
mengenai soal tersebut akan tunduk kepada Undang-Undang.
Sistem terbuka ini juga disebut asas kebebasan berkontrak, yang tercermin
dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : ”Semua
persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-und
m atnya”. Tetapi kebebasan para pihak untuk menentukan bentuk perjanjian ada
kalanya tidak dapat diwujudkan dikarenakan adanya kedudukan atau posisi tawar
yang tidak seimbang antara para pihak di dalam perjanjian. Keadaan tersebut
memberikan peluang kepada pihak yang kedudukannya lebih kuat untuk menentukan
klausul-klausul tertentu dalam perjanjiannya. Perjanjian yang syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuannya telah ditentukan secara sepihak tersebut dikenal dengan
istilah Perjanjian Baku.
18
Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa ”perjanjian baku adalah
perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir”.19
Perjanjian baku dibuat secara tertulis dan dengan sendirinya tidak mungkin suatu
rjanj
asas kebebasan berkontrak ini antara lain dapat
bjektif karena mengenai subjeknya
mengadakan perjanjian, sedangkan syarat-syarat ketiga dan
f karena mengenai objek perjanjian. Konsekuensi tidak pe ian baku dibuat secara lisan.
Perjanjian Baku walaupun para pihak yang mengadakan perjanjian diberi
kebebasan akan tetapi dibatasi oleh ketertiban umum, kesusilaan dan kaedah-kaedah
memaksa. 20 Pembatasan terhadap
diketahui dari isi Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
menentukan untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu :
1. Adanya sepakat dari mereka yang mengikatkan diri.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu sebab yang halal.21
Syarat kesatu dan kedua disebut syarat su
atau pihak-pihak yang
keempat disebut syarat objekti
19
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku (Standar), Perkembangannya di Indonesia, Alumni, Bandung, 1981, h.96.
20
Bandingkan dengan pendapat Mariam Darus Badrulzaman yang menyatakan kebebasan berkontrak adalah salah satu azas yang sangat penting di dalam Hukum Perjanjian. Kebebasan ini adalah perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak azasi manusia, Mariam Darus Badrulzaman
KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 1996, h. 110.
21
dipenuhinya syarat-syarat subjektif perjanjian tersebut dapat dibatalkan.22
Konsekuensi hukum jika salah satu syarat objektif ini tidak dipenuhi adalah bahwa
perjanjian tersebut tidak sah dan batal demi hukum.23
Perjanjian yang sah berkekuatan sebagai undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya. Istilah sah menunjukkan bahwa perjanjian harus sesuai menurut hukum
dan harus dilakukan dengan iktikad yang baik.
Dari berbagai seminar yang diadakan mengenai Asas Hukum Nasional, maka
disepakati sejumlah asas dalam hukum perjanjian. Secara garis besar maksud
masing-masing asas itu sebagaimana dipaparkan oleh Mariam Darus Badrulzaman adalah
Pasal 1338 KUH Perdata didalamnya ditemukan istilah Kata-kata “semua” menunjukkan bahwa setiap orang diberi
will), yang dirasanya baik
2.
Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 dan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata penyebutnya tegas sedangkan dalam
“semua”.
kesempatan untuk menyatakan keinginannya (
untuk menciptakan perjanjian Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas . kebebasan mengadakan perjanjian atau asas kebebasan berkontrak.
Asas Kepercayaan.
Seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, harus dapat menumbuhkan kepercayaan diantara kedua pihak bahwa satu sama lain akan memenuhi prestasinya dikemudian hari. Tanpa adanya kepercayaan, maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak. Dengan kepercayaan ini kedua pihak mengikatkan dirinya oleh perjan
mempunyai kekuatan mengikat sebagai Undang-Undang. 3 Asas Kekuatan Mengikat.
Dalam perjanjian terkandung suatu asas kekuatan mengikat. Terikatnya para pihak pada apa yang diperjanjikan, dan juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan, akan mengikat para
22
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, h. 16.
