• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN

SUMATERA BAGIAN UTARA

OLEH

ARUM PRANAWENGRUM 110521096

PROGRAM STUDI STRATA-I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN

SUMATERA BAGIAN UTARA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja karyawan PT PLN (Persero) pembangkitan Sumatera Bagian Utara. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PT PLN (Persero) pembangkitan Sumatera Bagian Utara yang berjumlah 114 orang dan 54 orang karyawan dijadikan sampel. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara, dan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif, analisis regresi linear sederhana dan pengujian koefisien determinasi (R²). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan pelatihan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT PLN (Persero) pembangkitan Sumatera Bagian Utara. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung yang berpengaruh secara positif dan signifikan. Hipotesis H1 diterima, karena thitung > ttabel menunjukan pengaruh positif dan signifikan. Koefisien determinasi (R Square) menunjukkan bahwa variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh pendidikan dan. Sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF EDUCATION AND TRAINING OF EMPLOYEES PERFORMANCE PT PLN ( Persero ) GENERATION

THE NORTH SUMATRA

The purpose of this study is to investigate and analyze the effect on the performance of education and training of employees of PT PLN (Persero) generation of Northern Sumatra. This research is a study explanation. The population in this study were all PT PLN (Persero) generation of Northern Sumatra, amounting to 114 men and 54 employees were sampled. Methods of data collection in this study were questionnaires, interviews, and documentation studies. Methods of data analysis using descriptive methods, simple linear regression analysis and testing of the coefficient of determination (R ²). The results showed that the variables of education and training has a positive and significant impact on the performance of employees at PT PLN ( Persero) generation of Northern Sumatra. It can be seen from tcount positive and significant effect. Hypothesis H1 is accepted, because tcount > ttable showed a positive and significant effect. The coefficient of determination (R Square) of indicates that the variable can be explained by the performance of employees and education. While the remaining can be explained by other factors not examined.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat serta karunia yang telah diberikanNya kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada kedua orang tua saya yang terkasih dan tercinta, Ayahanda

Sumarna dan Ibunda Yeni Lokita, kakanda Awang Nugraha dan adik saya

Mentari Lokita yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik moral dan

materil, bimbingan nasehat, semangat, serta doanya kepada penulis.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja

Karyawan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara”, penulis

telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak

selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.si

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-I Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME., dan Ibu Dra. Marhayanie SE. MSi., selaku

(5)

4. Ibu Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, Msi., selaku Dosen Pembimbing

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan

berupa saran dan evaluasi yang bersifat membangun.

5. Ibu Dra. Yulinda, Msi., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah

memberikan saran dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini.

6. Bapak Sumarna, Ibu Yenny Lokita, Bapak Syahruddin Buyung, Ibu

Rozahanim, Debora Fransisca, Merry, serta Zacky yang telah membantu dan

memberikan ilmu kepada penulis selama melakukan penelitian pada PT

PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara.

7. Dan kepada teman-teman tersayang: Rosi Febri Verrial, Tara Said Permana,

Arif Afwansyah, Rahma Sari, Siti Halimah, M. Yunan Helmi, Dimitra

Qadrina, Rumondang Agustina, Suci, Janwita, Sona Evan, dan Legare

Laundry yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini

dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Juni 2014

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 9

2.1.1 Sumber Daya Manusia ... 9

2.1.2 Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) ... 12

2.1.3 Kinerja ... 19

2.2 Penelitian Terdahulu ... 28

2.3 Kerangka Konseptual ... 30

2.4 Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Definisi Operasional ... 32

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 35

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.7 Jenis Data ... 37

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

3.10 Metode Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambar Umum Perusahaan ... 44

4.1.1 Struktur Organisasi ... 45

4.1.2 Uraian Tugas ... 46

4.1.3 Jaringan Usaha atau Kegiatan ... 54

4.1.4 Visi dan Misi ... 55

4.1.5 Logo PT PLN (Persero) ... 55

4.2 Hasil Penelitian ... 58

(7)

4.2.1.1 Identitas Responden ... 58

4.2.1.2 Distribusi Penilaian Responden ... 61

4.3 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 69

4.3.1 Uji t ………... 70

4.3.2 Koefisien determinasi …………... 72

4.4 Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Data Kinerja Karyawan PT PLN

Pembangkitan Sumatera Bagian Utara ... 4

1.2 Jumlah Peserta Pendidikan dan Pelatihan Karyawan PT PLN Tahun 2011-2013 ... 7

2.1 Perbedaan Antara Pendidikan dan Pelatihan ... 16

3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 35

3.2 Skor Pertanyaan ... 36

3.3 Hasil Uji Validitas …... 39

3.4 Hasil Uji Reabilitas ... 40

3.5 Reability Statistic ... 41

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ………... 58

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 59

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Bagian ... 60

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .... 60

4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Pendidikan dan Pelatihan ... 61

4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja ... 66

4.8 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 70

4.9 Hasil Uji-t ... 71

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... ixxxiii

2 Distribusi Jawaban Responden

pada Validitas Reabilitas ... ixxxviii

3 Distribusi Jawaban Responden

pada Uji Regresi Linier Sederhana ... ixxxix

4 Output SPSS Versi 19.00

pada Uji Validitas dan Reabilitas ... xci

5 Distribusi Penilaian Responden

pada Variabel Pendidikan dan Pelatihan ... xciii

6 Distribusi Penilaian Responden

pada Variabel Kinerja... xcvi

(11)

ABSTRACT

THE EFFECT OF EDUCATION AND TRAINING OF EMPLOYEES PERFORMANCE PT PLN ( Persero ) GENERATION

THE NORTH SUMATRA

The purpose of this study is to investigate and analyze the effect on the performance of education and training of employees of PT PLN (Persero) generation of Northern Sumatra. This research is a study explanation. The population in this study were all PT PLN (Persero) generation of Northern Sumatra, amounting to 114 men and 54 employees were sampled. Methods of data collection in this study were questionnaires, interviews, and documentation studies. Methods of data analysis using descriptive methods, simple linear regression analysis and testing of the coefficient of determination (R ²). The results showed that the variables of education and training has a positive and significant impact on the performance of employees at PT PLN ( Persero) generation of Northern Sumatra. It can be seen from tcount positive and significant effect. Hypothesis H1 is accepted, because tcount > ttable showed a positive and significant effect. The coefficient of determination (R Square) of indicates that the variable can be explained by the performance of employees and education. While the remaining can be explained by other factors not examined.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi dan informasi sekarang ini tidak dapat dipungkiri bahwa

pertumbuhan organisasi memerlukan adanya pola pengaturan serta pengelolaan

sumber daya manusia yang terarah, khususnya pada organisasi pemerintah sangat

diharapkan mampu menunjukan kinerja sebagai abdi negara dan masyarakat yang

memiliki kompetensi (knowledge, skill, and performance).

