• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

(2)

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena rahmat dan karunia-Nya, Kajian Fiskal Regional (KFR) Tahun 2019 Provinsi Bangka Belitung dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. KFR sebagai salah satu output pelaksanaan tugas dan fungsi

Kanwil DJPb disusun untuk memotret dan menganalisis perkembangan ekonomi dan fiskal serta pengaruhnya terhadap pembangunan di Provinsi Bangka Belitung. KFR ini merupakan wujud terjalinnya sinergi antara

Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, dan Badan Pusat Statistik di lingkup Provinsi Bangka Belitung dalam memberikan data dan bahan analisis sehingga diperoleh pemahaman yang menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi dan fiskal di Provinsi Bangka Belitung. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para pihak tersebut, semoga sinergi yang telah terjalin dapat tetap berlanjut. Kami sadari KFR ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan bagi perbaikan kajian selanjutnya. Harapan kami semoga kajian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam proses penyusunan kebijakan fiskal, baik pemerintah pusat maupun daerah sehingga dapat memberikan kemanfaatan optimal bagi masyarakat di Provinsi Bangka Belitung.

Pangkalpinang, Februari 2020 Kepala Kantor Wilayah,

(3)

Bangka Belitung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Jumlah seluruh pulau bernama di Babel adalah 470 buah dan hanya 50 pulau saja yang berpenghuni. Beribukota di Pangkalpinang, Babel sebelumnya adalah bagian dari Sumatera Selatan, dan resmi memisahkan diri sejak tanggal 9 Februari 2001 berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000. Provinsi yang terletak di bagian timur Pulau Sumatera ini sangat dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai yang indah, dan kerukunan antar etnisnya. Babel terbagi menjadi 7 Kab/Kota, yaitu Kota Pangkalpinang, Kab. Bangka, Kab. Bangka Tengah, Kab. Bangka Selatan, Kab. Bangka Barat, Kab. Belitung, dan Kab. Belitung Timur. Sejarah mengungkapkan bahwa Pulau Bangka pernah dihuni oleh orang-orang Hindu pada abad ke-7. Pada masa Kerajaan Sriwijaya pulau Bangka termasuk daerah taklukan kerajaan tersebut. Demikian pula Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram tercatat pula sebagai kerajaan-kerajaan yang pernah menguasai Pulau Bangka. Kala itu pulau Bangka sedikit sekali mendapat perhatian orang meskipun letaknya sangat strategis karena pulau ini bukan penghasil rempah-rempah. Namun sejak ditemukannya timah oleh

orang-orang Johor sekitar tahun 1709, Babel mulai menjadi incaran para pedagang Asia dan Eropa sebelum akhirnya menjadi jajahan Inggris dan Belanda. Meskipun demikian, hingga kini Babel masih menjadi penghasil timah terbesar di Indonesia, bahkan kedua di dunia. Semboyan “Serumpun Sebalai” menunjukkan

bahwa kekayaan alam dan plularisme masyarakat Babel merupakan kelurga besar komunitas (serumpun) yang memiliki kesamaan tujuan untuk menciptakan

(4)

Bangka Botanical Garden, Pangkalpinang

Daftar Isi

Halaman Judul

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vii

Daftar Grafik ... viii

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

Ringkasan Eksekutif ... xiii

Dashboard Makro-Fiskal Regional ... xvi

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH ... 1

1.1. Pendahuluan ... 1

1.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah ... 1

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ... 1

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ... 2

1.3. Tantangan Daerah ... 4

1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah ... 4

1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan ... 7

1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah ... 8

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 11

2.1. Indikator Ekonomi Makro Fundamental ... 11

2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto ... 11

2.1.2. Suku bunga ... 18

2.1.3. Inflasi ... 18

(5)

2.2. Indikator Kesejahteraan ... 20

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 20

2.2.2. Tingkat Kemiskinan ... 23

2.2.3. Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) ... 25

2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran ... 26

2.3. Efektivitas Kebijakan Makro Ekonomi Dan Pembangunan Regional ... 28

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL ... 30

3.1. APBN Tingkat Provinsi ... 30

3.2. Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Regional ... 31

3.2.1. Penerimaan Perpajakan ... 31

3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 34

3.3. Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Regional ... 35

3.4. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa ... 38

3.4.1. Dana Transfer Umum ... 38

3.4.2. Dana Transfer Khusus ... 39

3.4.3. Dana Desa ... 41

3.4.4. Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, Dan Keistimewaan ... 42

3.5. Analisis Cash Flow APBN Tingkat Regional ... 43

3.5.1. Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) ... 43

3.5.2. Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD) ... 44

3.5.3. Surplus/Defisit ... 44

3.6. Pengelolaan BLU Pusat ... 45

3.7. Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat... 47

3.7.1. Penerusan Pinjaman ... 47

3.7.2. Kredit Program ... 47

3.8. Perkembangan dan Analisis Belanja Wajib (Mandatory Spending) dan Belanja Infrastruktur Pusat di Daerah ... 49

3.8.1. Mandatory Spending di Daerah ... 49

3.8.2. Belanja Infrastruktur ... 52

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 54

4.1. APBD Tingkat Provinsi (Konsolidasi Pemda) ... 54

4.2. Pendapatan Daerah ... 55

4.2.1. Dana Transfer/Perimbangan ... 56

4.2.2. Pendapatan Asli Daerah ... 59

(6)

4.3. Belanja Daerah ... 62

4.4. Perkembangan BLU Daerah ... 65

4.5. Surplus/Defisit APBD ... 67

4.6. Pembiayaan ... 69

4.7. Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah ... 70

4.7.1. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah ... 73

4.8. Perkembangan Belanja Wajib Daerah ... 74

4.8.1. Belanja Daerah Sektor Pendidikan ... 74

4.8.2. Belanja Daerah Sektor Kesehatan ... 74

4.8.3. Belanja Infrastruktur Daerah ... 75

BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 77

5.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian ... 77

5.2. Pendapatan Konsolidasian ... 78

5.3. Belanja Konsolidasian ... 79

5.4. Surplus/Defisit Konsolidasian ... 81

5.5. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal Agregat ... 81

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL ... 84

6.1. Sektor Unggulan Daerah ... 85

6.2. Sektor Potensial Daerah ... 88

6.2.1 Perkebunan ... 88

6.2.2 Perikanan ... 89

6.2.3 Pariwisata ... 91

6.3. Tantangan Fiskal Regional dalam Mendorong Potensi Ekonomi Daerah ... 94

6.3.1 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat ... 95

6.3.2 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah ... 99

6.4 Langkah Strategis Pengembangan Sektor Unggulan ... 99

BAB VII ANALISIS TEMATIK ... 101

7.1. Pendahuluan ... 101

7.2. Sebaran Prevalensi Stunting ... 102

7.3. Penyebab Stunting di Babel ... 103

7.4 Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting ... 104

7.5 Langkah Strategis dan Dukungan Fiskal dalam Penanganan dan Pencegahan Stunting ... 107

(7)

BAB VIII PENUTUP... 114

1.1. Kesimpulan ... 114 1.2. Rekomendasi ... 116

Daftar Pustaka Lampiran

(8)

r Isi

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun 2013 s.d. 2017 ... 6

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk 2013 s.d. 2017 ... 8

Tabel 3.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN Babel (miliar) ... 30

Tabel 3.2 Perkembangan Penerimaan Perpajakan Babel (miliar) ... 31

Tabel 3.3 Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan K/L (miliar) ... 35

Tabel 3.4 Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja (miliar) ... 36

Tabel 3.6 Pagu dan Realisasi Penyaluran DID Babel (miliar) ... 43

Tabel 3.7 Profil Bandara H.A.S. Hanandjoeddin (miliar) ... 45

Tabel 3.8 Profil Penerusan Pinjaman Babel per 31 Desember 2019 ... 47

Tabel 3.9 Koefisien Regresi Struktur I ... 52

Tabel 3.10 Koefisien Regresi Struktur II ... 52

Tabel 3.11 Realisasi dan Capaian Output Strategis Belanja Infrastruktur Babel ... 53

Tabel 4.1 Perkembangan APBD (miliar) ... 54

Tabel 4.2 Perkembangan Pendapatan Pemda (miliar) ... 55

Tabel 4.3. Indikator Kesehatan Keuangan Pemda Babel ... 58

Tabel 4.4 Perkembangan Belanja APBD Berdasarkan Jenis Belanja (dalam miliar rupiah) ... 62

Tabel 4.5 Perkembangan Belanja APBD Berdasarkan Fungsi ... 64

Tabel 4.6. Profil Satuan Kerja BLUD di Provinsi Babel (miliar) ... 65

Tabel 4.7 Rasio Defisit APBD di Provinsi Babel ... 68

Tabel 5.1. Realisasi LK Konsolidasian Lingkup Bangka Belitung 2019 (miliar) ... 77

Tabel 5.2 Laporan Operasional 2019 ... 82

Tabel 6.1. Hasil Analisis Potensi Ekonomi Provinsi Babel Tahun 2014-2018 ... 84

Tabel 7.1 Pagu dan Realisasi Penyaluran DAK Fisik Bidang Kesehatan (miliar) .. 110