23
4.
ak ada perbedaan kulit, bangsa kepercayaan, kekuasaan,
5. eseimbangan.
kedua pihak untuk memenuhi dan melaksanakan
k, sehingga kedudukan kreditur seimbang.
or yang motivasi pada yang bersangkutan untuk melakukan perbuatan
7.
8.
dalam Pasal 1339 Jo. 1347 Kitab Undang-Undang Hukum
9.
agai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum. ngkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai
24
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, h. 42-44.
Asas Persamaan Hak.
Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tid perbedaan, walaupun ada
jabatan dan lain-lain. Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan.
Asas K
Asas ini menghendaki
perjanjian itu. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut perlunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat dilihat disini bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad bai
6. Asas Moral.
Suatu perbuatan sukarela dari seorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontraprestasi dari pihak debitur. Juga hal ini terlihat di dalam zaakwaarneming, dimana seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sukarela (moral) yang bersangkutan mempunyai kewajiban (hukum) untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya, asas ini terdapat dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Faktor-fakt
memberikan
hukum adalah berdasarkan pada ”Kesusilaan” (Moral), sebagai panggilan dari hati nuraninya.
Asas Kepatutan.
Asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Asas kepatutan disini berkaitan dengan ketentuan mengenai hal perjanjian. Asas kepatutan ini harus dipertahankan, karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat.
Asas Kebiasaan. Asas ini diatur di
Perdata yang dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas, juga hal-hal yang dalam keadaan dan kebiasaan yang diikuti.
Asas Kepastian Hukum. Perjanjian seb
Kepastian ini teru
Undang enyewa ialah suatu persetujuan, dengan
mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang
lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran
suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya”.
Dalam hubungan sewa menyewa yang menyewakan memberi hak pemakaian
saja kepada penyewa dan bukan hak milik. Perjanjian sewa menyewa tidak
memberikan suatu hak kebendaan, tetapi hanya memberi suatu hak perseorangan,
terhadap orang yang menyewakan ada hak ”persoonlijk” terhadap pemilik, akan
tetapi hak orang yang menyewakan ini mengenai juga suatu benda, yaitu barang yang
disewakan.
Dari definisi Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat dilihat
bahwa ada tiga unsur yang melekat, yaitu :
- Barang
- Jangka waktu
- Pembayaran
enunjukkan bahwa itu merupakan perjanjian sewa menyewa, maka
penyewa yang diserahi barang untuk dipakai, diwajibkan membayar harga sewa atau
uang sewa kepada pemilik barang. Pada hakekatnya sewa menyewa tidak dimaksud
berlangsung terus menerus, melainkan pada saat tertentu pemakaian dari barang Pengertian hubungan sewa menyewa diatur dalam Pasal 1548 Kitab
Hukum Perdata yaitu : ”Sewa m
25
Untuk m
25
tersebut akan berakhir dan barang akan kembali lagi kepada pemilik semula,
mengingat hak milik atas barang tersebut tetap berada dalam tangan pemilik semula.
Walaupun dalam Pasal 1548 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dikatakan bahwa sewa menyewa itu berlangsung selama waktu tertentu, yang berarti
t diri untuk berprestasi satu sama lain. Pihak inilah yang merupakan subjek
wa m
hukum berhak/berwenang untuk
elaku
bahwa dalam perjanjian sewa menyewa harus selalu ditentukan tenggang waktu
tertentu, tetapi dalam perjanjian sewa menyewa itu dapat juga tidak ditetapkan suatu
jangka waktu tertentu, asal sudah disetujui harga sewa untuk satu jam, satu hari, satu
bulan dan lain-lain. Jadi para pihak bebas untuk menentukan berapa lama waktu
tersebut. Dalam praktek pada umumnya perjanjian sewa menyewa ini diadakan untuk
jangka waktu tertentu, sebab para pihak menginginkan adanya suatu kepastian
hukum.
