• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN A: LEMBAR BIMBINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN A: LEMBAR BIMBINGAN"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

xxx

(2)
(3)

xxxii

LAMPIRAN B: TRANSKRIP WAWANCARA

1. Wawancara perokok ringan

RK : Regina Kanani (pewawancara) GR : Garry Reynaldi (narasumber)

RK : Ya, selamat malam, hari ini saya sedang bersama Garry ya, sebagai narasumber saya yaitu perokok ringan.

GR : Iya.

RK : Kita mulai wawancaranya, ada beberapa pertanyaan saya sudah siapkan di sini, pertama, sudah berapa lama jadi perokok?

GR : Sudah sekitar 2 tahun.

RK : Yang membuat anda pertama kali mencoba rokok apa? GR : Penasaran.

RK : Karena teman atau bagaimana?

GR : Nggak sih, karena penasaran saja, kenapa sih orang banyak merokok dan ya jadi mencoba, gitu.

RK : Oke, kalau dulu pas pertama beli rokok, sudah tahu bahaya-bahayanya? GR : Tahu sih tahu, kan ngelihat dari gambar, cuma ya saya pikir kan karena

saya juga jarang ngerokok jadi ya aman-aman saja gitu. RK : Kalau pas pertama beli berarti gambarnya diperhatiin ya?

GR : Ya, sebenarnya perhatiin tuh setelah mungkin habis sambil ngerokok iseng ngelihat gambar-gambarnya gitu.

RK : Ooh, jadi biasanya kalau sambil ngerokok itu bungkusnya taruh di depan saja gitu?

(4)

xxxiii GR : Iya, bungkusnya ditaruh depan.

RK : Ganggu nggak ngelihat gambar yang ada di situ?

GR : Ya ganggu sih sebenarnya, cuma buat saya pribadi itu kan ngerokok itu cuma buat kayak selingan kayak buat santai saja gitu, cuma liat dari bahayanya juga pasti bahaya, saya juga pernah kepikiran gitu.

RK : Oke, tapi, karena ada gambar itu, ngebuat kamu jadi males ngerokok nggak? Kayak, “aduh males nih gambarnya jelek, mendingan nggak usah ngerokok saja deh”, gitu misalnya?

GR : Sebenarnya ada juga, pengen ngerokok cuman ngeliat ah karena memikirkan kesehatan jadi ah ya udah, nanti saja lah, gitu.

RK : Kenapa ngerokoknya dilanjutin hingga sekarang? Kan pertama kan penasaran.

GR : Iya, karena biasanya kalau ngerokok juga kalau ada misalnya pusing gitu kan stres, ya salah satunya ya biar santai, biar hilangin jenuhnya ya salah satunya bisa ngerokok, jadi sambil santai gitu.

RK : Oh, jadi, kalau misalnya ngerokok tuh rasanya jadi santai saja gitu ya? Lebih tenang gitu?

GR : Iya, salah satunya ke situ.

RK : Biasanya kalau ngerokok itu sambil melakukan apa? Sambil ngobrol kah, atau sambil bengong saja, atau setelah makan, atau gimana?

GR : Kalau saya sendiri sih kalau mungkin kalau emang lagi sendiri ya sambil ngelihat saja di sekitar ada apa gitu, sambil santai, engga mikirin apa yang

(5)

xxxiv

saya pikirin gitu, tapi kalau emang ada teman ya sambil ngobrol biasanya gitu.

RK : Ooh, kalau jumlah rokoknya dari dulu sampai sekarang, makin meningkat atau gimana?

GR : Sama saja sih saya juga sebenarnya bukan yang perokok sehari dua bungkus gitu, cuma ya kalau sehari misalnya 2-3 batang gitu, tapi itu juga kalau emang lagi benar-benar pengen dan ya lagi stres saja.

RK : Ada keinginan untuk berhenti merokok nggak?

GR : Ada, cuma kaya, ya tapi kan balik lagi, itu, kalau emang ada banyak kegiatan dan pusing stress ya buat cara ngilangin nya

RK : Kalau misalnya menurut kamu nih, kalau kamu kan merokok pasti ada liat gambar itu kan, gambar itu membuat kamu jadi ingin berhenti nggak? GR : Iya sih, kadang juga suka guyonan sama teman, kan, dia bilang, “nih lihat,

5 tahun ke depan kayak gini nanti gua jenguk ya” gitu kan kayak sebenarnya kepikiran juga.

RK : Oh jadi bercandaan juga ya.

GR : Iya jadi bercandaan juga, tapi emang kepikiran sih pasti ada gitu, tapi ya balik lagi gitu, tergantung orangnya, kalau saya sih ya kepikiran dan ya itu juga kan saya nggak terlalu sering jadi ya ah ya sudah lah paling juga nggak mungkin berat-berat banget kan sampai sakitnya kayak gitu.

RK : Ooh, kemaren, aku ada wawancara dokter sama beberapa perokok lainnya lah ya, aku dapet masukkan nih, misalnya gambar pada bungkus rokok ini diganti bukan jadi gambar penyakit, tapi gambarnya lebih kayak gambar

(6)

xxxv

yang menyentuh ke emosional, misalnya, “jika kamu merokok kamu akan mengecewakan keluarga kamu,” atau misalnya, mengenai orang-orang di sekeliling kamu lah yang akan dikecewakan gitu, kalau menurut kamu, kayak gitu bakal bisa lebih menggerakkan kamu nggak?

GR : Iya sih, karena ya menurut saya sih ya sebenarnya nggak usah adanya gambar itu juga emang ngerasa, wah, bakal merugikan saya, apalagi kayak adanya tambahan tulisan kayak gitu kan jadi kayak, oh, ternyata ya kalau misalnya saya kenapa-kenapa kan ngga cuma saya doang yang khawatir, tapi kan ada keluarga, dan mungkin ada kerabat dan teman-teman sekitar, gitu jadi kayak bakal kepikiran juga gitu.

RK : Kalau menurut kamu itu gambar yang di bungkus rokok itu sudah cukup menjijikkan nggak sih, atau kalau misalnya lebih menjijikkan lagi bisa sampai kamu nggak mau beli gitu?

GR : Tapi sebenarnya ya itu juga sudah cukup sih, maksudnya sudah oke, gambaran kasarnya sudah tau, kalau misalnya ngerokok kan ya paru-parunya lah, kanker lah, dan lain-lain gitu, tapi kalau misalnya ditambah kayak gitu lagi mungkin ya orang ya jadi aneh saja gitu jadi kayak nggak begitu pantes saja gitu.

RK : Ooh, sekian sih wawancaranya, makasih sudah mau jadi narasumber, ya. GR : Iya sama-sama.

(7)

xxxvi 2. Wawancara mantan perokok

RK : Regina Kanani (pewawancara)

GW : Gunawan Wibowo, S.H. (narasumber)

RK : Selamat pagi Pak Gunawan, sekarang saya mau wawancara sedikit ya mengenai rokok karena bapak seorang mantan perokok sedang yang sekarang sudah berhenti, ya.

GW : Iya.

RK : Untuk wawancara ini boleh saya tanya mengenai biodatanya dulu, Bapak sekarang usia berapa?

GW : 57, 58.

RK : Pendidikan terakhir apa, Pak, kalau boleh tahu? GW : Sarjana Hukum.

RK : Kalau pekerjaan? GW : Di swasta.

RK : Sekarang saya mulai masuk ke pertanyaan mengenai rokok ya, Pak, Bapak dulu awal merokok tahun berapa?

GW : Wah sudah sejak, anggap sudah sejak mulai rutin itu ya SMA ya, SMA itu berarti tahun 77.

RK : Tahun 77, hingga tahun? GW : Anggap, 3, 4 tahun yang lalu.

RK : 3, 4 tahun yang lalu ya, 2015, 2016-an. GW : Iya.

(8)

xxxvii

GW : Ya, kalau waktu muda pasti karena teman, karena pergaulan. RK : Karena diajak, atau dipaksa, atau terpaksa, atau bagaimana?