Tabel 7.2 Pagu dan Realisasi Penyaluran DAK Fisik Kesehatan Sub Bidang Penurunan Stunting (miliar) ... 111

Tabel 7.3 Pagu dan Realisasi Penyaluran DAK Fisik Bidang Air Minum dan Bidang Sanitasi (miliar) ... 111

Tabel 7.4 Pagu dan Realisasi Penyaluran DAK Nonfisik BOK dan KB (miliar) ... 112

(9)

Daftar Grafik

Grafik

Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015-2019 ... 11

Grafik 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan UsahaTahun 2019... 13

Grafik 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Pengeluaran Tahun 2019 ... 14

Grafik 2.4 Porsi PDRB Pengeluaran Tahun 2019 ... 15

Grafik 2.5 Struktur PDRB Pengeluaran Tahun 2018 dan 2019 ... 15

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan di Babel Tahun 2018-2019 (%) ... 19

Grafik 2.7 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Asing Tahun 2015 - 2019 ... 20

Grafik 2.8 Perkembangan IPM, UHH, HLS dan RLS di Babel ... 21

Grafik 2.9 UHH, HLS, RLS dan PPP Tahun 2019 ... 23

Grafik 2.10 Jumlah dan persentase Penduduk Miskin ... 24

Grafik 2.11 Gini Ratio 2015 s.d. 2019 ... 25

Grafik 2.12 TPT 2018 s.d. 2019 (Persen) ... 27

Grafik 2.13 Target dan Realisasi Indikator Ekonomi dan Kesejahteraan ... 29

Grafik 3.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN Babel (triliun) ... 30

Grafik 3.2 Perkembangan Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja Babel ... 31

Grafik 3.3 Persentase Realisasi Penerimaan Perpajakan Babel ... 32

Grafik 3.4 Perkembangan Tax Ratio Babel ... 33

Grafik 3.5 Perkembangan Realisasi PNBP Babel (miliar) ... 34

Grafik 3.6 Komposisi Realisasi PNBP Babel (persen) ... 34

Grafik 3.6 Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsi (miliar) ... 37

Grafik 3.8 Pagu dan Realisasi Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa Babel (miliar) ... 38

Grafik 3.9 Pola Penyaluran DAK Fisik Bulanan (miliar) ... 40

Grafik 3.10 Komposisi Pagu DAK Nonfisik Babel per Jenis Dana (miliar) ... 41

Grafik 3.11 Proporsi Realisasi Penggunaan Dana Desa Babel ... 42

Grafik 3.12 Rasio PAD terhadap Dana Transfer (persen) ... 43

Grafik 3.12 Pertumbuhan Belanja 2018 dan 2019 (yoy) ... 44

Grafik 3.13 Perkembangan Pagu Belanja Bandara H.A.S. Hanandjoeddin (miliar) ... 46

(10)

Grafik 3.14 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat per Sektor (miliar) ... 48

Grafik 3.15 Sensitivitas KUR Babel ... 49

Grafik 3.16 Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja Fungsi Pendidikan (miliar) ... 50

Grafik 3.17 Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja Fungsi Kesehatan (miliar) ... 51

Grafik 3.18 Proporsi Belanja Infrstruktur per K/L ... 53

Grafik 4.1. Perkembangan Realisasi APBD ... 55

Grafik 4.2 Perkembangan Pendapatan Daerah ... 56

Grafik 4.3. Ruang Fiskal Daerah ... 57

Grafik 4.4 Capaian PAD per Pemda Tahun 2019 ... 59

Grafik 4.5 Rasio Pajak dan retribusi terhadap PDRB (miliar) ... 60

Grafik 4.7 Rasio PAD terhadap Total Belanja ... 61

Grafik 4.8 Porsi Belanja Daerah ... 63

Grafik 4.9 Perkembangan Belanja APBD berdasarkan Jenis Urusan (miliar) ... 63

Grafik 4.10 Kontribusi Alokasi Belanja Per Fungsi APBD ... 65

Grafik 4.11 Pertumbuhan Aset dan PNBP BLUD tahun 2019 ... 66

Grafik 4.12 Surplus Defisit APBD ... 67

Grafik 4.13 Perkembangan SiLPA Babel ... 69

Grafik 4.14. Perkembangan Rasio SILPA di Provinsi Babel ... 70

Grafik 4.15 Kontribusi Pemda terhadap Total Pendapatan Daerah ... 71

Grafik 4.16 Kontribusi Pemda terhadap Total Belanja dan Transfer Daerah ... 71

Grafik 4.17 Komposisi Pendapatan Daerah (Persen) ... 72

Grafik 4.18 Komposisi Belanja Daerah (Persen) ... 72

Grafik 4.19 Tren Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah ... 73

Grafik 4.20 Kapasitas Fiskal Daerah per Kab/Kota ... 73

Grafik 4.21 Porsi Belanja Pendidikan terhadap APBD Pemda (Persen) ... 74

Grafik 4.22 Porsi Belanja Kesehatan terhadap APBD Pemda (Persen) ... 75

Grafik 4.23 Porsi Belanja Infrastruktur Daerah terhadap Dana Transfer Umum (Persen) ... 76

Grafik 5.1 Komposisi Pendapatan Konsolidasian Babel ... 78

Grafik 5.2 Tax Ratio Bangka Belitung Tahun 2017-2019 ... 79

Grafik 5.3 Belanja Konsolidasian Babel ... 80

Grafik 6.1. Nilai Ekspor Timah Babel (juta US $) ... 86

(11)

Grafik 6.3 Produksi Perkebunan Babel ... 88

Grafik 6.4 Nilai Ekspor Lada Babel ... 89

Grafik 6.9. Jumlah Wisatawan Babel ... 92

Grafik 6.10. Perkembangan TPK Babel Tahun 2018 ... 93

Grafik 6.11. Alokasi Belanja APBN dan DAK Fisik untuk Ekonomi Unggulan (miliar) ... 96

Grafik 7.1 Persentase Balita Stunting Babel tahun 2018 dan 2019 ... 102

Grafik 7.2 Jumlah Balita Stunting Babel tahun 2018 dan2019 ... 103

Grafik 7.3 Pagu dan Realisasi Penanganan dan Pencegahan Stunting ... 107

Grafik 7.4 Pagu, Realisasi, dan Capaian Output Penanganan Stunting Intervensi Gizi Spesifik ... 108

Grafik 7.5 Pagu, Realisasi dan Capaian Output Penanganan Stunting Intervensi Gizi Sensitif ... 109

Grafik 7.6 Pagu, Realisasi dan Capaian Output Penanganan Stunting Pendampingan, Koordinasi, dan Dukungan Teknis ... 109

(12)

Daftar Gambar

Gambar

Gambar 1.1 Peta Alur Laut Indonesia (ALKI) ... 9

Gambar 2.1 IPM Tahun 2018 ... 22

Gambar 3.1 Ilustrasi Cash Flow Babel 2019 ... 45

Gambar 3.2 Diagram Jalur Pengaruh Alokasi Mandatory Spending terhadap IPM dan dampaknya terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 51

Gambar 6.1. Kapasitas Potensi Sumber Daya Mineral Logam Timah per Kabupaten ... 87

Gambar 6.3. Sebaran Produkasi Perikanan Per Kabupaten ... 90

Gambar 6.4. Potensi Pariwisata Babel ... 93

Gambar 7.1 Penanganan Stunting di Indonesia ... 102

Gambar 7.2 Konsep Malnutrisi UNICEF ... 104

(13)

Daftar Lampiran

Lampiran 1.1 ... 000 Lampiran 1.1 ... 000

(14)

Kopi Tung Tau, Bangka

Executive Summary

ada tahun 2019 realisasi penerimaan APBN di Babel mencapai Rp3,72 triliun, atau meningkat sebesar 70,23 persen dibandingkan 2018 (Rp2,19 triliun). Peningkatan tersebut bersumber dari kenaikan signifikan PPN akibat perubahan proses bisnis sektor timah sejak Oktober 2018. Dari sisi belanja, terealisasi sebesar Rp9,8 triliun, atau tumbuh 3,61 persen dibandingkan 2018 (Rp9,4 triliun). Kenaikan bersumber dari peningkatan belanja pegawai dan belanja TKDD. Belanja modal justru mengalami penurunan cukup signifikan sebagai akibat reorganisasi pada Kementerian PUPR. Sedangkan DAK Fisik hanya terealisasi sebesar 93,70 persen dikarenakan adanya perbedaan RK dengan juknis, kegagalan pengadaan, dan permasalahan status lahan. Adapun dari sisi bantuan pembiayaan pemerintah, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Babel masih sangat rendah, yaitu baru menjangkau 20.818 debitur dari 150.813 UMKM yang ada (13,80 persen). Hal ini dikarenakan masih kurangnya dukungan pemda baik dalam bentuk sosialisasi KUR maupun input data calon debitur potensial di SIKP.