Dalam perjanjian sewa menyewa selalu terdapat dua pihak yang saling
mengika
se enyewa. Subjek sewa menyewa merupakan subjek hukum dan subjek hukum
ini ada 2 yaitu : orang pribadi dan badan hukum.26
Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Menurut R. Suroso
subjek hukum adalah : “Sesuatu yang menurut
m kan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap bertindak
26
dalam hukum, sesuatu pendukung hak (rechstbevoegdheid) dan merupakan sesuatu
yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban”.27
Manusia bukanlah satu-satunya subjek hukum. Dalam lalu lintas hukum
erjanjian sewa menyewa ditemui adanya sesuatu yang menjadi objek.
m penelitian ini, yang menjadi objek perjanjian sewa menyewa adalah
dapat terjadi dalam berbagai bentuk perjanjian-perjanjian, antara PT. (Persero) diperlukan sesuatu hal lain yang bukan manusia yang menjadi subjek hukum.
Sudikno Mertokusumo menyatakan : ”Disamping orang dikenal juga subjek hukum
yang bukan manusia yang disebut badan hukum. Badan hukum adalah organisasi atau
kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan
kewajiban”.28
Dalam p
Pada dasarnya apa yang menjadi objek sewa menyewa adalah apa yang merupakan
objek hukum. Jadi objek sewa menyewa adalah objek hukum. Yang dimaksud dengan
objek hukum (rechtsubject) adalah : “Segala sesuatu yang bermanfaat dan dapat
dikuasai oleh subjek hukum serta dapat dijadikan objek dalam suatu hubungan
hukum”.29
Dala
ruangan bandara udara. Timbulnya ruangan bandara udara ini disebabkan seluruh
perusahaan penerbangan termasuk perusahaan penerbangan Mandala Airlines,
memerlukan ruangan bandara udara untuk melakukan kegiatan pelayanan
penerbangan. Seiring dengan kehidupan modern pelaksanaan pelayanan penerbangan
27
R. Suroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, h. 223
28
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1999, h. 68.
29
Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandar Udara Polonia Medan dengan
perusahaan-perusahaan penerbangan yang terkait. Dengan demikian timbul hubungan hukum
antara perusahaan pengelola bandar udara tersebut sebagai pemilik ruangan
penerbangan yang menyewakan ruangannya dengan perusahaan penerbangan sebagai
penyewa ruangan. Dari hubungan hukum ini timbul perjanjian sewa menyewa
ruangan bandara udara.
Pada perjanjian sewa menyewa tercipta tatanan hubungan hukum antara para
pihak. Hubungan hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban. Menurut Sudikno
n pihak penyewa31
an
a h perjanjian yang bersifat timbal balik,
kewajiban yang harus ditepati, Martokusumo : ”Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu
mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak hak, sedang di pihak lain kewajiban.
Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak”.30
Hak dan kewajiban para pihak di dalam perjanjian sewa menyewa dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Hak dan kewajiban pihak yang menyewakan
b. Hak dan kewajiba
Ad.a. Hak dan Kewajiban Pihak yang Menyewak
Perjanjian sewa menyewa ad la
sehingga dengan sendirinya para pihak mempunyai
yaitu apa yang merupakan hak bagi pihak yang lainnya. Pihak yang menyewakan
pada intinya berhak atas harga sewa yang telah disepakati. Dari Pasal 1550 Kitab
30
Sudikno Martokusumo, Op.Cit., h. 29.
31
Undang-Undang Hukum Perdata dapat disimpulkan kewajiban pokok yang utama
dari pihak yang menyewakan ialah :
- Menyerahkan barang yang disewakan kepada pihak penyewa,
- Memelihara barang yang disewakan sedemikian, hingga barang itu dapat dipakai
enikmati barang yang disewakan.
