• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Sosial Jama’ah Salafiyyah (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jama''ah Salafyyyah di Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Interaksi Sosial Jama’ah Salafiyyah (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jama''ah Salafyyyah di Sumatera Utara)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

INTERAKSI SOSIAL JAMA’AH SALAFIYYAH

(Studi Kasus Pada Mahasiswa Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara)

Disusun oleh

Nama : Rais Zuwaradan

NIM : 050901012

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULATAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Dengan banyaknya perbedaan pemahaman dan pemikiran di kalangan masyarakat terutama di lingkungan akademis atau universitas dapat menciptakan berbagai macam pola prilaku di tengah-tengah kehidupan mahasiswa, tentunya hal itu berlaku juga bagi masyarakat perbedaan ini juga telah menciptakan suatu realisasi untuk membentuk suatu komunitas atau disebut juga sebagai kelompok sosial, dari sekian banyak kelompok sosial di lingkungan Universitas Jama’ah Salafiyyah sepertinya memberikan nuansa baru karena dari segi pola interaksinya jama’ah ini membawa simbolitas yang mereka pakai dalam kehidupan sehari-hari.di samping itu juga peneliti tertarik mengkaji makna yang terdapat di dalam pola prilaku Jama’ah Salafiyyah. Hal ini sebenarnya bermaksud untuk melihat lebih jauh bagaimana sebenarnya keberadaan Jama’ah Salafiyyah di dalam berinteraksi dan apa tanggapan mahasiswa yangt lain di luar jama’ah ini terhadap keberadaan mereka.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriftif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan prilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap dilakukan secara mendalam, mendetail, dan kompeherensif. Lokasi penelitian adalah di Universitas Sumetera Utara dengan menspesialisasikannya di tempat-tempat biasa yang dijadikan sebagai tempat berkumpul oleh para informan, seperti di masjid dan musholla-musholla fakultas di universitas. Di dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah sebanyak tiga belas orang informan terdiri dari mahasiswa anggota Jama’ah Salafiyyah dan mahasiswa yang bukan anggota Jama’ah Salafiyyah dan sesuai sesuai dengan karekteristik yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti, guna memperoleh informasi dalam bentuk data yang sesuai dengan permasalahan peneliti.

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ilahi Rabbi Alloh SWT,karena

atas rahmat dan karunianya yang senantiasa menyertai penulis untuk dapat menyusun

tugas akhir perkuliahan ini yaitu skripsi,yang berjudul Interaksi Sosial jama’ah

Salafiyyah (studi kasus pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara).kemudian solawat

serta salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW,yang mana beliau telah

memberikan inspirasi tentang kesabaran dan kegigihan kepada penulis di dalam

beraktivitas sehari-hari.Akhirnya penulis juga tidak lupa mencurahkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang tercinta, kepada sang ayah Ibnu Hamdani,

yang senantisa mengutamakan anaknya dari dirinya sendiri,kepada sang Ibu Nur laila

yang selalu kutanamkan dalam hidupku prinsip perjalanan hidupnya,yang kurindukan

kasih sayang dan do’anya.kepada saudara ku abangda Lukman Hakim Lubis,yang selalu

memberikan motivasi apa artinya hidup, kepada saudariku kakanda Afrida yanti

lubis,yang senantisa memberikan nasehat kepada penulis.tentang pentingnya hidup

dengan cinta, tanpa mereka penulis tidak bisa menatap masa depan dengan semangat

hidup.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari

Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Sumatera

Utara.Dalam penulisan ini, penulis banyak mengalami hambatan.hal ini di sebabkan oleh

keterbatasan pengetahuan,pengalaman,dan materi penulisan.akan tetapi berkat kesabaran

(4)

memberikan motivasi dan sarana fasilitas di dalam menyelesaikian skripsi ini,dan atas

dukungan itu semua penulis Alhamdulillah bisa menyelesaikan skiripsi ini. Memang

habislah sampah di tepi kali kalau disapu dengan sapu lidi..memang insaplah hamba

dalam diri ternyata hidup ini tidak harus sendiri...selama dalam penulisan skripsi

ini,penulis banyak menerima bantuan,kritikan,saran,motivasi,serta dukungan dan do’a

dari berbagai pihak,oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepda

semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Diantara mereka yang berjasa ,menurut penulis yang disungguhi ucapan

terimakasih adalah antara lain:

1. Bapak Prof.DR. M.Arif Nasution, MA.selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial Dan ilmu

politik,universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin Rangkuti, M.SI,selaku Ketua Departemen Sosiologi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumetera Utara.

3. Ibu Dra. Rosmaini, M.Si sebagai dosen pembimbing penulis, yang telah membimbing

penulis dengan penuh kesabaran sampai penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Dimana dengan begitu banyak kesibukan beliau masih sempat membimbing penulis

dengan penuh keikhlasan,dengan meluangkan waktunya yang tersisa.

4. Kepada seluruh dosen Sosiologi dan dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

yang telah memberikan materi selama penulis menjalani perkuliahan di FISIP USU.

(5)

6. Kepada Tulang Hasanuddin parinduri yang aku banggakan,Nantulang Mariani daulay

teman bercerita, Bang Adi Umarto,Bang Rudi,Indra selaku teman satu kamar,Ade

irma..yang selalu betingkah dirumah.he-he.

7. Kepada Ust. Drs. M.Said Luwib selaku sahabat dan sekaligus pembimbing rohani

penulis,yang selalu ada jika penulis membutuhkannya.

8. Kepada Bouk Maimunah sekeluarga yang selalu membantu penulis dalam kesulitan

di kota medan.

9. Kepada masyarakat sahabat sekampung di Hutanauli, kampung halaman yang

kuc intai di situ ada sungai danau kolam semoga tetap dalam keadaan aman dan

tentram.

10.Kepada teman-teman di musholla ngeleseh group, ada Bang Dedeks Ardiansyah

Assalafiyyah, Zulkarnain Bancin Assyahwati, Andika Sahputera Assalfi, Ibnu

Tawakkal yang Tsiqoh, Mirza Sembiring Assalafi, Jaka Pratama aktivis dari

Khurosan, Saipul Arifin alias Cak Ipoel, Mas Suyadi Medok FC,dan buat adek-adek

yang banyak membantu terutama Ikram ”Hamidich” Angkat, yang sudah banyak

berkeluh kesah sama penulis, Riski Khoiri Albinjai, Afwan, Ismuhar Ramadhon,

Haikal ada deh, Burhan, Purwanto, Ali,Alimul Hadi,Frie,dan banyak lagi, semoga

semuanya tetap semangat.

11.Buat teman-teman Departemen Sosiologi, hampir lupa sama mereka, ada Ahmad

Jailani, Riana Ningrum, Katub,Tiara Lara Sati, Yanti, Ita, Muhammad Muhadi,

Habibi, Anriand Hermad, Pridolin, Frengklin, Indra, Nia Ramadani, adek kelas Rian,

(6)

12.Buat seluruh informan penelitian terutama Jama’ah Salafiyyah yang telah

meluangkan waktu bagi penulis untuk berdiskusi dan mewawancarai mereka, semoga

mereka tetap dalam kebaikan.

13.Kepada seluruh teman-teman Facebook Bung Lubis, yang senantiasa memberikan

komentar di dunia maya.

Di sini penulis telah mencurahkan segala kemampuan,tenaga,pikiran serta waktu

dalam menyelesaikan skripsi ini, namun demikian penulis masih menyadari banyak

kekurangan di dalamnya,oelh karena itu dengan segala kerendahan hati sebagai manusia

biasa penulis mengharapkan saran dan masukan yang sehat dan membangun dari para

pembaca.Besar harapan penulis kiranya skiripsi ini dapat memiliki manfaat bagi

pembaca.

Medan,11 Maret 2010

Penulis

(7)
(8)

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5Interpretasi Data ... 26

3.6Keterbatasan Penelitian ... 27

3.7Jadwal kegiatan Penelitian ... 28

BAB 1V DESKRIPSI LOKASI DAN INTRPRETASI DATA ... 29

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

4.2 Deskripsi Jama’ah Salafiyyah ... 31

4.3 Kelompok-kelompok Jama’ah Salafiyyah... 38

4.4 Dakwah Salafiyyah di Indonesia ... 40

4.5 Konflik Di Dalam Jama’ah Salafiyyah ... 43

4.6 Dakwah Salafiyyah di Kota Medan ... 45

4.7 Dakwah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara ... 49

4.7.1 Profil Informan Anggota Jama’ah Salafiyyah ... 54

4.7.1.1 Informan Kunci ... 54

4.7.1.2 Informan Biasa ... 68

4.7.2. Informan di Luar Komunitas Jama’ah Salafiyyah ... 77

4.8 Interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah Di Universitas Sumatera Utara... 84

4.8.1. Interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah di Berbagai Fakultas ... 87

4.8.1.1 Jama’ah Salafiyyah Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 87

4.8.1.2 Jama’ah Salafiyyah Di Fakultas Ekonomi ... 89

4.8.1.3 Jama’ah Salafiyyah Di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam ... 91

4.8.1.4 Jama’ah Salafiyyah Di Fakultas Sastra ... 92

4.8..1.5 Jama’ah Salafiyyah Di Fakultas Teknik ... 93

(9)