Sementara itu, realisasi penerimaan daerah konsolidasian Pemda tahun 2019 mencapai Rp9,02 triliun, atau meningkat sebesar 5,66 persen dibandingkan 2018 (Rp8,54 triliun). Kenaikan ini bersumber dari peningkatan signifikan pada pendapatan transfer. Sedangkan realisasi belanja daerah konsolidasian Pemda sebesar Rp9,07 triliun, atau meningkat sebesar 10,26 persen dibandingkan 2018 (Rp8,22 triliun). Peningkatan tersebut bersumber dari belanja operasional dan belanja modal. Dilihat dari tingkat kemandirian pemda, pada tahun 2019 mencapai 17,49 persen atau turun 1,57 poin persen dibandingkan 2018 (19,06 persen). Sedangkan untuk rasio pajak dan retribusi terhadap PDRB Babel masih sangat rendah, yaitu sebesar 1,78 persen,

(15)

meningkat dibandingkan 2018 dan 2017. Meskipun demikian, tingginya rasio surplus terhadap realisasi pendapatan transfer justru menunjukkan bahwa Pemda mengalami ekses likuiditas pada semester I akibat belum optimalnya penyerapan anggaran daerah.

Kebijakan fiskal regional sepanjang tahun 2019 dapat dikatakan cukup efektif. Hal ini terlihat dari perbaikan yang terjadi pada indikator perekonomian dan indikator kesejahteraan masyarakat Babel diantaranya perekonomian Babel yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp.75,83 triliun, perekonomian tumbuh 3,32, atau melambat jika dibandingkan tahun 2018 (4,46 persen); Inflasi mencapai 2,62 persen atau turun dibandingkan 2018 (3,18 persen); IPM sebesar 71,30 atau meningkat dibandingkan 2018 (70,67); Tingkat kemiskinan pada September 2019 mencapai 4,50 persen atau turun dibandingkan kondisi September 2018 (4,77 persen); Gini ratio pada September 2019 sebesar 0,262 atau turun dibandingkan September 2018 (0,272); sedangkan TPT pada Agustus 2019 sebesar 3,62 persen atau turun dibanding Agustus 2018 (3,65 persen). Berdasarkan analisis LQ dan Shift Share Babel memiliki keunggulan kompetitif di sektor pertambangan dan pengolahan berupa timah, serta potensi yang sangat menjanjikan di sektor perkebunan khususnya lada, perikanan, dan pariwisata. Kedepannya diharapkan potensi yang dimiliki tersebut mampu meningkatkan perekonomian Babel.

Tingkat prevalensi stunting Babel turun signifikan dari 12,05 persen pada tahun 2018 menjadi 8,57 persen pada tahun 2019. Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam penanganan dan pencegahan stunting di Babel terbagi menjadi 3 kategori tindakan, yaitu intervensi gizi spesifik, intervensi gizi sensitif, serta pendampingan, koordinasi, dan dukungan teknis. Sebagai wujud komitmen Pemda dalam penanganan dan pencegahan stunting, Gubernur Babel telah membentuk Tim Penurunan Stunting yang diketuai oleh Kepala Bappeda berdasarkan SK Gubernur Nomor 188.44/394.m/BAPPEDA–V/2018.

Sebagai bagian akhir dari kajian ini, beberapa rekomendasi perbaikan yang dapat disampaikan antara lain, agar Pemda mengoptimalkan penyerapan dana transfer khususnya DAK fisik, meningkatkan penyaluran KUR baik nilai salur maupun jumlah penerima, secara berkesinambungan meningkatkan kemandirian daerah, meningkatkan sinergi dalam pencegahan dan penanganan stunting, serta mengembangkan potensi dan sektor unggulan daerah.

Optimalisasi penyerapan DAK Fisik dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas perencanaan, koordinasi dengan K/L agar Juknis kegiatan dapat diterima di awal tahun dan memastikan RKA telah sesuai dengan Juknis kegiatan, segera melakukan

(16)

pengadaan di awal tahun dan tidak tergantung pada e-katalog; dan memastikan kesiapan lahan lokasi pelaksanaan kegiatan. Disamping itu, Pemda juga perlu melakukan percepatan penyerapan anggaran sejak awal tahun agar tidak terjadi ekses likuiditas yang kontraproduktif dengan tujuan percepatan penyaluran dana transfer di awal tahun anggaran oleh Pemerintah Pusat.

Dalam upaya meningkatkan penyaluran KUR, kiranya Pemda perlu menyebarluaskan informasi tentang KUR dan mempercepatan input data calon debitur potensial pada aplikasi SIKP. Sedangkan guna meningkatkan kemandirian daerah secara berkesinambungan dapat dilakukan melalui digitalisasi pembayaran pajak daerah (e-billing), melanjutkan skema program Samsat Delivery untuk mempermudah akses masyarakat membayar pajak kendaraan bermotor yang masih menjadi komponen utama PAD, dan pengembangan sektor pariwisata sebagai sumber potensi pajak dan retribusi daerah.

Skema pencegahan dan penanganan stunting di Babel sudah cukup baik, terbukti bahwa Pemda telah memulai upaya tersebut sejak tahun 2018. Meskipun demikian, untuk meningkatkan efektivitas kinerja pencegahan dan penanganan stunting tersebut, Pemda masih perlu meningkatkan koordinasi lintas sektoral dan melakukan evaluasi secara berkelanjutan terhadap progress kegiatan, melakukan kegiatan yang berfokus pada intervensi terhadap perilaku hidup masyarakat belum mencerminkan perilaku hidup sehat; dan memberikan perhatian pada para ibu hamil untuk memastikan bayi terlahir sehat sehingga mengurangi potensi daerah tersebut menjadi prioritas stunting.

Potensi ekonomi yang dimiliki Babel sangat menjanjikan, oleh karena itu harus dikelola dan dikembangkan secara berkelanjutan agar dapat meningkatkan kemandirian dan menjadi sektor unggulan daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemda dapat mengupayakan standardisasi mutu lada untuk meningkatkan harga jual, menjaga stabilitas harga jual lada internasional, dan segera menuntaskan regulasi terkait RZWP3K sehingga tidak terjadi tumpang tindih pengelolaan dan pengembangan sektor unggulan pertambangan, perikanan, dan pariwisata.

(17)

3,32%

PDRB

Melambat dibandingkan tahun 2018 yang tercatat 4,46% 5,50 5,20 4,67 4,08 4,10 4,47 4,46 3,32 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Inflasi

Perkembangan

Kesejahteraan

Inflasi Tahun 2019 turun dibandingkan tahun 2018 yang tercatat 3,18%

Tingkat Inflasi Bulanan 2019

-0,39 0,50 0,23 0,66 0,11 0,55 -0,27 0,34

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Babel Nasional

2,62%

KEMISKINAN PENGANGGURAN

GINI RATIO IPM

4,50%

Turun sebesar 0,27 poin persen

dibandingkan dengan kondisi September 2018 yang tercatat

sebesar 4,77 persen.

3,62%

Turun sebesar 0,03 poin persen

dibandingkan dengan kondisi Agustus 2018 yang sebesar 3,65

persen.

71,30%

0,26%

(18)

PAD 1.580 M Transfer 7.249 M LLPD 201 M

Perkembangan APBD

8. 212 8. 244 9. 080 7. 990 8. 546 9. 030 97,30% 103,65%

99,45%

2017 2018 2019 Pagu Realisasi 8. 809 9. 051 10. 116 7. 893 8. 226 9. 070 89,60% 90,88%

89,66%

2017 2018 2019 Pagu Realisasi % Pegawai; 3.405 Modal; 1.802 Transfer; 726 Lainnya; 425

Komposisi Realisasi Pendapatan APBD Komposisi Realisasi Belanja APBD

Perpajakan 3.554,11 M PNBP 168,06 M 2,16 T 2,19 T 2017 2018 2019 PENDAPATAN Belanja Pegawai 960,9 M Belanja Barang 1.185,66 M Belanja Modal 341,87 M Belanja Bansos 6,62 M BELANJA 8,82 T 9,47 T 2017 2018 2019 DEFISIT

2018

(6,09 T)

(7,28 T)

2019

BELANJA PENDAPATAN Defisit 40,36 M

(19)

Pulau Lengkuas, Belitung

BAB I

SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH

1.1. Pendahuluan

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Penyelarasan kebijakan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah perlu dilakukan agar sumber daya pemerintah dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka mencapai tujuan tersebut.

Kebijakan fiskal dikatakan efektif apabila mampu mendorong perbaikan pada indikator makro ekonomi dan indikator kesejahteraan.oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan rumusan kebijakan fiscal yang efektif dan efisien, Pemda harus memetakan terlebih dahulu tantangan-tantangan yang akan dihadapi.