Ad.b. Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa
Kewajiban pihak penyewa diatur dalam Pasal 1560, 1961, 1564 dan 1566
Secara garis besarnya dapat diuraikan
t menurut kegunaannya.
rusakan itu bukan karena kesalahannya, untuk keperluan yang dimaksud,
- Untuk berusaha agar pihak penyewa selama dalam persetujuan berlangsung selalu
secara tertera dapat memakai dan m
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
sebagai berikut :
1. Penyewa wajib melunasi uang sewa sesuai dengan jumlah dan waktu yang
ditetapkan.
2. Memelihara benda yang disewakan itu sebaik-baiknya dan mempergunakan
benda tersebu
3. Menanggung segala kerusakan yang terjadi selama masa sewa menyewa, kecuali
jika ia dapat membuktikan bahwa ke
tetapi terjadi di luar kekuasaannya.
4. Harus mengembalikan barang yang disewa dalam keadaan seperti menerima
Hak penyewa untuk menggunakan atau menikmati objek sewa berlaku selama
masa sewa. Selama itu hak penyewa dimaksud tidak hilang, sekalipun objek dialihkan
unculkan melalui
h diluar kesalahannya atau
32
A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985, h. 26.
33
Overmacht adalah suatu keadaan memaksa yaitu suatu keadaan diluar kekuasaannya pihak debitur, yang menjadi dasar hukum untuk “memaafkan” kesalahan pihak debitur. Jadi suatu overmacht mengandung 2 unsur yaitu keadaan di luar kekuasaannya pihak debitur dan bersifat memaksa, dan keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian dibuat, sehingga debitur tidak memikul
sikony
resiko suatu perjanjian. Dengan kata lain perkataan overmacht
(dijual) kepada pihak ketiga, kecuali terjadinya pelepasan atau pembatalan perjanjian
karena suatu sebab. Berkaitan dengan ini dalam hukum perdata dikenal suatu kaedah
yang diatur dalam Pasal 1576 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi
“Jual Beli tidak memutuskan sewa menyewa”. Pasal ini memberikan kedudukan yang
kuat bagi penyewa dalam memanfaatkan objek sewa.
Apa yang disebutkan di atas adalah merupakan sebagian dari hak dan
kewajiban para pihak. Hak dan kewajiban lain masih bisa dim
kesepakatan para pihak dalam perjanjian. Dalam perjanjian sewa menyewa juga
dikenal adanya wanprestasi, dan yang dimaksud dengan ”Wanprestasi adalah apabila
seorang debitur tidak melakukan prestasi sama sekali atau melakukan prestasi yang
keliru atau terlambat melakukan prestasi, maka dalam hal-hal yang demikian inilah
yang disebut seorang debitur melakukan wanprestasi”.32
Wanprestasi atau cidera janji itu ada kalau seseorang debitur tidak dapat
membuktikan, bahwa tidak dapat dilakukan prestasi adala
dengan kata lain debitur tidak dapat membuktikan adanya ”overmacht”,33 jadi dalam
hal ini debitur jelas bersalah.
Wanprestasi dapat timbul dari dua hal :
a) Kesengajaan, maksudnya perbuatan itu memang diketahui atau dikehendaki oleh
deb
akan timbul.34
2. Kerangka Konsepsi
Suatu konsep merupakan “abstraksi mengenai suatu fenomena yang
generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan,
Polonia Medan dengan PT. Mandala
Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat itur.
b) Kelalaian, maksudnya debitur tidak mengetahui adanya kemungkinan bahwa
akibat itu
dirumuskan atas dasar
kelompok atau individu tertentu”.35 Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan
pegangan pada proses penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian pengertian yang
dimaksud dalam tulisan ini, sebagai berikut :
Perjanjian sewa menyewa adalah suatu persetujuan yang dilakukan antara PT.