GW : Mungkin bukan, mungkin lebih kepada gaya, mungkin lebih kepada, oh pasa usia ini sudah bisa merokok, nah, mungkin ke gaya lah, ya, sekarang sebut saja gaya, sadar tidak sadar itu adalah, gaya gitu.

RK : Kalau dulu pertama membeli, mencoba rokok, sudah tahu bahaya-bahayanya?

GW : Ya mungkin tahu, bahaya merokok, di sekolah juga diajarkan, orang tua juga ngomong, saat itu mungkin lebih mementingkan gaya daripada informasi mengenai akibat karena kan nggak pernah melihat bahwa akibat yang bersifat direct kan dari rokok, semuanya kan bersifat indirect dan kalau berdebat juga ya antara perokok dan bukan perokok masing-masing punya argumen yang mungkin sebanding, yang debat juga cuma jadi debat kusir. RK : Kalau alasan, sekarang yang sudah berhenti, sejak 3, 4 tahun yang lalu itu,

alasan untuk berhentinya apa kalau boleh tahu?

GW : Alasan berhentinya lebih kepada niat yang dilandasin, setelah aku cari yang bisa mengalahkan suatu adiktif daripada rokok itu itu adalah kasih sayang, atau cinta kasih terhadap keluarga, terhadap, mungkin kalau ngomong terhadap diri sendiri mungkin engga ya, mungkin lebih kepada kepedulian terhadap keluarga, kepada anak, istri, yang disayangi lah ya, karena mereka mengharapkan sebagai kepala keluarga untuk tidak merokok. Rokok juga semakin dibatasi, tidak bisa merokok di dalam rumah, nah dengan niat kasih sayang itu juga kalau merokok di luar, terus pada

(9)

xxxviii

saatnya ada teman yang meninggal, mungkin bukan direct karena rokok tapi akibat akumulasi ya dia punya tekanan darah yang tinggi, akhirnya struk dan struknya berat, akhirnya ya itu kita ketahui bahwa dia itu sangat mengabaikan kesehatan yang terutama akibat daripada merokok dan kopi lah, dan akhirnya, ya sudah lah nggak apa-apa, toh ngerokok juga apa untungnya sih, nah setelah itu kurun waktu kira-kira anggap, 3 bulan, ya, 3 bulan setelah dari diri sendiri mungkin tidak ada nikotin di darah, sudah terhadap bau rokok itu sudah sangat sensitif dan segala macem, pada saat naik mobil bersama dengan perokok, walaupun dia tidak merokok di dalam mobil, tapi bau tubuh dan nafasnya itu di dalam kabin yang sama, waduh, itu juga kerasa loh itu nggak enak dan sangat mengganggu loh, itu terus ingat, dulu aku tuh sebagai penyebab bau ini nih kalau di dalam mobil, nah itu akan lebih memperkuat, tekad untuk sudah lah jangan masuk untuk merokok lagi, gitu, selain setelah itu kita olahraga, merasa badan lebih sehat, merasa kebanggan bahwa sudah bisa lepas dari rokok, keluarga juga appreciate terhadap, itu semakin kuat, jadi sebenarnya yang paling bisa mengalahkan addict dari merokok itu sebenarnya perhatian keluarga, tapi bukan perhatian yang bersifat konfrontatif, kan banyak tuh yang konfrontatif, berhenti merokok, begini, kalau nggak berheti merokok nanti begitu, sudah, cukup digugah ini saja kalau memang cinta terhadap keluarga, peduli, perhatian, gitu juga ya jaga kesehatan lah dengan lenghindari rokok, olahraga, dan segala macam. Ya, itu kuat itu.

(10)

xxxix

RK : Kalau dulu, ketika masih merokok, apa yang dirasain ketika ngerokok, apakah jadi enak, jadi malah mendapatkan ide, atau gimana?

GW : Namanya addict itu sudah jadi kebutuhan, pada darah kita tidak dimasuki nikotin, jadi gelisah, jadi ingin, karena itu sudah jadi kebutuhan, itu nggak butuh itu namanya ngerokok menjadi gaya, perhatian, bahkan di tempat sepi pun, di bawah pohon nggak ada orang melihat pun, yang penting dia bisa merokok, walaupun orang lain itu ada di ruangan AC nikmat begitu, dia lebih baik keluar di tempat yang kotor asal diizinkan merokok, nah ini jelek sekali ini orang memang punya kebiasaan merokok itu, karena sudah jadi kebutuhan, tubuh, darahnya itu sudah minta, minta nikotin. Sekarang aku ketawa, melihat orang yang kayak gitu, dia harus keluar dari tempat yang nyaman, kita di tempat AC, dia keluar, karena merokoknya bolehnya di luar, dia mending di luar, yang penting bisa merokok, aduh, kita sudah pada ya nggak tahu tuh, orang-orang yang tersiksa kita melihatnya.

RK : Iya, dan kalau biasanya dulu kalau merokok tuh sambil ngapain? Sambil ngobrol, diam saja, atau gimana?

GW : Ya, kalau di kantor, tentu sesama perokok ya menikmati sambil ngobrol sambil apapun ya, bahkan dulu di pekerjaan juga sambil menyelesaikan pekerjaan, walaupun itu dengan komputer apa gitu ya kita merokok. Ya, apa itu abu rokok ya ada di mana-mana itu, nggak mungkin orang bisa menjaga kebersihan dengan sebersih-bersihnya orang merokok tuh ada abu, ada apa yang secara sengaja atau tidak sengaja akan tercecer.

(11)

xl

RK : Oke, nah, biasanya kalau merokok itu bungkusnya ditaruh di mana? Apakah ditutupi, ditaruh saku saja, atau dibiarkan saja di depan sambil merokok gitu jadi kelihatan?

GW : Ya, biasa sih kalau bersama dengan orang atau tidak bersama kalau ada meja biasanya ditaruh di meja, kalau bepergian di perjalanan apa ya tinggal di bawa, kalau tidak ada meja ya ada di saku.

RK : Kalau misalnya ditaruh di meja kan berarti Bapak perhatikan nggak gambar seram yang ada di bungkusnya?

GW : Ya nggak usah diperhatiin juga sudah tahu itu gambarnya apa, karena gambarnya itu begitu semuanya.

RK : Tapi mengganggu nggak ketika merokok? Karena kebanyakan gambarnya kan mengenai penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok, dan penyakitnya kan bukan sembarang penyakit yang seperti batuk-batuk, tapi kan penyakit yang kronis gitu.

GW : Ya mengganggu, mengganggu, tapi mengganggunya itu di dalam pemikiran waktu pas masih merokok, itu seperti mengganggu tapi bukan mengganggu bahwa, “Oh, kalau aku merokok ini akan berakibat seperti itu,” trus sehingga itu bisa menghentikan merokoknya, pikir itu, nggak tau ya, apa mungkin ada orang yang terpengaruh, tapi kebanyakan teman-teman apa semuanya menganggap bahwa itu adalah suatu dramatisir, itu suatu kewajiban dari pabrik rokok, kewajiban yang diharuskan oleh pemerintah, tapi gambar itu aku ngomong mah tidak efektif ya, lebih kepada menjijikkan gitu, menjijikkan tapi bukan menghentikan, tapi kemauan kita, udahlah

(12)

xli

tutup saja, gitu, misalkan itu taruh di meja tutup saja dengan sobekan kertas yang di dalam rokok itu kan kalau buka rokok biasanya ada sobekan kertas, tutupin gitu.

RK : Oh, berarti nggak bikin jadi malas merokok juga, karena solusinya mudah tinggal ditutup gitu?

GW : Iya, efektifitasnya bukan karena itu terus orang mengurangi atau berhenti merokok lah ya, aku nggak tahu tuh kalau mungkin ada, tapi sejauh ini sih ya belum ketemu bahwa, “Akibat dari gambar itu sekarang aku sudah nggak merokok,” lah, karena tahu akibat-akibatnya atau apa, rasanya sih belum pernah tahu.

