• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III - DOCRPIJM 1495024134BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR Ok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III - DOCRPIJM 1495024134BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR Ok"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.

1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang.

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk :

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

(2)

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM Kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKNP)

Kriteria :

i. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau.

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kriteria :

(3)

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau.

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Kriteria :

i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: i. Pertahanan dan Keamanan

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

(4)

daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. ii. Pertumbuhan ekonomi

a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c) memiliki potensi ekspor,

d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. iii. Sosial dan Budaya

a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa,

c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

(5)

f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c) memiliki sumber daya alam strategis nasional

d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b) merupakan asset nasional berupa kawasan

c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup g) rawan bencana alam nasional

h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

(6)

Pertanian dan Pertambangan secara berkelanjutan Menuju Kabupaten PALI yang

Maju, Sejahtera, Religius, Aman, dan Nyaman”

Bagian Kedua

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pasal 1 :

(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, ditetapkan kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten.

(2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup

seluruh wilayah Kabupaten sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mendorong pertumbuhan wilayah sehingga meminimalisir ketimpangan antar wilayah;

b. Peningkatan aksesibilitas, layanan sarana dan prasarana melalui pengembangan sistem trasnportasi keseluruh wilayah dalam rangka pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten;

c. Pemantapan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan lindung; d. Pengembangan sektor ekonomi berbasis pertanian dan pertambangan

yang didukung dengan pengembangan kegiatan industri yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terintegrasi dan ramah lingkungan;

e. Pemanfaatan secara optimal pengelolaan lahan sesuai dengan daya dukung wilayah; dan

(7)

Pasal 2 :

(1) Strategi pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mendorong pertumbuhan wilayah sehingga meminimalisir ketimpangan antar wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a, meliputi:

a. mengembangkan Ibukota Kabupaten yaitu Kelurahan Talang Ubi Timur menjadi satu pusat kegiatan utama wilayah kabupaten (PKL);

b. mengembangkan Desa Sungai Ibul menjadi pusat kegiatan lingkungan promosi (PKLp) wilayah kabupaten dan mempromosikan pusat utama lainnya sesuai dengan potensinya;

c. menetapkan pusat kegiatan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan (PPK); dan

d. menetapkan pusat kegiatan/pusat permukiman yang memiliki wilayah layanan antar desa dan atau lebih dari satu desa sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), selain yang telah ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan (PPK).

(2) Strategi Peningkatan aksesibilitas, layanan sarana dan prasarana melalui pengembangan sistem trasnportasi keseluruh wilayah dalam rangka pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b, meliputi:

(8)

b. mengembangkan jaringan jalan secara hirarki yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan antara pusat-pusat kegiatan dengan masing-masing wilayah pelayanan;

c. mengembangkan sistem angkutan umum darat yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan, pusat permukiman penduduk dan mendukung pengembangan terminal penumpang yaitu terminal tipe B di Kecamatan Talang Ubi dan terminal tipe C di Kecamatan Penukal;

d. mengembangkan sistem transportasi air di wilayah perairan Kabupaten disertai dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas dermaga yang saling terintegrasi; dan

e. menyediakan fasilitas pelayanan sosial-ekonomi seperti pemerintahan kesehatan, pendidikan, air bersih, pasar dan olahraga.

(3) Strategi Pemantapan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c, meliputi:

a. mewujudkan Ruang Terbuka Hijau minimal 30% dari luas wilayah perkotaan;

b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun kualitasnya;

c. rehabilitasi lahan kritis, sedimentasi dan abrasi terutama pada hulu sungai yang terjadi di Kabupaten; dan

d. meningkatkan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis wilayah sungai dan daerah aliran sungai.

(9)

tinggi, dikelola secara berhasil guna, terintegrasi dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf d, meliputi:

a. mengembangkan budidaya pertanian pangan dan hortikultura sebagai bagian terbesar penopang produksi untuk Provinsi Sumatera Selatan yang ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional melalui intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian;

b. mengembangkan kawasan perkebunan melalui agropolitan untuk pengembangan ekonomi;

c. mengembangkan kegiatan industri untuk mendukung peningkatan nilai tambah, produktivitas dan saling terintegrasi dengan kegiatan lainnya; d. mengembangkan kawasan permukiman yang diarahkan untuk

mendukung pengembangan pusat-pusat kegiatan dan pusat pelayanan; e. mengembangkan kawasan pertambangan untuk pengelolaan potensi

sumber daya alam secara berimbang dan berkelanjutan dengan memprioritaskan aspek keseimbangan ekosistem dan pelestarian lingkungan hidup;

f. mengembangkan dan meningkatkan kerjasama regional, nasional bahkan internasional di bidang ekonomi berupa perluasan pemasaran hasil produksi dan membuka peluang investasi; dan

g. mengembangkan dan meningkatkan penggunaan teknologi pertanian termasuk perkebunan, perikanan, industri dan kegiatan lainnya guna meningkatkan produksi dengan kualitas yang baik dan bernilai ekonomi tinggi.

(10)

meliputi:

a. mengoptimalkan pemanfaatan lahan tidur (lahan non produktif) sebagai kawasan budidaya pertanian pangan dan hortikultura yang didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana yang memadai; memantapkan kawasan budidaya dan tata batas kawasan lindung.

(6) Strategi Pengendalian dan pengaturan pemanfaatan ruang untuk menghindari konflik kepentingan antar sektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf f, meliputi:

a. peningkatan SDM dan penguatan kapasitas kelembagaan;

b. meningkatkan kontrol pengendalian terutama di kawasan perairan;

c. mengawasi jalannya pemanfaatan lahan untuk memberikan kepastian perizinan dalam rencana pemanfaatan ruang dan investasi; dan

d. menetapkan bentuk-bentuk perizinan, insentif dan disinsentif dalam penataan ruang secara tegas.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN Bagian Kesatu

Umum Pasal 1 :

(1) Rencana pola ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan kebijakan dan strategi penataan ruang, dengan mengacu pada pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan secara nasional, serta memperhatikan pola ruang yang ditetapkan oleh provinsi.