Tema pembangunan Babel yang diusung pada tahun 2019 mengacu pada visi RPJMD 2017-2022 adalah “Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi melalui Pembangunan Infrastruktur dan Konektivitas”. Tema ini mengacu pada Visi yang tertuang dalam RPJMD 2017-2022 yaitu “Babel Sejahtera, Provinsi Maju yang Unggul di Bidang Inovasi Agropolitan dan Bahari dengan Tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik yang Efisien dan Cepat Berbasis Teknologi” yang dijabarkan dalam 6 misi pembangunan yaitu 1). Meningkatkan pembangunaan ekonomi berbasis potensi daerah 2). Mewujudkan infrastruktur dan konektifitas daerah yang berkualitas 3). Meningkatkan sumber daya manusia unggul dan handal, 4). Meningkatkan kesehatan masyarakat 5). Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan pembangunan Demokrasi dan 6). Meningkatkanpengendalian bencana dan kualitas lingkungan hidup.

1.2. Tujuan Dan Sasaran Pembangunan Daerah

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Babel sesuai dengan RPJMD 2017-2022 adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan pemerintah dan

(20)

masyarakat, infrastruktur dan konektivitas, pendidikan masyarakat, derajat kesehatan masyarakat, terwujudnya reformasi birokrasi, terwujudnya pembangunan demokrasi, meningkatkan tata kelola kebencanaan, dan meningkatnya tata kelola lingkungan hidup. Peningkatan pertumbuhan ekonomi diukur melalui indikator kinerja meningkatnya persentase pertumbuhan PDRB, dengan sasaran meningkatnya produksi sub sektor pertanian, peternakan dan jasa pertanian; produksi sub sektor perikanan; pengembangan pembangunan pariwisata; produksi sektor pertambangan; pembangunan berbasis industri; dan terwujudnya kemandirian energi. Sedangkan Peningkatan pendapatan pemerintah dan masyarakat memiliki sasaran meningkatnya belanja pemerintah daerah; turunnya angka pengangguran, kemiskinan, dan inflasi, serta terkendalinya laju pertumbuhan penduduk.

Peningkatan infrastruktur dan konektivitas mendukung pengembangan potensi daerah memiliki sasaran meningkatkan pemenuhan infrastruktur pengembangan potensi daerah, pemenuhan infrastruktur dasar masyarakat, dan konektivitas antar wilayah. Peningkatan pendidikan masyarakat memiliki sasaran meningkatnya kesempatan pendidikan bagi masyarakat. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sasarannya adalah peningkatan pembangunan kesehatan masyarakat. Sedangkan reformasi birokrasi yang berkualitas memiliki sasaran Birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta pelayanan publik yang berkualitas.

Terwujudnya pembangunan demokrasi dengan sasaran peningkatan pembangunan berdemokrasi. Peningkatan tata kelola kebencanaan dengan indikator tujuan Indeks Resiko Bencana (IRB) dengan sasaran meningkatkan kapasitas terhadap penanggulangan bencana. Sedangkan Peningkatan tata kelola lingkungan hidup memiliki sasaran peningkatan kualitas lingkungan.

“Ubah RPJMD, Babel Sesuaikan Tujuan, Sasaran, Dan Program Prioritas Daerah”

"Secara Substansi, RPJMD tidak mengalami perubahan, hanya dilakukan penyesuaian kembali terhadap tujuan, sasaran, dan program prioritas daerah," kata Erzaldi Rosman.

Perubahan ini mengakomodir perubahan kebijakan nasional, antara lain PP No 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal. RPJMD mengalami perubahan, yang semula 9 menjadi 10 tujuan, sasaran menjadi 11 sasaran, strategi menjadi 35 strategi, arah kebijakan menjadi 71 arah kebijakan, dan program unggulan pemerintah daerah tetap sebanyak 13 program.

(https://babelprov.go.id, 26 Agustus 2019)

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Pembangunan daerah tahun 2019 diarahkan pada upaya pemantapan ekonomi masyarakat dengan kemandirian dan keadilan di berbagai kawasan yang sehingga terjadi pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Adapun sasaran pembangunan daerah tahun 2019 yang hendak dicapai

(21)

adalah: sasaran-sasaran prioritas daerah sebagaimana yang dijabarkan dari visi, misi dan program unggulan Gubernur, Wakil Gubernur terpilih 2017-2022 yang telah tertuang dalam Dokumen RKPD Tahun 2019 sebagai dokumen rencana tahunan. Tujuan dan sasaran pembangunan tahun 2019 yang akan dicapai, disajikan pada lampiran 1.1.

Adapun prioritas pembangunan Babel tahun 2019, yaitu pengembangan Pembangunan Agropolitan dengan fokus Memperluas lahan produksi lada dalam rangka mengembalikan lada sebagai produk agrobisnis andalan; membangun pusat penelitian dan pengembangan rekayasa lada maupun produk perkebunan lainnya; memberikan pelatihan agrobisnis profesional kepada petani-petani di Babel sehingga petani mampu menghasilkan kualitas unggul; dan memberikan bantuan bibit dan sarana pendukung pengembangan agrobisnis lainnya.

Pengembangan Pariwisata dengan fokus Menjadikan Babel sebagai destinasi pariwisata bertaraf internasional melalui event-event seni-budaya atau olahraga bahari; Rebranding pantai-pantai di Babel melalui desain yang menarik; memberikan insentif kepada investor pariwisata untuk membangun bisnis pariwisatanya di Babel melalui pembangunan infrastruktur secara memadai demi pengembangan konsep waterfront city. Sedangkan peningkatan Ekonomi Masyarakat dengan fokus mengembangkan bisnis UMKM di Babel agar tetap kompetitif di era masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) melalui Bantuan Promosi (Gelar Pameran UMKM), temu investor atau buyer (Business Gathering), dan pemdampingan pelatihan kapasitas UMKM (Training); memberikan kemudahan bagi UMKM untuk mengakses kredit pengembangan usaha; melakukan revitalisasi pasar-pasar tradisional di Babel menjadi pasar yang bersih sehingga bisa bersaing dengan pasar swalayan modern; dan pendirian dan optimalisasi peran koperasi untuk membantu para petani dan pedagang keciluntuk mencegah penghisapan para tengkulak dan rentenir.

Pengembangan Energi dan Infrastruktur Kewilayahan dengan fokus pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur transportasi secara rutin; pembangunan pelabuhan Batu Beriga dan jembatan penghubung antara pulau Bangka-Belitung untuk menyeimbangkan sektor pariwisata kedua daerah; pembangunan Masjid Terapung sebagai ikon baru Babel sekaligus implementasi masyarakat melayu religius dan pengembangan sektor wisata unggulan; pembanguan Museum GMT di Bangka dan Belitung untuk mendokumentasikan peristiwa alam tersebut secara lengkap sekaligus menguatkan brand babel sebagai tempat GMT paling bersejarah; meningkatkan status bandara sebagai bandara udara internasional untuk mendukung destinasi wisata internasional; dan melakukan inisiasi koordinatif yang intensif dengan Kemen ESDM,

(22)

PLN dan Investor swasta dalam membangun PLTU untuk membangun kemandiriaan Energi. Sedangkan peningkatan Pembangunan Demokrasi dengan fokus mengoptimalkan pembuatan perda inisiatif DPRD; mendorong keterwakilan perempuan dalam lembaga politik; serta meningkatkan kebebasan sipil masyarakat, hak politik masyarakat, dan pembinaan lembaga demokrasi.

1.3. Tantangan Daerah

1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah

Secara ekonomi, terdapat tiga tantangan utama yang dihadapi oleh pemerintah daerah di Babel, yaitu 1) tantangan dalam mengelola potensi sumber daya alam, 2) tantangan dalam menciptakan iklim dan potensi investasi yang kondusif, dan 3) tantangan birokrasi dan pelayanan perizinan, dukungan permodalan dan infrastruktur ekonomi.

a. Tantangan dalam Mengelola Potensi Sumber Daya Alam

Babel memiliki sumber daya alam yang sangat kaya dan potensial untuk dikembangkan baik di sektor kelautan dan perikanan, maupun sektor lainnya seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata. Sebagai wilayah maritim dan serta letak geografis yang cukup menguntungkan menjadi keunggulan komparatif dan kompetitif dalam meningkatkan produksi perikanan tangkap, khususnya produk perikanan laut. Sektor ini memiliki peranan yang sangat penting dalam berkontribusi bagi perekonomian Babel. Potensi yang besar tampak dari produksi hasil perikanan laut meningkat tajam.

Babel memiliki luas lahan pertanian di mencapai 70,60 persen dari luas daratan atau setara dengan 1.174.938 ha. Lahan bukan sawah mendominasi lahan pertanian sebesar 1.149.880 ha atau sekitar 97,86 persen. Luas lahan sawah dan lahan ladang yang berpotensi ditanami padi hanya berkisar 25.058 ha atau 2,14 persen. Sementara di sektor perkebunan lada merupakan salah satu produk unggulan yang tersohor. Perkebunan lada Babel merupakan kedua terluas setelah Lampung.