RK : Kalau misalnya menurut Bapak pribadi ini, kalau Bapak kan sekarang sudah berhenti merokok, berarti kan Bapak mengerti rasanya dari yang dulu awal tidak merokok, hingga menjadi pemula merokok, hingga Bapak berhenti sekarang, menurut Bapak, gambarnya lebih baik menjadi seperti apa sih agar dapat memotivasi perokok untuk berhenti seperti bapak yang sudah berhenti sekarang?

GW : Bahwa, ya yang tadi itu, bahwa seorang perokok, itu bisa dihentikan, atau dia mau berhenti itu kan sebenarnya dari niat, karena kalau dari sisi kalau dia tidak niat, dia mampu beli rokok, bahkan tidak mampu beli rokok pun, itu kan jaman sekarang ke teman yang menyediakan rokok dan segala macam itu kan bisa saja lah, karena itu bukan barang mewah, nah itu mungkin nantinya akan jadi barang yang mahal, nah itu mungkin nantinya orang berhenti merokok, nah kalau melihat dari sisi himbauan untuk tidak

(13)

xlii

merokok itu bagusnya apa? Ya mungkin kalau dari analisa Bapak itu ya, coba digali kesadaran, mengenai cinta kasih, kasih sayangnya untuk melawan dia berhenti merokok, seperti misalkan, contohnya, itu nggak perlu gambar yang menakutkan, itu bisa gambar yang bagus, gambar seorang dokter memberikan informasi bahwa, “Anda akan bisa lebih produktif dengan begini,” “Cintailah keluarga,” gitu kan, atau statistik, atau yang lebih menimbulkan orang mau melihat, “Ih, saya beli rokok ini yang bunyinya apa nih, yang himbauannya apa nih,” mungkin dia, kalau mau toh juga sama, kalau gambar itu gambar yang biasa-biasa yang seperti sekarang juga cuman ditutup, kalau orang itu nggak mau baca, ya sudahlah memang efeknya sama, tapi bagi yang mau baca, dia bisa dihimbau mengenai kasih sayang terhadap keluarganya gitu kan ya, bahwa menjaga kesehatan itu mungkin bukan cuma untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga, bahwa dengan tidak merokok itu anda tidak menimbulkan bau bagi rekan, bagi ini, bagi yang lainnya, kalau nggak percaya, tanya kepada pihak yang merokok, kalau bersama satu mobil dengan yang merokok apa dan segala macam, sehingga menimbulkan, apa sih, dia, kalau punya perhatian, atau care, terhadap lingkungannya, yang kebanyakan tidak merokok, ya tentunya dia akan memotivasi lah, memotivasi untuk dia dari sisi apa saja, dari sisi estetika, dari sisi ekonomi, ya kan, bahwa lebih mending membelanjakan untuk apa, dan sebagainya, ya itu, kita ketuk dari sisi itu tapi yang bersifat perhatian, dan membangkitkan kasih sayangnya terhadap keluarga atau bahkan mungkin yang belum menikah ya terhadap kekasihnya gitu kan.

(14)

xliii

RK : Iya, wawancara ini sudah selesai, saya akhiri yah, terima kasih Bapak sudah bersedia menjadi narasumber saya.

GW : Iya, itu saja?

RK : Iya, itu saja, terima kasih ya, Pak GW : Iya, sama-sama, ya, belajar yang baik.

(15)

xliv 3. Wawancara ahli kesehatan

RK : Regina Kanani (pewawancara) FF : dr. Felesia Fanty (narasumber)

RK : Siang, Dok, Saya Regina Kanani dari UMN ingin mengajukan beberapa pertanyaan untuk wawancara, terima kasih sudah meluangkan waktu, sekarang kita langsung saja ke pertanyaan pertama ya.

FF : Oke

RK : Kalau misalnya dari pasien yang pernah Dokter temui, ada kah yang perokok ringan (1-10 batang/hari)?

FF : Oh ada, ada.

RK : Itu kesehatannya bagaimana pengaruhnya oleh konsumsi rokok 1-10batang/hari?

FF : 1-10 batang? RK : Iya.

FF : Itu biasanya, tidak semua pasien terkena dampak langsung dari efek dari rokok yang hanya 1-10batang/hari, beberapa masih fine-fine saja, tidak ada efek yang signifikan, tetapi biasanya yang sudah bertahun-tahun atau berpuluh tahun mengonsumsi rokok baru terkena dampaknya. Tapi seringkali, pasien itu terkena dampak tidak langsung akibat dari rokok, biasanya karena dia perokok terus daya tahan tubuhnya menjadi turun, sehingga mudah terserang infeksi. Atau dari sebagai perokok itu dia pola hidupnya kurang teratur, pola makan kurang teratur sehingga terkena penyakit yang lain, contohnya kayak sakit maag dan sebagainya.

(16)

xlv

RK : Jadi itu dampaknya berarti bisa dibilang kecil atau besar? FF : Dampaknya sedang.

RK : Oh, dampaknya sedang ya, berarti tidak bisa dibilang perokok ringan itu dampaknya kecil itu nggak bisa juga ya?

FF : Nggak bisa, karena efek dari sebagai orang sebagai perokok itu, kalau yang saya lihat dari pasien-pasien yang saya tangani itu tidak bisa dikelompokkan seperti itu, karena, tidak bisa dikelompokkan secara mekanik lah ya, jadi, yang berbanding lurus, perokok ringan, efek ringan, tapi seringkali kena komplikasinya, dampak dari efek lain, misalkan, karena rokok sendiri sifatnya asam. Nah, dari keasaman itu biasanya pola makannya juga tidak teratur, ditambah dia perokok, suka begadang, otomatis, mulai kena dampak, gitu, jadi, itu pengelompokkannya, dari jumlah rokok yang dikonsumsi dengan berat ringannya penyakit kita nggak bisa langsung mengelompokkan seperti itu.

RK : Oh, kalau selama pasien yang pernah ditangani, paling banyak kena penyakit apa?

FF : Perokok?

RK : Iya, ringan maupun berat.

FF : Perokok, otomatis paru-paru dan jantung. RR : Paru-paru dan jantungnya itu apa kanker atau?

FF : Oh, jadi dari yang ringan itu efeknya itu bronkitis, jadi mudah batuk-batuk, batuk-batuk karena banyak dahak yang terkumpul di tenggorokan, akibat

(17)

xlvi

dari asap rokok yang dikonsumsi, sampai dengan efek dari rokok sendiri nikotin itu yang paling parahnya kanker paru-paru.

RK : Oh, kalau yang, itu kan yang paling banyak, kalau yang paling berat, penyakit yang paling parah?

FF : Yang paling parahnya itu kanker paru-paru. RK : Oh, kanker paru-paru.

FF : Iya, kanker paru dan karena yang saya tangani rata-rata sudah dalam kondisi parah, itu biasanya kanker paru yang sudah bermetastase atau menyebar ke tulang sampai nggak bisa jalan, sesak hebat, sesak nafas hebat gitu, terus jantung biasanya penyakit jantung koroner ya yang pendukungnya pencetusnya itu juga pola hodup salah satunya perokok. RK : Mereka kondisi fisiknya kayak gimana yang bisa dilihat?

FF : Yang paling parah? RK : Iya yang paling parah

FF : Yang paling parah itu sesak, sampai untuk berjalan pun, berjalan pelan itu di area datar pun sesak.

RK : Mempengaruhi kayak berat badan gitu nggak, kayak jadi jadi kurus sekali atau jadi gemuk gitu?

FF : Oh, iya, iya, jadi kurus biasanya, karena untuk bernapas saja butuh tenaga, otomatis dibutuhkan kalauri tinggi untuk bisa bernapas gitu ya. Berat badan turun biasanya.

RK : Oh biasanya turun ya, nggak mungkin malah jadi naik ya? FF : Iya.