Sumber daya manusia yang berkualitas dengan pendidikan yang tinggi akan

mempengaruhi kinerjanya. Dengan pendidikan inilah seorang pegawai mampu

dalam menyelesaikan tugas yang diembankan. Pendidikan yang tinggi akan

menentukan penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat (the right

manon the right place). Pendidikan yang dilalui oleh pegawai sangat berpengaruh

dalam menentukan kepribadiannya. Dengan bekal pendidikan yang dimiliki oleh

pegawai akan mampu menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi yang

berkaitan dengan profesinya. Pegawai yang memiliki pendidikan yang baik dapat

dijadikan sebagai pengembangan dimasa yang akan datang karena tanpa

pendidikan sulit bagi seseorang untuk berkembang dan secara tidak langsung akan

mempersulit berkembangnya organisasi. Tingkat pendidikan yang tinggi dari

seorang pegawai akan mempengaruhi kemampuannya dalam mencapai kinerja

secara optimal, sesuai yang diungkapkan Soekidjo (2003:28) juga menyatakan

bahwa “Pendidikan di dalam organisasi adalah suatu proses pengembangan

(13)

tinggi pendidikan seseorang, diharapkan sumber daya manusianya semakin tinggi.

Tanpa bekal pendidikan mustahil orang akan mudah mempelajari hal-hal yang

bersifat baru di dalam cara atau suatu sistem kerja.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatan kinerja

pegawai adalah dengan melalui pengembangan karyawan yaitu dengan melakukan

pendidikan dan pelatihan. Pengembangan karyawan sangat diperlukan dalam

sebuah instansi, karena dengan adanya program tersebut dapat membantu

meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan. Pengembangan pegawai

juga dirancang untuk memperoleh karyawan-karyawan yang mampu berprestasi

dan fleksibel untuk suatu instansi dalam geraknya ke masa depan. Pentingnya

pendidikan dan pelatihan bukanlah semata-mata bagi karyawan yang

bersangkutan, tetapi juga keuntungan organisasi. Pendidikan dan pelatihan juga

merupakan upaya untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian

karyawan. Oleh karena itu setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang,

pendidikan dan pelatihan karyawannya harus memperoleh perhatian yang lebih

besar sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan tersebut.

Pendidikan dan pelatihan juga bisa disebut sebagai usaha untuk

meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya penguasaan

teori untuk memutuskan persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan

pencapaian tujuan organisasi. Sudah menjadi kebiasaan, banyak pegawai yang

termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi dengan

mengharapkan promosi kenaikan jabatan untuk mendapatkan gaji atau insentif

(14)

teknologi, maka pendidikan dan pelatihan sangat dibutuhkan sebagai alat

instrumen pengembangan tenaga kerja dalam menunjang kinerja tenaga kerja itu

sendiri maupun meningkatkan produktivitas perusahaan.

Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapain pelaksanaan suatu

kegiatan atau program kerja dalam suatu organisasi. Mahsun (2006:25)

menyatakan bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu

organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebutkan prestasi atau

tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu.

Menurut Rivai (2004:309) kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan

kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekedaan seseorang sepatutnya

memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kinerja karyawan

memegang peran penting untuk menunjang keberhasilan aktivitas karena kinerja

organisasi dicerminkan oleh kinerja individu tersebut. Kinerja yang optimal selain

didorong oleh tingkat pendidikan yang memadai dan pelatihan yang diberikan,

namun adanya kesempatan yang diberikan dan lingkungan yang kondusif.

Penilaian kinerja menurut Sastrohadiwiryo (2003:231) adalah suatu kegiatan

yang dilakukan manajemen/penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja

dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian/deskripsi

pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun. Meskipun

suatu organisasi mulai dari saat perekrutan sampai penempatan karyawan sudah

(15)

pada saat menjalankan operasional yang dapat menghambat kinerja karyawan.

PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara adalah unit usaha

PLN yang bergerak dalam kegiatan pembangkitan tenaga listrik dengan

menggunakan pembangkit PLTA, PLTU, PLTD, PLTG, dan PLTGU yang

tersebar di 3 provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan

Riau. Keberadaan mesin pembangkit listrik merupakan tulang punggung sektor

ketenagalistrikan yang merupakan tugas PLN Pembangkitan Sumbagut, sebab

dari sinilah semua rangkaian tugas penyediaan tenaga listrik diawali. Untuk

melaksanakan tugas ini dibutuhkan partisipasi pegawai melalui kinerja serta

tanggung jawab. Data kinerja serta pencapaian target PT PLN KITSBU dapat

dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Pencapaian Target PT PLN (Persero) KITSBU Periode Oktober s/d Desember 2013

No. Indikator Kinerja Bobot Target Realisasi Nilai Keterangan

I Pelanggan 8 8.00 Tercapai

1 Nilai Kepuasan Pelanggan

85 91.16 8.00

II Produk dan Layanan

27 10.40 Tidak

tercapai

1 EFOR 7.00 12.37 0.00

2 SOF 17.00 16.92 9.00

3 SdOF 3.00 4.27 1.40

III Proses Bisnis Internal

30 21.01 Tidak

tercapai

1 Tara Kalor 2,660.00 2,740.22 9.40

(16)

3 Hari rata-rata persediaan batubara

30.00 50.51 0.00

4 Subtitusi HSD ke Biofuel

15,000.00 31,422.26 2.00

5 Rasio Pemakaian Material

1.50 0.94 0.77

6 Enterprise Aset 2.50 2.31 2.54

No. Indikator Kinerja Bobot Target Realisasi Nilai Keterangan

IV SDM 16 12.28 Tidak

tercapai 1 Human Capital

Readiness

3.40 3.09 6.54

2 Organizational Capital Readiness

3.40 2.92 5.74

V Keuangan dan Pasar

8 8.00 Tercapai

1 Opex Non-Fuel 110 44.35 8.00

VI Kepemimpinan 11 7.33 Tidak

tercapai 1 Malcolm

Baldrige

476 372.00 4.69

2 ERM 3 3.00 5.00

3 Kepatuhan

Max-10

- - -2.36

TOTAL 100 67.02

Sumber: PT PLN (Persero) KITSBU (2014) (data diolah)

• SOF (scheduled outage factor) adalah rasio jumlah jam unit pembangkitan keluar terencana terhadap jumlah jam dalam satu periode.

(17)

derating pembangkit.

• SDOF (sudden outage factor) adalah jumlah gangguan mendadak pembangkit yang terjadi dalam satu periode.

• EAF (equivalent availability factor) adalah faktor ketersedian mesin pembangkit untuk beroperasi pada daya mampu nettonya.

Kolom indikator kinerja mencakup pelanggan, produk dan layanan, proses

bisnis internal, SDM, keuangan dan pasar, dan kepemimpinan, dimana setiap

indikator kerja memiliki breakdown seperti yang tertera pada Tabel 1.1. Realisasi

pada periode Oktober sampai dengan Desember 2013 tidak mencapai target

dikarenakan banyak gangguan pada pembangkit yang disebabkan oleh kurangnya

komunikasi didalam menetapkan jadwal pemeliharaan mesin, mengulur waktu

pemeliharaan karena ketersediaan spareparts yang kurang memadai dan human

error.