4.8.2 Interaksi Simbolis Jama’ah Salafiyyah ... 95

4.9 Analisis Interaksi Sosial Jama’ah Salafiyyah ... 97

4.10 Analisis Interaksi Sosial Jama’ah Salafiyyah Di Universitas Sumatera Utara ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 106

5.1.Kesimpulan... 106

5.2.Saran. ... 108

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

(11)

DAFTAR BAGAN

Halaman

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

ABSTRAK

Dengan banyaknya perbedaan pemahaman dan pemikiran di kalangan masyarakat terutama di lingkungan akademis atau universitas dapat menciptakan berbagai macam pola prilaku di tengah-tengah kehidupan mahasiswa, tentunya hal itu berlaku juga bagi masyarakat perbedaan ini juga telah menciptakan suatu realisasi untuk membentuk suatu komunitas atau disebut juga sebagai kelompok sosial, dari sekian banyak kelompok sosial di lingkungan Universitas Jama’ah Salafiyyah sepertinya memberikan nuansa baru karena dari segi pola interaksinya jama’ah ini membawa simbolitas yang mereka pakai dalam kehidupan sehari-hari.di samping itu juga peneliti tertarik mengkaji makna yang terdapat di dalam pola prilaku Jama’ah Salafiyyah. Hal ini sebenarnya bermaksud untuk melihat lebih jauh bagaimana sebenarnya keberadaan Jama’ah Salafiyyah di dalam berinteraksi dan apa tanggapan mahasiswa yangt lain di luar jama’ah ini terhadap keberadaan mereka.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriftif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan prilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap dilakukan secara mendalam, mendetail, dan kompeherensif. Lokasi penelitian adalah di Universitas Sumetera Utara dengan menspesialisasikannya di tempat-tempat biasa yang dijadikan sebagai tempat berkumpul oleh para informan, seperti di masjid dan musholla-musholla fakultas di universitas. Di dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah sebanyak tiga belas orang informan terdiri dari mahasiswa anggota Jama’ah Salafiyyah dan mahasiswa yang bukan anggota Jama’ah Salafiyyah dan sesuai sesuai dengan karekteristik yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti, guna memperoleh informasi dalam bentuk data yang sesuai dengan permasalahan peneliti.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Salah satu sifat alamiah manusia adalah kecendrungannya terhadap kehidupan

bersama atau berkelompok , sehingga dapat dinilai kelompok sosial merupakan suatu

gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena sebagian besar kegiatan

manusia berlangsung di dalamnya (Sunarto, 2004).

Banyaknya kelompok sosial mempunyai citra tersendiri di tengah masyarakat,

karena dengan adanya kelompok sosial suatu penilaian di dalam masyarakat dapat

diketahui keberadaannya, ditambah lagi masyarakat pun telah memiliki tanggapan dan

penilaian tersendiri terhadap kelompok sosial yang ada di sekitarnya. Meskipun

demikian, keberadaan kelompok sosial adalah sesuatu yang alamiah, yang tumbuh di

tengah masyarakat itu sendiri, seperti institusi - institusi terendah dalam masyarakat yaitu

keluarga hingga kepada institusi yang sifatnya membentuk kelembagaan sosial yang

berorientasi pada kepentingan bersama dan cita-cita yang diinginkan sehingga banyak

dijumpai di dalam masyarakat kelompok-kelompok sosial dalam suatu orientasi

kepentingan bersama, seperti Koperasi Unit Desa, Kelompok Tani, keluarga buruh dan

sebagainya (Gunawan, 2007).

Keberadan kelompok sosial bukan hanya terdapat pada masyarakat luas, pada

(15)

tinggi atau universitas. Di universitas berbagai kelompok sosial dijumpai, baik yang

bersifat nasional, primordial maupun relijius (keagamaan). Kelompok sosial itu terbentuk

sesuai dengan keinginan dan latar belakang mahasiswa yang memasukinya. Salah satu

diantara kelompok sosial tersebut adalah Jama’ah Salafiyyah. Jama’ah Salafiyyah adalah

suatu kelompok sosial keagamaan. Kelompok ini sudah berkembang di berbagai

pendidikan terutama di perguruan tinggi atau universitas –universitas besar negara ini,

salah satu di antaranya adalah Universitas Sumatera Utara (USU).

Universitas Sumatera Utara (USU), merupakan sebuah perguruan tinggi negeri

yang terbesar di Sumatera Utara. Di dalamnya terdapat berbagai golongan dan kelompok

sosial. Perangkat itu terdiri dari jajaran tenaga pengajar (dosen) dan pelajar (mahasiswa).

Sehingga di universitas ini tumbuh berbagai organisasi dan kelompok sosial yang

dipelopori oleh barisan dosen dan mahasiswa. Ditambah lagi masa peralihan Orde Baru

ke Era Reformasi yang sangat menjunjung tinggi nilai demokrasi, keberadaan kelompok

sosial di universitas ini semakin berkembang. Banyak juga kelompok sosial itu bersifat

organisasi. Organisasi-organisasi yang terdapat di Universitas Sumatera Utara pada

umumnya bersifat nasional dan primordial, akan tetapi belakangan ini organisasi yang

bersifat religi (keagamaan) juga tumbuh di dalamnya seperti Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa

Muslim Indonesia (KAMMI). Semua orientasi organisasi ini bergerak kepada struktur

motivasi pendidikan mahasiswa yang dihiasi oleh norma dan nilai tersendiri di dalam

organisasi tersebut (http//www organisasi pelajar.com /usu /kamis/7/2009

Di Universitas Sumatera Utara, Jama’ah Salafiyyah mengalami perkembangan.

(16)

luput dari latar belakang dari proses pencarian kebenaran dalam Islam, ditambah

maraknya kajian-kajian agama di universitas pasca berakhirnya Orde Baru. Memasuki

Era Reformasi, kebebasan berpendapat kembali digalakkan, baik melalui komunikasi

sosial maupun agama. Dalam dunia pendidikan pun terjadi perubahan dalam mencari

pengetahuan yaitu meningkatnya kebebasan dalam semua aspek horizontal pendidikan.

Gerakan ajaran Jama’ah Salafiyyah adalah berupa gerakan dakwah. Akan tetapi,

dakwah Jama’ah Salafiyyah berbeda dari gerakan dakwah Islam lainnya. Ajaran Jama’ah

Salafiyyah berorientasi pada pemurnian aqidah atau ajaran Islam, yang sesuai dengan

kitab suci umat Islam yaitu Al Qur'an dan Hadist yang menurut mereka ajaran Islam

sekarang sudah terlalu diperluas sehingga banyak bercampur dengan adat, budaya dan

nilai yang datang dari luar agama Islam. Menurut Jama'ah Salafiyyah, kebanyakan ajaran

Islam saat ini bukan ajaran Islam yang sebenarnya, melainkan telah dimasuki bid’ah (hal

yang baru dalam agama) yang mengakibatkan pengkaburan pada ajaran Islam yang

sebenarnya.

Jama’ah Salafiyah sangat berbeda dari kelompok Islam lainnya. Hal ini

disebabkan karena latar belakang yang berbeda meskipun sepintas ada kemiripan dengan

ajaran Islam lainnya, diantaranya adalah organisasi Muhammadiyah. Akan tetapi, dari

segi latar belakang Jama’ah Salafiyyah sangat berbeda dari Muhammadiyah. Ajaran

Jama’ah Salafiyyah sangat banyak dipengaruhi oleh ideologi Syekh Muhammad bin

Abdul Wahab1

1

Syekh Muhammad bin Abdl Wahab adalah pembaharu ajaran Islam abad ke-18 dari Najd, sekarang wilayah Arab Saudi. Lihat Syekh Muhammad bin Abdul Wahab dan Ajarannya oleh Syekh Ja'far Subhari

. Sedangkan Muhammadiyah lebih dipengaruhi oleh pemikiran Syekh

(17)

kedua kelompok sosial ini adalah sama-sama memberantas penyakit TBS (tahayul,

bid’ah, sesat) dalam masyarakat Islam. Tetapi belakangan diketahui orientasi pergeraka

Muhammadiyah lebih kepada modernisasi, sedangkan Jama’ah Salafiyyah hanya pada

orientasi nilai Islam (Sairin,1995: 21).

Perbedaan Jama’ah Salafiyyah dengan kelompok sosial lainnya sangatlah terlihat

jelas terutama dari segi kehidupan sosial sehari-hari. Dari segi berbusana, mereka

mempunyai penampilan yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Kaum pria identik

dengan penampilan celana di atas mata kaki (celana gantung) dan memelihara jenggot.

Sedangkan kaum wanita cenderung berpakaian lebar, dan berwarna gelap yang menutupi

seluruh tubuh. Disamping itu, ada juga diantaranya yang mereka yang memakai cadar

(menutup sebagian wajah). Perbedaan ini tampak sangat bertolak belakang dengan cara

berpakaian masyarakat pada umumnya. Dari sinilah tampak jelas perbedaan Jama’ah

Salafiyyah dari komunitas lainnya. Dan dari segi pergaulan mereka lebih cendrung

bergaul sesama mereka (satu jama’ah).