Sedangkan di sektor kehutanan, luas hutan pada tahun 2015 tercatat 654.561,34 Ha yang terdiri dari 432.883,52 ha hutan produksi, 185.531,34 ha hutan lindung, 35.453,89 ha hutan konservasi dan 692,59 ha hutan produksi konversi. Hutan produksi difokuskan untuk menghasilkan beberapa jenis komoditi kehutanan, yaitu berupa kayu dan produk turunannya. Hutan produksi yang ada di Pulau Bangka dan Pulau Belitung menghasilkan beberapa jenis produk yang meliputi kayu persegi (wood block), moulding, kayu glondongan (logs), kayu tiang poles, (wood production), kayu junjung (climbing

(23)

Dari sektor pertambangan, Babel memiliki banyak potensi banyak tanah yang mengandung mineral bijih timah dan bahan galian yang tersebar dan merata, yaitu pasir kuarsa, pasir bangunan, kaolin, batu gunung, tanah liat dan granit. Provinsi ini sudah dikenal sebagai penghasil timah putih (stanum) yang telah dikenal luas di pasar internasional dengan merk dagang BANGKA TIN. Penambangannya sebagian besar masih diusahakan oleh PT. Tambang Timah, Tbk.

Sedangkan dari potensi wisata, Babel terkenal dengan batuan granit, hamparan pantai pasir putih, dan spot menyelamnya. Babel memiliki sejumlah pulau yang telah bernama sebanyak 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Pulau besarnya antara lain Pulau Bangka dan Pulau Belitung dan pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau dan P. Selat Nasik.

b. Tantangan dalam menciptakan iklim dan potensi investasi yang kondusif

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif antara lain adalah angka kriminalitas, jumlah demonstrasi, kemudahan perizinan, dan peraturan daerah yang mendukung investasi. Berdasarkan data, angka kriminalitas yang terjadi di Babel cenderung fluktuatif naik turun pada periode-periode akhir. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dalam rangka menjaga situasi yang kondusif guna meningkatkan daya tarik dan jumlah investasi di Babel. Adapun perkembangan angka kriminalitas dan penyelesaian tindak pidana yang terjadi di Babel dapat dilihat pada Lampiran 1.5.

Selaras dengan angka kriminalitas, jumlah demonstrasi di Babel juga cenderung lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa keamanan bermasyarakat relatif stabil. Jumlah demo Tahun 2010–2016 masih bersifat fluktuatif yang disebabkan terjadinya gejolak di masyarakat akibat inflasi atau daya beli masyarakat yang kurang tiap tahunnya. Kemudahan perizinan

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, pemda memberikan kemudahan layanan perizinan melalui Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sejak tahun 2011. Dari 38 jenis perizinan hanya tiga jenis perizinan yang masih dikenakan biaya yaitu perizinan trayek, izin sektor perikanan dan kelautan, serta perizinan memperkerjakan tenaga kerja asing (IMTA).

Para pelaku usaha membutuhkan payung regulasi guna mendapatkan jaminan kepastian hukum terkait aktivitas usaha yang mereka jalankan. Komitmen Pemda dalam mendukung iklim investasi dapat dilihat dari melalui perda yang disahkan sepanjang tahun 2008-2014 sebagaimana lampiran 1.7.

(24)

c. Dukungan permodalan dan infrastruktur ekonomi

Pada tingkat nasional, arah pengembangan penanaman modal diorientasikan pada peningkatan daya saing penanaman modal dimana peningkatan kualitas pelayanan merupakan indikator utama pencapaian daya saing penanaman modal. Permasalahan permodalan di Babel antara lain masih kurangnya kerjasama promosi penanaman modal dan masih rendahnya minat investor untuk berinvestasi. Untuk itu Pemda perlu melakukan rebranding investasi, menyusun peta terkini potensi sumber daya dan peluang investasi lingkup provinsi, membangun kemitraan antara UMKM dengan investor/pengusaha besar, menciptakan konsep produk turunan komoditas unggulan, dan membangun SDM dengan kemampuan marketing investasi.

Sedangkan dari dukungan infrastruktur, infrastruktur Babel meningkat dari tahun ke tahun. Pengembangan infrastruktur seperti jalan, prasarana transportasi, dan kelistrikan diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Gambaran perkembangan kondisi infrastruktur di Babel sebagaimana lampiran 1.9. Meskipun demikian, tipologi Babel yang kepulauan, menjadikan pemerintah perlu memberikan perhatian yang lebih dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur.

d. Dukungan ketenagakerjaan

Babel sebagai salah satu Provinsi yang baru terbentuk menjadi salah satu daerah yang berpeluang besar dalam penyelenggaraan ketenagakerjaan, baik pencari kerja maupun membangun bidang usaha sendiri. Kualitas tenaga kerja sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu daerah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya.

Tabel 1.1 Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun 2013 s.d. 2017

Sumber: BPS, 2017

Berdasarkan data BPS, dapat diketahui bahwa kualitas tenaga kerja atau rasio lulusan S1/S2/S3 di Babel untuk 5 (lima) tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Diperlukan strategi dan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja yang berdaya saing dengan kompetensi dan latar pendidikan yang sesuai dengan keinginan pengguna tenaga kerja agar dapat terserap dalam perusahaan-perusahaan, dan secara otomatis dapat meningkatkan rasio kelulusan S1/S2/S3.

(25)

Struktur lapangan pekerjaan utama selama tahun 2012 sampai dengan 2016 menunjukkan 40-50 persen lapangan pekerjaan yang tersedia dari sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan. Lapangan pekerjaan pertanian meningkat signifikan dari 28,60 persen di tahun 2012 menjadi 36,36 persen di tahun 2015 kemudian turun menjadi 32,13 persen ditahun 2016. Sektor pertambangan turun signifikan ditahun 2012-2015 dari 22,10 persen menjadi 12,24 persen tetapi turun sedikit ditahun 2016 yaitu 11,48%. Hal ini menunjukan bahwa penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak ke sektor pertanian disebabkan masyarakat Babel lebih cenderung untuk bertani ketimbang untuk bekerja di bidang pertambangan. Sedangkan untuk sektor pertambangan, relatif menurun selama lima tahun terakhir dikarenakan semakin terbatasnya cadangan timah yang dapat diakses oleh masayarkat. Membaiknya harga komoditas logam timah di tahun 2016 menyebabkan industri logam timah lebih produktif sehingga terjadi peningkatan serapan kerja disektor ini. Selain itu, mahalnya biaya produksi lada sementara produktifitas lada rendah mengakibatkan masyarakat lebih memilih sektor lainnya yaitu perdagangan dan jasa kemasyarakatan.

“Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Akan Gali Sumber Pendapatan Baru Untuk Hadapi Ketidakpastian Global

Badan Kebijakan Fiskal kembali menyelenggarakan Seminar Kementerian Keuangan yang kali ini bertempat di Pangkal Pinang dengan mengangkat tema “Menjaga Kesehatan APBN di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global”.

Pada kegiatan ini, Devi Valeriani, Ketua Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung mengatakan bahwa dari segi struktur lapangan pekerjaan, Babel termasuk kategori rendah dibawah rata-rata nasional. Sementara dari tingkat kemiskinan, daerah tersebut menempati peringkat ke-4 secara nasional pada Maret 2019.

“Oleh karena itu, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus berusaha mengelola APBD secara bijak dan tepat sasaran dengan cara melakukan peningkatan SDM, pembangunan infrastruktur, kesehatan, pendidikan dan lainnya,” usul Devi.

(https://fiskal.kemenkeu.go.id, 17 September 2019)

1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan

Beberapa hal yang menjadi tantangan Pemda terkait social kependudukan, yaitu 1) pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan 2) karakteristik penduduknya.

a. Pertumbuhan penduduk

Jumlah penduduk Babel hasil proyeksi BPS Tahun 2017 sebanyak 1.430.865 orang, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,08 persen, atau di atas laju pertumbuhan penduduk nasional 2016 yang tercatat sebesar 1,36 persen. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi ini tidak hanya dipengaruhi oleh tingginya angka kelahiran, namun juga dikarenakan semakin tingginya angka harapan hidup sehingga tingkat kematian (mortalitas) menjadi menurun serta adanya faktor migrasi.

(26)

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk 2013 s.d. 2017

Sumber: BPS, 2017

Sedangkan berdasarkan kelompok umur jumlah Penduduk Usia Produktif (usia 15-64 tahun) Babel mencapai 1.237,8 juta jiwa, sedangkan usia non produktif yaitu 193,1 ribu jiwa. Saat ini Babel sudah memasuki bonus demografi yang ditandai dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi sejak 2017.

b. Karakteristik penduduk

Keragaman budaya Babel yang menjadi aset penting untuk mengembangkan pariwisata. Provinsi dengan kekayaan lautnya yang luar biasa ini bagaikan surga bagi para nelayan. Dalam perkembangannya, latar belakang tersebut turut mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan lokal. Meski saat ini pola hidup masyarakat Babel telah bergeser, kebudayaan lokal yang mengandung unsur nelayan masih tetap kental mewarnai sendi-sendi kehidupan masyarakatnya.