Salah satu fenomena yang dihadapi PT PLN (Persero) Pembangkitan

Sumatera Bagian Utara dalam meningkatkan kinerja adalah sulitnya

menyeimbangkan antara tuntutan tugas yang telah ditetapkan perusahaan dengan

kemampuan dari masing-masing karyawan. Hal ini disebabkan oleh kompetensi

yang belum memadai dari sumber daya manusia pelaksananya. Masalah tersebut

terjadi karena perbedaan latar belakang pendidikan yang berbeda dari

masing-masing karyawan.

Selain itu masalah lainnya yang terjadi pada PT PLN (Persero)

Pembangkitan Sumbagut adalah banyaknya target perusahaan yang menuntut

peningkatan kinerja setiap karyawan. Peningkatan kinerja karyawan dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya, perusahaan melakukan pendidikan dan

pelatihan yang baik dan berkesinambungan kepada setiap karyawan sehingga

(18)

perusahaan secara efektif dan efisien.

Akan tetapi pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dilakukan oleh PT PLN

(Persero) Pembangkitan Sumbagut tidak berjalan dengan semestinya, adanya

fluktuasi jumlah karyawan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan

mengakibatkan turunnya tingkat kinerja karyawan. Hal ini dapat dilihat dari data

Tabel 1.2 mengenai jumlah peserta yang mengikuti pendidikan dan pelatihan

karyawan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara pada tahun

2011-2013:

Tabel 1.2

Jumlah Peserta Pendidikan dan Pelatihan karyawan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Tahun 2011-2013

Pendidikan Dan Pelatihan Jumlah Peserta Pendidikan Dan Pelatihan

Inhouse Training 2011 2012 2013

40 Peserta 50 Peserta 35 Peserta

Sumber : Kantor PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagut (2014) (Data diolah)

Dapat dilihat dari Tabel 1.2 jumlah peserta yang mengikuti pendidikan dan

pelatihan pada PT PLN mengalami fluktuasi jumlah peserta, bahkan terjadi

penurunan jumlah peserta pada 2013. Kondisi demikian menyebabkan

menurunnya juga kesempatan karyawan untuk meningkatkan kinerja dari

masing-masing karyawan sedangkan tuntuntan perusahaan terhadap karyawan juga

semakin tinggi. Jika hal ini tetap dipertahankan akan terjadi permasalahan

sehingga bukannya menunjang kemajuan dan pengembangan tetapi akan

menghambat kemajuan dan pengembangan dari perusahaan itu sendiri dan kinerja

karyawan pun menurun.

Maka pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi karyawan telah menarik

(19)

dibuat perusahaan terhadap karyawan untuk mencapai kinerja yang tinggi dengan

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan

Terhadap Kinerja Karyawan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka, perumusan masalah yang

dijadikan objek penelitian adalah sebagai berikut: Apakah pendidikan dan

pelatihan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan pada PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja karyawan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi Perusahaan

Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang

bermanfaat pada PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera

Bagian Utara, dalam meningkatkan kinerja karyawan melalui

pendidikan dan pelatihan.

2. Bagi Penulis

(20)

dengan pendidikan dan pelatihan yang mempunyai pengaruh

terhadap kinerja pegawai pada PT PLN (Persero) Pembangkitan

Sumatera Bagian Utara, serta dapat memperdalam pengetahuan

penulis dalam bidang sumber daya manusia.

3. Bagi Pihak Lain

Sebagai referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam

melakukan penelitian pada bidang yang sama dimasa akan datang.

BAB II

(21)

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Sumber Daya Manusia

A. Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)

Menurut Nawawi (2001:37) pengertian SDM perlu dibedakan antara

pengertian secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua

manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas

wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah

maupun belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). Sedangkan SDM dalam

arti mikro adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu

organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan

lain-lain. Sedangkan lebih khusus SDM dalam arti mikro di lingkungan sebuah

organisasi/perusahaan pengertiannya dapat dilihat dari tiga sudut :

1. Sumber Daya Manusia adalah orang yang bekerja dan berfungsi sebagai aset

organisasi/perusahaan yang dapat dihitung jumlahnya (kuantitatif). Dalam

pengertian ini fungsi SDM tidak berbeda dari fungsi aset lainnya, sehingga

dikelompokkan dan disebut sebagai sarana produksi, sebagaimana sebuah mesin,

komputer (sumber daya teknologi), investasi (sumber daya finansial), gedung,

mobil (sumber daya material dan lain-lain.

2. Sumber Daya Manusia adalah potensi yang menjadi motor penggerak

organisasi/perusahaan. Setiap SDM berbeda-beda potensinya, maka kontribusinya

dalam bekerja untuk mengkongkritkan Rencana Operasional Bisnis menjadi

(22)

keterampilan dan keahliannya masing-masing, harus dihargai antara lain dalam

bentuk finansial. Dalam kenyataannya semakin tinggi keterampilan dan

keahliannya, maka semakin besar pula penghargaan finansial yang harus

diberikan, yang berpengaruh pula pada biaya (cost) produksi, sehinnga SDM

berfungsi juga sebagai investasi.

3. Manusia sebagai sumber daya manusia (SDM) adalah makhluk hidup ciptaan

Tuhan YME, sebagai penggerak organisasi/perusahaan berbeda dengan sumber

daya lainnya. Nilai-nila kemanusiaan yang dimlikinya, mengharuskan sumber

daya manusia diperlakukan secara berlainan dengan sumber daya lainnya. Dalam

nilai-nilai kemanusiaan itu terdapat potensi berupa keterampilan dan keahlian dan

kepribadian termasuk harga diri, sikap, motivasi, kebutuhan dan lain-lain yang

mengharuskan dilakukanperencanaan strategis sumber daya manusia (SDM), agar

SDM yang dipekerjakan sesuai dengan kebutuhan organisasi/perusahaan

(Nawawi, 2001:37).

Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, sumber daya

manusia adalah suatu proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja

secara manusiawi, agar potensi yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi

pencapaian tujuan organisasi.

(23)

Menurut Mathis dan Jackson (2006:3) pengertian manajemen sumber daya

manusia adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk

memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai

tujuan organisasi. Menurut Dessler (1997:2) manajemen sumber daya manusia

adalah kebijakan dari praktik yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan

aspek “orang” atau SDM dari posisi seorang manajemen, meliputi perekrutan,

penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian.

Sedangkan menurut Hasibuan (2003:10) pengertian MSDM adalah ilmu

dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien

membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Manajemen

Sumber Daya Manusia adalah bidang manajemen yang khusus mempelajari

hubungan dan peranan manajemen manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur

MSDM adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan

semikian, fokus yang dipelajari MSDM ini hanyalah masalah yang berhubungan

dengan tenaga kerja manusia saja.