Pergaulan dan komunikasi Jama'ah Salafiyyah terasa lain bahkan asing, karena

sikap dan tingkah laku mereka yang dibalut oleh nilai religi (norma agama) berupa

praktik keagamaan yang masih asing bagi masyarakat Islam lainnya, terutama masyarakat

awam. Dari sinilah terjadi kesenjangan antara Jama'ah Salafiyyah dan komunitas umat

(18)

Secara historis, Jama’ah Salafiyyah masuk ke Indonesia pada tahun 80-an,

meskipun ada sebagian sejarawan mengatakan pada abad ke-182

Keberadaan Jama’ah Salafiyyah di dunia pendidikan khususnya di universitas

mempunyai corak ragam tersendiri karena bagaimanapun kelompok sosial ini harus bisa

berdampingan dengan kelompok sosial lainnya melalui interaksi dan pendekatan sosial.

Namun keberadaan Jama’ah Salafiyyah selalu mempunyai masalah dengan komunitas

lainnya. Sehingga nampak seakan menciptakan kesenjangan dalam hubungan sosial. . Tetapi secara resmi,

Jamaa’ah Salafiyyah masuk ke Indonesia pasca kemerdekaan, bersamaan dengan

dibukanya Lembaga Pengkajian Bahasa Arab (LPBA) di Jakarta. Belakangan lembaga ini

berganti nama menjadi Lembaga Ilmu Islam dan Sastera Arab (LIPIA), yang dibiayai

oleh pemerintah Arab Saudi. Melalui lembaga inilah diperkenalkan pemikiran-pemikiran

ulama dari Arab Saudi yang beraliran Salafi Wahabi. LIPIA merupakan cabang dari

Universitas Muhammad Ibnu Saud di Riyadh, Arab Saudi. Universitas Muhammad Ibnu

Saud membuka cabang ketiga di Jakarta setelah sebelumnya di Djibuti (Pakistan) dan

Mauritania atas persetujuan pemerintah Indonesia (Iqbal M, 2008).

Pembukaan cabang ketiga di Indonesia ini terkait dengan gerakan penyebaran

ajaran Wahabi yang berwajah Salafi ke seluruh dunia yang dilakukan oleh pemerintah

Arab Saudi pasca melonjaknya harga minyak dunia pertengahan 1970-an. Ajaran Salafi

ini pun berkembang di Indonesia hingga sekarang. Perkembangannya diawali dari dunia

pendidikan yang berkembang ke berbagai universitas. Hal ini juga didukung oleh

banyaknya guru-guru Salafi yang bersentuhan dengan dunia pendidikan.

2

(19)

Beberapa kasus yang terdapat di berbagai daerah yang menunjukkan penolakan terhadap

Jama’ah Salafiyyah seperti pembakaran pesantren Salafi di Nusa Tenggara Barat, dokrin

Wahabi dan sebagainya. Begitu juga di universitas, meskipun jama’ah ini berkembang di

dunia pendidikan, akan tetapi masih ada komunitas dalam dunia pendidikan yang

melarang kajian Jama’ah Salafiyyah seperti yang terjadi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara. Kasus-kasus ini menunjukkan adanya penolakan

terhadap Jama’ah Salafiyyah.

Ajaran Salafiyyah sebenarnya bukanlah hal yang asing di tengah masyarakat.

Istilah Salafiyyah sebenarnya sudah banyak dikenal masyarakat Islam terutama pada

masyarakat santri (pelajar Islam), walau hanya sebatas pemahaman bukan pada ajaran. Di

kalangan masyarakat NU (Nahdatul Ulama) sistem pendidikan Islam klasik (pondok

pesantren) disebut sebagai pendidikan Salafi karena merujuk kepada metode pendidikan

terdahulu. Oleh karena itu istilah Salafi hanya masyarakat santrilah kebanyakan yang

tahu, sedangkan masyarakat awam tidak begitu mengetahui istilah itu. Mereka lebih

mengetahui istilah santri, kiyai, ustads sebagai orang yang paham akan ajaran agama.

Kaum Wahabilah yang mempopulerkan istilah Jama'ah Salafiyyah sebagi gelar

untuk golongannya. Hal ini disebabkan istilah Wahabi sudah banyak tidak disenangi oleh

sebagian besar masyarakat Islam3

3

Lihat I'tikad Ahlussunnah wal Jama'ah, KH. Sirajuddin Abbas

. Dapat dilihat dari berbagai kegiatan agama yang

mereka lakukan selalu membawa nama Salafiyyah, baik itu yang bersifat pendidikan,

pola tingkah laku, maupun dalam bentuk karya-karya ilmiah mereka

(20)

Perkembangan Jama’ah Salafiyyah dapat dikatakan meningkat dari tahun ketahun,

terutama di Universitas Sumatera Utara. Banyaknya jumlah mahasiswa yang mamasuki

ajaran Salafiyyah pada setiap rutinitas dakwah yang mereka adakan menjadi indicator

penting untuk melihat peningkatan ini. Ada daya tarik tersendiri yang mereka berikan.

Mereka mampu menjelaskan agama dengan pola berpikir yang masuk akal namun tidak

menyalahi aturan agama yang ada. Dari segi pola tingkah laku, mahasiswa yang

mengikuti ajaran Salafiyyah dapat dilihat banyak yang berubah terutama dari segi tingkah

laku, berbusana dan nilai-nilai kesehariannya. Sehingga dari satu sisi dapat menciptakan

kesenjangan bagi komunitas mahasiswa lainnya. Dari sinilah penulis tertarik meneliti

tentang pola interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah, khususnya di Universitas Sumatera

Utara (USU).

1.2Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah

yang akan diangkat adalah

1. Bagaimana interaksi sosial antar sesama mahasiswa anggota Jama’ah Salafiyyah

di Universitas Sumatera Utara ?

2. Bagaimanakah interkasi sosial mahasiswa Jama’ah Salafiyyah dengan

mahasiswa yang bukan anggota Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera

(21)

1.3Tujuan Penelitian

Di dalam sebuah penelitian, memang membutuhkan cara pandang tujuan. Yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara detail pola interaksi sosial

Jama’ah Salafiyyah, khususnya Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi

mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa Sosiologi, serta dapat memberikan

sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan kajian

ilmiah bagi penulis dan mampu juga sebagai referensi dan rujukan penelitian

yang terkait di dalam penelitian ini.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan motivasi bagi

peneliti untuk mendalami tentang metode penelitian sosial, serta menerapkan

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Interaksi Sosial

Salah satu karakteristik pribadi manusia adalah mempunyai naluri untuk

melakukan interaksi sesamanya semenjak dia dilahirkan di dunia. Sehingga boleh

dikatakan, interaksi sesama manusia sudah menjadi keharusan dan kebutuhan. Dengan

memenuhi kebutuhan tersebut, ia juga mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang

lain. Boleh disimpulkan tanpa interaksi dengan manusia lain, manusia tidak akan dapat

bertahan hidup. Menurut Gillian dan Gillian(dalam Soerjono Soekanto, 1984 : 498)

interaksi sosial adalah merupakan sebagai hubungan hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Interaksi sosial merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam Sosiologi.

Istilah tersebut secara kontak timbal balik atau interstimulasi dan respons antara

individu-individu dan kelompok. Dalam interaksi sosial mempunyai ciri-ciri antara lain :

1. Pelaku interaksi lebih dari seorang, biasanya berjumlah dua, tiga atau lebih;

2. Komunikasi antar pelaku juga kerap menggunakan simbol- simbol;

3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan akan datang

yang menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung; dan

4. Mempunyai suatu tujuan tertentu.

Menurut Kimbal Young dan Raymond W Mark (dalam Soekanto,1982: 58)

menyatakan bahwa interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Oleh

(23)

dilakukan oleh manusia mempunyai syarat- syarat agar interaksi terjadi dengan baik,

yaitu :

1. Kontak

2. Komunikasi

Kontak pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok agar

mempunyai makna bagi pelakunya dan kemudian ditangkap oleh individu atau kelompok

lain. Penangkapan makna tersebut yang menjadi pangkal tolak untuk memberikan reaksi.

Kontak dapat terjadi secara langsung melalui gerak dari fisikal organisme (action

of physic organism). Misalnya melalui melalui pembicaraan, gerak, isyarat dan dapat pula

secara tidak langsung. Misalnya melalui tulisan atau bentuk-bentuk komunikasi jarak

jauh, seperti telepon, chatting dan sebagainya. Sebagaimana yang dikatakan oleh

Alvindan Helen Gouldner dalam Taneko (1990 : 110), interaksi adalah suatu aksi dan

reaksi di antara orang-orang, jadi tidak mempedulikan secara berhadapan muka secara

langsung ataukah melalui simbol-simbol seperti bahasa, tulisan, tingkah laku, pakaian

dan sebagainya. Semuanya itu tercakup di dalam konsep interaksi, selama hubungan itu

mengharapkan adanya satu atau lebih bentuk respons.

Komunikasi muncul setelah kontak berlangsung. Terjadi kontak belum berarti

telah ada komunikasi, karena komunikasi itu timbul apabila seseorang indivdu memberi

tafsiran pada perilaku orang lain. Dengan tafsiran itu, lalu seseorang itu mewujudkan

dengan perilaku tadi dimana perilaku tersebut merupakan reaksi terhadap perasaan yang

ingin disampaikan oleh orang lain.

