BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Uraian Buah Strawberry
Tanaman strawberry telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan
jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini
disebut strawberry modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria x
ananassa var duchesne. Strawberry ini adalah hasil persilangan antara Fragaria virginiana L. var duschene dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L. var duschene dari Chili, Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis strawberry tersebut dilakukan pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih
lanjut menghasilkan jenis strawberry dengan buah berukuran besar, harum, dan
manis (Budiman, 2008).
Dari segi ciri khusus lahiriahnya, strawberry adalah tumbuhan keluarga
rumput yang memiliki dahan dua jenis, jenis rebah dan tegak. Ketinggian jenis
tegak mencapai 8 sampai 15 sentimeter dan ujungnya berakhir dengan bunga.
Daunnya terdiri dari tiga daun kecil bergigi dengan ekor panjang dan berwarna
hijau cerah. Bunga-bunganya teratur, berwarna putih, dan berkumpul dalam
jumlah dua sampai lima atau bahkan lebih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Tanaman strawberry dapat tumbuh subur pada wilayah dengan lama
penyinaran matahari yang berkisar antara 8-10 jam per hari. Untuk faktor suhu
ideal antara 1.000-2.000 m di atas permukaan laut (Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
2.1.1 Sistematika tanaman strawberry
Menurut Rukmana (1998), sistematika tumbuhan buah strawberry
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria x ananassa Duchesne, disebut strawberry modern atau strawberry komersial.
Nama lokal,daerah dan asing :
Indonesia : Stroberi, strawberry
Inggris : Garden strawberry
Melayu : Strawberry
Vietnam : Dau tay
Thailand : Satroboery
2.1.2 Manfaat dan kandungan buah strawberry
Buah strawberry memiliki kandungan aktivitas antioksidan tinggi
karena mengandung quarcetin, ellagic acid, antosianin, dan kaempferol.
Kandungan tersebut menjadikan strawberry untuk meningkatkan kesehatan
jantung dan mengurangi resiko terjadinya kanker. Buah strawberry juga
membantu proses diet bagi penderita diabetes. Buah strawberry juga
dimanfaatkan untuk kecantikan, di antaranya obat jerawat, mempercantik kulit,
memutihkan gigi, serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan (Tim
Karya Tani Mandiri, 2010).
Daun strawbeery berpreran sebagai diuretik dan antireumatik. Daun
strawberry juga mengandung zat astringent yang berguna untuk mencegah
pengeriputan kulit wajah.. Kandungan vitamin C dan E berfungsi untuk
merawat dan mengencangkan kulit serta sebagai anti-aging. Akar strawberry
mengandung zat anti radang untuk memulihkan pembengkakan akibat nyeri
sendi dan asam urat. Akar strawberry juga bermanfaat sebagai obat diabetes
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Antosianin merupakan pigmen warna merah pada buah strawberry.
Senyawa ini berkhasiat menurunkan tekanan darah, cocok dikonsumsi bagi
penderita hipertensi. Antosianin juga mampu menurunkan kolesterol jahat
LDL, mencegah penyempitan pembuluh darah, penyebab stroke dan
melumpuhkan sel kanker (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Vitamin E, zat besi, dan magnesium yang berfungsi untuk membuat
dan melawan bakteri penyebab jerawat. Vitamin E merupakan antioksidan kuat
yang membantu proses perbaikan kulit. Zinc yang terkandung dalam labu juga
bisa sebagai obat bagi mereka yang jerawat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Tabel 1. Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah strawberry segar
No Kandungan gizi Proporsi (Jumlah)
1
Bagian dapat dimakan (Bdd, %)
37,00 *)
*) Direktorat Gizi Depkes RI, (1981)
2.2 Kulit
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya.
Dimana lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari
kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga
mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi
sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang
dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam
kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak
mendalam. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme, kotoran, sisa sabun,
dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah tersebut sehingga
menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi
sumber infeksi (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.2.1 Struktur kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan
subkutis (subkutan).
1. Lapisan Epidermis
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
- Stratum corneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki
inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan
sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri
sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan
dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
- Stratum lucidum (lapisan jernih)
Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan
yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas
pada telapak tangan dan telapak kaki.
- Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal,
berbutir kasar,berinti mengkerut.
- Stratum spinosum (lapisan malphigi)
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval.
Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut
protein.