Menurut Mathis (2002:4) peran manajemen SDM terdiri atas:

a. Peran administratif dengan fokus pada proses penyimpanan data, untuk

waktu yang bersifat jangka pendek, dengan jenis kegiatan berupa;

menafsirkan manfaat tenaga kerja, menjalankan orientasi tenaga kerja

baru, menafsirkan kebijakan dan prosedur SDM, serta menyiapkan laporan

(24)

b. Peran operasi dengan fokus pendukung kegiatan, untuk jangka waktu

menengah, dengan kegiatan; mengelola progam komprnsasi, merekrut dan

memposisikan jabatan yang lowong, menjalankan pelatihan yang aman,

dan mengatasi keluhan kerja.

c. Peran strategis dengan fokus organisasi luas global untuk jangka waktu

lebih panjang, dengan jenis kegiatan; menilai kecenderungan

permasalahan tenaga kerja, melakukan rencana pengembangan, membantu

organisasi dalam melakukan restrukturisasi dan perampingan, memberi

nasehat merger dan akuisisi, rencana strategis kompensasi.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, manajemen sumber daya

manusia yaitu merupakan sebuah ilmu serta seni dalam kegiatan perencanaan,

pengelolaan dan pengembangan segala potensi sumber daya manusia yang ada

serta hubungan antar manusia dalam suatu organisasi ke dalam sebuah desain

tertentu yang sistematis sehingga mampu mencapai efektifitas serta efisiensi kerja

dalam mencapai tujuan, baik individu, masyarakat, maupun organisasi.

2.1.2 Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) A. Pengertian Pendidikan

Ihsan (2003:1-2) menyatakan pendidikan sebagai usaha manusia untuk

menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani

maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan

kebudayaan. Dalam Undang-undang RI Sisdiknas No. 20 Tahun 2003,

(25)

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan menurut Sastrohadiwiryo (2003:228) adalah segala sesuatu

untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia,

jasmaniah, dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik dalam maupun

diluar sekolah, untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur.

B. Jalur, Jenjang Dan Jenis Pendidikan

Paradigma baru menurut Undang-undang RI Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

yaitu perubahan mendasar mengenai jalur pendidikan yaitu mengubah jalur

pendidikan sekolah dan luar sekolah, menjadi tiga jalur, yaitu jalur pendidikan

formal, nonformal, dan informal.

1. Jenjang pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi (Undang-undang RI Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).

a. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah

dasar (SD) dan madrasah ibtidiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat

Berta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah Tsanawiyah

(MTs), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-undang RI Sisdiknas

No. 20 Tahun 2003).

(26)

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk

sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah

menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK)

(Undang-undang RI Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).

c.Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,

magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan

tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah

tinggi, institut, dan universitas (Undang-undang RI Sisdiknas No. 20

Tahun 2003).

2. Jenjang pendidikan nonfomal diselengggarakan bagi warga masyarakat

yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan

kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,

pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,

pendidikan keterampilan dan pelatihan keda, pendidikan kesetaraan, serta

pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan

peserta didik (Undang-undang RI Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).

3. Jenjang pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan

lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (Undang-undang

(27)

C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan undang-undang RI.

No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Wuradji (2002:19) menyatakan bahwa fungsi pendidikan itu meliputi:

1. Memindahkan nilai-nilai budaya

2. Nilai-nilai pengajaran

3. Peningkatan mobilitas sosial

4. Fungsi sertifikasi

5. Job training

6. Memantapkan dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial.

Pendidikan berupa pendidikan formal dan non formal mempunyai tujuan

untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang terarah, terpadu dan

menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif dalam membentuk

manusia seutuhnya agar manusia menjadi sadar akan dirinya dan dapat

memanfaatkan lingkungannya untuk meningkatkan taraf hidupnya. Untuk dapat

(28)

teknologi, sehingga dengan adanya tingkat pendidikan karyawan maka kinerja

karyawan akan mudah tercapai.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2008

“Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah proses penyelenggaraan pembelajaran

untuk meningkatkan kompetensi aparatur dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan”.

Pendidikan dapat diartikan sebagai proses persiapan individu-individu

untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi di dalam

organisasi, biasanya berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual atau

emosional yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik.

Pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang diprogramkan untuk meningkatkan

keahlian-keahlian, pengalaman, pengetahuan, atau pembahasan sikap individu. Di

dalam pelatihan ini juga merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana pegawai

dapat memperoleh sikap, kemauan, keahlian, pengetahuan dan prilaku spesifik

yang berkaitan dengan pekerjaan atau performasi kerja. Menurut Soekidji

(2003:31) pentingnya pendidikan dan pelatihan bukanlah semata-mata bagi

pegawai yang bersangkutan, tetapi juga keuntungan organisasi. Karena dengan

meningkatnya kemampuan atau keterampilan para pegawai, dapat meningkatkan

produktivitas kerja para pegawai. Produktivitas kerja meningkat berarti organisasi

yang bersangkutan akan memperoleh keuntungan.

Menurut Hasibuan (2009:83) Pendidikan dan pelatihan memiliki

(29)

Tabel 2.1

Perbedaan Antara Pendidikan dan Pelatihan

No. Perbedaan Latihan Pendidikan

1. Peserta Karyawan Operasional Karyawan Manajerial

2. Tujuan Technical skills Managerial Skills

3. Metode Metode Latihan Metode Pendidikan

4. Waktu Jangka pendek Jangka panjang

No. Perbedaan Latihan Pendidikan

5. Biaya Relatif kecil Relatif besar

6. Tempat Lapangan praktek Di dalam kelas

Sumber : Hasibuan (2009:83) dan diolah.

Sedangkan diklat dalam beberapa hal memiliki karakteristik yang sama

yaitu:

1. Pelatihan dan pendidikan sama-sama membuat seseorang belajar

2. Adanya transfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan informasi dari

sumber kepada pelajar;

3. Memerlukan sumber belajar, sarana prasarana yang mendukung;

4. Bersifat dinamis, tidak statis;

5. Memiliki tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas diri orang tersebut.

Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya

untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau

kelompok orang.

Tujuan Diklat menurut Sulistiyani (2003:69) yaitu:

(30)

2. Memutakhirkan keahlian para pegawai sejalan dengan kemajuan

teknologi;

3. Membantu memecahkan persoalan operasional;

4. Mengorientasikan pegawai terhadap organisasi;

5. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi;

6. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pegawai dalam

mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut Tepi (2011:12), komponen dari pendidikan adalah:

1. Tujuan

Pelaksanaan pelatihan, sangatlah bijak apabila sebelum pelaksanaannya

terlebih dahulu disusun perencanaannya yang disesuaikan dengan tujuan

akhir. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan mengubah tingkah laku

sasaran pendidikan.

2. Materi

Materi pelatihan merupakan kumpulan pokok bahasan yang mengacu

pada bidang-bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu yang

dirancang untuk memberikan bekal kemampuan bagi peserta.

3. Metode

Metode yang akan digunakan tergantung pada factor-faktor seperti jenis

pelatihan usia pesertanya, pendidikan dan pengalaman peserta, dan

(31)

4. Media

Alat bantu pendidikan (media) adalah alat-alat yang digunakan oleh

pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran.