(11)

a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya.

(3) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Pola Ruang dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan satu kesatuan dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua Kawasan Lindung

Pasal 1 :

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. kawasan lindung yang berfungsi memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

b. kawasan lindung yang berfungsi untuk memberikan perlindungan setempat; c. ruang terbuka hijau;

d. kawasan pelestarian alam dan cagar budaya; dan e. kawasan rawan bencana alam.

Pasal 2 :

(1) Kawasan lindung yang berfungsi memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, meliputi :

a. kawasan bergambut; dan b. kawsan resapan air.

(2) Kawasan bergambut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. Kecamatan Abab

(12)

c. Kecamatan Penukal Utara d. Kecamatan Tanah Abang

(3) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Kecamatan Talang Ubi, Kecamatan Penukal Utara, Kecamatan Abab dan Kecamatan Penukal.

Pasal 3 :

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b meliputi

a. sempadan sungai;

b. kawasan sempadan sungai;

c. kawasan sekitar danau dan waduk; dan d. kawasan sekitar mata air.

(2) Arahan kebijakan pengembangan pada kawasan lindung yang berfungsi untuk memberikan perlindungan setempat adalah dengan upaya berikut:

a. Sempadan Sungai

1. penetapan daerah kawasan sempadan sungai sepanjang kiri kanan sungai 100 (seratus) meter untuk sungai besar dan 50 (lima puluh) meter untuk sungai kecil/anak sungai yang memiliki fungsi ekologis; 2. pengamanan di Daerah Aliran Sungai;

3. pengamanan daerah sepanjang kiri-kanan sungai, 100 (seratus) meter untuk sungai besar dan 50 (lima puluh) meter untuk sungai kecil/anak sungai;

(13)

5. pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar tepi sungai dan anak sungai yang berada diluar permukiman.

b. Kawasan Tepi Waduk/Danau

1. penetapan kawasan sepanjang tepi waduk/danau yaitu 100 (seratus) meter dari tepi waduk/danau yang memiliki fungsi ekologis;

2. pengamanan daerah sepanjang tepi waduk/danau, yaitu 100 (seratus) meter dan tepi waduk/danau;

3. pencegahan terhadap pembangunan budidaya non pertanian atau daerah terbangun dalam kawasan tepi waduk/danau, kecuali berfungsi untuk menunjang fungsi lindung; dan

4. pengendalian kegiatan budidaya yang merusak lingkungan yang pemindahannya dilakukan secara bertahap.

c. Kawasan sekitar mata air

1. pengamanan kawasan sekitar mata air dengan radius 200 (dua ratus) meter di lokasi mata air yang memiliki fungsi ekologis;

2. pengamanan kawasan dengan radius 200 (dua ratus) meter di lokasi mata air; dan

3. pencegahan dan pengendalian kawasan terbangun di sekitar lokasi mata air yang mengganggu fungsi dan kelestarian mata air.

Pasal 1 :

Kawasan ruang terbuka hijau luas minimum 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan.

Pasal 2 :

(14)

a. kawasan pelestarian alam; b. kawasan cagar alam.

(2) Pelestarian alam adalah taman hutan raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di kecamatan Talang Ubi.

(3) Cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah Candi Bumi Ayu di kecamatan Tanah Abang.

Pasal 3 :

(1) Kawasan rawan bencana alam ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf e meliputi kawasan rawan banjir.

(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di Kecamatan Talang Ubi, Tanah Abang, Penukal, Penukal Utara dan Abab pada kawasan yang dilalui oleh aliran Sungai Musi, Sungai Lematang dan anak sungainya terutama pada kawasan pertanian lahan kering campur semak.

Bagian Ketiga Kawasan Budi Daya

Pasal 1 :

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf b terdiri atas :

a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan pertanian; c. kawasan peruntukan perikanan d. kawasan peruntukan pertambangan; e. kawasan peruntukan industri;

(15)

g. kawasan peruntukan pariwisata;dan h. kawasan peruntukan lainnya.

Pasal 2 :

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a meliputi kawasan peruntukan hutan produksi tetap.

(2) Kawasan peruntukan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat di:

a. Kecamatan Talang Ubi;dan b. Kecamatan Penukal.

Pasal 3 :

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b meliputi :

a. kawasan peruntukan pertanian pangan; b. kawasan peruntukan pertanian hortikultura; c. kawasan peruntukan perkebunan; dan d. kawasan peruntukan peternakan;

(2) Pengendalian alih fungsi pertanian khususnya pada lahan produktif yang memiliki irigasi dipertahankan fungsi dan peruntukannya guna menunjang program perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam rangka mempertahankan Sumatera Selatan sebagai lumbung pangan nasional.

(16)

(4) Pengembangan kawasan pertanian pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikembangkan di seluruh Kecamatan dengan jenis komoditas unggulan diantaranya.

a. padi (terutama di Kecamatan Talang Ubi, Kecamatan Penukal Utara, Kecamatan Penukal, Kecamatan Abab, Kecamatan Penukal dan Kecamatan Tanah Abang);

b. jagung (terutama di Kecamatan Talang Ubi, Kecamatan Penukal Utara, Kecamatan Penukal, Kecamatan Abab, Kecamatan Penukal dan Kecamatan Tanah Abang); dan

c. kedelai (terutama di Kecamatan Talang Ubi dan Kecamatan Penukal Utara).