Sehubungan dengan komunikasi, Schlegd berpendapat bahwa manusia adalah

(24)

objek-objek di dalam kesadaran dan memutuskan bagaimana ia bertindak secara berarti

sesuai dengan penafsiran itu (Taneko, 1990 : 75). Nyatalah bahwa komunikasi

merupakan proses berlangsungnya interaksi sosial secara nyata.

Oleh karena itu, dalam Jama’ah Salafiyyah perlu adanya komunikasi, komunikasi

diantara sesama jama’ah maupun di luar golongannya, didalam mengajarkan ajaran

agama Islam, komunikasi merupakan esensi yang terpenting dalam mengembangkan

ajaran Islam karena komunikasi merupakan jembatan penghubung di dalam

melaksanakan kebutuhan dalam kehidupan, komunikasi dakwah Salafiyyah bermaknakan

amar ma’ruf nahi mungkar (perintah mengerjakan kebaikan dan mencegah keburukan)

yang sesuai landasan Al-quran dan Sunnah. (Rahmat,65:2005) proses sosialisasi dakwah

Salafiyyah didukung oleh komunikasi yang relepan di antara sesamanya dan diluar

golongannya,sehingga perkembangannya cenderung terjadi karena bersentuhan langsung

dengan Jama’ah Salafiyyah.

Komunikasi dakwah Salafiyyah juga berbentuk tidak langsung seperti banyaknya

buku-buku Salafi yang beredar di tengah masyarakat, mencontohkan perilaku-perilaku

Islam di tengah masyarakat, seperti halnya yang terdapat dalam Jama’ah Salafiyyah

FISIP Universitas Sumatera Utara mereka berbeda dari mahasiswa lainnya, baik dari segi

berpakaian maupun dari segi pergaulan. Mereka lebih betah di musholla dari pada

bergaul sebagaimana mahasiswa FISIP pada umumnya, seperti nongkrong di kantin di

DPR (di bawah pohon rindang). Sepintas dilihat prilaku mereka cendrung tertutup dari

luar akan tetapi di musholla mereka selalu menjalin komunikasi dengan komunitas atau

mahasiswa lainnya.

(25)

2.2 Tindakan Sosial

Tindakan sosial adalah tindakan individu atau seseorang yang bertindak yang

mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang

lain (Weber dalam Ritzer 2007). Menurut Max Weber, metode yang bisa digunakan

untuk memahami arti-arti subjektif tindakan sosial seseorang adalah dengan verstehen.

Istilah ini tidak hanya sekedar merupakan intropeksi yang cuma bisa digunakan untuk

memahami arti subjektif tindakan diri sendiri, bukan tindakan subjektif orang lain.

Sebaliknya, apa yang dimaksud Weber dengan verstehen adalah kemampuan untuk

berempati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain

yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuannya mau dilihat menurut

perspektif itu (Johnson, 1986:216).

Max Weber mengklasifikasikan ada empat jenis tindakan sosial yang

mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat. Keempat jenis tindakan social itu

adalah :

1. Rasionalitas instrumental. Disini tindakan sosial yang dilakukan seseorang

dilakukan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan

tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.

Contohnya, seorang anak pensiunan pegawai negeri golongan tiga memutuskan

kuliah di perguruan tinggi negeri atau memilih kuliah di program diploma

karena menyadari tidak memiliki biaya yang cukup untuk masuk kuliah.

2. Rasionalitas yang berorientasi nilai. Sifat rasional tindakan jenis ini adalah

bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang

(26)

nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Artinya, nilai itu merupakan nilai akhir

bagi individu yang bersangkutan dan bersifat non-rasional sehingga tidak

memperhitungkan alternatif. Contoh tindakan jenis ini adalah seorang yang

beribadah.

3. Tindakan tradisional. Dalam tindakan jenis ini seorang memperlihatkan

perilaku tertentu karena kebiasaannya yang diperoleh dari nenek moyang tanpa

refleksi yang sadar atau perencanaan. Contohnya, sebuah keluarga di kota yang

melaksanakan syukuran karena pindah rumah tanpa tahu dengan pasti apa

manfaatnya.

4. Tindakan afektif. Tipe tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa

refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan,

tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya,

seorang yang menangis tersedu-sedu karena sedih atau seseorang yang gemetar

dan wajahnya pusat pasi karena ketakutan.

Max Weber mengakui bahwa empat jenis tindakan sosial ini yang merupakan tipe

ideal dan jarang bisa ditemukan di dalam kenyataan. Namun biar bagaimana pun, untuk

mengetahui arti subjektif dan motivasi individu yang bertindak, yang diperlukan adalah

kemampuan untuk berempati pada peranan orang lain.

2.3 Interaksionisme Simbolik

Diantara berbagai pendekatan yang digunakan di dalam menanggapi interaksi

(27)

kehidupan masyarakat,pendekatan ini bersumber dari pemikiran George Herbert Mead,

menurut Mead (dalam Sunarto,50:2004) simbol merupakan sesuatu yang dinilai atau

maknanya di berikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya, makna simbol

hanya dapat di tangkap melalui cara non-sensoris.

Makna interaksionalisme simbolik bisa dipahami bagi mereka yang paham dan

mengerti peranan simbol yang dibawa atau yang diartikan dengan sendirinya. Menurut

Blumer (dalam Sunarto,50:2004) pokok pikiran interaksionalisme simbolik ada tiga yaitu

pertama, adalah manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai

sesuatu tersebut baginya, artinya seseorang yang memahami suatu benda atau simbol

sesuai dengan pemahaman yang ia ketahui dari dirinya. Sebagai contoh, pandangan

seorang penganut agama Hindu terhadap seekor sapi akan berbeda dengan pandangan

seorang penganut agama Islam karena bagi masing-masing orang tersebut sapi

mempunyai makna yang berbeda. Mungkin saja bagi orang Hindu sapi merupakan

binatang suci yang dilindungi dan dipelihara, tetapi bagi umat Islam sapi merupakan

hewan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan terutama untuk konsumsi.

Kedua,makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial

antara seseorang dengan sesamanya, yaitu suatu simbol yang lahir dari pikirnya berasal

dari hubungan sosial di antara sesamanya. Sebagai contoh adalah seseorang yang

berpakaian hitam dipandang sebagai orang yang bersedih atau berbela sungkawa, warna

merah cendrung diartikan wujud keberanian dan sebagainya. Yang ketiga adalah makna

diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran (interpretative process) yang

digunakan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Maksudnya di sini

(28)

dirinya, melainkan ia tafsirkan lebih dahulu maksud dari perbuatan tersebut. Sebagai

contoh, apakah seseorang akan menanggapi dengan baik ucapan ”assalamu’alaikum atau

selamat pagi !”. Misalnya hal itu tergantung pada penafsirannya apakah si pemberi salam

tersebut berniat baik atau buruk.

Interaksi simbolik mempunyai makna tersendiri yang dapat didefenisikan menurut

situasi dan kondisi. Dalam situasi dan kondisi itu dapat kita pahami interaksi yang sedang

berlangsung. W.I. Thomas (1968) mendefenisikan situasi sebagai suatu tindakan

seseorang yang didahului suatu tahapan penilaian dan pertimbangan atau proses seleksi

rangsangan dari luar. Dalam proses ini orang yang bersangkutan akan memberi makna

pada rangsangan yang diterimanya. Thomas juga membedakan dua macam defenisi

situasi, yaitu defenisi situasi yang dibuat secara spontan oleh individu dan defenisi situasi

yang dibuat oleh masyarakat (Kamanto,2004).

Disamping defenisi ini, dalam interaksi sosial hal yang juga perlu diperhatikan

menurut Hall (dalam Kamanto,2004) tidak hanya memperhatiakan komunikasi atau apa

yang dikatakan oleh orang lain, tetapi tindakan yang dilakukannya perlu juga

diperhatikan. Hal ini disebut sebagai komunikasi non-verbal atau bahasa tubuh.

Komunikasi dilakukan secara sadar. Dalam sosiologis dinamakan kinesicks (bahasa

isyarat atau tubuh), lebih jauhnya dapat dikatakan dalam gerakan tubuh yang dilakukan

(29)

2.4 In Group dan Out Group

2.4.1 In Group

Kemunculan gerakan Salafi berbeda dengan gerakan umat Islam lainnya. Di

dalam kelompok ini terdapat larangan sebagaimana perintah terhadap umat Islam lainnya,

sehingga dengan sebab inilah Jama’ah Salafiyyah tidak pernah berbaur dengan Umat

Islam lainnya, dalam hal keagamaan atau hal lain yang bersifat ibadah. Seperti perayaan

Maulid Nabi Muhammad SAW dan Isra’ Mi’raj yang selalu diadakan masyarakat

Indonesia. Namun Jama’ah Salafiyyah menganggap hal tersebut sebagai sebuah

penambahan dalam syariat Islam. Dan setiap penambahan dalam syariat dipandang

sebagai bid’ah meskipun sudah diakui ulama-ulama Islam terdahulu.