5. Pelatih/ Instruktur

Seorang guru atau instruktur dituntut selalu kreatif mengembangkan

kemampuannya agar mampu menciptakan pengalaman belajar yang

sesuai dengan tuntutan masyarakat.

6. Evaluasi

Seberapa jauh perubahan atau peningkatan itu terjadi diperlukan suatu

mekanisme. Untuk melakukan evaluasi pendidikan diperlukan

informasi-informasi yang diperoleh dari pengukuran, sedangkan untuk

pengukuran ini dilakukan tes.

2.1.3 Kinerja

A. Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan

dimanapun, karena merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam

mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Mahsun (2006:25) menyatakan

bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan

visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi. Istilah

kinerja sering digunakan untuk menyebutkan prestasi atau tingkat keberhasilan

individu maupun kelompok individu.

(32)

dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekedaan seseorang sepatutnya

memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kinerja adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2003:235).

B. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja menurut Sastrohadiwiryo (2003:231) adalah suatu

kegiatan yang dilakukan manajemen/penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga

kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian/deskripsi

pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun.

Menurut Rivai (2004:309) penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem

formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai, dan

mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil,

termasuk tingkat ketidakhadiran. Oleh karena itu, tujuan penilaian kinerja atau

prestasi kinerja karyawan pada dasarnya meliputi:

1. Untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ini.

2. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan

gaji berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa, dan insentif uang.

3. Mendorong pertanggungjawaban dari karyawan.

4. Untuk pembeda antar karyawan yang satu dengan yang lain.

5. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi ke dalam :

a. Penugasan kembali, seperti diadakannya mutasi atau transfer,

rotasi pekerjaan.

(33)

c. Training atau latihan.

6. Meningkatkan motivasi kerja.

7. Meningkatkan etos kerja.

8. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervision melalui

diskusi tentang kemajuan kerja mereka.

9. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk

memperbaiki desain pekerjaaan, lingkungan kerja, dan rencana karir

selanjutnya.

10. Riset seleksi sebagai kriteria keberhasilan atau efektivitas.

11. Sebagai salah satu sumber informasi untuk perencanaan SDM, karir,

dan keputusan perencanaan sukses.

12. Membantu menempatkan karyawan dengan pekerjaan yang sesuai

untuk mencapai hasil yang baik secara menyeluruh.

13. Sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan gaji, upah, insentif, kompensasi, dan berbagai

imbalan lainnya.

14. Sebagai penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah pribadi

maupun pekerjaan.

15. Sebagai alat untuk menjaga tingkat kinerja.

16. Sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk

mengambil inisitasif dalam rangka memperbaiki kinerja.

17. Untuk mengetahui efektivitas kebijakan SDM, seperti seleksi,

(34)

saling ketergantungan di antara fungsi-fungsi SDM.

18. Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar

kinerja menjadi baik.

19. Mengembangkan dan menetapkan kompensasi pekerjaan.

20. Pemutusan hubungan kerja, pemberian sangsi ataupun hadiah.

Sedangkan menurut Robbins (2002:258-259) Penilaian kinerja memiliki

sejumlah tujuan dalam berorganisasi adalah sebagai berikut:

1. Manajemen menggunakan penilaian untuk mengambil keputusan

personalia secara umum.

2. Penilaian memberikan penjelasan tentang pelatihan dan

pengembangan yang dibutuhkan.

3. Penilaian kinerja dapat dijadikan sebagai kriteria untuk program

seleksi dan pengembangan yang disahkan.

4. Penilaian kinerja juga untuk memenuhi tujuan umpan balik yang ada

terhadap para pekerja tentang bagaimana organisasi memandang

kinerja mereka.

5. Penilaian kinerja digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan atau

menentukan penghargaan.

Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo (2003:233) selain dapat digunakan

sebagai standar dalam penentuan tinggi rendahnya organisasi serta administrasi

bagi tenaga kerja, penilaian kinerja dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan

(35)

2. Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam

perusahaan.

3. Alat untuk memberikan umpan balik (feedback) yang mendorong

kearah kemajuan dan kemungkinan memperbaiki/meningkatkan

kualitas kerja bagi para tenaga kerja.

4. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari

seorang pemegang tugas dan pekerjaan.

5. Landasan/bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang

ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun kegiatan

ketenagakerjaan lainnya.

Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi

karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar

perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar mebuahkan tindakan dan hasil

yang diharapkan.

C. Jenis-jenis Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2004:323) jenis-jenis penilaian kinerja antara lain :

1. Penilaian hanya oleh atasan.

a. Cepat dan langsung.

b. Dapat mengarah ke distorsi karena pertimbangan-pertimbangan

pribadi.

2. Penilaian oleh kelompok lini yaitu atasan dan atasannya lagi

bersama-sama membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai.

(36)

sendiri.

b. Individu yang dinilai tinggi dapat mendominasi penilaian.

3. Penilaian oleh kelompok staf yaitu atasan meminta satu atau lebih

individu untuk bermusyawarah dengannya, atasan langsung yang

membuat keputusan akhir.

a. Penilaian gabungan yang masuk akal dan wajar.

4. Penilaian melalui keputusan komite yaitu sama seperti pada pola

sebelumnya kecuali bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi

mengambil keputusan akhir, hasilnya didasarkan pada pilihan

mayoritas.

a. Memperluas pertimbangan yang ekstrim.

b. Memperlemah integritas manajer yang bertanggung jawab.

5. Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan yaitu sama seperti pada

kelompok staf, namun melibatkan wakil dari pimpinan

pengembagngan atau departemen SDM yang bertindak sebagai

peninjau yang independen.

a. Membawa satu pikiran yang tetap ke dalam satu penilaian lintas

sektor yang besar.

6. Penilaian oleh bawahan dan sejawat

a. Mungkin terlalu subjektif

b. Mungkin digunakan sebagai tambahan pada metode penilaian yang

(37)

D. Metode Penilain Kinerja

Menurut Hariandja (2007:204-205), secara praktis banyak metode

penilaian yang dilakukan, yang sudah barang tentu berbeda-beda antara satu

perusahaan dengan perusahaan lain. Keseluruhan metode tersebut secara garis

besar dikelompokan dalam dua kategori, yaitu:

1. Penilaian yang berorientasi pada masa lalu yang diartikan sebagai

penilaian perilaku kerja yang dilakukan pada masa lalu sebelum penilaian

dilakukan. Melalui hasil penilaian tersebut dapat dilakukan usaha unjuk

mengubah perilaku kerja atau pengembangan pegawai. Beberapa metode

penilaian ini terdiri dari:

a. Rating Scale adalah penilaian yang didasarkan pada suatu skala, dari

sangat memuaskan, memuaskan, cukup, sampai kurang memuaskan.

b. Checklist adalah penilaian yang didasarkan pada suatu standar unjuk

kerja yang sudah dideskripsikan terlebih dahulu.

c. Critical Incident Technique adalah penilaian yang didasarkan pada

perilaku khusus yang dilakukan di tempat kerja, baik perilaku yang

baik maupun yang tidak baik.