(5) Pengembangan kawasan pertanian pangan yang dimasukan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diatur dengan peraturan daerah tersendiri.

(6) Pengembangan kawasan peruntukan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikembangkan di seluruh kabupaten/kota dengan jenis komoditas unggulan diantaranya:

a. cabai (terutama di Kecamatan Tanah Abang, Kecamatan Abab, Kecamatan Penukal, Kecamatan Penukal Utara dan Kecamatan Talang Ubi);

b. kacang Hijau (terutama di Kecamatan Tanah Abang);

c. pisang (terutama di Kecamatan Tanah Abang dan Kecamatan Penukal); d. kacang tanah (terutama di Kecamatan Tanah Abang dan Kecamatan

(17)

(7) Pengembangan kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan kesesuaian lahan, peremajaan areal tanaman perkebunan, serta pengembangan sentra produksi perkebunan.

(8) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dikembangkan di:

a. Kecamatan Talang Ubi; b. Kecamatan Tanah Abang; c. Kecamatan Penukal Utara; d. Kecamatan Penukal; dan e. Kecamatan Abab.

(9) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dikembangkan di:

a. Kecamatan Talang Ubi; b. Kecamatan Tanah Abang; c. Kecamatan Penukal Utara; d. Kecamatan Penukal; dan e. Kecamatan Abab.

Pasal 4 :

Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c terdapat di:

a. Kecamatan Tanah Abang; b. Kecamatan Abab;

(18)

Pasal 5 :

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf d terdiri atas:

a. mineral, batubara dan batuan; dan b. minyak, gas dan gas methan batubara;

(2) Kawasan pertambangan mineral, batubara dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dikembangkan di:

a. mineral bukan logam, dikembangkan di Kecamatan Tanah Abang, Kecamatan Abab, Kecamatan Penukal, dan Kecamatan Penukal Utara; b. batubara, dikembangkan dengan pengendalian di Kecamatan Tanah

Abang, Kecamatan Penukal, Kecamatan Penukal Utara, Kecamatan Abab, dan Kecamatan Talang Ubi;dan

c. batuan terdiri pasir, tanah urug, tanah liat dan bahan galian lainnya.

(3) Kawasan pertambangan minyak, gas dan gas methan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dikembangkan di :

a. Kecamatan Talang Ubi; b. Kecamatan Tanah Abang; c. Kecamatan Abab;

d. Kecamatan Penukal; dan e. Kecamatan Penukal Utara.

(4) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam Wilayah Pertambangan (WP).

Pasal 6

(19)

a. kawasan industri besar; b. kawasan industri sedang; dan c. kawasan industri kecil.

(2) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan di Kecamatan Talang Ubi.

(3) Kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan di Desa Sungai Ibul Kecamatan Talang Ubi.

(4) Kawasan industri kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan tersebar di seluruh wilayah kabupaten.

Pasal 7 :

Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam 34 huruf f meliputi:

a. kawasan peruntukan pemukiman perkotaan; dan b. kawasan peruntukan pemukiman perdesaan.

Pasal 8 :

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf g yaitu kawasan wisata budaya.

(2) Kawasan wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu Candi Bumi Ayu.

Pasal 9 :

(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf h terdiri atas:

(20)

(2) Kawasan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi dengan aksesibilitas dan petunjuk arah serta sarana dasar seperti sumber air bersih dan Mandi Cuci Kakus.

(3) Kawasan ruang evakuasi bencana ditetapkan di kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana alam daerah sebagaimana tertuang dalam Pasal 33 ayat (2).

(4) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan di pusat perdagangan dan jasa di setiap kecamatan.

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS Bagian Kesatu

Umum Pasal 1 :

(1) Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:

a. tata ruang di wilayah sekitarnya;

b. kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan c. peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(2) Rencana pengembangan kawasan strategis meliputi: a. KSP; dan

b. KSK.

(21)

Bagian Kedua

Kawasan Strategis Provinsi Pasal 1 :

Rencana pengembangan KSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf a yaitu Kawasan Wisata Candi Bumi Ayu.

Bagian Ketiga

Kawasan Strategis Kabupaten Pasal 1 :

(1) KSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau daya dukung lingkungan hidup.

(2) Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya; dan

c. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Pasal 2 :

(1) Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

45 ayat (2) huruf a ditetapkan di : a. Kawasan Perkotaan Talang Ubi;

(22)

Utara, Kelurahan Pasar Bayangkara, Desa Talang Akar, Desa Sungai Baung, dan Kelurahan Handayani Mulia;

c. Kawasan Strategis Agropolitan Penukal Utara meliputi Desa Tempirai Selatan, Tempirai, Desa Prabumenang, Desa Karang Tanding, Desa Lubuk Tampui, Desa Tanjung Baru, Desa Tambak, Desa Kota Baru, dan Desa Tempirai Timur;

d. Kawasan Pelabuhan Khusus batubara yang berada di Desa Prambatan, Kecamatan Abab;

e. Kawasan Koridor Abab – Talang Ubi;

f. Kawasan Koridor Tanah Abang – Penukal Utara;dan

g. Kawasan Strategis Daerah Penyangga Kawasan Industri Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP).

(2) Untuk operasionalisasi RTRW Kabupaten disusun Rencana Rinci Tata Ruang

berupa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.

(3) Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud

ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 3 :

(1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf b meliputi kawasan yang memiliki nilai strategis kabupaten dengan sudut kepentingan sosial budaya daerah.

(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu Situs Candi Bumi Ayu, Kecamatan Tanah Abang.

(23)

(1) Kawasan strategis aspek lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf c meliputi kawasan yang memiliki nilai strategis kabupaten dengan sudut kepentingan lingkungan hidup.