Orientasi dakwah kelompok Jama’ah Salafiyyah adalah berdasarkan pemahaman

mereka terhadap nilai-nilai agama Islam yang kerap mereka namakan sebagai sunnah

rasul. Kehidupan kelompok ini selalu mengutamakan sunnah rasul, baik dalam

bertingkah laku dan interaksi sehari-hari. Mereka pun memiliki figur ulama tersendiri

yang mereka anggap mampu memahami ajaran Islam secara baik. Jama’ah Salafiyyah

anti terhadap ulama yang berpikiran sufi dan filsafat, karena menurut mereka ajaran sufi

dan filsafat bukan dari ajaran Islam yang sebenarnya. Hal ini sangat bertolak belakang

dengan ulama-ulama yang ada di Indonesia, yang kebanyakan dari mereka terpengaruh

oleh pemikiran sufi dan filsafat-filsafat Islam (Zainu Jamil, 2006).

Kehidupan Jama’ah Salafiyyah sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Keislaman

yang mereka pahami dari berbagai ulama dan syekh di Timur Tengah. Diantaranya

adalah Syekh Ibnu Taimiyah (728), Az Zahabi (748), Ibnu Qayyim (751), Ibnu Katsir

(30)

saat sekarang ini, seperti Syekh Abdul Azis bin Baz (ketua perkumpulan ulama Arab

Saudi), dan Muhammad Nashiruddin Al Albani, seorang imam hadis abad 20 yang

berasal dari Yordania. Figur-figur ulama inilah yang mereka jadikan panutan dalam

memahami ajaran Islam. Adapun ulama yang tidak sejalan dengan pemikiran

ulama-ulama tersebut, mereka cenderung menghindarinya.

Dalam Jama’ah Salafiyyah, penyatuan kelompok sosial didasarkan pada ideologi

dan pemahaman yang sama, dalam memahami ajaran Islam. Kelompok ini tidak

berbentuk organisasi, akan tetapi lebih kebada kesamaan ideologi atau mazhab. Dari

sinilah timbul interaksi dalam kehidupan bersama, hingga membentuk kelompok untuk

mencapai cita-cita bersama, yaitu pengikut salafus assoleh (orang-orang saleh terdahulu)

di dalam Islam.

Di kalangan Jama'ah Salafiyyah ada anggapan bahwa merekalah generasi penerus

risalah nabi dan para sahabatnya setelah banyaknya perbedaan pemahaman agama di

kalangan umat Islam. Adapun metode yang mereka ambil adalah dengan jalan menelaah

(meneliti) hadis-hadis Rasul secara valid atau shahih. Berangkat dari sinilah mereka

berdalil dan mengamalkan ajaran Islam, baik yang bersifat aqidah, fiqih dan

sunnah-sunnah lainnya.

2.4.2.Out Group

Keberadaan Jama’ah Salafiyyah dipandang oleh komunitas lain dari umat Islam

sangatlah berbeda. Bagi umat Islam lainnya, Jama’ah Salafiyyah mempunyai sejarah

tersendiri. Kelompok ini dipandang radikal dan anti mazhab dari imam yang empat

(31)

Wahhab ini dipandang berbeda dari ajaran umat Islam terdahulu yang cenderung

mengambil mazhab dalam penerapan nilai dan norma ajaran Islam. Seperti komunitas

Nahdatul Ulama (NU), NU menganggap Jama’ah Salafiyyah yang sekarang ini bukan

Jamaa’ah Salafiyyah yang sebenarnya, akan tetapi lebih kepada ajaran lain di luar Islam

itu sendiri, sehingga peseberangan ini membuat banyaknya perbedaan dalam tubuh umat

Islam (Sirajuddin, 2002).

Komunikasi Jama’ah Salafiyyah pun sangatlah tidak bisa masuk kepada jama’ah

Islam lainnya, karena dipandang sangat keras dan berseberangan dengan ajaran Islam di

masa awal. Dari sinilah kenapa Jama’ah Salafiyyah sangat sulit untuk dimasuki oleh

masyarakat awam. Jama’ah Salafiyyah pun sebenarnya dipengaruhi oleh pemahaman

mereka sendiri terhadap nilai-nilai Islam, sehingga masyarakat awam yang tidak paham

cenderung memvonis mereka kepada islam yang pembawaannya radikal, Sebagian

dikalangan mahasiswa menyebut mereka idiealis karena sangat menolak kebenaran yang

berasal dari luar sumber intisari agama islam,baik berupa budaya,busana dan prilaku

sehari-hari.

2.5 Dakwah Jama’ah Salafiyyah

Dakwah Jama’ah Salafiyah adalah salah satu bentuk komunikasi kaum salafi

untuk mengajak dan menyeru umat Islam kepada ajaran agama Islam. Berbeda dari

komunikasi dakwah Islam lainnya, Jama’ah Salafiyyah juga mencontohkan ajaran Islam

lainnya. Jama’ah Salafiyyah juga mencontohkan ajaran Islam dari segi tingkah laku,

(32)

ucapan, akan tetapi lebih kepada pengaplikasian sehari-hari sesuai dengan sunnah Nabi

Muhammad SAW (Zainu, 2006).

Tujuan dari dakwah Salafiyyah adalah pemurnian ajaran Islam yang menurut

mereka Islam sudah ternodai oleh budaya, pemikiran dan kebiasaan yang terdapat di

dalam masyarakat, sehingga dipandang bid’ah dari sudut pandang agama. Pada dasarnya

komunikasi dan interaksi sosial Jama’ah Salafiyyah dengan masyarakat adalah hal yang

bersifat biasa. Akan tetapi, karena suatu pola tingkah laku yang ada pada masyarakat

tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, baik ia bersifat wajib maupun yang diharuskan,

yang pada akhirnya mereka sering menghindarinya. Di sinilah kadang kala sering terjadi

muncul masalah dalam kehidupan mereka di tengah masyarakat terutama dalam hal

interaksi.

Meskipun demikian, bagaimana pun Jama’ah Salafiyyah adalah kelompok

dakwah Islam Yang memiliki cara sendiri di dalam melakukan pendekatan melalui

interaksi sosial kepada masyarakat di sekitarnya (Abdullah Zein , 2007).

Secara historis, dakwah Salafiyyah mulai terasa di Indonesia pada tahun 80-an

meskipun sebelumnya sudah ada ustads Salafi, tetapi belum berbentuk lembaga, masih

berbaur dengan ustads/muballigh Islam lainnya seperti ulama-ulama pembaharu dari

Minangkabau antara lain DR. HAMKA, Mohammad Natsir, Jamaluddin dan sebagainya.

Dakwah salafi mulai melembaga setelah kedatangan Ustads Ja’far Umar Thalib dari

Timur Tengah ke Indonesia sekaligus pengasuh Pesantren Assunnah di Jawa Timur

(Abdullah , 2008).

Dari sinilah dakwah Salafiyyah berkembang ke kota-kota besar di Indonesia,

(33)

pesat, ditambah lagi kondisi masyarakat Kota Medan sangat demokratis dalam menilai

perbedaan kelompok/golongan, sehingga kelompok sosial kerap tumbuh dan berkembang

di kota ini.

2.6Defenisi Konsep

1. Kelompk sosial

Kelompk sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan

individu-individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang

cukup intensif dan teratur, sehingga daripadanya terdapat pembagian tugas,

struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka.

2. Interaksi sosial

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok

3. Organisasi

Organisasi adalah kesatuan individu dalam kelompok sosial yang mempunyai

tujuan dan visi misi untuk melakukan dan mewujudkan kepentingan bersama.

4. Jama’ah

Jama’ah adalah suatu kalimat yang berasal dari bahasa Arab yaitu al-jama’I

yang artinya banyak dan berkumpul jama’ah disini diartikan sebagai suatu

kelompok yang diikat oleh nilai yang berlandaskan agama dan memiliki tradisi

(34)

5. Jama’ah Salafiyyah

Jama’ah Salafiyyah adalah kelompok sosial agama/ golongan yang terdapat

dalam agama Islam yang merujuk pada jalan orang-orang salaf.

6. Salafi

Salafi dalam kaidah berasal dari kata al salaf yang berarti orang-orang yang

mendahului, atau orang-orang terdahulu. Di sini yang bermakna orang-orang

soleh, yang mengikuti metode dakwah Nabi Muhammad SAW dan para

sahabatnya. Atau secara terminologis adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah

penjelasan Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya:

“ Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) dimasa ku kemudian yang

mengikuti mereka (H.R. Bukhari Muslim). Berdasarkan hadis ini, maka yang

dimaksud dengan as salaf adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW,

kemudian ulama-ulama yang mengikutinya (Ikhsan , 2006).

7. Bid’ah

Bid’ah adalah tradisi yang muncul dalam masyarakat yang berhubungan dengan

kegiatan agama namun tidak memiliki sumber yang jelas dalam Al Qur’an dan

sunnah.

8. Sunnah

Sunnah adalah segala perbuatan, ucapan, dan tingkah laku yang disandarkan pada

Nabi Muhammad SAW (Rifai , 1978).

9. Dakwah

(35)

10.Syariah

Syariah adalah peraturan dan hukum bagi umat Islam yang diatur dalam Al

Qur’an dan sunnah serta pedoman umat Islam dalam kehidupan.