d. Skala Penilaian Berdasarkan Waktu adalah penilaian yang dilakukan

dengan menspesifikasi unjuk kerja dalam dimensidimensi tertentu.

e. Observasi dan Tes Unjuk Kerja adalah penilaian yang dilakukan

melalui tes di lapangan.

f. Metode Perbandingan Kelompok adalah Membandingkan seorang

(38)

2. Penilaian yang berorientasi pada masa depan diartikan dengan penilaian

akan potensi seorang pegawai untuk melakukan pekerjaan pada masa yang

akan datang. Metode-metode penilaian ini terdiri dari:

a. Penilaian Diri Sendiri adalah penilaian pegawai untuk diri sendiri

dengan harapan pegawai tersebut dapat mengidentifikasi aspek-aspek

perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.

b. Management By Objective (MBO) adalah sebuah program manajemen

yang melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan untuk

menentukan sasaran-sasaran yang dicapainya.

c. Penilaian Secara Psikologis adalah proses penilaian yang dilakukan

oleh para ahli psikologi untuk mengetahui potensi seseorang yang

berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

d. Assessment Centre adalah penilaian yang dilakukan melalui

serangkaian teknik penilaian dan dilakukan oleh sejumlah penilai untuk

mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung jawab yang

lebih besar.

Menurut Mondy (2008:264-270) jenis sistem penilaian kinerja yang

digunakan bergantung pada tujuannya. hka penekanan utamanya pada pemilihan

karyawan untuk promosi, pelatihan, dan peningkatan bayaran berdasarkan

prestasi, metode tradisional seperti skala penilaian mungkin tepat. Metode-metode

kolaboratif, termasuk input dari para karyawan itu sendiri, antara lain :

1. Metode Penilaian Umpan Batik 360-Derajat

(39)

populer yang melibatkan masukan evaluasi dari banyak level dalam

perusahaan sebagaimana pula dari sumber-sumber eksternal.

2. Metode Skala Penilaian

Metode skala penilaian (rating scale method) adalah metode penilaian kinerja

yang menilai para karyawan berdasarkan faktor-faktor yang telah ditetapkan.

3. Metode Insiden Kritis

Metode Insiden kritis (critical incident method) adalah metode penilaian

kinerja yang membutuhkan pemeliharaan dokumen-dokumen tertulis

mengenai tindakan-tindakan karyawan yang sangat positif dan sangat negatif

4. Metode Esai

Metode esai (essay method) adalah metode penilaian kinerja dimana penilai

menulis narasi singkat yang mengggambarkan kinerja karyawan.

5. Metode Standar Kerja

Metode standar kerja (work standards method) adalah penilaian kinerja yang

membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah

ditetapkan atau tingkat output yang diharapkan.

6. Metode Peringkat

Metode peringkat (ranking method) adalah metode penilaian kinerja dimana

penilai menempatkan seluruh karyawan dari sebuah kelompok dalam urutan

kinerja keseluruhan.

7. Metode Distribusi Dipaksakan

Metode distribusi dipaksakan (forced distribution method) adalah metode

(40)

dalam sebuah kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori terbatas, mirip

suatu disribusi frekuensi normal.

8. Metode Skala Penilaian Bedangkar Keperilakuan

Metode skala penilaian berjangkar keperilakuan (behavior anchored rating scale/BARS) adalah metode penilaian kinerja yang menggabungkan unsur-unsur skala penilaian tradisional dengan metode insiden kritis, berbagai tingkat kinerja ditunjukkan sepanjang sebuah skala dengan masing-masing dideskripsikan menurut perilaku kerja spesifik seorang karyawan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Menurut Sinaga (2010) dalam skrispsinya yang berjudul “Pengaruh

Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Kantor

Regional IV Badan Kepegawaian Negara (BKN) Medan”. Metode yang

digunakan adalah metode penelitian korelasional dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan sampel 30 % dari populasi yaitu 42

orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan dan

pelatihan terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil. Dan Pengaruhnya sebesar

21,16% sedangkan sisanya 78,84% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti

dalam penelitian tersebut.

Menurut Taufiq (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan

Pendidikan Dan Pelatihan Karyawan Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan

Pada PT Sumatera Prima Fibreboard Inderalaya Ogan Ilir Sumsel Bulan Mei

2007”. Jenis penelitian ini adalah survey analitik menggunakan pendekatan cross

(41)

dalam waktu bersamaan. Peneliti menggunakan sampel 100% dari populasi yaitu

50 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan dan

pelatihan terhadap peningkatan kinerja karyawan pada PT Sumatera Prima

Fibreboard Inderalaya Ogan Ilir Sumsel. Pengaruhnya sebesar 83,3% sedangkan

sisanya 16,7% tidak mengalami peningkatan kinerja.

Albar (2009) meneliti dengan judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan,

Pendidikan Berkelanjutan, Komitmen Organisasi, Sistem Reward, Pengalaman

dan Motivasi Auditor Terhadap Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera

Utara”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat pendidikan, pendidikan

berkelanjutan, komitmen organisasi, sistem reward, pengalaman dan motivasi

berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja auditor Inspektorat.

Variabel sistem reward dan motivasi berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap kinerja auditor Inspektorat. Adapun saran dalam penelitian ini yaitu

peneliti berikutnya agar memperbanyak jumlah variabel independen yang

digunakan misalnya seperti jenjang karir, gaya kepemimpinan instansi Inspektorat

misalnya gaya kepemimpinan dikelompokkan berdasarkan pada gaya

kepemimpinan atasan berupa gaya kepemimpinan partisipatif atau transformasi.

Hennita (2003) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan

dan Pelatihan Terhadap Produktivitas Kerja pada PT Angkasa Citra Sarana Medan”.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat analisis regresi berganda, uji F,

uji t dan koefisisen korelasi berganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara

bersama-sama variabel pendidikan dan pelatihan memiliki pengaruh yang

(42)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Program Pelatihan Terhadap Prestasi Kerja

Karyawan pada PT Ecogreen Oleochemicals Medan Plants”. Yang dilakukan oleh

Elfrida (2006), menghasilkan kesimpulan bahwa program pelatihan memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan.

2.3 Kerangka Konseptual

Pendidikan sekolah yang bersifat umum, pada dasarnya hanya

mengakibatkan penguasaan pengetahuan tertentu, yang tidak dikaitkan dengan

jabatan atau tugas tertentu. Dengan menempuh pendidikan tertentu menyebabkan

seorang pekerja memiliki pengetahuan tertentu. Orang dengan kemampuan dasar

apabila mendapatkan kesempatan-kesempatan pelatihan dan motivasi yang tepat,

akan lebih mampu dan cakap untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik,

dengan demikian jelas bahwa pendidikan akan mempengaruhi kinerja karyawan.

Nasution (2000:72) menyatakan bahwa, pola pendidikan memberikan

kemampuan kepada karyawan untuk:

1 Menyesuaikan dan menyederhanakan situasi yang kompleks.

2 Menganalisa masalah untuk menentukan penyebab yang kritis dalam unit

kerja.