(2) Kawasan strategis aspek lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu kawasan gambut dan rawa terletak di Kecamatan Tanah Abang, Kecamatan Penukal, Kecamatan Penukal Utara, dan Kecamatan Abab.

BAB VII

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN Bagian Kesatu

Umum Pasal 1 :

(1) Arahan pemanfaatan ruang terdiri dari indikasi program utama, indikasi sumber

pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan.

(2) Indikasi program utama pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi :

a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang; dan b. indikasi program utama perwujudan pola ruang.

(3) Indikasi sumber pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan kerjasama pendanaan.

(4) Indikasi pelaksana kegiatan terdiri dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat.

(5) Indikasi waktu pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu:

(24)

b. tahap kedua, yaitu tahun 2021–2025, diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan pengembangan;

c. tahap ketiga, yaitu tahun 2026–2030, diprioritaskan pada pengembangan dan pemantapan; dan

d. tahap keempat, yaitu tahun 2031–2036, diprioritaskan pada pemantapan.

(6) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam

Lampiran IV yang merupakan satu kesatuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang Pasal 1 :

(1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah kabupaten

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf a meliputi indikasi program untuk perwujudan sistem pusat kegiatan dan infrastruktur serta perwujudan sistem jaringan prasarana perkotaan.

(25)

Pasal 2 :

(1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang kabupaten pada tahap pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf a diprioritaskan pada:

a. peningkatan fungsi pusat-pusat kegiatan pertanian, perdagangan dan jasa, pariwisata, transportasi, industri dan pemerintahan;

b. pengembangan jaringan transportasi meliputi transportasi jalan dan terminal;

c. pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

d. pengembangan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi;

e. pengembangan jaringan sumber daya air dan jaringan sungai.

f. pengembangan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

g. pengembangan jaringan drainase makro dan mikro;

h. pengembangan jaringan air limbah setempat dan/atau terpusat dan pengolahan limbah/B3; dan

i. pengembangan pengelolaan persampahan meliputi TPS, TPST dan TPA.

(2) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah kabupaten, pada tahap kedua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf b diprioritaskan pada:

(26)

b. pengembangan jaringan transportasi meliputi transportasi jalan, terminal, dan jaringan perkeretaapian;

c. pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

d. pengembangan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi;

e. pengembangan jaringan sumber daya air, dan jaringan sungai;

f. pengembangan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

g. pengembangan jaringan drainase makro dan mikro;dan h. pengembangan persampahan TPS, TPST dan TPA.

(3) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang kabupaten, pada tahap ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf c diprioritaskan pada:

a. pengembangan jaringan jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan jalan lokal, terminal dan jaringan perkeretaapian;

b. pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

c. pengembangan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi;

d. pengembangan jaringan sumber daya air, dan jaringan sungai;

e. pengembangan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

(27)

g. pengembangan jaringan air limbah setempat dan/atau terpusat dan pengolahan limbah/ B3; dan

h. pengembangan persampahan TPS, TPST dan TPA.

(4) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kabupaten, pada tahap keempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf d diprioritaskan pada:

a. pemantapan jaringan jalan arteri sekunder, kolektor sekunder dan jalan lokal, terminal dan jaringan perkeretaapian;

b. pemantapan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak; c. pemantapan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik,

gardu Induk, dan jaringan transmisi;

d. pemantapan jaringan sumber daya air, dan jaringan sungai;

e. pemantapan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

f. pemantapan jaringan drainase makro dan mikro;

g. pemantapan jaringan air limbah setempat dan/atau terpusat dan pengolahan limbah/ B3; dan

h. pemantapan persampahan TPS, TPST dan TPA. Bagian Ketiga

Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang Pasal 1 :

(28)

(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan lindung dan perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : indikasi program untuk perwujudan kawasan lindung yang terdiri dari kawasan perlindungan setempat, cagar budaya, rawan bencana alam, serta indikasi program untuk perwujudan kawasan budidaya yang terdiri dari kawasan pusat pemerintahan, industri, pariwisata, perdagangan dan jasa, perumahan dan budidaya lain.

Pasal 2 :

(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah kabupaten pada tahap pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf a diprioritaskan pada:

a. kawasan lindung setempat;

b. rehabilitasi fungsi-fungsi lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari : perlindungan setempat, cagar budaya, dan rawan bencana alam;

c. penetapan dan pengembangan zona industri, pendidikan tinggi, kesehatan, dan pariwisata;

d. penetapan alokasi ruang untuk usaha sayur-sayuran, bunga-bungaan dan ternak sapi; dan

e. pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, dan kawasan perdagangan dan jasa.

(2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah kabupaten, pada tahap kedua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf b diprioritaskan pada:

(29)

b. pemantapan fungsi-fungsi lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari : perlindungan setempat, cagar budaya, dan rawan bencana alam; dan c. pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, dan kawasan

perdagangan dan jasa.

(3) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah kabupaten, pada tahap ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf c diprioritaskan pada :

a. pengembangan pusat pemerintahan, industri, pertanian, pariwisata, perdagangan dan jasa, dan perumahan.

b. pemantapan fungsi-fungsi lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari : perlindungan setempat, cagar budaya, dan rawan bencana alam; dan c. pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, dan kawasan

perdagangan dan jasa.

(4) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah kabupaten, pada tahap keempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) huruf d diprioritaskan pada:

a. pemantapan pusat pemerintahan, industri, pertanian, pariwisata, perdagangan dan jasa, dan perumahan;

b. pemantapan fungsi-fungsi lindung pada kawasan lindung yang terdiri dari : perlindungan setempat, cagar budaya, dan rawan bencana alam; dan c. pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, dan kawasan

perdagangan dan jasa.