11.Manhaj

Manhaj merupakan pemahaman tentang agama islam yang berupa idiologi atau

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan,mencari dan menganalisa

fakta-fakta mengenai suatu masalah dengan menggunakan suatu metode ilmiah secara

terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang terandalkan

kebenarannya (objektif dan valid) mengenai masalah alam dan sosial.

Adapun bentuk dari penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan

menggunakan dengan menggunakan penjabaran analisis kasus. Studi kasus adalah tipe

penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan scara mendalam,

mendetail dan komprehensif (Faisal, 1995: 22). Studi kasus dapat juga didefenisikan

sebagai suatu metode yang dipergunakan dalam penelitian ilmu sosial, memberikan

penekanan pada pengumpulan data mengenai sebagian atau seluruh unsur kehidupan

seseprang atau suatu kelompok maupun hubungannya dengan pihak-pihak lain dalam

situasi sosial atau budaya tertentu.Nazir(1992:66) mendefenisikan bahwa penelitian

kasus(case study) adalah penelitian yang berkenaan suatu fase spesifik atau khas dari

keseluruhan personlitas.

Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang

latar belakang sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu

(37)

3.2Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi tempat lokasi penelitian ini adalah di sekitar Universitas

Sumatera Utara(USU), alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena ingin mengetahui

keberadaan Jama'ah Salafiyyah di universitas ini ditambah lagi banyaknya jama'ah ini

yang berasal dari kalangan mahasiswa yang ikut mengikuti kajian (pendidikan)

salafiyyah yang dilakukan di musholla-musholla Universitas Sumatera Utara(USU).

3.3Informan Penelitian

1. Unit Analisis

Yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah Jama’ah

Salafiyyah yang aktif dalam pengajian Jama’ah Salafiyah.

2. Informan

Adapun sebagai informan yang dicari dalam penelitian ini adalah

1) Informan dari kalangan mahasiswa senior yang aktif dalam pengajian Jama’ah

Salafiyyah dengan kriteria : telah megikuti pengajian Jama’ah Salafiyyah lebih

dari empat tahun, dan ustads atau guru yang memberikan pengajian dalam

Jama’ah Salafiyyah.

2) Informan yang bukan dari kalangan mahasiswa, yang aktif dalam pengajian

rutinitas Jama’ah Salafiyyah di Universitas Sumatera Utara, atau yang

mengikuti pengajian Salafiyyah pada tahap awal, dan simpatisan yang

(38)

3) Informan yang bukan dari kalangan mahasiswa anggota Jama’ah Salafiyyah,

atau mahasiswa yang mengenal Jama’ah Salafiyyah tetapi tidak mengikuti

pengajian Jama’ah Salafiyyah.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau

mengumpulkan data (informasi) yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan

penelitian yang bersangkutan secara objektif (Mallo, 1990 :109). Data penelitian

digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

a. Observasi Partisipan

Observasi partisipan adalah pengumpulan data melalui observasi

terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan,

serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Dengan

demikian, pengamat betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan

dan bahkan tidak jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam

kehidupan budaya yang diteliti (Bungin, 2008).

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

(39)

sosial yang relatif lama. Dengan demikian kekuasaan wawancara

mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

2.Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian. Metode dokumentasi yang diterapkan ialah dengan cara mengumpulkan

bahan, data literatur dan tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Metode

penelitian yang digunakan adalah studi dokumentasi, yaitu pengamatan terhadap

gejala-gejala objek yang diteliti dengan menggunakan dokumen, buku dan majalah.

3.5Interpretasi Data

Bogdan dan Biklen (Maleong, 2006 : 248) menjelaskan bahwa interpretasi data

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data,

memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola apa yang penting dan pola apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.

Data yang diperoleh terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan objektivitas dan

relevansi dengan masalah yang diteliti. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan

interpretasi data yang mengacu pada tinjauan pustaka. Kemudian, hasil observasi

diuraikan dan dinarasikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data

(40)

3.6Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini di sebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan

pengalaman yang dimiliki oleh penulis untuk melakukan penelitian ilmiah,terutama

dalam hal metodologi penelitian(teknik wawancara),di samping itu adanya keterbatasan

buku atau referensi mengenai teori interaksi mengenai teori interaksi dan tindakan sosial

menyebabkan kurang lengkapnya sajian penulis di dalam menganalisis data.

Kendala yang lain adalah kurangnya waktu di dalam meneliti informan

disebabkan keterbatasan waktu luang mereka.terkadang mereka disibukkan dengan

dengan hal-hal akademik,keluarga serta mata pencaharian yang mereka usahakan dari

(41)
(42)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kampus Universitas Sumatera utara terletak di Jalan Letjend. Jamin Ginting

Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Kampus ini berdiri sejak tahun 1957.

Sebelumnya beberapa fakultas di lingkungan USU menggunakan sejumlah gedung yang

tersebar di kota Medan termasuk di antaranya berlokasi di Jalan Seram, Jalan Cik Di tiro,

Jalan Sempali, dan Jalan Ghandi. Kampus Padang Bulan yang awalnya berada di

pinggiran kota, kemudian dengan perkembangan kota Medan sehingga sekarang berada

di tengah-tengah kota. Kampus ini memiliki luas sekitar 122Ha, dengan zona akademik

seluas sekitar 100Ha yang berada di tengahnya.

Universitas Sumatera Utara dapat dicapai dengan mudah baik dari pusat kota

maupun dari bandar udara. Jarak kampus dengan kota (Lapangan Merdeka) sekitar 15 km

yang dapat ditempuh dengan menggunakan taksi selama 20 menit atau dengan angkutan

kota sekitar 30 menit. Jarak kampus dengan bandara Polonia sekitar 6 km dan dapat

ditempuh dengan menggunakan taksi sekitar 15 menit.

Jumlah mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam satu dekade terakhir, lebih

dari 30.000 orang tahun 2007, dan diperkirakan akan terus meningkat dua kali lipat pada

tahun 2020. Dari segi kuantitas ini telah membuat pihak universitas untuk menyediakan

berbagai fasilitas kebutuhan mahasiswa di universitas.

Berbagai fasilitas penunjang kegiatan mahasiswa di dalam kampus ini untuk

(43)

mahasiswa USU juga mempunyai pusat kelembagaan pers mahasiswa Suara USU, dan

banyak unit kegiatan mahasiswa lainnya. Hal itu membuktikan mahasiswa USU

mempunyai kreativitas yang tinggi di dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM)

nya. Begitu juga dengan pergerakan-pergerakan sosial. Hampir 50 persen mahasiswa

berada dalam komunitas atau kelompok sosial (organisasi) sebagai sarana pengembangan

diri, baik untuk dunia kampus maupun pendidikan. Akan tetapi tidak sedikit juga yang

mencari pengembangan diri di luar kampus sebagai bagian dari usaha mencari ilmu

pengetahuan lebih seperti ilmu agama. Salah satu diantaranya adalah Jama’ah Salafiyyah

Universitas Sumatera Utara. Pada dasarnya mereka hanyalah bagian dari mahasiswa

biasa, akan tetapi dengan banyaknya minat mahasiswa USU terhadap kajian Salafiyyah

telah mendorong berdirinya komunitas kajian Salafiyyah di Universitas Sumatera

Utara.(ww.usu.ac.id/kamis/17/2009)

Kegiatan dakwah Salafiyyah dipusatkan di masjid dakwah USU yang berada

Jalan DR. Mansur. Kegiatannya juga diadakan di lingkungan kampus USU seperti

musholla Fakultas Teknik yang kegiatan pengajiannya ditangani oleh Forum Silaturrahmi

(44)

Denah Kampus USU

4.2 Deskripsi Jama’ah Salafiyyah

Munculnya gerakan dakwah Jama'ah Salafiyyah sebenarnya dilatarbelakangi

(45)

budaya sosial di luar Islam yang didorong oleh kebangkitan bangsa Eropa atau dunia

barat di Perancis khususnya dan juga masih banyak praktik-praktik budaya sosial

pegaisme yang masih mengakar dan membudaya di tengah masyarakat. Harun Nasution

membagainya dalam periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M),

dan periode modern (yang dimulai tahun 1800 M). Ia mengakui bahwa ide-ide

pembaharuan Islam sudah mulai muncul bahkan sejak sebelum Islam memasuki periode

modern. Dalam masa pra modern inilah beberapa usaha dan pemikiran terjadi diseputar

pembaharuan Islam, antara lain :

1. Pembaharuan Kerajaan Turki Utsmani

Pembaharuan di kerajaan Turki Utsmani lebih kepada modernisasi, yaitu

adanya persentuhan dengan bangsa-bangsa Eropa. Kekalahan yang terjadi pada

abad ke-17, telah mendorong para pemuka kerajaan untuk menyelidiki rahasia

keunggulan lawan mereka. Kemudian kerajaan Turki Utsmani melakukan

penelitian ke Eropa untuk melihat lebih dekat perubahan yang terjadi. Hasil dari

penelitian ini telah mendorong Sultan Mehmed III (1703-1730) yang pada

waktu itu berkuasa memulai pembaharuan besar-besaran di kerajaan Turki

Utsmani.