(18)

xlvii

RK : Ada nggak perokok yang sudah sakit terus berhenti dan jadi sehat? FF : Banyak, berhenti jadi sehat ya, banyak, biasanya kesadaran mereka untuk

berhenti bisa karena, rata-rata ya yang saya lihat secara psikologis, pasien itu sulit kalau orang lain, biarpun itu dokter yang menganjurkan untuk berhenti, terus si pasien itu langsung nurut, itu jarang sekali gitu, secara psikologis apalagi pria dewasa, mereka merasa punya kemerdekaannya sendiri gitu, jadi biasanya kita, saya sebagai dokter tidak akan menganjurkan secara, seperti kita menganjurkan anak-anak, gitu, tapi kita biasanya hanya membuka wawasan, hanya untuk mengingatkan bahwa ngerokok itu yang rugi Bapak sendiri, yang kasihan keluarga Bapak, tapi kalau mereka laporan bahwa dulu saya perokok dan sekarang saya sudah berhenti, rata-rata bukan karena dianjurkan oleh orang lain sekalipun itu dokter, tetapi karena kesadaran sendiri. Secara psikologi itu nggak bisa orang dipaksa kayak gitu. RK : Tapi pernah nggak ada yang, dokter nakut-nakutin pasiennya, kalau misalnya kamu lanjut nanti kamu bakal kena ini loh, kena itu loh, pernah nggak kayak gitu?

FF : Mungkin dokter lain ada, tapi kalau saya pribadi, saya enggak, nggak pake cara itu. Kita nggak perlu istilahnya nakut-nakutin, ngancem, gitu, itu iklan dari pemerintah, terus anjuran dari Menkes, Departemen Kesehatan, sudah cukup banyak ada di masyarakat. Mereka itu tidak usah diomongin itu sudah tahu. Saya pribadi tidak mau memperlakukan pasien dewasa seperti anak kecil, karena secara psikologis mereka tambah tidak suka. Kalau tidak suka, tambah sengaja. Jadi cara saya, tidak memilih dengan cara nakut-nakutin.

(19)

xlviii

RK : Oh, lebih ke biar sadar bahwa itu bisa ngerugiin dia sendiri gitu ya? FF : Iya , toh sudah tahu kan Pak, sudah, ya sudah, coba dipikirkan, gitu saja. RK : Kalau pasien yang datang karena rokok kan ada, kalau karena vape? FF : Kalau vape, pernah ada satu anak sekolah itu, masih sekolah malahan,

dibawa sama ibunya, itu pun bukan spesifik berobat ke saya karena urusan vape nya.

RK : Oh karena ada lainnya juga?

FF : Iya, karena, datangnya karena keluhan sakit maag nya, itu akibat ini, terus setelah duitanya-tanya ternyata dia juga punya kebiasaan nge-vape gitu. RK : Satu itu?

FF : Iya, sejauh ini baru satu. Mungkin yang berterus terang yah, kebetulan karena waktu itu anak muda, terus, sakit maag hebat, terus saya selidiki ternyata ke situ, tapi itu yang bukan jadi titik beratnya.

RK : Oh, sama apa sih yang ngebuat orang ngerokok meskipun tahu itu bahaya. Pasti kan sudah banyak juga peringatan juga.

FF : Iya, saya melihatnya rata-rata karena faktor psikologis, ya, satu biasanya stres. Stres entah dari masalah dalam keluarga, atau masalah pekerjaan. Dan saya melihatnya, rokok itu lebih menjadi kebutuhan secara psikologis, jadi dengan memegang batang rokok, terus menghisap dan mengepulkan asapnya itu tuh dia seperti pelarian. Untuk sesaat gitu. Ya orang yang gampang panik, yang saya amati gitu untuk pasien-pasien perokok, rata-rata mereka yang panikan gitu. Tapi dengan memegang itu seperti punya rasa percaya diri. Dalam pergaulan kalau laki-laki rata-rata, oh, ditawarin rokok,

(20)

xlix

dia merasa seperti menyatu dengan kelompoknya, dia merasa punya percaya diri karena diterima di grup yang merokok begitu, jadi kebutuhannya secara fisik jelas tidak ada. Semua orang sadar bahwa merokok itu efeknya merugikan. Tapi kalau kita lihat sejarahnya dari zaman dahulu, sampai sekarang ini, mana bisa yang bisa menghentikan rokok, kecuali itu sesuatu yang dipaksakan, kayak di Jepang harus ada ruang khusus untuk merokok, supaya tidak memberi polusi pada sekitar, tapi kalau secara pribadi masing-masing, saya melihatnya dari efek psikologisnya. Ketika faktor psikologis itu penyebab dia cemas, penyebab dia stres itu sudah bisa teratasi, dia akan dengan penuh kesadaran akan lepas.

RK : Oh, karena kalau kemarin kan saya sempat riset juga kan, yang saya baca itu emang rokok itu kalau secara scientific itu tidak bisa mengurangi tingkat stres dalam seseorang kalau secara fisik, itu betul ya?

FF : Iya, iya betul. Tapi itu hanya secara psikologis tadi. Nah ini gencarnya, promosi dari pihak pabrik rokok itu yang membuat jadi, itu seperti dua hal yang memang perang sepanjang jaman gitu. Dari rokok itu butuh omset tinggi sehingga bagaimana caranya menaikkan omset dan kebutuhan rokok menjadi suatu kesenangan, kebutuhannya itu, keuntungannya cuman kesenangan mungkin, gitu. Tapi di pihak dunia kesehatan berusaha memerangi itu gitu. Sepanjang masa seperti itu.

RK : Iya. Sekarang kita masuk ke tentang gambar yang ada pada bungkus rokok ya. Dokter sudah tahu ada gambar apa saja disitu?

(21)

l

RK : Menurut dokter itu sudah bisa mewakili dari bahaya merokok?

FF : Seharusnya sudah bisa, tapi dari yang beberapa pasien saya tanya kan, seringkali, nah itu ada satu pasien saya justru yang bekerja di perusahaan rokok, dia bagian salesman gitu ya, nah, saya tanya, “Itu ngefek nggak Pak ke omset?” Katanya enggak. Justru dengan dulu waktu awal-awal dipasang gambar itu, saya tanya, enggak, justru masih naik omsetnya. Nah terus ke pasien beberapa saya amati gitu ya. Ada sebagian yang gambarnya itu tinggal dia tutupi, diselipin gitu, jadi dia tidak terganggu lagi, walaupun dia penakut dan tahu itu. Tapi daya tarik untuk mendapatkan kesenangan, pergaulan, me-release stres, itu jauh lebih kuat daripada ditakut-takutin sama gambar.

RK : Oh iya, berarti kalau dari situ bisa disimpulkan dia kurang efektif dong ya gambarnya.

FF : Saya rasa begitu.

RK : Kemarin sih sebenarnya saya sempat riset juga ada beberapa tempat yang itu efektif, dan saya juga sempat survey kan sebelum ini, itu sebenarnya gambarnya efektif, tapi kalau misalnya untuk faktor lingkungan gitu sudah susah ya, karena kalau misalnya dia berhenti nanti teman-temannya juga bakal melihat beda gitu, ya?

FF : Iya, iya, karena kalau gambar ya, yang saya lihat, gambar itu kan boleh dilihat boleh enggak. Kayak yang beli rokoknya ada gambarnya itu, kalau dia nggak suka gambar itu ya ditutupin kertas, selesai.

(22)

li

RK : Iya sih benar. Saya juga kemarin ada yang dimasukkan tas, ada yang ditutupi lakban gitu gambarnya.

FF : Iya.

RK : Ada yang ganti kotak gitu.

FF : Iya, jadi balik lagi perlunya kesadaran, kembali lagi, kesadaran masyarakat saja. Dan biasanya mereka berhenti merokok karena mulai ada yang kerasa parah atau kata dokter kena jantung, nah.

RK : Oh, baru pas sudah kena ya.

FF : Iya, pas sudah kena baru, oh saya mah sudah berhenti sekarang takut. Nah ada beberapa ya yang, mungkin ini bisa juga jadi informasi, ada yang memang katakan dalam satu keluarga tidak harmonis, dia stresnya berkesinambungan. Nah, sekarang ibaratnya dia menganggap, kalau saya sakit itu akan lebih baik. Istri saya jadi nggak terlalu cerewet karena saya sakit. Dia berlindung di balik sakitnya, untuk tidak menghadapi konflik-konflik yang tidak menyenangkan itu.

RK : Oh, untuk kabur juga ya.

FF : Iya, ada itu satu pelarian mungkin kalau boleh dibilang. Nah ada juga yang kalau saya mati itu lebih baik, jadi buat apa saya sehat. Toh saya sehat juga saya nggak happy. Ada faktor psikologis ke sana itu banyak.

RK : Iya, sama kalau misalnya kemarin saya sempat survey itu, jadi kan saya ngasih ke respondennya ada beberapa gambar di bungkus rokok yang seram-seram itu kan. Paling banyak itu mereka takut sama gambar yang menunjukkan luka organ dalam. Kalau menurut Dokter itu gimana dari

(23)

lii

sudut pandang Dokter, apa itu jadi, aduh nggak sopan, pasiennya untuk nakut-nakutin, atau bagaimana?

FF : Oh, mereka malah bawa jadi bercanda tuh. Jadi bahan candaan gitu. Jadi bukan dianggap serius itu, dia sudah tahu, ibarat kata ya, yang saya amati, mereka tidak disodori gambar pun sudah tahu, bahwa merokok itu bisa merusak organ dia, dia sudah tahu tanpa lihat gambar. Jadi begitu disodori itu malah mereka sebagian dipakai bercandaan. Contoh, pernah ini pasien saya langsung yang bilang gini, perempuan malahan, temannya bilang, “Itu, Dok, kasih tahu, suruh berhenti rokok, rokoknya banyak,” Oh iya. Terus si temannya ini malah ngomong, iya Dok, kan itu iklannya juga merokok membunuhmu, bukan membunuhku. Ya kan nggak membunuhku kan, membunuhmu. Malah dibawa bercanda seperti itu.

RK : Diputar-putar ya.

FF : Iya jadi bahan bercanda.

RK : Karena selama ini tapi Dokter nggak pakai fear factor juga ya untuk mencegah pasiennya untuk merokok lagi, ya.

FF : Saya lebih senang itu menyentuh sisi psikologisnya untuk kembali menyadarkan begitu, begitu sudah ada gejalanya, saya biasanya kalau saya pribadi bilang, “Ya sudah, Bapak tahu kan, ini salah satu pendukungnya dari rokok, ya sudah saya kembalikan tanggung jawabnya kepada Bapak sendiri,” Saya lebih suka begitu.

(24)

liii

RK : Kalau sekarang sudah pertanyaan terakhir, Dok. Kalau menurut Dokter, seberapa besar sih pentingnya mencegah resiko merokok di Indonesia saat ini?

FF : Seberapa penting, pasti penting sekali, penting sekali, cuma yang kita lihat sendiri gitu ya dari jaman ke jaman itu faktor stress itu yang meningkat, kalau menurut saya, untuk menghambat, mencegah adanya, mengurangi jumlah perokok itu pasti penting. Karena yang kasihan itu anak-anak, yang kena dampaknya dari efek asap itu gitu. Kalau kita boleh mengadopsi cara-cara di negara yang lain, gitu yang sudah lebih tertib gitu seperti di Jepang itu mungkin perlu dicanangkan di sini, kayak misalnya silahkan merokok, tapi silahkan loh asapnya hanya untuk kamu sendiri, jangan untuk meracuni orang lain lagi yang memang bukan perokok. Karena problem di sini kan banyak perokok pasif yang istrinya anaknya itu yang jadi sakit akibat dari bapaknya. Nah seperti kayak di Jepang yang kita tau tuh misalnya di taman, ada satu sudut yang memang dikasih sekat, silahkan kalau merokok silahkan di sana. Sah. Jadi antar perokok saling memberi asap. Satu kotak kadang-kadang. Di perjalanan ada satu kotak kayak lemari besar itu mereka masuk ke situ untuk merokok. Setelah rokok selesai jalan lagi, jadi di tempat umum, tidak boleh ada rokok. Nah itu sebenarnya mungkin cara yang lebih efektif, karena itu menyangkut pergaulan, rule yang disepakati bersama. RK : Maaf Dok jadi nambah satu lagi, kalau misalnya dibilang perokok pasif itu

efek kesehatannya lebih parah daripada perokok aktif, benar nggak pernyataan itu?

(25)

liv FF : Sebetulnya faktanya sama.

RK : Oh, sama? FF : Sama bahanya.

RK : Selama yang ditemuin juga ada berarti korban perokok pasif itu? FF : Ada.

RK : Jumlahnya juga sama kurang lebih?

FF : Kalau saya ini nggak survey dari jumlah pasien saya. RK : Tapi tetap ada, ya, dua-duanya?

FF : Ada, ada.

RK : Oh, sekian wawancaranya, terima kasih sudah luangkan waktu ya Dok, terima kasih.

FF : Iya, terima kasih Regina, sukses terus. RK : Iya.

(26)

lv 4. Wawancara psikolog

RK : Regina Kanani (pewawancara)

SK : Syazka Kirani Narindra, M.Psi. (narasumber)

RK : Selamat sore. SK : Sore.

RK : Ini dengan kak Azka, psikolog, saya mau tanya-tanya beberapa hal. Jadi topik saya ini tentang mengolah gambar pada bungkus rokok, yang diolah oleh perokok. Kita langsung masuk ke pertanyaan pertama saja ya, Kak, pertanyaan pertama, bagaimana proses manusia mengolah gambar yang dia lihat ke dalam mindsetnya?

SK : Gambarnya itu kayak gimana? Maksudnya gambar dia perceive-nya gitu misalnya gambarnya jadi jorok atau?

RK : Iya kayak gitu.

SK : Oke, manusia itu dibagi atas 5 emosi, ada disgust, ada sad, angry, happy, satu lagi apa?

RK : Fear?

SK : Iya fear iya ya? RK : Kayak Inside Out?

SK : Iya kayak Inside Out, iya benar, nah emosi itu adalah serangkaian dari pengalaman, maksudnya gimana cara kita tahu ini disgust, maksudnya kayak aku ngelihat muka kamu misalkan, oh iya ini happy, senyum happy, mukanya murung itu sedih, itu dari pengalaman yang pernah terjadi, gitu. Pengalaman yang terjadi dan juga kita sering dipaparin bahwa ini jorok,

(27)

lvi

gitu, ini ini, dikasih label sama orang, sehingga kita tuh proses bukan kayak, misalkan kamu gini deh, kamu encounter makanan baru, bentuknya netral senetral-netralnya, contoh kamu nggak pernah ketemu tofu gitu, ditanya, “lu mau makan nggak?” “Nggak tau”, karena nggak pernah tau rasanya, karena nggak punhya pengalamannya. Seseorang bisa membentuk mindset ketika dia punya pengalaman. Ketika dia misalkan melihat bahwa berdarah-darah itu seram, kayak gitu. Ngelihat bahwa itu nggak baik. Bahkan kita dari kecil, kita itu namanya ada mirrorring, jadi kita ngelihat bahwa ketika orang senyum, kita ikutan senyum, ketika ngelihat bahwa orang lain itu ada yang sedih, kita ikutan sedih, atau misalkan kita ngelihat bahwa, bahkan kita suka tanpa sadar, kita suka ngelihat anak kecil kayak, kok dia bisa ngomong itu? Kayanya kita nggak pernah ngomong itu deh. Oh kok anak kecil itu bisa nyanyi lagi itu padahal kita nggak pernah. Karena pas kecil itu kita kayak spons otaknya.

RK : Oh semuanya diserap saja?

SK : Semuanya diserap, bahkan kemarin aku ngobrol sama temanku dia bilang, “Di rumah, gua tuh nggak pernah nyetel TV, gua pulang, anak gue nyanyi lagu yang “entah apa” itu gua bingung, dari mana? Ternyata tetangga sebelah. Padahal tetangga sebelah cuma nyetel itu sekali, dan itu langsung keserep,” Itu. Sehingga, gimana orang itu punya persepsi itu berdasarkan pengalamannya. Bahkan kadang nih, kita bisa bilang, misalkan kamu sudah ketemu banyak orang, sudah pernah ngobrol sama banyak orang, kita punya gut feeling. Gut feeling itu sebenarnya bukan purely gut feeling, kadang kita

(28)

lvii

bisa ngeliat, kayaknya orang ini baik deh, kayaknya ini orang jelek deh, kalau ditanya kenapa? Nggak tau. Bukannya nggak tau, kita secara unconcious sudah tahu bahwa muka yang kayak gini biasanya jahat. Kayak kamu nonton Shrek saja. Shrek itu biasanya harusnya jahat, cuman kayak, karena disitu baik, kamu jadi kayak, filmnya aneh juga ya, ternyata muka yang bentuknya jelek, yang bentuknya hijau, gede, yang biasanya jadi orang jahat, bisa jadi baik. Stereotype itu, sehingga mindset itu terbuat dari persepsi yang perngalaman kita terus-menerus ada, dan itu bedanya bisa sepersekian detil, detil banget, bahkan kita bisa tau mana senyum yang genuine, sama senyum yang dipaksa, itu saja kita bisa tau karena, mindset kita itu bukan karena kita diam terus ada, tapi karena kita belajar dari pangalaman dan kita melihat orang responnya apa.

RK : Lanjut ke pertanyaan kedua, kalau dalam hal gambar pada bungkus rokok, yang biasanya gambar orang yang sedang sakit, apakah semakin dilihat menjadi semakin biasa, atau malah jadi semakin geli gitu? Itu bagaimana cara kerjanya?

SK : Ada namanya habituasi, aku akan ngomongnya agak jorok, jorok dalam artian, aduh ya sudah deh, contohnya gini, kamu bisa bilang bahwa kentut orang lain bau, tapi kentut kamu engga, karena kamu sudah biasa, padahal sebenarnya baunya sama saja. Orang lain juga terganggu sebenarnya, orang bilang bahwa, “Bau banget,” Padahal lu kayak, “Enggak, biasa saja,” Karena itu namanya habituasi. Hal yang disgust, hal yang jijik, yang bikin takut, kalau dipaparin terus menerus, jadi biasa buat kita. Itu sebetulnya

(29)

lviii

mungkin disgusting, mungkin fearful, contohnya misalnya kamu itu takut ular misalkan, atau takut kucing deh, tapi di kampus ini tiap hari ada kucing yang lewat, lama-lama kayak, ah ya sudah lah, soalnya gua mau gimana pun juga dia akan tetap ada. Dan kalau di rokok, itu ada 2 stimulusnya, gambar sama keinginannya. Dia ngerasa, “Ya sudah lah, toh masih bisa gua tutup,” Dan lama kelamaan dia akan taro, ditaro, ditaro, lama-lama juga, kayak misalkan kamu gini, sekarang kamu ngomong lemon 20 kali, lemon-lemon-lemon-lemon, lama-lama kok nggak ada artinya ya.

RK : Betul.

SK : Nah itu, kayak gitu, karena sudah terbiasa.

RK : Kalau menurut Kakak, misalkan dalam hal ini, gambar seram pada bungkus rokok itu diganti-ganti misalnya, apakah menurut Kakak itu bisa lebih efektif?

SK : Digantinya jadi apa?

RK : Diganti misalnya sebulan sekali, atau seminggu sekali, diganti jadi gambar-gambar lain yang sama mengerikannya, misalnya hari ini paru-paru wanita yang sedang sakit, besoknya jadi seorang kakek-kakek, atau besoknya jadi kanker tenggorokan, menurut Kakak apa itu jadi lebih efektif? SK : Gini, kita harus lihat juga degree of fear nya sama degree of

disgusting-nya. Misalkan kayak kamu ngeliat pisau berdarah, sama kucing berdarah kan artinya beda, ketika dia dulu misalkan, kamu sudah kepapar sama kucing berdarah atau kucing kelindes, terus kamu dikasih gambarnya sama pisau berdarah, kan efeknya beda.

(30)

lix RK : Iya, beda.

SK : Nah itu juga perlu diperhatiin, soal ganti gambar. Kita bisa bilang ini jorok, ini jorok, tapi ini jorok lebih tinggi, ini jorok lebih rendah gitu. Itu harus di-setting juga. Itu sebenarnya mungkin boleh dicoba, itu sebenarnya menarik juga untuk dicoba, masalahnya, kamu punya stock gambarnya nggak, kalau tiap minggu ganti, itu satu, atau tiap bulan ganti. Terus yang ketiga, kalau misalkan dulunya naik terus turun, akan susah, konsistensinya susah. Dan sampai pada akhirnya di titik di mana orang-orang itu memaksakan diri, jadi mungkin masalah dalam rokok bukan pada gambar, mungkin kepada, ya harga pun nggak bisa, karena dia needs gitu, yang ada pada rokok itu addiction, sama kayak kopi. Sama kayak drugs, sama kayak game. Sekali kamu kena, sekali kamu ngerasa asiknya, mau kayak gimana pun dihajar, makannya kenapa addiction to smoke itu masuk addiction to tobacco itu masuk. Nah yang perlu dipahamin adalah addiction itu mau kayak gimana pun dia akan cari cara. Itu yang kamu pahamin, bukan dari gambarnya, tapi karena kalau sudah addict, kayak misalkan aku tiba-tiba ngerokok, aku ngelihat gambar itu bisa jijik, “Aduh sudah deh nggak mau lagi,” Karena mungkin aku baru pertama kali nyoba, atau aku social smoker. Misalkan kayak gitu. Sedangkan ada orang yang ngerokoknya sudah berjuta-juta tahun, dia addict, sehingga kalau nggak ngerokok, ya bisa ada efek yang kayak orang narkoba gitu deg-degan.

(31)

lx

SK : Iya uring-uringan, kayak gitu, itu yang harus di assess karena bukan kepada gambarnya tapi lebih ke addiction-nya. Karena memang addiction itu ya kayak gini deh, kalau ada cerita orang narkoba sampai nyuri mobil apa gitu, ini juga. Orang ngerokok mau gambarnya kayak apa, bisa saja dia, tutup saja lah yang penting gua ngerokok. Karena purpose-nya ngerokok gitu.

RK : Sama, kalau, jadi kemarin saya sempat wawancara dokter juga sama mantan perokok, tadinya sudah bertahun-tahun ngerokok dan akhirnya berhenti.

SK : Oke.

RK : Keduanya jawabannya mirip, jadi ketika saya tanya, kalau misalkan orang itu biasanya dari perokok jadi non-perokok itu gimana sih cara nyampeinnya gitu, apakah dengan fear factor gitu, kalau pertama, dokternya jawab bahwa biasanya bukan dibilangin bahwa, “Hati-hati, bapak nanti kalau merokok bapak jadi sakit ini loh,” bukan gitu. Kalau dokternya lebih kayak, “Ya udah, bapak sudah tau konsekuensinya, keputusan di tangan Bapak,” Sedangkan kalau yang perokok, dia itu menjawab, dia lebih, bukan karena takut sama penyakitnya, tapi karena dia takut untuk mengecewakan keluarganya. Jadi dia juga ada kasih saran ke saya, misalnya, gambar di bungkus rokok itu nggak akan berguna, karena kalau seram ya sudah tinggal ditutup saja, tapi dia kasih saran ke saya untuk misalnya dikasih dengan gambar yang lebih menyentuh ke perasaan, misalnya awas kamu bisa

(32)

lxi

mengecewakan keluarga kamu, kayak gitu. Kalau menurut pendapat Kakak gimana?

SK : Yang pendapat kedua aku setuju, karena temanku ada yang bikin skripsi bahwa perbedaan antara iklan yang, lucu, seram, sama heartfelt kalau nggak salah, yang lebih kena yang heartfelt. Daripada yang fear. Itu lebih kena. Dan mungkin karena orang Indonesia ya lebih suka yang miris gitu dibanding yang fear. Kalau yang fear kita malah makin kayak apaan sih, kita lebih.

RK : Malah semakin dilawan ya?

SK : Iya, sedangkan kalau kita yang heartfelt, yang sedih, kalau di Twitter, Twitter, please do your magic, itu retweet-nya kan jauh lebih banyak daripada yang fear, itu kan orang jadi ngapain sih. Kita lebih approaching ke sana, lebih pengen kayak oh iya ya, oh iya ya. Orang Indo itu lebih pengen kalau core value-nya yang dapet. Tapi emang aku bisa bilang, perokok itu baru tau masalahnya ketika dia kena.

RK : Iya betul.

SK : Nggak bisa dia, atau mungkin ya itu tergantung value-nya mungkin tiba-tiba dia bilang bahwa, misalkan dia sangat sayang banget sama ibunya, terus ibunya bilang, “Ibu kecewa banget sama kamu,” Itu baru kena. Tapi kan nggak semua orang value-nya gitu, dan cari value orang itu susah.

RK : Oh, jadi maksudnya harus lebih digali lah ya, nggak bisa disamaratakan semua orang.

(33)

lxii

SK : Iya, nggak bisa disamaratain, karena itu ya kalau orang berhenti merokok alasannya bisa beda-beda. Ada yang emang dia ngerasa buat diri gue, ada juga yang dia ngerasa, karena nyokap gue ngomong ini, atau tiba-tiba karena ngerasain getahnya, karena dia ngerasain bahwa kalau gue ngerokok, gue nanti nggak bisa punya anak, kayak gitu, itu kan beda-beda alasannya. Jadi kita harus cari tau alasan orang ngerokok apa. Tapi itu kan kembali lagi, itu addiction jadi tricky banget.

RK : Sama aku mau nanya, butuh berapa lama untuk bisa ngubah mindset seseorang yang sudah tertanam?

SK : Pertama kita harus tau dulu, dia mau berubah atau engga. Kalau dia nggak mau berubah itu susah. Kalau orang mau berubah, meskipun susah, seenggaknya bisa, ada beberapa, kalau di psikologi, ada beberapa terapi yang emang bisa ngerubah, bukan ngerubah, yang orang perokok jadi nggak perokok. Itu minimal 4 sesi, berarti sebulan. Sebulan paling bentar, minimum, paling lama bisa 12, berarti 3 bulan.

RK : 1-3 bulan ya.

SK : Tapi itu emang harus dikontrol banget, harus di monitorin banget.

RK : Oh, iya. Kalau boleh tau, dia kan dari ngerokok jadi nggak ngerokok, dia cara penyampaiannya itu lebih ke arah apanya?

SK : Behavior jadinya, kayak contohnya, sebenarnya fungsi vape itu kan buat kamu turun ya, bukan jadi makin merokok ya, jadi dari ngerokok yak nikotinnya, aku nggak begitu paham ya, dari yang nikotinnya berapa tar nya berapa, turunin, turunin, oke sekarang jadi vape, sampe sekarang akhirnya

(34)

lxiii

cuma ngevape saja, vape nya nggak ada isinya apa-apa, karena sebenarnya intinya kan di isinya kan. Nikotin dan tar itu, sampai akhirnya dia minum, apa, makan permen karet nikotin.

RK : Oh, paham.

SK : Tapi harus dari kemauan diri sendiri, nggak bisa tuh.

RK : Jadi aku sebenarnya di sini kan aku belajar tentang color theory juga kan Kak, dia bisa mempengaruhi perasaan.

SK : Oke.

RK : Kalau misalnya di psikologi itu ada kak? SK : Ada.

RK : Yang untuk menyampaikan, bahaya, rasa takut, rasa sedih, gitu gimana, kalau di Kakak, boleh diceritain nggak?

SK : Biasanya paling kalau fear merah pasti kan, makannya kalau kamu ngeliat kayak color tone gitu aku sesimpel kayak aku bilang ke klienku yang dia pake bajunya item tiap hari, literally tiap hari, aku bilang bahwa, ganti baju. Sekali seminggu saja, bajunya agak cerah, bukan berarti dia harus kuning, karena aku yakin dengan orang yang biasanya pake baju item terus tiba-tiba kuning, aneh juga, berat banget, tapi ganti lah, ijo tua boleh, biru tua boleh, merah tua boleh, tapi jangan item, lama-kelamaan mood-nya berubah. RK : Oh berarti itu juga bisa mempengaruhi juga ya?

SK : Betul, tapi untuk kayak spesifik color apa fungsinya apa itu emang kalau aku kurang baca, tapi yang aku tau emang biru itu lebih soothing, biru, hijau

(35)

lxiv

gitu, sedangkan kalau merah itu, ya sama saja kalau kamu ngeliat merah itu fire, jadi lebih bisa danger, bisa passion.

RK : Kalau menurut kakak, misalnya aku pakai nih teori-teori ini ke dalam yang nanti akan aku aplikasikan di bungkus rokoknya, menurut Kakak akan berpengaruh signifikan nggak buat perokok?

SK : Aku nggak tau, karena aku tadi sambil menelusuri kepalaku bungkus rokok, rata-rata warnanya itu itu juga. Meskipun pilihannya cuma putih sama item ya, tapi masalahnya gini, maksud kamu kan kalau diubah rokoknya dia akan prevent atau enggak gitu kan?

RK : Akan jadi misalnya, “Kayaknya ini jangan dibeli deh,” Gitu.

SK : Oh, iya, iya, masalahnya, gambar saja enggak, gimana warna, itu kan kayak lebih rendah lagi gitu. Ya kayak kamu ngeliat warna item sama setan warna item itu kan beda banget.

RK : Oh, iya sih.

SK : Itu yang harus dilihat, karena emang nggak semudah itu untuk kayak addiction, aku menekankan di addiction sih, jadi kayak di rokok, alkohol, bahkan sex, porn itu juga kan addiction.

RK : Oh sebenarnya aku lebih nargetin ke perokok ringan, jadi yang antara dia baru merokok, eh, perokok ringan itu definisinya 1-10 batang/hari, antara dia baru mulai ngerokok gitu, pokoknya perokok pemula, menurut Kakak kalau kayak gitu, kalau dari tadi kan Kakak bilang kalau addiction pasti akan susah. Kalau perokok ringan apakah masih ada possibility gitu?

(36)

lxv

SK : Kalau perokok ringan itu sudah berapa lama, pertanyaanku malah bukan batangnya, sudah berapa lama?

RK : Oh kalau sudah berapa lamanya sih aku baru mau nargetin ke yang baru-baru mau coba, baru-baru coba gitu sih.

SK : Itu berapa lama? RK : Di bawah setahun.

SK : Nah kalau dibawah setahun, paling gini, kalau mau bisa sih sebenarnya, gambar itu lebih efek menurutku daripada warna. Kalau mau gambar mendingan gambar karena emang, kayak ada temanku dia nggak perokok perokok banget, maksudnya ngerokok kalau ada teman saja, terus ngerokoknya baru banget gitu, abis itu dia tiba-tiba ngeliat gambar kayak gitu, dia bilang, “Seminggu gua bisa nggak ngerokok,” Sampai akhirnya kayak ya sudah lah, tapi harus dilihat dulu juga kayak alasan akhirnya dia ngerokok kenapa. Dia itu kan seminggu tuh, itu kan lumayan, sampai akhirnya iya deh ngerokok, itu apa, jangan cuma ngeliat dari tidaknya, tapi juga iyanya. Ngeliatnya dari 2 sudut. Nggak cuma ngeliat dari 1. Mungkin kamu bisa kamu riset kok orang yang baru ngerokok kenapa, kenapa dia baru ngerokok, kenapa dia memilih ngerokok.

RK : Nah, iya, Kak, jadi sebenarnya kemarin aku sudah survey juga, kebanyakan sih ngerokok karena penasaran, ada juga yang karena teman, kalau aku lihat di survey aku sendiri sih mereka ngerasa gambar itu masih mengganggu sih buat mereka, makannya jadi karena kemarin aku wawancaranya juga perokok yang sudah sesepuh lah ya, bertahun-tahun, ah, gambar itu nggak

(37)

lxvi

ngefek, tapi kalau pas aku tanya ke perokok ringan sih menurut mereka gambar itu ngefek juga, ya.