(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara
Airlines Cabang Medan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
memberikan kenikmatan dari suatu barang selama waktu tertentu kepada pihak yang
lainnya dengan disanggupi pembayarannya.
dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat kargo
dan atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan.
merintangi pihak debitur untuk memenuhi prestasi, Djohari Santoso dan Achmad Ali, Hukum
Perjanjian Indonesia, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1989,
h. 63.
34
A. Qirom Syamsudin Meliala, Op.Cit., h. 29
35
Ruangan bandara udara adalah tempat di dalam bandar udara yang digunakan
untuk melakukan kegiatan pelayanan penerbangan dengan menerima sewa ruangan.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian adalah usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan
dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistimatis serta sempurna
terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau
a hakikatnya mempunyai metode penelitian
masing-ilmiah.
Stu
ual dan akurat terhadap
ertentu, mengenai sifat-sifat atau faktor-faktor
36
Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 997, h.
ujun S. Suria Sumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, akarta,
ekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986 h. 5-6.
menjawab problemnya.36
Setiap penelitian pad
masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.37
Metode penelitian disebut juga sebagai metodologi yang berarti ”jalan ke”. Terhadap
”metodologi”, biasanya diberikan arti-arti, sebagai berikut :
1. Logika dari penelitian
2. di terhadap prosedur dan teknik penelitian.
3. Suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian.38
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu bertujuan untuk
”mendeskripsikan” (menggambarkan) secara sistematis, fakt
sesuatu populasi atau daerah t
tertentu39, dalam hal ini yaitu untuk melukiskan tentang bagaimana pelaksanaan
dar Udara Polonia Medan.
2. Objek Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar
Udara Polonia Medan. Dengan pertimbangan dan alasan penelitian bahwa PT.
(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan mempunyai tugas
raan dan usaha jasa keselamatan
n yang perjanjian sewa menyewa ruangan bandara udara di Bandar Udara Polonia Medan.
Kemudian menelaah dan menjelaskan peraturan-peraturan yang berlaku dihubungkan
dengan praktek pelaksanaan hukum yang berkaitan dengan perjanjian sewa menyewa
ruangan bandara udara di Bandar Udara Polonia Medan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif40, yaitu
dengan melakukan pengkajian dan analisis terhadap peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan perjanjian sewa menyewa khususnya perjanjian sewa
menyewa ruangan pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Ban
menyelenggarakan usaha jasa kebandaruda
penerbangan dalam arti yang seluas-luasnya dan usaha lain yang mempunyai
hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan di bandar udara yang bersangkutan
sesuai dengan pedoman dan kebijakan yang telah digariskan oleh direksinya, serta
memiliki identifikasi hubungan dengan judul penelitian yang diajukan serta letak
geografis dari PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Meda
39
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, h. 36
40
cukup strategis, yaitu terletak di tengah-tengah Kotamadya Medan yang gampang dan
sangat mudah ditempuh dari berbagai sudut.
melalui peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen-dokumen perjanjian 3. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen dengan
menggunakan data sekunder dan pedoman wawancara. Data sekunder diperoleh
dan bahan lainnya yang berhubungan dengan objek penulisan tesis ini. Wawancara
an yang kompeten menyangkut penelitian ini yaitu :
Sta
. Analisis Data
dilakukan dengan para inform
a. f Bagian Kepegawaian dan Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar
Udara Polonia Medan.
b. Staf Bagian Komersial PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia
Medan.
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
ri dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
data dari hasil
pulan yang memberikan jawaban atas permasalahan yang
teliti.
dalam pola katego
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.41
Setelah pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder selanjutnya
dengan metode deduktif, data yang diperoleh dalam penelitian baik
wawancara maupun data studi kepustakaan dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan
maupun asas-asas hukum yang terkait menyangkut permasalahan yang diteliti
sehingga dihasilkan suatu kesimpulan umum. Dengan metode deduktif,
ketentuan-ketentuan yang menyangkut permasalahan yang diteliti dihubungkan dengan hasil
penelitian yang diperoleh.