2. India

Di india juga terjadi pembaharuan oleh pemuka agama. Pembaharuan ini

didorong oleh kemunduran umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan dan

bercampurnya budaya terhadap agama. Syekh Waliulloh (1703-1762) yang

terlahir dari kalangan Islam Sufi menjadi tokoh utama dalam usaha

(46)

Islam harus dikembalikan berdasarkan kekhalifahan yang lebih mendekati

demokrasi dan menjunjung tinggi pendapat musyawarah.

3. Arabia

Di Arabia (Arab Saudi) juga muncul pembaharuan dengan Syekh

Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) sebagai pelopornya, yang kemudian

dikenal aliran Wahabiyah. Ia melihat bahwa ajaran tauhid (keesaan Tuhan)

Islam saat itu telah dirusak oleh pemikiran sufiisme yang berkembang di dunia

Islam sejak abad ke-13.Di setiap negara Islam yang ia kunjungi, ia melihat

tokoh-tokoh sufi dan kuburan para wali yang seperti itu banyak didatangi umat

Islam untuk meminta pertolongan, ada yang meminta pertolongan supaya

mendapat anak, memecahkan permasalahan yang dihadapi meminta

penyembuhan dan lain-lain.

Hal ini dilihat oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab sebagai syirik

(menyekutukan Tuhan) sebab itu harus dihilangkan. Oleh karena itu tujuan dari

gerakan Wahabiyah ini adalah kembali kepada Islam murni dan penekanan

aspek hukum. Gerakan pembaharuan yang sering disebut gerakan radikal di

zamannya ini mempunyai pengaruh yang sangat luas. Gerakan ini juga menolak

taklid dan menganut ijtihad serta menjadikan Al Qur'an dan hadist sebagai

sumber utama ajaran Islam.

Dari gerakan pembaharuan Wahabi ini gerakan dakwah Salafiyyah

muncul. Syekh Muhammad bin Abdul Wahab tidak menamakan gerakannya

(47)

pengikutnya, gerakan ini dinamakan gerakan orang-orang saleh terdahulu atau

Salaf, dengan mengambil istilah Ibnu Taimiyyah yang telah memunculkan

istilah salaf pada abad pertengahan. Pemikiran Syekh Muhammad bin Abdul

Wahab sendiri banyak diilhami dari pemikiran Ibnu Taimiyyah.

Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab banyak diilhami oleh pemikiran

dan fatwa-fatwa Ibnu Taimiyyah yang telah ratusan tahun redup karena

dihambat penguasa di zamannya. Muhammad bin Abdul Wahab menyandarkan

pemikirannya pada pemikiran Ibnu Taimiyyah4

Istilah Salafiyyah diangkat dari ulama-ulama pembaharu di zaman pertengahan

umat Islam yang menganjurkan untuk kembali kepada ajaran murni umat Islam. Dakwah

Salafiyyah bukanlah suatu pergerakan politik, dakwah Salafiyyah merupakan Islam untuk menyerang

kebiasaan-kebiasan (adat/tradisi) umat Islam yang dianggap bertentangan dengan ajaran

Islam yang murni. Pengikutnya sendiri memunculkan istilah Salafi untuk

mendukung ajaran dan fatwa-fatwanya.

Gerakan dakwah ini mengajarkan ketaatan yang total kepada Nabi Muhammad

SAW dan Assalaf Assalih. Assalaf merupakan kata umum yang menunjukkan pelopor

Islam yang salih dan semua orang Islam yang mengikuti jalan mereka dalam keyakinan,

moral, dan tingkah laku. Sedangkan Assalih menunjukkan kepada tiga generasi terbaik

umat Islam yaitu sahabat nabi, tabi'I, tabiut, tabi'in (generasi penerus agama) yang telah

dijanjikan Nabi Muhammad bahwa "sebaik-baik umatku adalah generasiku kemudian

sesudahnya, kemudian sesudahnya". (HR. Bukhori dan Muslim).

4

(48)

dalam totalitasnya yang menuntun manusia apapun budayanya, ras atau warna kulitnya.

Dakwah Salafiyyah merupakan ajaran yang lengkap dan sempurna dalam memahami

Islam dan melaksananakan tindakan sesuai dengan ajaran-ajarannya dan sumbernya

(Rahmad,2005:61).

Golongan Salafi juga mengatakan bahwa mereka adalah penganut paham

Ahlussunnah wal Jamaah5

a. Yang boleh dan harus disembah hanyalah Tuhan dan orang yang menyembah

selain dari Tuhan telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh.

sejati. Bagi mereka dakwah Salafiyyah merupakan

satu-satunya Islam yang benar dengan klaim bahwa seorang muslim tidak ada pilihan lain

selain menjadi kaum Salaf. Untuk itu mereka harus mentaati kelompok yang telah

dijamin berhasil menang dan selamat dari pengadilan akhirat. Merujuk kepada Ibnu

Taimiyyah, mereka menyatakan bahwa siapa pun yang berbeda dan berseberangan dari

ajaran Nabi Muhammad SAW sesudah jalan yang benar dan diperlihatkan secara jelas

kepada mereka, berarti telah keluar dari agama Islam yang sebenarnya, dan siapa pun

yang mengikuti ajaran kaum Salaf berarti ia telah mengikuti ajaran Nabi Muhammad

SAW (Rahmad,2005:63).

Berikut ciri-ciri ajaran Salafi Wahabi :

b. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya

karena mereka mencintai pertolongan bukan lagi dari Tuhan tetapi dari syekh

atau wali dan dari kekuatan ghaib, orang islam demikian juga telah menjadi

musyrik.

5

(49)

c. Menyebut nama Nabi, syekh atau malaikat sebagai perantara dalam do'a yang

merupakan syirik.

d. Meminta syafaat selain kepada Tuhan juga syirik.

e. Bernazar kepada selain dari Tuhan juga syirik.

f. Memperoleh pengetahuan selain dari Al Qur'an, hadist dan qiyas (analogi)

merupakan kekufuran.

g. Tidak percaya kepada kada dan kadar Tuhan juga merupakan kekufuran.

h. Demikian pula menafsirkan Al Qur'an dengan takwil (interpretasi bebas)

merupakan kekufuran (Nasution,2003).

Dakwah Salafi dibangun atas beberapa prinsip tauhid dan taskiyah. Tauhid berarti

menerima dan percaya dengan keesaan Allah dan keunikan pesan-Nya. Artinya untuk

beribadah hanya semata-mata kepada Allah dan untuk mengabdi kepadaNya menurut tata

aturan-aturanNya. Tauhid juga menuntut ketaatan kepada nabi secara penuh. Yang

disayangkan oleh Jama'ah Salafiyyah adalah ketaatan yang benar kepada nabi

Muhammad SAW dan cinta yang benar telah melemah dan menghilang di kalangan umat

Islam. Menurut Jama’ah Salafi USU, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

a.Umat Islam telah meninggalkan sunnah Nabinya dan tidak mempraktekkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

b.Menyebarkan sejumlah hadist lemah dan palsu dikalangan umat Islam sehingga

mereka beribadah dan berdalil dengannya.

c.Munculnya berbagai bid'ah di kalangan umat Islam.

(50)

e.Munculnya fatwa Islam tanpa pengetahuan atau dalil.

f. Berakhirnya penerapan syari'ah atau hukum Islam di seluruh negeri-negeri Islam

dan diganti oleh ideologi dan huku m orang–orang kafir.

Sedangkan tazkiyah berarti memurnikan diri sendiri dengan tunduk dan patuh

kepada perintah-perintah Allah. Dalam bentuk yang sempurna tazkiyah akan menjadikan

seseorang mengabdi hanya kepada Allah dengan penyerahan yang total. Adapun tujuan

dari dakwah Salafiyyah adalah antara lain:

a. Kembali kepada Alqur'an dan sunnah Rasululloh yang otentik dan

mengembalikan pemahaman atas keduanya sesuai dengan pemahaman dan

praktek kaum Salaf.

b. Mengingatkan kaum muslimin untuk membersihkan kehidupan mereka dari

segala bentuk syirik, bid'ah, khurafat atau pemikiran lain yang tidak dikenal

dalam ajaran-ajaran islamyang esensial dan murni.

c. Membersihkan sunnah dari hadist yang lemah dan palsu.

d. Mendidik kaum muslimin untuk tunduk kepada ajaran agama Islam yang benar,

bertindak sesuai dengan ajaran-ajarannya dan membekali dirinya dengan moral

dan etika.

e. Bekerja keras untuk menghidupkan kembali pemikiran Islam dalam bingkai

prinsip-prinsip Islam dan melawan ketaatan yang buta kepada mazhab dan

fanatisme kepada golongan. Masalah ini menyebabkan pemisahan kaum

muslimin dari sumber-sumber Islam yang asli dan murni dan menjauhkan mereka

(51)

f. Menghadirkan solusi Islam yang yang realistik bagi masalah kontemporer dan

bekerja keras untuk mewujudkan jalan hidup yang benar dan membangun

masyarakat islam yang diatur oleh hukum Islam.

Dalam mewujudkan tujuannya dakwah Salafi menekankan pada sektor

pendidikan, bukan saja pada proses pendidikan akademis tetapi melalui proses pembinaan

yang membuat proses pendidikan itu sempurna yang pada akhirnya menumbuhkan

pribadi muslim yang paham agamanya dan menjalankannya dengan cara yang

sebaik-baiknya.