3 Memilih tindakan terbaik untuk memecahkan masalah.

4 Mengantisipasi masalah-masalah sehingga mereka dapat mencegah

terjadinya masalah berikutnya.

Untuk meningkatkan kinerja karyawan maka perusahaan juga memberikan

(43)

lebih baik sehingga karyawan menjadi termotivasi dan senang melaksanakan

pekerjaan. Pada akhirnya yang diuntungkan dari hal itu adalah karyawan itu

sendiri, pimpinan dan perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam

upaya meningkatkan kinerja yaitu melalui pengembangan pegawai dengan

melakukan pendidikan dan pelatihan. Sehingga dengan diadakannya pendidikan

dan pelatihan, diharapkan kinerja pegawai akan meningkat atau menjadi lebih

baik dibandingkan dengan sebelum diadakan pendidikan dan pelatihan. Oleh

karena itu, pendidikan dan pelatihan sangat penting untuk diadakan dalam

meningkatkan kinerja karyawan.

Dengan demikian pemberian pendidikan dan pelatihan kepada karyawan

merupakan faktor untuk meningkatkan kinerja karyawan. Berdasarkan uraian

tersebut, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Sumber: Siagian (2003) dan Safaria (2004): Data diolah

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka peneliti menetapkan hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Pendidikan dan Pelatihan memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan PT PLN

(Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara.

BAB III

Kinerja Karyawan

(Y)

Pendidikan dan Pelatihan

(44)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanasi (explanatory research)

yaitu penjelasan. Penelitian ini bermaksud menjelaskan kedudukan variable yang

diteliti serta hubungan antara satu variable dengan variable lainnya yang dalam

penelitian ini adalah pendidikan dan pelatihan (X), dan kinerja karyawan (Y).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera

Bagian Utara di Jalan Brigjen Katamso no. 30 km 5,5 Titi Kuning Medan. Waktu

penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2014 sampai dengan Mei 2014.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen (X), yakni pendidikan dan pelatihan.

2. Variabel Dependen (Y), yakni kinerja karyawan.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel dari

suatu faktor yang berkaitan dengan variabel faktor lainnya. Definisi operasional

merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur untuk mengetahui baik

buruknya pengukuran dalam sebuah penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi

objek penelitian adalah pendidikan dan pelatihan (X) sebagai variabel bebas dan

(45)

didefinisikan sebagai berikut :

3.4.1 Variabel X (Independent Variable)

Pendidikan dan Pelatihan adalah proses memberi bantuan kepada karyawan agar

memiliki keefektifan dalam pekerjaannya di kemudian hari, dengan jalan

mengembangkan pada dirinya kebiasaan berfikir dan bertindak, keterampilan,

pengetahuan, sikap serta pengertian yang tepat untuk melaksanakan tugas dan

pekerjaannya.

3.4.2 Variabel Y (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai PT PLN

(Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara. Kinerja adalah prestasi

yang dicapai pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang

diberikan kepadanya melalui keterampilan, keahlian, wawasan dan

pengetahuan yang dimiliki yang diukur dalam satu periode tertentu.

Tabel 3.1

(46)

Variabel Defenisi Dimensi Indikator Skala Pengukuran Pendidikan dan Pelatihan (X) Proses memberi bantuan kepada karyawan agar memiliki keefektifan dalam melakukan pekerjaannya di kemudian hari, dengan jalan mengembangk an pada dirinya kebiasaan berfikir, keterampilan, pengetahuan serta sikap kerja. 1. Tujuan

1. Pendidikan dan pelatihan bertujuan mengubah pengetahuan dan tingkah laku peserta.

Likert 2. Materi

2.Materi pendidikan dan pelatihan merupakan kumpulan pokok bahasan yang mengacu pada bidang-bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu yang

dirancang untuk memberikan bekal kemampuan bagi peserta.

3. Metode

3. Metode yang digunakan disesuaikan dengan faktor-faktor seperti jenis pelatihan, pelatihan diberikan kepada siapa, berapa usia para pesertanya, pendidikan dan pengalaman peserta, dan tersedianya instruktur yang cakap dalam suatu metoda pelatihan tertentu

4. Pelatih/ Instruktur

4. Seorang pelatih atau instruktur dituntut untuk selalu kreatif dan mengembangkan kemampuannya agar mampu menciptakan pengalaman belajar peserta yang sesuai dengan

[image:46.595.108.516.124.670.2]

tuntutan lapangan pekerjaan nyata.

Tabel 3.1

(47)

Variabel Defenisi Dimensi Indikator Skala Pengukuran Kinerja Pegawai (Y) Hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu. 1.Kualitas Pelayanan 1.Tingkat ketepatan terhadap pelaksanaan tugas. Likert 2.Kuantitas Pekerjaan 2.Tingkat kecepatan dan produktivitas dalam penyelesaian tugas.

3.Kerja Sama 3.Tingkat kemampuan dalam bekerja dengan

team dalam penyelesaian tugas.

4.Pemanfaatan waktu

4. Tingkat ketepatan waktu dalam bekerja untuk pencapaian prestasi

Sumber : Tepi (2011:12), Hasibuan (2001:34) dan diolah. 3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran yang digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel

yaitu variabel X (Pendidikan dan Pelatihan) dan variabel Y (Kinerja Karyawan)

adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seorang atau kelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2004:86).

Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian ini, maka setiap pertanyaan

dari variabel yang diteliti menggunakan Skala Likert dan akan diberi poin pada

[image:47.595.109.516.112.399.2]

masing-masing pertanyaan sebagai berikut :

(48)

Skor Setiap Pernyataan

No. Pernyataan Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Kurang Setuju 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : (Sugiyono, 2004:86)

3.6 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2004:74) menyatakan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pegawai pada PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera

Bagian Utara yang berjumlah 114 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Apabila populasi

lebih dari 100, maka jumlah sampel dapat diambil dengan menggunakan

rumus slovin (Umar 2008:78). Jadi, berdasarkan rumus Slovin jumlah

sampel yang dapat diambil sebanyak 54 orang. Penelitian ini

menggunakan teknik simple random sampling, yaitu pengambilan

sampel secara acak sederhana menggunakan rumus Slovin.

Rumus: n = N

1 + N.e²

(49)

N= Ukuran Populasi

e= Taraf kesalahan yaitu 10%

Populasi (N) berjumlah 114 orang, sehingga jumlah sampel adalah

n = 114

1 + 114(0,1)²

= 54 orang

3.7 Jenis Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dengan

cara wawancara dan penyebaran kuesioner kepada seseorang.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah

diolah berupa dokumen perusahaan atau organisasi dan publikasi yang

dikumpulkan oleh pihak atau instansi lain.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara (Interview) yaitu melakukan wawancara langsung dengan

tanya jawab dengan karyawan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera

Bagian Utara yang menjadi responden dalam penelitian.

2. Studi Dokumentasi, yaitu mempelajari atau menelaah dokumen atau

data-data yang ada dalam perusahaan yang berhubungan dengan judul

(50)

3. Kuesioner, yaitu melakukan pengumpulan data dengan cara mengajukan

pertanyaan melalui daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden

yaitu pegawai PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian

yang baik dan bermutu. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap alat ukur

penelitian yaitu kuesioner. Untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas pada

penelitian ini, peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden di luar

sampel PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara.