BAB VIII

(30)

Umum Pasal 1 :

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi; b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan d. ketentuan sanksi.

Bagian Kedua

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pasal 1 :

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Kabupaten dalam menyusun peraturan zonasi.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung; b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan

(31)

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam lampiran V yang merupakan satu kesatuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga Ketentuan Perizinan

Pasal 1 :

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Ketentuan perizinan ini bertujuan untuk :

a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, standar, dan kualitas minimum yang ditetapkan;

b. menghindari eksternalitas negatif; dan c. melindungi kepentingan umum.

(3) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang.

(4) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur yang telah ditetapkan Peraturan Perundang-Undangan.

Pasal 2 :

(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3) terdiri atas :

a. Izin lokasi;

b. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah; c. Izin Mendirikan Bangunan;

(32)

e. Izin perpanjangan hak atas tanah ke BPN; f. Izin peralihan hak atas tanah ke BPN; g. Izin pematangan lahan.

(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Paragraf Umum Pasal 1 :

(1) etentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) huruf c merupakan acuan bagi Pemerintah Kabupaten dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan ruang.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mendorong/mempercepat pemanfaatan ruang sesuai dengan struktur ruang, pola ruang dan ketentuan umum peraturan zonasi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Pengenaan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, dan/atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Paragraf 2

Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif

(33)

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten kepada masyarakat. (2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi yang

berwenang.

Pasal 2 :

(1) Bentuk insentif dan disinsentif dapat berupa fiskal seperti keringanan/pemotongan pajak atau kenaikan pajak; pemberian/pembebanan prasarana dasar lingkungan; atau kemudahan/pembatasan proses perizinan. (2) Tata cara pemberian insentif dilakukan melalui:

a. penetapan bagian wilayah kabupaten yang didorong atau dipercepat pertumbuhannya dan penetapan insentif yang diberikan bagi pelaku pembangunan baik secara individu maupun berupa badan usaha;

b. menetapkan bentuk insentif yang akan diberikan pada kawasan-kawasan yang sudah ditetapkan pada huruf a, seperti kemudahan pengurusan izin, pembebasan biaya IMB, dan/atau pengurangan pajak, diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang; dan

c. penetapan jangka waktu pemberian insentif bagi pelaku pembangunan atau pemanfaatan ruang.

(3) Tata cara pengenaan disinsentif dilakukan melalui :

a. penetapan bagian wilayah kabupaten yang dibatasi pertumbuhannya atau pemanfaatan ruangnya dan penetapan pengenaan disinsentif bagi bentuk pemanfaatan ruang yang dibatasi/dilarang; dan

(34)

tinggi, biaya perizinan yang tinggi, pembatasan intensitas pemanfaatan ruang, atau berkewajiban menyediakan prasarana lingkungan.

BAB IX

PENINJAUAN KEMBALI RTRW Pasal 1 :

(1) Jangka waktu RTRW Kabuapten adalah 20 (dua puluh) tahun dari tahun 2016-2036 dan dapat ditinjau kembali setiap 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas territorial Negara, dan/atau wilayah kabupaten yang ditetapkan dengan undang-undang, RTRW Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

BAB IX

HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT Bagian Kesatu

Bentuk Peran Masyarakat Pasal 1 :

Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk: a. mengetahui rencana tata ruang;

b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;

c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; d. mengajukan keberatan kepada pejabat yang berwenang terhadap

(35)

e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat yang berwenang; dan f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada Pemerintah, Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Kabupaten dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan menimbulkan kerugian.

Pasal 2 : Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;

c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan

d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 3 :

Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan antara lain melalui: a. partisipasi dalam perencanaan tata ruang;

b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan

c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Pasal 4 :

Bentuk partisipasi dalam perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf a terdiri atas:

a. masukan mengenai:

(36)

2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;

3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan;

4. perumusan konsep rencana tata ruang; dan/atau 5. penetapan rencana tata ruang.

b. kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 5 :

Bentuk partisipasi dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf b terdiri atas:

a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

b. kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;

c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;

e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan Sumber Daya Alam; dan

(37)

Pasal 6 :

Bentuk partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf c terdiri atas :

a. memberi masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi;

b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan

d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Bagian Kedua

Tata Cara Peran Masyarakat Pasal 1 :

Tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau tertulis kepada Bupati dan/atau melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 2 :

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, Pemerintah Kabupaten membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

Pasal 3 :

(38)

BAB X

BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

Pasal 1 :

(1) Kelembagaan pada penataan ruang di daerah untuk memantapkan koordinasi

dilakukan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).

(3) BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membantu Bupati dalam mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan penataan ruang daerah dan bertanggungjawab kepada Bupati.

(4) Pembentukan struktur organisai, peran, fungsi serta tugas kerja BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati.

(5) Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat ad-hoc.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelembagaan penataan ruang berpedoman pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

BAB XII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 1 :

Sanksi administratif dikenakan terhadap pelanggaran di bidang penataan ruang yang meliputi:

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan struktur ruang dan pola ruang; b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;

(39)

d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;

e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;

f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh melalui prosedur yang tidak

benar dan/atau tidak sah.

Pasal 2 :

(1) Sanksi administratif bagi pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin; f. penolakan izin; g. pembatalan izin;

h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau i. denda administratif.

(2) Terhadap pelanggaran sebagimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf c dikenakan sanksi administratif berupa;

a. peringatan tertulis;

(40)

c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi;

e. pembongkaran bangunan;

f. pemulihan fungsi ruang;dan atau g. denda administratif.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

BAB XIII PENYIDIKAN

Pasal 1 :

(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberikan wewenang untuk melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan di bidang penataan ruang;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang;

(41)

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang penataan ruang;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung serta memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang penataan ruang menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

BAB XIV

KETENTUAN PIDANA

(42)

(1) Setiap orang atau Badan Hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63, diancam dengan hukuman pidana sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 1 :

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:

a. sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang pelaksanaan peraturan Daerah yang berkaitan dengan Penataan Ruang Daerah yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini;

b. izin pemanfaatan ruang pada masing-masing wilayah yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;

c. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:

1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Daerah ini; 2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang

(43)

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk menerapkan rekayasa teknis dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak.

4. penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas, dengan memperhatikan indikator sebagai berikut:

- memperhatikan harga pasaran setempat;

- sesuai dengan NJOP; atau

- sesuai dengan kemampuan daerah.

5. penggantian terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dibebankan pada APBD Daerah Kabupaten yang membatalkan/mencabut izin.

d. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan dalam e. rencana tata ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan pemerintah daerah

berdasarkan Peraturan Daerah ini;

f. pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut:

(44)

2. sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

g. masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan hak adat dan/atau hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang karena rencana tata ruang kabupaten ini pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka penyelesaiannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

h. Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten dilengkapi dengan Buku Rencana dan Album Peta yang merupakan Lampiran VI dan merupakan satu kesatuan dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini; dan i. semua rencana terkait pemanfaatan ruang tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan RTRW Kabupaten.

3.2. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif.

Kawasan strategis kabupaten berfungsi:

1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kabupaten;

(45)

3. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;

4. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten; dan

5. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.

Penetapan kawasan strategis kabupaten dari sudut ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan ditetapkan dengan kriteria:

1. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; dan atau

2. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi kabupaten; dan atau

3. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi atau yang pengembangan infrastrukturnya mudah dilakukan; dan atau

4. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan kabupaten dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan kabupaten;

5. Diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman (RP3KP)

A. Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)

(46)

berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). SPPIP memiliki beberapa fungsi, yaitu :

a. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang telah ada.

b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang Cipta Karya di daerah;

c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM;

d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen; dan Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Visi dan Misi Pengembangan permungkiman dan infrastruktur perkotaan

Perumusan visi dan misi pembangunan dan pengembangan merupakan upaya perumusan arahan pembangunan permungkiman dan infrastruktur permungkiman yang hendak dicapai yang akan menjadi landasan bagi penyusunan konsep dan strategi pembangunan permungkiman dan infrastruktur perkotaan yang disusun oleh seluruh pemangku kepentingan dan disepakati bersama dengan masyarakat di daerah.

(47)

diperlukan dalam proses pembangunan. Proses pembangunan tidak hanya mengendepankan sarana fisik tetapi juga mempunyai daya dukung yang harus diperhatikan keberadaanya yaitu faktor pendukung sosial masyarakat, hal ini agar pembangunan yang akan dilaksanakan khususnya pembangunan permungkiman dan infrastruktur perkotaan tidak hanya selaras dengan kebijakan tetapi juga bersinergi dengan masyarakat, sehingga peran aktif masyarakat tidak hanya sebatas menyampaikan aspirasinya tetapi ikut serta menjaga hasil dari pembangunan.

Visi-Misi daerah diambil dari visi-misi yang berada didalam dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang harus selaras serta bersinergi dengan kegiatan strategi pembangunan permungkiman dan infrastruktur perkotaan, visi-misi daerah tidak terlepas dari visi misi kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir .

B. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten

Penukal Abab Lematang Ilir

Dalam menentukan kawasan permukiman perkotaan mengacu pada kondisi eksisting wilayah, kenderungan perkembangan pembangunan fisik dan orientasi kegiatan suatu wilayah yang dipersipkan menjadi pusat pertumbuhan yang berdasarkan kebijakan terkait seperti RTRW dan kebijakan lainnya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan kawasan peruntukan permukiman perkotaan adalah :

1. Kawasan yang didorong pertumbuhannya untuk mendukung pengembangan dan pembangunan wilayah kota dan berdasarkan kebijakan RTRW dan kebijakan lainnya,

(48)

3. Kawasan permukiman perkotaan yang sesuai dengan kebijakan terkait( sesuai dengan RPJMD, RTRW) dan arahan pengembangan perkotaan,

4. Kawasan pelayanan regional ( pendidikan tinggi dan jalan lingkar), 5. Kawasan yang menjadi pusat kota,

6. Kawasan yang dikendalikan pengembangannya, mengingat keterbatasan kondisi fisik, fungsi lahan pada kawasan tersebut, faktor kebencanaan, estetika, dan kelestarian lingkungan.

7. Kawasan sempadan sungai, dan

8. Kawasan permukiman padat tidak tertata.

3.2.2. Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)

(49)

3.2.3. Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten PALI didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten PALI berpedoman pada prinsip :

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan); c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’

A. Sub Sektor Pengembangan Air Limbah Domestik

(50)

Berdasarkan analisa SWOT, diperoleh beberapa isu strategis terkait dengan air limbah domestic di kabupaten PALI yaitu :

1) Perlunya penyusunan perda tentang pengelolaan air limbah domestic dengan dilengkapi dengan kewajiban dan sanksi dalam pengelolaan air limbah domestic serta adanya biaya retribusi pengelolaan air limbah.

2) Perlunya peningkatan kemampuan SDM bidang pengelolaan air limbah domestic baik kuantitas maupun kualitas disertai pengaturan job description dalam pengelolaannya.

3) Perlu pembangunan IPAL dan IPLT khususnya di desa/kelurahan yang memiliki karakteristik perkotaan.

(51)

Tabel 3.1

Tujuan, Sasaran, dan Tahap Pencapaian Pengembangan air limbah domestik

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan sasaran Indikator Sasaran

1. Mewujudkan prasarana dan sarana air limbah domestic

a). Menambah jumlah jamban individual (on-site) khususnya di perdesaan yang berbasis masyarakat

b). Menambah MCK (komunal) khususnya di perdesaan yang mayoritas penduduk miskin yang berbasis masyarakat

c). Membangun IPAL, IPLT dan jaringannya di kawasan perkotaan (kelurahan/desa yang tumbuh cepat)

d). Mendorong pembiayaan sendiri bagi setiap keluarga untuk pembangunan jamban individual.

e). Meningkatkan pola koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten dalam mengembangkan sistem air limbah domestic

f). Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem terpusat (jangka panjang)

g). Merubah perilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakat dan dunia usaha terhadap pentingnya pengelolaan air limbah

permukiman

h). Mendorong partisipasi masyarakat dan usaha dalam

penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan air limbah permukiman

i). Menyusun perangkat perturan baik dalam bentuk perda maupun peraturan bupati yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah.

j). Mensosialisasikan peraturan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman

k). Memperkuat kelembagaan pengelolaan air limbah l). Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga m). Mendorong dan meningkatkan komitmen para pemangku kepentingan untuk memprioritaskan pembangunan sanitasi termasuk pengelolaan air limbah

A. Pelayanan Air Limbah

(52)

b). Meningkatkan cakupan pelayanan air limbah domestic baik dikelola oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.

c). Meningkatkan kinerja penyelenggara pengelolaan air limbah domestic

d). Memprioritaskan pembangunan air limbah domestik pada masyarakat daerah miskin dan rawan penyakit terkait air. e). Mendorong kerja sama antar kota/kabupaten dalam upaya

melindungi badan air dari pencemaran air limbah domestic

1. PROGRAM PELAYANAN

1.1) Program peningkatan pelayanan air limbah melalui sistem terpusat ( sewerage ) di perkotaan

1.2) Program pembangunan prasarana dan sarana air limbah untuk masyarakat berpenghasilan rendah diperkotaan

1.3) Program pembinaan & bimbingan teknis dalam peningkatan kinerja PS Air limbah

1.4) Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dalam bidang pengolahan air limbah

1.5) Program pembinaan % bimbingan teknis dalam peningkatan PS air limbah untuk daerah tertentu : daerah endemi, daerah bencana daerah terpencil, pulau – pulau kecil dan kawasan perbatasan.

B. PEMBIAYAAN AIR LIMBAH

a. mendorong peningkatan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan

b. mendorong peningkatan prioritas pendanaan pemerintah dalam pengembangan sistem

c. meningkatan pembiayaan melalui kemitraan pemerintah dan swasta

d. pembangunan dan pengelolaan berbasis masyarakat.

2. PROGRAM PEMBIAYAAN

1. program peningkatan pembiayaan pengelolaan air limbah 2 .program peningkatan kerjasama pemerintah dan swasta (KPS)

dalam penyelenggara PS air limbah

C. PERAN SERTA MASYARAKAT

(53)

2. Mengembangkan

pengolaan air limbah, melalui pemberian penghargaan dan saksi. c. melibatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam

pembangunan dan pengelolaan air limbah.

d. sosialisasi untuk merubah perilaku supaya tidak membuang tinja di sembarang tempat

3. PROGRAM PERAN SERTA MASYARAKAT

3.1) Program sosialisasi dan kampanye dalam pendidikan lingkungan dan kepedulian lingkungan

3.2) Program pembangunan PS air limbah berbasis masyarakat 3.3) Deseminasi dan sosialisasi Norma, standar, Pedoman dan

Manual bidang air limbah

3.4) Bantuan teknis pembangunan air limbah berbasis masyarakat

D. KELEMBAGAAN

a. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar wilayah dalam pembangunan air limbah

b. fasilitas peningkatan manajemen pembangunan air limbah didaerah

c. fasilitas peningkatan pengelolaan air limbah melalui pelatihan dan pendidikan SDM yang kompeten

4. PROGRAM KELEMBAGAAN

4.1) Program bantuan teknis penyelenggara kelembagaan PS air Limbah

4.2) Program Bantuan teknis pembentukan badan pengelola Air limbah

4.3) Program peningkatan koordinasi dengan sektor lain 4.4) Program peningkatan kemauan politik (political will) dalam

penanganan Air limbah

4.5) Program peningkatan pengawasan kualitas air limbah permukiman

4.6) Program peningkatan kapasitas Kelembagaan dan SDM

E. PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan yang melakukan pengaturan terhadap yang bergerak dalam pembangunan dan pengolalaan air limbah .

(54)

Tabel 3.1 Tujuan ,Sasaran, dan tahap pencapaian pengembangan air limbah dolmestik merupakan pernyataan tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pengembangan air limbah domestic di kabupaten PALI dengan target sasaran dalam pernyataan sasaran dan indikantor sasaran untuk mencapai strategi penanganan permasalahan air limbah domestic di kabupaten PALI .

Dalam rangka untuk memperkecil kelemahan/kendala dan mengatasi tantangan/ ancaman dalam pembangunan subsector air limbah domestic di kabupaten PALI ke depan diperlukan upaya sebagai berikut :

1) Menciptakan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap pentingnya penanganan dan peningkatan pelayanan air limbah.

2) Peningkatan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran pembangunan air limbah.

3) Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan air limbah dengan kemitraan pemerintah-swasta.

4) Peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah melalui restrukturisasi kelembagaan dan membentuk BUMD yang mengelola air limbah.

5) Peningkatan partisipasi media untuk kempanye edukasi dan advokasi sanitasi air limbah

6) Peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelolaan pelayanan air limbah melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan.

(55)

dari pengelolaan air limbah domestik. Secara lebih jelas tujuan, sasaran dan strategi yang diperlukan dalam rangka pengembangan pengelolaan air limbah domestik di kaabupaten PALI .

B. Sub Sektor Persampahan

Berdasarkan hasil pembobotan dan scoring SWOT untuk subsector persampahan menunjukan bahwa di kabupaten PALI terdapat beberapa kelemahan. Namun demikian, Kabupaten PALI juga mempunyai peluang yang cukup signifikan untuk diraih dengan merubah beberapa strategi yang ada pada saat ini. Berdasarkan hasil analisa SWOT, posisi pengelolaan sanitasi kabupaten PALI khususnya ketersediaan anggaran untuk program persampahan.

Dari hasil penilaian analisis SWOT menunjukan hasil sebagai berikut :

1) Berdasarkan data analisis SWOT diatas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis nilai pada kondisi internal organisasi menunjukan nilai kekuatan adalah 3.60 dan kelemahan adalah 3.00. Jadi , kekuatan organisasi lebih besar 0.60 poin dibandingkan dengan kelemahannya.

2) Analisis nilai pada kondisi eksternal organisasi menunjukan nilai peluang adalah 2.50 dan ancaman adalah 2.5. Jadi, ancaman sama besar 2,50 poin dibandingkan dengan peluang yang ada.

Beberapa isu strategi terkait persampahan berdasarkan analisis SWOT antara lain : 1) Penyempurnaan perda pengelolaan persampahan dilengkapi dengan kewajiban

dan sangsi dalam pengelolaan persampahan.

(56)

Permasalah yang timbul dalam pengelolaan persampahan di kabupaten PALI meliputi beberapa aspek diantaranya :

1) Cakupan layanan sampah masih rendah,

2) Khusus diluar ibukota kabupaten, sosialisasi dan penyuluhan masalah persampahan masih kurang sehingga sebagian masyarakat memerlukan sampah dengan membakar atau membuang sampah tidak pada tempatnya: 1. Belum memasyarakatnya pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R

(Recycle, Reuse, Reduce).

2. Kurang memadainya sarana pengelolaan persampahan yang dapat melayani seluruh wilayah kabupaten PALI .

3. Kurang memadainya jumlah dan kapasitas SDM pengelolaan sampah, khususnya untuk diluar ibukota kabupaten.

4. Pendanaan pengelolaan sampah masih sangat mengandalkan anggaran pemerintah dan belum memaksimalkan peran swasta.

Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan persampahan di kabupaten PALI meliputi beberapa aspek. Yaitu asepek Teknis & Oprasional, Sosial, Kelembagaan , Pembiayaan dan Kondisi Lingkungan.

Berbagai upaya tindak lanjut yang dapat dilakukan dengan memperkecil kelemahan/kendala dan mengatasi tantangan/ancaman dalam pembangunan subsektorpersampahan kabupaten PALI ke depan adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan(stakeholders) terhadap pentingnya peningkatkan pengelolaan dan pelayanan persampahan.

(57)

3) Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha(swasta) untuk turut berperan serta secara akitf dalam memberikan pelayanan persampahan dengan kemitraanpemerintah-swasta.

4) Peningkatan partisipasi media untuk kampanye edukasi dan advokasi sanitasi air persampahan

5) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pengelolaan pelayanan persampahan melalui uji kompotensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan persampahan.

(58)

Tabel 5.2

Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Pengelolaan Persampahan

Tujuan Sasaran Strategi

Pernyataan sasaran Indikator Sasaran

1. Mewujudkan prasarana dan sarana persampahan yang

a). Menambah jumlah kotak sampah dan TPS khususnya

diperkotaan baik di kawasan permukiman maupun komersial. b). Menambah jumlah TPA sampah khususnya diibukota kecamatan

dan di desa-desa cepat tumbuh.

c). Menambah armada persampahan khususnya dikawasan perkotaan dan kawasan cepat tumbuh lainnya.

d). Meningkatkan pengelolaan persampahan melalui 3R khususnya di kawasan perdesaan.

e). Mendorong pembiayaan sendiri bagi setiap keluarga untuk membuat kotak sampah.

f). Meningkatkan pola koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dalam mengembangkan sistem persampahan. g). Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana

persampahan terpadu ( jangka panjang).

h). Mengubah prilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakat dan dunia usaha terhadap pentingnya pengelolaan

persampahan.

i). Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan persampahan.

j). Mengoptimalkan perangkat peraturan baik dalam bentuk perda maupun Peraturan Bupati yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan persampahan.

k). Mensosialisasikan peraturan terkait penyelenggaraan pengelolaan persampahan.

l). Memperkuat kelembagaan pengelolaan persampahan. m). Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga. n). Mendorong dan meningkatkan komitmen para pemangku

Gambar

Tabel 3.1  Tujuan, Sasaran, dan Tahap Pencapaian Pengembangan air limbah domestik
Tabel 5.2
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Sedangkan tanpa minyak dan gas bumi pertumbuhan Provinsi Papua Barat mengalami kontraksi pertumbuhan minus 1,56 persen pada triwulan I-2014 dan tumbuh sebesar 6,55 persen

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti yang berkaitan dengan penggunaan teori Utami

Hal ini bisa dilihat pada program pembelajaran guru, baik pada program semester maupun pada Rencana Pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci mencantumkan perencanaan waktu

DFD Level 0 menggambarkan sistem yang akan dibuat sebagai suatu entitas.. tunggal yang berinteraksi dengan orang maupun sistem

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Aplikasi Metode

4.3 Dimensi Persepsi Yang Paling Dominan dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian Notebook Acer Pada Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Universitas Binadarma