4.3 Kelompok-kelompok Jama’ah Salafiyyah

Terdapat beberapa kelompok besar di dalam agama islam yang mengaku sebagai

pengikut Salafiyyah. Kelompok ini terlahir di Timur Tengah dan dibedakan oleh

perbedaan terhadap pemahaman ajaran Islam yang sebenarnya. Adapun

kelompok-kelompok tersebut antara lain:

1. Kelompok Salafiyyah Syururiyyah

Kelompok salafiyyah ini disandarkan kepada pimpinannya yaitu syekh

Muhammad syurur Zein Al Abidin(seorang ulama salaf Timur Tengah).pada

awalnya kelompok ini dalah bagian dari anggota keagamaan yang direstui oleh

pemerintah Arab Saudi akan tetapi setelah kelompok ini meluaskan dakwahnya

ke arena perpolitikan pemerintah,kelompok ini mendapat sorotan yang tajam dari

(52)

2. Kelompok Salafiyyah Al Al Bani

Yaitu kelompok Salafiyyah pengikut ajaran syekh Muhammad Nasiruddin

Al-Albani (seorang Ulama hadist di yordania).Kelompok ini di akui pengikut

sejati ajaran salafiyyah,terutama dari kelompok salafiyyah yang berada di Arab

Saudi dan merupakan salah satu kelompok salafiyyah yang paling berpengaruh

hingga ke Indonesia, karena banyak kalangan salafiyyah di Indonesia yang

menjalin hubungan kerjasama di bidang keagamaan dengan ulama-ulama

Salafiyyah Al bani yang berpusat di Yordania.

3. Kelompok Salafiyyah Arab Saudi

Umumnya ulama-ulama Saudi yang telah direstui pemerintah telah di

nyatakan sebagai Ulama salaf.Hal ini di sebabkan oleh pernyataan pemerintah

Arab Saudi bahwa ideology islam yang di sahkan di negara Saudi harus ber

Ideologi Salafi yaitu suatu pemahaman islam yang harus merujuk terhadap

pemahaman islam sebelumnya.Ulama-Ulama salaf di berikan keistimewaan di

dalam pemerintahan seperti penasehat Pemerintah,Mufti Masjidil Haram Mekah

dan Masjid Nabawi Madinah.

Adapun Ulama salaf yang sangat berpengaruh di Arab Saudi adalah Syekh

Abdul Aziz bin Baz dan muridnya syekh Utsaimin.Pengaruh kedua Ulama ini

bukan hanya terdapat di Arab Saudi akan tetapi sampai ke Jama’ah Salafiyyah

yang berada di Indonesia.

Ketiganya sebenarnya mempunyai akar yang sama yaitu dari pemikiran Syekh

(53)

kelompok ini mulai dikucilkan yaitu Salafiyyah Syururiyah karena dakwahnya sudah

dianggap bertentangan oleh kedua kelompok Salafiyyah lainnya.

Bagan I. Kelompok Jama’ah Salafiyyah

Kelompok Salafiyyah Al bani dengan Salafiyyah Arab Saudi menjadi yang paling

populer di Indonesia. Mereka berada di berbagai wilayah, termasuk Medan populer di

Indonesia hingga ke kota Medan, Sumatera Utara. Di kota Medan, ulama-ulama dari

Yordania dan Arab Saudi kerap diundang untuk memperdalam pengetahuan tentang

kajian Salafi (Rahmad,2005:69).

4.4 Dakwah Salafiyyah di Indonesia

Orang-orang Salafi mengklaim bahwa dakwah Salafiyyah di Indonesia sudah

dimulai pada abad ke-18 oleh golongan paderi di Sumatera Barat yang berusaha

membersihkan pengaruh adat didalam agama. Akan tetapi golongan ini pun banyak

Tarbiyyah Majelis Mujahidin

Indonesia

Salafy Indonesia

Salafy Sururi Salafy Saudi Salafy Albani Syeikh Muhammad bin Abdul

Wahab (Ikon Gerakan Salafi)

(54)

penentangnya sehingga tidak berbekas sampai sekarang, tetapi secara resmi

persinggungan awal para aktivis gerakan dakwah Salafi di Indonesia dengan pemikiran

Salafisme terjadi pada tahun 1980-an bersamaan dengan dibukanya Lembaga Pengajaran

Bahasa Arab (LPBA) di Jakarta yang kemudian berganti nama menjadi Lembaga Ilmu

Pengetahuan Islam dan Sastera Arab (LIPIA). Lembaga ini memberikan sarana untuk

mengenal dan mendalami pemikiran-pemikiran ulama-ulama Salafi. LIPIA merupakan

cabang dari Universitas Muhammad ibnu Saud di Riyadh setelah cabang di beberapa

negara seperti Djibouti dan Mauritania. Tidak bisa dipungkiri pembukaan cabang ketiga

di Indonesia ini terkait dengan gerakan penyebaran ajaran Wahabi yang berwajah Salafi

ke seluruh dunia Islam yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi pasca melonjaknya

harga minyak dunia pada pertengahan tahun 1970-an. Sejak masa booming minyak itu,

terdapat beberapa lembaga Islam yang mendapat bantuan dana maupun bentuk lain dari

pemerintahan Arab Saudi. Di Indonesia bantuan ini sebagian besar diterima oleh

lembaga–lembaga atau organisasi-organisasi yang bersifat puritan (organisasi

pergerakan) seperti Persis, Al Irsyad, Muhammadiyah dan Dewan Dakwah Islamiyyah

(DDI.).

Pemerintah Arab Saudi juga menyediakan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia

yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan di Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi

mendirikan lembaga pendidikan ini dengan misi menyebarkan ajaran Wahabi Salafiyyah

dan penyebaran bahasa Arab pada pertengahan tahun 1980-an. Pada awalnya lembaga

yang memberikan beasiswa penuh ini hanya bersifat pengajaran bahasa Arab tetapi

(55)

mendirikan berbagai fakultas seperti syariah, hadis dan diploma. Lembaga ini berubah

menjadi lembaga pengajaran bahasa Arab atau LIPIA sebagai pusat kajian sastera Islam.

Pembukaan cabang pendidikan di Indonesia diawali dengan kedatangan Syekh

Abdul Aziz Abdullah Al-Ammai, utusan ulama Saudi murid Syekh bin Baz seorang

ulama Salafi paling berpengaruh di Arab Saudi. Oleh Syekh bin Baz ia disuruh untuk

bertemu Muhammad Natsir. Di Jakarta Muhammad Natsir (mantan perdana menteri

Indonesia) menyambut baik rencana pendirian lembaga ini dan bersedia menjadi

mediator penghubung dengan pemerintah Indonesia. Maka sejak awal berdirinya lembaga

ini sebagian besar mahasiswanya berasal dari anggota-anggota dan lembaga-lembaga

pendidikan yang bersifat puritan yaitu seperti Persis, Muhammadiyah, dan Al Irsyad.

Lembaga pendidikan ini mengikuti kurikulum lembaga induknya yaitu

Universitas Imam Muhammad ibnu Saud di Riyadh. Di setiap fakultasnya, ulama-ulama

Saudi yang berpaham Salafi yang dikirim langsung dari Arab Saudi. Selain itu lembaga

ini juga memberikan beasiswa penuh mencakup buku-buku dan kebutuhan hidup yang

standard 100 hingga 300 real, atau setara dengan 82 US$. Terdapat juga sejumlah

mahasiswa yang berprestasi untuk melanjutkan program studinya hingga kejenjang

program master dan doktoral di Riyadh Arab Saudi. Di antara lulusan pertama lembaga

ini yang kenudian menjadi tokoh Salafi di Indonesia yaitu Abdul Hakim Abdat, Abdul

Qodir Yazid Jawas, Farid Akbah, Ainul Harits, Abu Baker M Atway, Ja'far Umar

Thalib,dan Yusuf Usman Baisya(Rahmad,2005:101).

Lulusan pertama ini yang menjadi cikal bakal ustads Salafi di Indonesia.

Perjalanan dakwah salafiyyah di Indonesia sangat panjang. Dakwah Salafiyah mulai

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Apakah jika Anda memiliki masalah yang mendesak dengan teman.. Anda, Anda lebih memilih menyelesaikannya via aplikasi yang

pemikiran politik mahasiswa sebagai media sosial yang sangat diminati saat ini?”. I.3

Analisis Multi Atribut yang Mempengaruhi Preferensi Bekerja Online Produk Tiket Pesawat di Kalangan Mahasiswa UKWMS.. Factors influencing internet shopping behaviour: a

Judul Skripsi : Pemanfaatan Teknologi Komunikasi oleh Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Line Today di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Skripsi ini berjudul Pemanfaatan Teknologi Komunikasi oleh Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Line Today di Kalangan

Di desa Kaaruyan hubungan antar etnis maupun agama agama sangat baik karena masyarakatnya terutama pribumi sangat ramah menerima para pendatang.Kehidupan keseharian mereka

Sebagaimana akan dijelaskan pada pembahasan lebih lanjut tentang pemukiman Batak Kristiani yang cenderung mengelompok di kawasan Melayu, bisa dilihat migrasi orang-orang Batak