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah metode pengujian yang digunakan untuk mengetahui

apakah ada pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang harus dibuang atau diganti

karena dianggap tidak relevan. Uji validitas ini menggunakan bantuan software

SPSS versi 19.0 for windows dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika rhitung > rtabel, maka pernyataan dinyatakan valid.

2) Jika rhitung < rtabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid.

Nilai rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation.

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reabilitas diberikan kepada

30 responden diluar dari responden penelitian. Tahap survei kuesioner berisikan

masing-masing 8 pertanyaan yang terdiri dari variabel independen (pendidikan

(51)

terdapat 16 butir pernyataan. Berikut ini disajikan hasil uji validitas pada Tabel

[image:51.595.162.457.165.670.2]

3.3:

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Butir

Pernyataan Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

1 0.829 0,361 Valid

2 0.500 0,361 Valid

3 0.506 0,361 Valid

4 0.456 0,361 Valid

5 0.845 0,361 Valid

6 0.845 0,361 Valid

7 0.547 0,361 Valid

8 0.670 0,361 Valid

9 0.829 0,361 Valid

10 0.547 0,361 Valid

11 0.425 0,361 Valid

12 0.776 0,361 Valid

13 0.368 0,361 Valid

14 0.829 0,361 Valid

15 0.500 0,361 Valid

16 0.506 0,361 Valid

Sumber: Hasil penelitian (Mei, 2014)

Berdasarkan Tabel 3.3 menunjukkan bahwa 16 butir pernyataan valid

(52)

0,845 dan nilai terendah adalah 0,368. Dengan demikian data yang diperoleh

dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan tersebut valid dan layak untuk

digunakan sebagai instrument penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dalam

pengukurannya. Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah jika nilai Cronbach’s

Alpha if Item Deleted di atas 0,80. Pengukuran reliabilitas mutlak dilakukan,

karena jika instrumen yang sudah tidak reliabel, maka dipastikan hasil

penelitiannya pun tidak akan reliabel. Uji reliabilitas ini menggunakan bantuan

software SPSS versi 19.0 for windows dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika ralpha > rtabel, maka pernyataan dinyatakan reliabel.

[image:52.595.175.449.446.747.2]

2) Jika ralpha < rtabel, maka pernyataan dinyatakan tidak reliabel.

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas

Butir Pernyataan

Nilai r Alpha

Cronbach’s Alpha if

Item Deleted

Keterangan

1 0.80 0.910 Reliabel

2 0.80 0.920 Reliabel

3 0.80 0.920 Reliabel

4 0.80 0.921 Reliabel

5 0.80 0.910 Reliabel

6 0.80 0.910 Reliabel

(53)

8 0.80 0.915 Reliabel

9 0.80 0.910 Reliabel

10 0.80 0.918 Reliabel

11 0.80 0.922 Reliabel

12 0.80 0.911 Reliabel

13 0.80 0.924 Reliabel

14 0.80 0.910 Reliabel

15 0.80 0.920 Reliabel

16 0.80 0.920 Reliabel

[image:53.595.174.450.107.361.2]

Sumber: Hasil penelitian (Mei, 2014)

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa nilai bahwa nilai Cronbach’s Alfpha if

Item Deleted setiap butir penyataan lebih besar dari 0,80 sehingga dapat

disimpulkan bahwa setiap butir pernyataan yang terdapat pada kuesioner adalah

reliabilitas dan layak digunakan sebagai intrumen penelitian. Penentuan

reliabilitas juga dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.5 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.921 16

Sumber: Hasil penelitian (Mei, 2014)

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa rhitung (0.921) > rtabel (0.80), maka dapat

(54)

3.10 Metode Analisis Data

1. Metode Analisis Data Deskriptif

Yaitu, merupakan metode yang dilakukan dengan cara menyusun data,

mengelompokannya untuk dianalisis sehingga dapat memberikan gambaran

yang jelas mengenai fakta-fakta dan sifat serta hubungan-hubungan antar

fenomena yang sedang diteliti.

2. Metode Analisis Data Regresi Linear Sederhana

Yaitu, metode yang digunakan karena jumlah varibel bebas dan variabel

terikatnya tidak lebih dari satu. Di dalam menganalisis data ini, peneliti

menggunakan bantuan aplikasi Software SPSS 19.0 for Windows.

Adapun persamaan regresinya adalah :

Y = a+bX+e

Dimana :

Y = Kinerja

a = Konstanta

X = Pendidikan dan Pelatihan

b = Koefisien regresi linier sederhana

(55)

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji

statistik berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, tidak

signifikan bila nilai uji statistik berada dalam daerah dimana Ha diterima.

3. Pengujian Hipotesis yaitu dengan Uji Signifikan Parsial (Uji-t) yang

menentukan metode ordinary least square (OLS) dengan kriteria hipotesis

sebagai berikut :

a. Uji-t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial

terhadap variabel terikat.

Ho : b1 = 0

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari

variabel bebas (Perencanaan Strategis SDM) terhadap variabel terikat (Prestasi

Kerja).

Ha : b1≠ 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel

bebas (Perencanaan Strategis SDM) terhadap variabel terikat (Prestasi Kerja).

b. Kriteria pengambilan keputusan :

• Ho diterima jika thitung< ttabel, pada α = 5 %

• Ha diterima jika thitung > ttabel, pada α = 5 %

4. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) dilakukan untuk mengukur seberapa besar

(56)

variabel terikat (Kinerja Karyawan). Jika R² semakin mendekati satu maka

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat mempunyai pengaruh besar.

Sebaliknya, jika R² mendekati nol maka pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat mempunyai pengaruh kecil. Pengujian Determinasi dalam

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Keberadaan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara

(KITSBU) sebenarnya berawal dari adanya pemisahan fungsi Pembangkitan dan

Penyaluran di tubuh PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran (KITLUR)

Sumatera Bagian Utara, yang sebelumnya dibentuk berdasarkan Keputusan

Direksi Nomor 111.K/023/DID/1996, tanggal 18 Nopember 199

Gambar

Tabel 1.1 Pencapaian Target PT PLN (Persero) KITSBU
Tabel 1.2 Jumlah Peserta Pendidikan dan Pelatihan karyawan PT PLN (Persero)
Tabel 2.1
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adaptable building which is able to respond and adjust towards the changing needs throughout its life span maximizes the investment value of resources and energy used in

[r]

[r]

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat, nikmat, dan karunia NYA lah kami dapat menyelesaikan Proposal Program kerja POS. Proposal ini kami buat sebagai acuan

In this paper, we search through the possibilities of visual interpretation of primary image data and enhanced image data on the study of coastal areas

lokasi kerja sesuai dengan kebutuhan Penyedia yang tercantum dalam rencana kerja yang telah disepakati oleh para pihak untuk melaksanakan pekerjaan tanpa ada

[r]

[r]