Dengan demikian diharapkan dari pembahasan dan analisis yang dilakukan
dapat diperoleh suatu kesim
di
41
BAB II
PELAKSANAAN TERJADINYA PERJANJIAN SEWA MENYEWA
RUANGAN BANDARA UDARA PADA PT. (PERSERO) ANGKASA PURA II
BANDAR UDARA POLONIA MEDAN DENGAN PERUSAHAAN
PENERBANGAN MANDALA AIRLINES CABANG MEDAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan42
Landasan pacu Bandara Udara Polonia Medan terlebih dahulu dibangun
sebelum PT. (Persero) Angkasa Pura II didirikan. Dimana dengan adanya landasan
inilah PT. (Persero) Angkasa Pura II dapat menjalankan operasi kinerja serta
membuka usahanya. Bandara Udara Polonia Medan dibangun pertama kali oleh
warga negara Polandia, yang bernama Baron Mischalsky pada tahun 1872 yang
mendapat konsensi dari pemerintah Hindia Belanda untuk membuka perkebunan
tembakau di Sumatera Timur di Daerah Medan dan diberi nama “Polandia”.
Pada tahun 1936 Polandia berubah nama menjadi Bandar Udara Polandia, dan
pada tahun ini juga pertama kali diadakan perbaikan landasan pacu sepanjang 600 m
yg terletak pada 100 LU – 200 LS. Setelah mengalami perbaikan ini landasan pacu
Bandara Polonia Medan terus mengalami perbaikan hingga masa kemerdekaan
Negara Republik Indonesia.
42
Bapak Rahmat, Staf Bagian Kepegawaian dan Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II
Pada tahun 1948 s/d 1949 Bandar Udara Polonia Medan dibeli kembali oleh
pemerintah Hindia Belanda yang dijadikan sebagai landasan pacu bagi sekutu, yang
diperpanjang sekitar 1000 sampai 1200 m, dan pada tahun 1950 Bandar Udara
Polonia Medan diserahkan kekuasaan pengelolaannya kepada AU. Oleh
TNI-AU landasan diperpanjang hingga 1800 m dengan lebar 45 m. Tetapi pada tahun
1982 sampai sekarang dibagi menjadi dua daerah yaitu kegiatan militer dan
penerbangan sipil yang mana penerbangan sipil dikelola oleh PT. (Persero) Angkasa
Pura II.
PT. (Persero) Angkasa Pura II adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa
Bandar Udara dan keselamatan penerbangan. Perusahaan Angkasa Pura merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1962, tanggal 15 November 1962 dengan nama
Perusahaan Negara Angkasa Pura “Kemayoran”.
Berdasarkan PP No. 21 Tahun 1965 tepat pada tanggal 17 Mei 1965, diadakan
perubahan nama dari Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran menjadi
Perusahaan Negara Angkasa Pura dengan Kantor Pusat di Jakarta. Selanjutnya
berdasarkan PP No. 37 Tahun 1974, diadakan perubahan bentuk Perusahaan Negara
menjadi Perusahaan Umum Angkasa Pura. Kemudian berdasarkan PP No. 14 Tahun
1992 diadakan perubahan pengalihan bentuk Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dengan nama PT. (Persero) Angkasa Pura II.
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.
(Persero) Angkasa Pura II mendapat tambahan tugas untuk mengelola Bandar Udara
Polonia Medan.
2. Struktur Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.
Struktur organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan di
dalam sebuah perusahaan untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan
dalam perusahaan. Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan menggambarkan
wewenang, tanggung jawab dan hubungan tiap bagian yang ada didalamnya.
Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan,
struktur organisasinya sesuai dengan Keputusan Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura
II Nomor : KEP.471/OM.00/1998-AP II tanggal 4 September 1998 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar
Udara Polonia Medan.