- Stratum germinativum (lapisan basal)
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat
sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin
(Tranggono, 2007).
2. Lapisan Dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:
- Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi
- Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang
misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.
3. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan ini yaitu membantu
melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh.
Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika
tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi
dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).
2.2.2 Fungsi kulit
Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa
fungsi, diantaranya sebagai berikut:
a. Pelindung Tubuh / Proteksi
Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan
yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain itu
kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan
angin (Wirakusumah, 2004).
Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:
1. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air,
sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang.
2. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan
3. Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ
tubuh dari benturan .
b. Pengatur Suhu Tubuh ( Termoregulasi )
Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah
melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan
penguapan uap air (Mitsui, 1997).
Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat apabila suhu tubuh panas. Yang mana keringat tersebut
akan menguap dan tubuh merasa dingin. Demikian pula sebaliknya bila
mengalami kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit
sehingga panas yang ada di dalam tubuh tidak keluar (tetap tertahan)
(Wirakusumah, 2004).
c. Sistem Pancaindera
Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar
seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan selalu
memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut
(Wirakusumah, 2004).
d. Menjaga Kelembaban Tubuh
Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam
jaringan tubuh, lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam
tubuh. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit
mengalami luka atau retak maka daya ikat terhadap air akan berkurang
e. Fungsi Lain
Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan
(pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang
menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar
UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).
2.2.3 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut perawatan (Wasitaatmadja, 1997), kulit terdiri atas 3
jenis:
1. Kulit Normal
Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar
dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.
2. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau
sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan
kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.
2.2.4 Pentingnya melembabkan kulit
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya,
yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan
penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kandungan air di
dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air
yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan
dan elastisitas stratum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007).
Jika kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, semakin
rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan
pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan
asing seperti sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk
dalam celah V ini, maka kulit menjadi kering dan retak-retak akan
menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit.
Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit
yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat
buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit
Menurut Wirakusumah (2004), masalah yang terjadi pada kulit
disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari
luar adalah sebagai berikut:
a. Ras (bawaan)
Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.
Misalnya dengan kulit halus, kasar atau berminyak.
b. Hormon
Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria)
pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen.
Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
c. Alergi
Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi
terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan,
kosmetik maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya
warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai
ada yang terluka.
d. Iklim
Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada
kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan
ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya
dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya.
e. Stres
Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara
langsung maupun tidak langsung..
2.3 Emulsi
Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua
cairan yang tidak tercampur, di mana salah satu cairan terdispersi dalam
bentuk globul dalam cairan lainnya (Anief, 1993).
Emulsi mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur, yaitu air dan
minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam
cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk
dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator)
merupakan komponen yang paling penting agar diperoleh emulsi yang stabil
(Anief, 1993).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase
dispersi merupakan fase yang tidak bercampur dengan air, dan air merupakan
fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi
air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air
dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase
tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada
umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam
air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula
yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket
(Ditjen POM, 1985).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voigt (1994) , adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
2.4. Kosmetik Untuk Kulit
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu
dari bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan
kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).
Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan
pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya
diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar
UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dini dan secara
umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Mitsui,
1997).
2.4.1. Kosmetika Pelembab
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai
pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai
penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air
sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari
kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar
lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar
yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor
perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik
pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:
1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak
hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin,
asam stearat, lemak alkohol, setil alkohol, lauril alcohol, propilen glikol,
beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam
kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa
vitamin.
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat
hidrofilik yang menyerap air.
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari
yang mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).
2.4.2 Syarat kosmetik pelembab
Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu:
a. Enak dan mudah dipakai
b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan
c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur
d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban
2.4.3 Jenis kosmetik pelembab
Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik
pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau
humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetik Pelembab berdasarkan Lemak
Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing
cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi
lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke
mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit
lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah
tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum,
mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah
penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti
perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah,
2007).
Kosmetik Pelembab yang Didasarkan pada Gliserol dan Sejenisnya
Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk
lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak
lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono
2.5 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan
untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang
dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika (Ditjen POM, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM,
1979).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream.
b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream .
2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat
humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM,
a. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari
lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
b. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam
stearat.
c. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan
kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar
kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air
dari udara dan menahan air agar tidak menguap.
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya
semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,
trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam
jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet
dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas
mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat
f. Parfum
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya
didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan
dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang