• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Sari Buah Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) Sebagai Pelembab Pada Sediaan Krim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penggunaan Sari Buah Strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne) Sebagai Pelembab Pada Sediaan Krim"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Buah Strawberry

Tanaman strawberry telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan

jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini

disebut strawberry modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria x

ananassa var duchesne. Strawberry ini adalah hasil persilangan antara Fragaria virginiana L. var duschene dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L. var duschene dari Chili, Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis strawberry tersebut dilakukan pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih

lanjut menghasilkan jenis strawberry dengan buah berukuran besar, harum, dan

manis (Budiman, 2008).

Dari segi ciri khusus lahiriahnya, strawberry adalah tumbuhan keluarga

rumput yang memiliki dahan dua jenis, jenis rebah dan tegak. Ketinggian jenis

tegak mencapai 8 sampai 15 sentimeter dan ujungnya berakhir dengan bunga.

Daunnya terdiri dari tiga daun kecil bergigi dengan ekor panjang dan berwarna

hijau cerah. Bunga-bunganya teratur, berwarna putih, dan berkumpul dalam

jumlah dua sampai lima atau bahkan lebih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Tanaman strawberry dapat tumbuh subur pada wilayah dengan lama

penyinaran matahari yang berkisar antara 8-10 jam per hari. Untuk faktor suhu

(2)

ideal antara 1.000-2.000 m di atas permukaan laut (Tim Karya Tani Mandiri,

2010).

2.1.1 Sistematika tanaman strawberry

Menurut Rukmana (1998), sistematika tumbuhan buah strawberry

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping satu)

Ordo : Rosales

Famili : Rosaceae

Genus : Fragaria

Spesies : Fragaria x ananassa Duchesne, disebut strawberry modern atau strawberry komersial.

Nama lokal,daerah dan asing :

Indonesia : Stroberi, strawberry

Inggris : Garden strawberry

Melayu : Strawberry

Vietnam : Dau tay

Thailand : Satroboery

(3)

2.1.2 Manfaat dan kandungan buah strawberry

Buah strawberry memiliki kandungan aktivitas antioksidan tinggi

karena mengandung quarcetin, ellagic acid, antosianin, dan kaempferol.

Kandungan tersebut menjadikan strawberry untuk meningkatkan kesehatan

jantung dan mengurangi resiko terjadinya kanker. Buah strawberry juga

membantu proses diet bagi penderita diabetes. Buah strawberry juga

dimanfaatkan untuk kecantikan, di antaranya obat jerawat, mempercantik kulit,

memutihkan gigi, serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan (Tim

Karya Tani Mandiri, 2010).

Daun strawbeery berpreran sebagai diuretik dan antireumatik. Daun

strawberry juga mengandung zat astringent yang berguna untuk mencegah

pengeriputan kulit wajah.. Kandungan vitamin C dan E berfungsi untuk

merawat dan mengencangkan kulit serta sebagai anti-aging. Akar strawberry

mengandung zat anti radang untuk memulihkan pembengkakan akibat nyeri

sendi dan asam urat. Akar strawberry juga bermanfaat sebagai obat diabetes

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Antosianin merupakan pigmen warna merah pada buah strawberry.

Senyawa ini berkhasiat menurunkan tekanan darah, cocok dikonsumsi bagi

penderita hipertensi. Antosianin juga mampu menurunkan kolesterol jahat

LDL, mencegah penyempitan pembuluh darah, penyebab stroke dan

melumpuhkan sel kanker (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Vitamin E, zat besi, dan magnesium yang berfungsi untuk membuat

(4)

dan melawan bakteri penyebab jerawat. Vitamin E merupakan antioksidan kuat

yang membantu proses perbaikan kulit. Zinc yang terkandung dalam labu juga

bisa sebagai obat bagi mereka yang jerawat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Tabel 1. Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah strawberry segar

No Kandungan gizi Proporsi (Jumlah)

1

Bagian dapat dimakan (Bdd, %)

37,00 *)

*) Direktorat Gizi Depkes RI, (1981)

(5)

2.2 Kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya.

Dimana lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari

kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga

mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi

sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang

dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam

kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak

mendalam. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme, kotoran, sisa sabun,

dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah tersebut sehingga

menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi

sumber infeksi (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.1 Struktur kulit

Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan

subkutis (subkutan).

1. Lapisan Epidermis

Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:

- Stratum corneum (lapisan tanduk)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki

inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan

sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri

(6)

sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan

dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.

- Stratum lucidum (lapisan jernih)

Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan

yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas

pada telapak tangan dan telapak kaki.

- Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal,

berbutir kasar,berinti mengkerut.

- Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval.

Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut

protein.

- Stratum germinativum (lapisan basal)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat

sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin

(Tranggono, 2007).

2. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada

epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan

elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

- Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi

(7)

- Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah

subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang

misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.

3. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,

berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan ini yaitu membantu

melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh.

Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika

tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi

dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa

fungsi, diantaranya sebagai berikut:

a. Pelindung Tubuh / Proteksi

Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan

yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain itu

kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan

angin (Wirakusumah, 2004).

Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:

1. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air,

sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang.

2. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan

(8)

3. Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ

tubuh dari benturan .

b. Pengatur Suhu Tubuh ( Termoregulasi )

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah

melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan

penguapan uap air (Mitsui, 1997).

Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara

melepaskan keringat apabila suhu tubuh panas. Yang mana keringat tersebut

akan menguap dan tubuh merasa dingin. Demikian pula sebaliknya bila

mengalami kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit

sehingga panas yang ada di dalam tubuh tidak keluar (tetap tertahan)

(Wirakusumah, 2004).

c. Sistem Pancaindera

Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar

seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan selalu

memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut

(Wirakusumah, 2004).

d. Menjaga Kelembaban Tubuh

Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam

jaringan tubuh, lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam

tubuh. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit

mengalami luka atau retak maka daya ikat terhadap air akan berkurang

(9)

e. Fungsi Lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan

(pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang

menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar

UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut perawatan (Wasitaatmadja, 1997), kulit terdiri atas 3

jenis:

1. Kulit Normal

Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar

dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.

2. Kulit Berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang

berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori

kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit Kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau

sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan

kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.

2.2.4 Pentingnya melembabkan kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya,

yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan

(10)

penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kandungan air di

dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air

yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan

dan elastisitas stratum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007).

Jika kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, semakin

rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan

pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan

asing seperti sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk

dalam celah V ini, maka kulit menjadi kering dan retak-retak akan

menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit.

Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit

yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat

buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit

Menurut Wirakusumah (2004), masalah yang terjadi pada kulit

disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari

luar adalah sebagai berikut:

a. Ras (bawaan)

Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.

Misalnya dengan kulit halus, kasar atau berminyak.

b. Hormon

Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria)

(11)

pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen.

Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.

c. Alergi

Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi

terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan,

kosmetik maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya

warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai

ada yang terluka.

d. Iklim

Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada

kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan

ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya

dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya.

e. Stres

Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara

langsung maupun tidak langsung..

2.3 Emulsi

Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua

cairan yang tidak tercampur, di mana salah satu cairan terdispersi dalam

bentuk globul dalam cairan lainnya (Anief, 1993).

Emulsi mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam

(12)

Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur, yaitu air dan

minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam

cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk

dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator)

merupakan komponen yang paling penting agar diperoleh emulsi yang stabil

(Anief, 1993).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase

dispersi merupakan fase yang tidak bercampur dengan air, dan air merupakan

fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi

air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air

dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase

tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada

umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam

air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula

yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket

(Ditjen POM, 1985).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voigt (1994) , adalah:

1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit

2. Memberi efek dingin terhadap kulit

3. Tidak menyumbat pori-pori kulit

4. Bersifat lembut

(13)

2.4. Kosmetik Untuk Kulit

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu

dari bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak

hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan

kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan

pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya

diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar

UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dini dan secara

umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Mitsui,

1997).

2.4.1. Kosmetika Pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang

bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai

pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai

penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air

sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari

kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar

lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar

yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor

(14)

perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik

pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak

hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin,

asam stearat, lemak alkohol, setil alkohol, lauril alcohol, propilen glikol,

beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam

kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa

vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat

hidrofilik yang menyerap air.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari

yang mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.2 Syarat kosmetik pelembab

Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu:

a. Enak dan mudah dipakai

b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan

c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur

d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban

(15)

2.4.3 Jenis kosmetik pelembab

Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik

pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau

humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik Pelembab berdasarkan Lemak

Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing

cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi

lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke

mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit

lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah

tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum,

mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah

penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti

perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah,

2007).

Kosmetik Pelembab yang Didasarkan pada Gliserol dan Sejenisnya

Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk

lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan

mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak

lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono

(16)

2.5 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang

mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam

minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan

untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi

mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang

dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan

estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air

tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM,

1979).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream.

b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream .

2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat

humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM,

(17)

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari

lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam

stearat.

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan

kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar

kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air

dari udara dan menahan air agar tidak menguap.

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya

semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,

trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam

jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet

dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas

mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat

(18)

f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya

didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan

dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang

Gambar

Tabel 1. Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah strawberry segar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari daun rosella yang ditambahkan pada sediaan krim

Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi buah jambu biji yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin

Sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 4 dan 6% tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan krim yang mengandung gliserin 2% untuk mengurangi penguapan air

sediaan krim anti- aging dari sari buah stroberi yang dipekatkan yang dihasilkan mampu atau tidak dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan. Saya menyatakan

Untuk mengetahui krim yang mengandung konsentrat sari buah stroberi memberikan efektivitas anti-aging pada kulit.. 1.5

Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari daun rosella yang ditambahkan pada sediaan krim

menggunakan minyak wijen sebagai pelembab, mengetahui kemampuan krim minyak wijen mengurangi penguapan air dari kulit dan mengetahui sediaan krim tidak menyebabkan iritasi.

Sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 4 dan 6% tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan krim yang mengandung gliserin 2% untuk mengurangi penguapan air