Mata pencaharian pokok sebagian besar masyarakat Babel adalah bertani, nelayan, buruh/karyawan tambang, karyawan perkebunan kelapa sawit dan berdagang. Lahan di Pulau Bangka misalnya, sesuai untuk tanaman perkebunan seperti karet, sahang (lada), kelapa, dan kelapa sawit,yang sebagian besar hasilnya diperdagangkan keluar daerah atau bahkan mancanegara. Selain di bidang pertanian, masyarakat Bangka juga bekerja sebagai buruh atau karyawan tambang timah. Penggalian timah terdapat di hampir tiap wilayah terutama di Pulau Bangka, di seluruh daratan pulau hingga di perairan lepas pantai, sehingga pekerjaan sebagai buruh bukan menjad ipekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat kota, namun juga dilakukan oleh penduduk di desa, termasuk di pesisir. Akan tetapi, sejak adanya reorganisasi PT. Timah, jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh timah menjadi berkurang. Usaha berdagang pun pada umumnya dilakukan oleh masyarakat Babel keturunan Cina, tidak hanya di kota, namun juga ke pelosok desa.

(27)

1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah

Secara umum, terdapat dua tantangan terkait geografis wilayah Babel, yaitu 1) posisi strategis, dan 2) kontur wilayah kepulauan.

a. Posisi strategis

Babel secara astronomis terletak pada 104º50’ sampai 109º30’ Bujur Timur dan 0º50’ sampai 4º10’ Lintang Selatan sangat strategis karena berada pada Alur Laut Indonesia (ALKI) I yang merupakan jalur pelayaran yang menghubungkan Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, dan Selat Sunda ke Samudera Hindia, juga menghubungkan Selat Singapura ke Laut Natuna (Alur Laut Cabang I A). Babel terletak di posisi silang antara Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan dengan Semanjung Malaysia dan Singapura. Berada pada pertemuan arus Selat Malaka dan Laut Cina Selatan, juga menjadikan Babel sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya kelautan dan perikanan.

Kondisi tersebut sangat menguntungkan sekaligus merupakan tantangan bagi berkembangnya Babel saat ini dan di masa yang akan datang. Padatnya lalu lintas pelayaran di Selat Malaka mempunyai potensi kerawanan dalam keamanan kawasan, belum lagi konflik terkait klaim wilayah di Laut Cina Selatan, digunakannya wilayah ALKI I untuk kegiatan manuver angkatan perang negara yang terlibat konflik di Cina Selatan, dan pencurian ikan di kawasan ZEE Indonesia.

Gambar 1.1 Peta Alur Laut Indonesia (ALKI)

Sumber: Kemenko Maritim, 2017

Kondisi tersebut sangat menguntungkan sekaligus merupakan tantangan bagi berkembangnya Babel saat ini dan di masa yang akan datang. Padatnya lalu lintas pelayaran di Selat Malaka mempunyai potensi kerawanan dalam keamanan kawasan, belum lagi konflik terkait klaim wilayah di Laut Cina Selatan, digunakannya wilayah ALKI

(28)

I untuk kegiatan manuver angkatan perang negara yang terlibat konflik di Cina Selatan, dan pencurian ikan di kawasan ZEE Indonesia.

b. Kontur wilayah kepulauan

Sebagaimana konsekuensi umum sebuah wilayah kepulauan, Babel juga dihadapkan pada sebuah permasalahan yang berdampak sistemik terhadap perekonomian, yaitu ketergantungan terhadap angkutan udara dan angkutan laut. Tingginya tarif angkutan udara pasca musibah JT610 sangat berdampak pada tingginya inflasi di Babel, mengingat sebagian besar bahan makanan berupa beras, sayur mayur, dan daging didatangkan dari luar wilayah Babel. Disamping itu inflasi angkutan udara juga sangat berdampak bagi pengembangan sector pariwisata yang ditandai dengan turunnya jumlah kunjungan wisata ke Babel.

(29)

KEMISKINAN

PENGANGGURAN

GINI RATIO

IPM

4,50%

Turun sebesar 0,27 poin persen dibandingkan dengan kondisi September 2018 yang tercatat sebesar 4,77 persen.

3,62%

Turun sebesar 0,03 poin persen dibandingkan dengan kondisi Agustus 2018 yang sebesar 3,65 persen.

71,30%

Meningkat jika

0,26%

Turun sebesar 0,01 poin

persen dibandingkan

4,46%

3,32%

4,47%

2017

2018

2019

-0,39 0,50 0,23 0,66 0,11 0,55 -0,27 0,34

INFLASI

2019

INFLASI

(30)

BUMDes Lalang Jaya, Beltim

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

2.1 Indikator Makroekonomi Fundamental

Indikator makroekonomi adalah statistik yang menunjukkan status ekonomi sebuah negara tergantung pada area tertentu dari ekonomi industri, pasar tenaga kerja, perdagangan, nilai tukar mata uang, kemiskinan, dan lain-lain. Indikator makroekonomi sangat diperlukan untuk mengetahui arah pergerakan perekonomian suatu daerah serta merupakan tolok ukur pencapaian pembangunannya. Terdapat beberapa indikator makroekonomi fundamental yang digunakan untuk mengukur capaian pembangunan perekonomian, dalam kajian ini pembahasan dibatasi pada analisis produk domestik regional bruto (PDRB), suku bunga, inflasi, dan nilai tukar.

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender). Adapun tujuan perhitungan PDRB ini untuk memberikan informasi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian di Babel, membantu pembuatan kebijakan daerah atau perencanaan, dan evaluasi hasil pembangunan.

Perekonomian Babel 2019 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp75,83 triliun dan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 mencapai Rp53,95 triliun. PDRB Babel hanya memberikan sumbangan sebesar

4,08 4,11 4,47 4,46 3,32 3,53 4,29 4,30 4,55 4,57 4,88 5,03 5,07 5,17 5,02 2 3 4 5 6 2015 2016 2017 2018 2019

Babel Sumatera Nasional

Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015-2019

(31)

2,21 persen terhadap PDRB Pulau Sumatera dan 0,47 persen terhadap total PDRB 34 provinsi di Indonesia.

Jika diamati 5 (lima) tahun kebelakang maka perlambatan pertumbuhan ekonomi Babel mengalami posisi terendah di Tahun 2019 ini, karena dari Tahun 2015 hingga Tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Babel berada di atas 4 persen, baru di Tahun 2019 ini menyentuh angka 3 persen.

Apabila melihat pertumbuhan ekonomi dari sisi lapangan usaha, maka terdapat 5 (lima) sektor dengan kontribusi terbesar dalam pembentuk pertumbuhan ekonomi yaitu, sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan. Dari ke lima lapangan usaha tersebut, sektor pertanian merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi di bandingkan sektor lainnya, dan sektor pertambangan mengalami penurunan pertumbuhan termasuk industri pengolahan. Pada umumnya penurunan ataupun peningkatan sektor industri pengolahan linier dengan sektor pertambangan mengingat industri pengolahan merupakan produk olahan yang bahan bakunya adalah pasir timah.

Secara pengeluaran pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi. Ketiga komponen tersebut lah yang mengalami mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini salah satu pemicu melambatnya pertumbuhan ekonomi secara agregat.

a. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Babel 2019 tumbuh 3,32 persen, turun 1,14 persen dibandingkan 2018 (4,46 persen). Pertumbuhan ekonomi Babel 2019 lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera dan Nasional yang mencapai 4,57 persen dan 5,02 persen. Dengan capaian tersebut, menempatkan Babel pada peringkat kesembilan atau satu tingkat di atas Provinsi Riau dengan laju pertumbuhan sebesar 2,84 persen. Capaian pertumbuhan PDRB tahun 2019 juga tidak mencapai target pertumbuhan yang ditetapkan dalam RPJMD yaitu sebesar 5,30 persen. Pada tahun 2019 pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 13,78 persen; diikuti lapangan usaha Jasa Lainnya serta lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang masing-masing tumbuh sebesar 10,83 persen dan 10,19 persen. Meskipun seluruh lapangan usaha yang ada dalam perekonomian Babel mengalami pertumbuhan positif di tahun 2019, namun pada lapangan usaha yang kontribusinya besar, pertumbuhannya tidak setinggi tahun 2018 yang lalu. Seperti pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang pada tahun 2018 yang tumbuh sebesar 5,45 persen, namun pada tahun 2019 tumbuh melambat sebesar 2,89 persen.

(32)

Pada lapangan usaha perkebunan yang merupakan salah satu kontributor terbesar lapangan usaha ini, rendahnya harga komoditas strategis perkebunan Babel seperti kelapa sawit, karet dan lada pada tahun 2019 membuat produktivitas menurun. Demikian juga dengan lapangan usaha Industri Pengolahan yang pada tahun 2018 tumbuh sebesar 4 persen, namun pada 2019 tumbuh melambat sebesar 1,17 persen. Kendala aturan pemerintah membuat perusahaan smelter swasta yang ada di Babel berhenti beroperasi karena tidak dapat melakukan ekspor logam timahnya. Pada tahun 2019, hanya beberapa perusahaan smelter swasta yang bisa berproduksi dan melakukan ekspor logam timah.