SK : Kalau perokok ringan oke, dan paling gini, kalau kamu mau, cari yang baru setahun 2 tahun ngerokok, kamu tanya, “Kenapa akhirnya lu jadi stabil ngerokoknya?” Itu juga. Karena kan tadinya itu juga, itu sama, ada temanku yang dia bilang, “Awalnya benaran buat keren saja Ska,” Dia benaran sampe ngaca di kamar dia biar kayak, yang keren ngerokok itu gimana ya, karena emang awalnya pengen gitu doang, terus jadi stabil.

RK : Oke, sekian sih kak wawancaranya, makasih banget sudah luangin waktu. SK : Sama-sama.

(38)

lxvii 5. Wawancara mantan perokok pemula RK : Regina Kanani (pewawancara) CD : Christopher Devin (narasumber)

RK : Selamat siang Devin, aku Regina Kanani, mahasisawa UMN, DKV 2017 ingin mewawancarai anda terkait rokok.

CD : Silahkan.

RK : Pertama mau nanya, nih, merokok sudah dari tahun berapa? CD : Dari tahun 2017 pertengahan.

RK : Awalnya merokok karena apa?

CD : Karena ingin nyoba, waktu SMA udah ngerencanain bahwa kuliah nanti akan ngerokok.

RK : Oh, kalau niatnya sudah ada dari SMA ya? CD : Iya, niatnya sih udah ada.

RK : Pertama kali muncul niat itu karena apa?

CD : Karena penasaran, rasanya gimana, feel-nya apa, penasaran kalau orang jalan, ngerokok, feel-nya apa. Kebetulan salah satu anggota keluarga besar juga ada yang ngerokok, makanya jadi penasaran.

RK : Pas awal-awal kamu ngerokok ngerasanya gimana?

CD : Seminggu sampe sebulanan pertama masih takut buat ngerokok karena kan memang berbahaya buat kesehatan. Masih mikir dua kali, lah, kalau mau ngerokok. Apalagi seminggu pertama masih terganggu liat gambar yang di bungkus rokok. Tapi habis lewat seminggu, sebulan, udah biasa aja sih. RK : Oh, terus biasanya ngerokok sehari berapa banyak?

(39)

lxviii CD : Sehari 10-15 batang-an, lah.

RK : Biasanya pas lagi apa, atau lagi kenapa, tuh kalau mau ngerokok?

CD : Biasanya sih nenangin diri, cari ide, atau nggak pas lagi kumpul sama teman-teman kan biasanya juga diajakin, tuh.

RK : Terus akhirnya kamu memutuskan untuk berhenti merokok tuh kapan dan kenapa?

CD : Pas pertengahan 2019 itu coba berhenti karena ngerasa ngerokok tuh nggak guna aja buat diri gua. Terus oma gua kayaknya ada feeling nih bahwa gua ngerokok. Sebenernya keluarga gua ngga ada yang tau, tapi oma selalu bilang "Jangan ngerokok, gak baik, inget opa". Dulu opa perokok, udah berhenti ngerokok 5 tahun tapi terlanjur ada flek di paru-parunya, dan akhirnya meninggal. Tapi itu gagal, tuh. Kalau lagi ngumpul sama temen-temen kan diajakin ngerokok juga, jadi ya udah balik ngerokok lagi.

RK : Oh sempat gagal ya karena diajak teman? Terus coba lagi untuk berhentinya kapan?

CD : Waktu sincia kemarin ini, nih, Februari 2020 ya, gua berjanji buat berhenti ngerokok. Salah satu alasannya gua tremor karena kandungan nikotinnya. Mulai kerasa nih, wah, emang nggak baik buat kesehatan. Apalagi dulu opa juga kayak gitu, kan. Jadi gua ciba lagi buat berhenti.

RK : Kalau boleh tahu, usaha kamu buat berhenti tuh apa aja? CD : Ngunyah permen.

RK : Berapa lama tuh? Pas ngunyah permen itu nggak ngerokok sama sekali atau cuma ngurangin jumlah konsumsinya aja?

(40)

lxix

CD : Februari sampe Juni 2020 gua ngunyah permen. Itu bener-bener lepas dari rokok pas bulan Februari, diganti permen. Kurang lebih 4 bulanan, lah, ya sampe lepas juga dari permen.

RK : Usaha kali ini kan berhasil, apa kondisi yang ngebedain sama usaha sebelumnya?

CD : Di yang kali kedua gua berusaha berhenti ini temen-temen gua, beda sama temen yang ngajak gua rokok kemarin, mereka mendukung gua untuk berhenti ngerokok. Jadi gua malah diingetin kalau lagi ngumpul, "Woi, inget jangan ngerokok, lu". Jadi ya berhasil. Dan bulan Februari sampe Juni itu kan lagi stay home juga jadi jarang ngumpul juga sama temen-temen yang biasanya ngajak ngerokok.

RK : Oh iya benar juga sih, trigger nya jadi berkurang ya. Oke sekian wawancaranya Devin, terima kasih banyak sudah bersedia untuk menjadi narasumber.

(41)

lxx

LAMPIRAN C: ASET VISUAL

1. Uang pada gambar peringatan di bungkus rokok

Diunggah oleh LPuo pada 17 Mei 2018.

Diunduh dari https://purepng.com/photo/10551/objects-falling-money.

2. Asap pada gambar peringatan di bungkus rokok

(42)

lxxi 3. Model pada poster kedua

Diunggah oleh Tyler Nix pada 16 Maret 2018 di Unsplash Diunduh dari

https://unsplash.com/photos/jV0JwXWVAnA?utm_source=unsplash&utm_mediu m=referral&utm_content=creditShareLink.

4. Meja marmer pada Instagram feeds

Diunggah oleh Henry & Co. pada 22 Oktober 2018 di Unsplash Diunduh dari

https://unsplash.com/photos/ONnKNBzGWJw?utm_source=unsplash&utm_medi um=referral&utm_content=creditShareLink.

(43)

lxxii 5. Model pada filter Instagram

Diunggah oleh JC Gellidon pada 21 Desember 2017 di Unsplash Diunduh dari

https://unsplash.com/photos/E3NUmCScugo?utm_source=unsplash&utm_mediu m=referral&utm_content=creditShareLink.

6. Latar belakang katalog media

Diunggah oleh Dimitri Bong pada 23 April 2019 di Unsplash Diunduh dari

https://unsplash.com/photos/E2Za-uZQM7k?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditShar eLink.

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan Kampanye Bijak Berinternet untuk Anak Usia 5 -–12 Tahun ,Alvin Maudy Kurniabana, Universitas Multimedia

R: eh, jadi kan aku kemaren abis bikin riset, tentang pasar Kanoman, nah jadi mereka Cuma tau, eh, banyak yang gatau tentang pasar Kanoman, meskipun mereka

Kadang design nya jelek, tapi solve a problem untuk misalnya yang kayak m-BCA lah, tapi tuh solve orang yang pengen praktis, gampang, berarti works gitu.. Gak bagus, tapi

Untuk harapannya sendiri sih aku berharap Kandank Jurank Doank ini dapat memiliki innovasi terbaru pada setiap tahunnya sehingga menghadirkan wajah baru dan kegiatannya yang

N : jadi untuk kendaraan bermotor untuk penilangan kita kalau kita untuk menilang kendaraan bermotor itu tidak ada wewenang yang ada wewenang itu menurut undang undang

Jadi 50 50, jika pengunjung datang kesini memang lebih banyak yang foto-foto, karena datang kesini untuk jalan-jalan, tetapi ada juga yang sifatnya memang disini

Jadi kalau yang nggak siap dengan nambah kucing yang dari satu tiba-tiba jadi 7 atau 8, itu sebaiknya pas dateng selain dimandikan, dikasih obat cacing, dan disteril, kemudian

Kita tawarkan juga ke sekolah-sekolah partner kita yang dulu misalnya sudah aktif, tapi sempat stop Maret kemarin satu semester karena memang masih adjusting transisi ke