Organisasi PT. (Persero) Angkasa Pura II terdiri dari Kantor Pusat dan Kantor
Cabang. Kedudukan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan
selaku kantor cabang ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi PT. (Persero)
Angkasa Pura II Nomor KEP. 471/0M.00/1998-AP II tanggal 4 September 1998.
Kantor cabang merupakan unit pelaksanaan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar
Udara Polonia Medan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT.
(Persero) Angkasa Pura II yang berkantor pusat di Jakarta.43
Keputusan Direksi tersebut menjelaskan tentang tugas pokok daripada PT.
(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan yaitu sebagai berikut :
43
“Kantor cabang mempunyai tugas menyelenggarakan usaha jasa dan usaha
kebandarudaraan dan usaha keselamatan penerbangan dalam arti yang seluas-luasnya
dan usaha lain yang mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan yang
bersangkutan sesuai dengan pedoman dan kebijakan yang digariskan direksi”.44
PT. (Persero) Angkasa Pura II dipimpin oleh Direktur Utama, sedangkan
susunan organisasi Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara
a. Kepala Cabang.
rasi Lalu Lintas Udara. c. Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara. d. Divisi Tekhnik Elektronika dan Listrik.
mum dan Peralatan.
Bandar Udara Polonia Medan Kepala
abang berperan sebagai manajemen puncak dalam pengaturan kegiatan perusahaan.
1. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pelayanan organisasi
2. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan operasional bandar udara.
pengendalian kegiatan pemilihan fasilitas
an pelaksanaan dan pengendalian kegiatan administrasi. Polonia Medan, terdiri dari :
b. Divisi Pelayanan Ope
e. Divisi Tekhnik U
f. Divisi Administrasi dan Komersial.45
Di dalam PT. (Persero) Angkasa Pura II
C
Adapun fungsi Kepala Cabang adalah sebagai berikut :
keselamatan lalu lintas udara.
3. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan komersial. 4. Penyiapan, pelaksanaan dan
tekhnik elektronika dan listrik. 5. Penyiap
44
Lihat, Lampiran 1, Keputusan Direksi PT (Persero) Angkasa Pura II Nomor : KEP. 471/0M.00/1998-AP II Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, Pasal 2.
45
6. Penyiapan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan keuangan dan
rapa divisi
nam a dibatasi hanya pada Divisi Administrasi dan Komersial,
1. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan usaha komersial. 2.
3. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan akuntansi.
4. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan perlengkapan.
aian,
melaksanakan tugas dan fungsinya, Divisi Administrasi dan Komersial dibantu oleh
1. Dinas Komersial, mempunyai tugas menyiapkan pengembangan dan
egiatan komersial yang meliputi pengumpulan data produksi, perhitungan dan pembuatan surat tagihan untuk jasa-jasa aeronautika dan jasa non aeronautika maupun usaha-usaha lain yang mempunyai hubungan
as melaksanakan kegiatan pengadaan, pergudangan dan administrasi perlengkapan.
perlengkapan.46
Dalam melaksanakan tugas, kantor cabang dibagi ke dalam bebe
un dalam hal ini sengaj
oleh karena divisi ini yang bertugas untuk menangani pengelolaan usaha komersial
PT. (Persero) Angkasa Pura II, termasuk diantaranya perjanjian sewa menyewa
ruangan dengan PT. Mandala Airlines.
Divisi Administrasi dan Komersial mempunyai tugas sebagai berikut :
Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan.
5. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan administrasi kepegaw ketatausahaan dan umum.47
Sedangkan fungsi dari divisi ini sesuai dengan tugas yang dimilikinya. Dalam
beberapa dinas, yaitu :
melaksanakan k
dengan usaha jasa kebandarudaraan.
2. Dinas Keuangan, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi keuangan dan anggaran.
3. Dinas Akuntansi, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan akuntansi. 4. Dinas Perlengkapan, mempunyai tug
46
Bapak Rahmat, Op. Cit.
47