Sumber: BPS

Dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan, sebesar 0,61 persen pertumbuhan ekonomi Babel tahun 2019 berasal dari pertumbuhan lapangan usaha Konstruksi, diikuti lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib masing-masing sebesar 0,53 persen dan 0,44 persen. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Babel yang masih terus digencarkan ikut mendorong kinerja lapangan usaha konstruksi pada tahun 2019.

Komponen pengeluaran yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah komponen pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang tumbuh sebesar 10,77 persen. Komponen yang tumbuh tertinggi kedua adalah pembentukan modal tetap bruto dengan laju sebesar 5,87 persen, dilanjutkan dengan

5,45 -0,97 4 7,44 -5,39 5,76 2,65 6,82 6,22 10,72 6,71 8,29 6,69 9,18 9 4,56 7,39 2,89 0,87 1,17 6,55 3,41 7,08 1,76 2,23 9,26 13,78 2,84 1,36 1,26 8,13 7,11 10,19 10,83 A Pertanian B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik dan Gas E Pengadaan Air F Konstruksi G Perdagangan H Transportasi dan Pergudangan I Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan L Real Estat M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintah P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan R,S,T,U Jasa lainnya

2019 2018

(33)

komponen pengeluaran rumah tangga dengan pertumbuhan kumulatif sebesar 3,95 persen.

Pertumbuhan Komponen Lembaga LNPRT didorong oleh berbagai aktivitas organisasi masyarakat selama tahun 2019. Tahun 2019 menjadi tahun persiapan bagi partai politik untuk merekrut dan melatih kader dalam menyambut pilkada serentak di empat kabupaten yakni Kabupaten Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Penyelenggaraan berbagai even berskala nasional maupun internasional yang semakin banyak diadakan di Babel juga meningkatkan pengeluaran konsumsi lembaga-lembaga dibidang seni, budaya dan olahraga. Selain itu, pada tahun ini terdapat kegiatan besar yakni kampanye pemilihan presiden dan legislatif turut menyumbang peningkatan laju pengeluaran LNPRT.

Besarnya peranan konsumsi rumah tangga dalam perekonomian Babel membuat perubahan laju pertumbuhannya sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Babel secara keseluruhan. Peranan komponen konsumsi rumah tangga pada tahun 2019 mencapai 63,45 persen. Komponen dengan peranan terbesar kedua adalah komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan distribusi sebesar 29,27 persen. PMTB menggambarkan penambahan investasi fisik selama tahun 2019. Berbagai fasilitas baru banyak dibangun selama tahun 2019 seperti pembangkit listrik tenaga biodiesel, realisasi kawasan ekonomi khusus (KEK) dan juga pembangunan fasilitas kesehatan maupun rekreasi turut menyumbang laju pertumbuhan komponen ini hingga mampu tumbuh sebesar 5,87 persen.

Menurut sumber pertumbuhan ekonomi utama masih dipegang oleh komponen pengeluaran rumah tangga dengan sumbangan 2,11 persen. Pertumbuhan komponen ini secara kumulatif didorong oleh stabilnya harga komoditas kebutuhan masyarakat dan membaiknya harga komoditas yang dihasilkan masyarakat pada musim panen raya seperti durian, manggis, rambutan dan kelapa sawit. Sumber pertumbuhan terbesar kedua yakni komponen PMTB dengan nilai 1,32 persen, disusul oleh komponen pengeluaran konsumsi pemerintah dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,32 persen.

5,05 9,08 4,80 6,67 6,48 12,04 3,95 10,77 3,27 5,87 -15,25 -75,79 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 2018 2019

Grafik 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Pengeluaran Tahun 2019

(34)

“HUT Babel ke 19, Pemprov Fokuskan Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas”

Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak mungkin dapat kita raih tanpa perencanaan yang baik, pelaksanaan yang konsisten dan taat aturan, pemantauan dan evaluasi yang berkesinambungan, serta sinergi positif dari pihak-pihak terkait,” demikian disampaikan Gubernur Babel, Erzaldi Rosman, saat menjadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Jadi Ke-19 Provinsi Babel, di Lapangan Upacara Kantor Gubernur, Air Itam, Pangkalpinang

(https://www.radarbangka.co.id, 21 November 2019) b. Nominal PDRB

PDRB atas dasar harga berlaku di Babel tahun 2098 mencapai Rp75,83 triliun. Nilai nominal PDRB dapat dilihat dari sisi permintaan maupun sisi penawaran, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) PDRB Pengeluaran

PDRB sisi penerimaan, dihitung berdasarkan pendekatan pengeluaran dengan menjumlahkan total pengeluaran dari seluruh pelaku ekonomi berupa konsumsi rumah tangga, pengeluaran investasi, pembelian pemerintah untuk barang dan jasa, serta ekspor neto (ekspor dikurangi impor).

a) Konsumsi

Konsumsi adalah segala kegiatan yang dipergunakan dengan tujuan untuk mengambil kegunaan pada suatu produk dan jasa. Pada 2019, konsumsi pengeluaran rumah tangga senilai Rp48,12 triliun, atau naik 8,88 persen dibandingkan 2018 yang tercatat sebesar Rp44,74 triliun, nilai ini memberikan sumbangan mencapai 63,45 persen terhadap ekonomi Babel.

Konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga sebesar Rp0,59 triliun. Komponen pengeluaran LNPRT juga meningkat cukup baik dengan berbagai even lokal maupun nasional yang diadakan di triwulan terakhir tahun 2019 seperti Pertemuan Bulan Penanggulangan Resiko Bencana, Bangka Jazz Festival, Poskeremen dan Jambore

47,32% 0,59% 21,83% 8,47% 0,59% 20,33% 0,87% PK RT PK LNPRT PMTB PK Pemerintah Perubahan Inventori Ekspor LN Impor LN

Grafik 2.4 Porsi PDRB Pengeluaran Tahun 2019

Grafik 2.5 Struktur PDRB Pengeluaran Tahun 2018 dan 2019 44,19 48,12 20,30 22,19 26,47 20,68 8,07 8,61 0,52 0,60 0 20 40 60 80 100 120 2018 2019 PK RT PMTB Ekspor LN PK Pemerintah

Impor LN Perubahan Inventori

(35)

Kesehatan Nasional dan berbagai even lainnya. Persiapan pengkaderan yang dilakukan partai politik untuk persiapan pilkada serentak di 4 kabupaten juga menyumbang pertumbuhan komponen ini.

b) Investasi

Pada 2019, secara keseluruhan nilai investasi melalui pembentukan modal tetap bruto senilai Rp22,19 triliun, atau naik 9,36 persen dibandingkan 2018 yang tercatat sebesar Rp.20,81 triliun. Dengan besaran tersebut, nilai investasi memberikan sumbangan sebesar 27,78 persen pada perekonomian Babel.

PMTB menggambarkan penambahan investasi fisik selama tahun 2019. Berbagai fasilitas baru banyak dibangun selama tahun 2019 seperti pembangkit listrik tenaga biodiesel, realisasi kawasan ekonomi khusus (KEK) dan juga pembangunan fasilitas kesehatan maupun rekreasi turut menyumbang laju pertumbuhan komponen ini hingga mampu tumbuh sebesar 5,87 persen.

c) Pengeluaran Pemerintah

Pada 2019, pengeluaran pemerintah secara keseluruhan senilai Rp8,61 triliun, atau naik 6,74 persen dibandingkan 2018 yang tercatat sebesar Rp8,16 triliun. Dengan besaran tersebut, pengeluaran pemerintah memberikan sumbangan sebesar 11,35 persen pada perekonomian Babel. Sebagaimana tren setiap tahunnya, pengeluaran pemerintah menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan di triwulan IV sejalan dengan puncak realisasi anggaran di penghujung tahun.

Komponen pertama yang mendorong pertumbuhan ekonomi pada triuwlan IV-2019 (y-on-y) adalah komponen pengeluaran konsumsi pemerintah dengan laju pertumbuhan sebesar 16,02 persen. Realisasi anggaran pemerintah di Babel pada awal tahun 2019 cenderung lambat, sehingga realisasi anggaran harus dimaksimalkan di akhir tahun. d) Ekspor dan Impor

Pada tahun 2019 komponen ekspor Babel memiliki kinerja kurang baik, hal ini berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi secara total. Laju pertumbuhan ekspor luar negeri mengalami kontraksi sebesar 15,25 persen. Selain itu, ekspor antar daerah yang menjadi salah satu komponen penyokong pertumbuhan ekonomi juga mengalami kontraksi sebesar 16,55 persen.

Nilai ekspor secara keseluruhan meliputi ekspor ke luar negeri senilai USD1.373,4 juta lebih rendah 22,62 persen dibandingkan nilai ekspor tahun 2018 sebesar USD1.361,1 juta. Sementara itu, impor luar negeri senilai USD16,04 juta. Dengan demikian nilai ekspor netto selama 2010 adalah USD 1357,36 juta.

(36)

Ekspor Babel terdiri dari komponen timah dan nontimah. Selama tahun 2019 nilai ekspor timah sebesar USD1.108,2 juta, turun 18,58 dibanding tahun 2018. Negara tujuan ekspor timah adalah Singapura (48,08 persen), India (14,22 persen), Korea Selatan (9,17 persen), Jepang (8,84 persen) dan Belanda (4,64 persen). Ekspor nontimah Babel Januari-Desember 2019 didominasi oleh lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15). Nilai ekspor lemak & minyak hewan/nabati akumulasi hingga Desember 2019 menjadi US$133,5 juta atau 50,36 persen dari jumlah ekspor nontimah Babel. Nilai ini menurun sebesar 9,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Nilai impor Babel selama tahun 2019 sebesar USD16,4 juta, turun 88,92 persen dibanding tahun 2018. Menurut golongan barang, impor nonmigas Januari-Desember 2019 didominasi oleh mesin-mesin/ pesawat mekanik (HS 84). Sekitar 76,40 persen (US$8,54 juta) impor nonmigas Babel merupakan golongan ini. Mesin/peralatan listrik (HS 85) menempati urutan kedua dengan nilai sebesar US$889,61 ribu (7,96 persen).

“Virus Corona Belum Pengaruhi Ekspor Babel”

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Babel (Babel) menyebutkan penularan Virus Corona merebak di negara-negara Asia belum mempengaruhi ekspor di provinsi tersebut. Selama ini Provinsi Babel mengekspor timah, lada putih, serta hasil perkebunan ke sejumlah negara di Asia. "Kita belum menerima laporan penurunan atau penolakan ekspor hasil

pertambangan dan perkebunan di negara-negara Asia," kata Kepala Disperindag Babel Sunardi (https://republika.co.id/, 11 Februari 2020)

2) PDRB Persektor Lapangan Usaha

Dari sisi penawaran, pada 2019, Struktur perekonomian Babel menurut lapangan usaha tahun 2019 didominasi oleh lima lapangan usaha utama yakni Industri Pengolahan sebesar Rp14,85 triliun (19,59 persen), Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar Rp13,60 triliun (17,94 persen), Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 11,97 triliun (15,79 persen), Konstruksi sebesar Rp7,86 triliun (10,37 persen) serta Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp7,2 triliun (9,49 persen).

Pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada tahun 2019 tumbuh melambat sebesar 2,89 persen dibanding yang pada tahun 2018 yang tumbuh sebesar 5,45 persen. Pada lapangan usaha perkebunan yang merupakan salah satu kontributor terbesar lapangan usaha ini, rendahnya harga komoditas strategis perkebunan Babel seperti kelapa sawit, karet dan lada pada tahun 2019 membuat produktivitas menurun. Demikian juga dengan lapangan usaha Industri Pengolahan yang pada tahun 2018 tumbuh sebesar 4 persen, namun pada 2019 tumbuh melambat

(37)

sebesar 1,17 persen. Kendala aturan pemerintah membuat perusahaan smelter swasta yang ada di Babel berhenti beroperasi karena tidak dapat melakukan ekspor logam timahnya. Pada tahun 2019, hanya beberapa perusahaan smelter swasta yang bisa berproduksi dan melakukan ekspor logam timah.

3) PDRB Per Kapita

PDRB per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah, yang diperoleh dari hasil pembagian jumlah seluruh pendapatan penduduk suatu daerah (PDRB) dengan jumlah penduduk regional tersebut. Nilai PDRB perkapita Babel tahun 2019 sebesar Rp50,93 juta. Sejak tahun 2015 sampai dengan 2019 PRDB Per Kapita tersebut mempunyai tren naik, namun nilai tersebut masih di bawah rata-rata PDRB perkapita nasional yang pada tahun 2019 sebesar Rp.59,10 juta. PDRB perkapita yang dicapai Babel belum masih di bawah target dalam RPJMD yaitu sebesar Rp.53,015 juta.

2.1.2 Suku Bunga

Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan mengimplementasikan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-Day (Reverse) Repo Rate menggantikan BI Rate. Instrumen BI 7-day (Reverse) Repo Rate digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru karena dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.

Selama kurun waktu Januari – Desember 2019, Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI 7 day RR Rate sebanyak empat kali menjadi dari 6 persen menjadi 5 persen. Penurunan tersebut dilakukan pada bulan Juli sebesar 25 bps, Agustus sebesar 25 bps, September sebesar 25 bps dan Oktober sebesar 25 bps. Langkah tersebut ditempuh Bank Indonesia untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi dan konsisten dengan upaya pemerintah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman sehingga dapat memperkuat ketahanan eksternal Indonesia.

2.1.3 Inflasi

Babel memiliki karakteristik inflasi yang cukup unik. Pulau Bangka dan Pulau Belitung sebagai pulau utama sering menunjukkan kecenderungan inflasi yang bertolak belakang satu dengan lainnya pada saat yang bersamaan. Hal ini dikarenakan jalur pasokan komoditas utama di pulau Bangka adalah dari Sumatera, sedangkan pulau Belitung adalah dari Jawa.

Secara kumulatif, tingkat inflasi 2019 sebesar 2,62 persen atau turun sebesar 0,56 poin persen dibandingkan 2018 (3,18 persen). Tingkat inflasi 2018 berada di bawah

(38)

inflasi nasional yang berada di angka 2,72 persen, dan berada di bawah target maksimal inflasi yang ditetapkan pada RPJMD Pemda, yaitu pada angka 4,2 persen.

Penyumbang utama inflasi berasal dari 1) bahan makanan sebesar 1,12 persen; 2) kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,59 persen; 3) kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,19 persen; 4) kelompok sandang sebesar 0,16 persen; 5)kelompok kesehatan sebesar 0,07 persen; 6) kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,25 persen; serta 8) kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,24 persen.

Sepanjang 2019 terjadi fluktuasi tingkat inflasi/deflasi yang cukup tinggi. Inflasi tertinggi terjadi di bulan Mei 2019 sebesar 1,21 persen, sedangkan inflasi terendah di bulan Oktober sebesar 0,01 persen. Sementara itu deflasi tertinggi terjadi di bulan November yakni sebesar 0,90 persen dan terendah di bulan Agustus sebesar 0,18 persen. Namun demikian pola inflasi Kep. Babel cenderung landai dalam dua tahun terakhir apabila dibandingkan dengan pola inflasi nasional.

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan di Babel Tahun 2018-2019 (%)

Sumber:BPS (diolah)

Beberapa komoditas yang memberikan sumbangan/andil inflasi dominan selama tahun 2019 diantaranya adalah bawang merah, cumi-cumi, tarif angkutan udara, tarif sekolah menengah pertama, dan cabai merah. Sedangkan komoditas yang menyumbang deflasi diantaranya bayam, bensin, daging ayam ras, miyak goreng dan ikan kerisi.

2.1.4 Nilai Tukar

Singapura, Jepang, Belanda, Korea Selatan dan India merupakan mitra dagang terbesar Timah Babel. Nilai tukar rupiah terhadap keempat mata uang dari negara

0,97 -0,64 0,17 0,55 -0,53 1,63 0,52 -0,49 -0,37 -0,01 -0,14 1,51 1,04 -0,61 -0,39 0,89 1,21 0,5 0,16 -0,18 0,23 0,01 -0,9 0,66 -1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2018 2019

Gambar

Gambar 1.1 Peta Alur Laut  Indonesia (ALKI)
Grafik 2.5 Struktur PDRB Pengeluaran Tahun  2018 dan 2019 44,19 48,1220,3022,1926,4720,688,078,610,520,60 020406080100120 2018 2019 PK RT PMTB Ekspor LN PK Pemerintah Impor LN Perubahan InventoriSumber: BPS Babel
Grafik 2.7 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Asing Tahun 2015 - 2019
Grafik 2.13 Target dan Realisasi Indikator Ekonomi dan Kesejahteraan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, sampai dengan triwulan I TA 2018, total realisasi penerimaan retribusi daerah seluruh pemerintah daerah di Provinsi Papua Barat mencapai Rp8 miliar atau

penerimaan dari Pendapatan Transfer yang mencapai 82,38 persen dari total Pendapatan Daerah di wilayah Provinsi NTB. Sedangkan realisasi Pendapatan Asli Daerah

Untuk itu Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Barat memberikan perhatian besar pada bidang pendidikan dengan terus meningkatkan alokasi anggaran pendidikan dimana rasio

Sampai dengan akhir periode pelaporan, realisasi penerimaan pajak di regional Kalimantan Utara tercatat Rp1.534,3 miliar, terjadi peningkatan dibandingkan penerimaan di

Dengan memperhatikan tren pada triwulan III 2017, dimana penerimaan pendapatan daerah mencapai 66,60 persen dari target, maka realisasi pendapatan daerah sampai

Realisasi Pendapatan Negara di Sumatera Barat sampai dengan triwulan III tahun 2018 yang terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak

PAD Pemda Lingkup Provinsi Bali sampai dengan Triwulan I Tahun 2018 mencapai Rp1.950,76 miliar, bersumber dari pendapatan pajak, pendapatan retribusi, pendapatan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB ISASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 1.1 Pendahuluan - 1 1.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah - 2 1.3 Tantangan Daerah - 5 BAB IIIPERKEMBANGAN