• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Manajemen Kearsipan Arsip Dinamis Aktif dan Inaktif Kantor Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 162008028 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Manajemen Kearsipan Arsip Dinamis Aktif dan Inaktif Kantor Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 162008028 BAB II"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan tentang landasan teori yang sesuai dengan

masalah sistem kearsipan arsip dinamis aktif dan inaktif yang akan diteliti.

Landasan teori akan menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang akan diuraikan

dalam penjelasan dibawah ini :

2.1. Arsip

2.1.1. Pengertian Arsip

Arsip merupakan informasi terekam dari peristiwa-peristiwa yang

telah terjadi, dimana informasi tersebut memiliki arti dan kegunaan yang

penting bagi kantor. Arsip harus disimpan secara teratur agar dapat

ditemukan kembali dengan mudah dan cepat ketika informasi dalam arsip

tersebut dibutuhkan.

“Arsip berasal dari Bahasa Yunani, yaitu arche,

yang kemudian berubah menjadi archea, lalu berubah lagi

menjadi archeon. Arche berarti permulaan, jabatan, atau

fungsi kekuasaan peradilan dan archea artinya dokumen

atau catatan mengenai permasalahan. Dalam bahasa

Indonesia, arsip berarti tempat penyimpanan naskah atau

dokumen penting.”

1

Berdasarkan UU No. 7 Th.1971, Arsip adalah :

“ a.

Naskah

naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga

lembaga Negara dan Badan

badan Pemerintah dalam

bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal

maupun

berkelompok,

dalam

rangka

pelaksanaan

kegiatan pemerintahan

1

(2)

10

b. Naskah

naskah yang dibuat dan diterima oleh

Badan

badan swasta dan atau perorangan,

dalam bentuk corak apa pun, baik dalam

keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam

rangka kehidupan berbangsa.”

2

2.1.2. Wujud Arsip

Wujud arsip dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a.

Dokumen adalah “

Semua benda yang dapat memberi informasi, sehingga

benda tersebut disebut sebagai sumber informasi”.

3

b.

Warkat adalah

“Setiap data baik yang tertulis, bergambar, maupun yang

direkam, mengenai sesuatu hal, peristiwa, kejadian yang digunakan

sebagai alat peng

ingat.”

4

2.1.3. Penggolongan Arsip

Menurut penggunaannya arsip dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu :

1.

Arsip Dinamis

Arsip dinamis merupakan dokumen yang masih diperlukan

sebagai referensi dan dasar pengambilan keputusan, penentuan kebijakan

dan tindakan. Menurut PP No. 34 Tahun 1979 Pasal 1 Ayat 4 tentang

Penyusutan Arsip, Arsip Dinamis dibedakan dalam dua kategori yaitu :

a.

Arsip Dinamis Aktif

arsip dinamis yang secara langsung dan terus

menerus diperlukan dan digunakan dalam penyelenggaraan

administrasi.

2

Irra Chrisyanti Dewi, 2011, Manajemen Kearsipan, Prestasi Pustaka, Jakarta, hal. 1 3

Ibid. hal. 4 4

(3)

11

b.

Arsip

Dinamis

Inaktif

arsip

dinamis

yang

frekuensi

penggunaannya untuk penyelenggaraan administrasi sudah menurun.

2.

Arsip Statis

Arsip Statis merupakan dokumen yang disimpan

permanen karena alasan historis, administratif, hukum dan

ilmu pengetahuan namun tidak lagi digunakan dalam

kegiatan sehari- hari.

5

2.1.4. Ruang Lingkup Kearsipan

Ruang lingkup kearsipan dapat dikatakan sebagai pengelolaan dan

penanganan dokumen arsip/warkat yang berisi informasi sejak tercipta

hingga warkat itu dinyatakan dilestarikan/dihapus.

a.

Penciptaan Arsip / Warkat

“Kegiatan manajemen warkat berangka

t dari penciptaan

arsip/warkat.

6

Sumber arsip Kecamatan Tengaran berasal dari arsip

interen dan eksteren, perwujudanya ketika Kecamatan Tengaran

mengirim/menerima surat.

b.

Pemilihan Arsip

Pemilihan arsip sangat penting untuk menghemat tempat dan

waktu pencaraian arsip ketika arsip dibutuhkan. Pemilihan arsip adalah

penggolongan dokumen berdasarkan kegunaanya, pastikan bahwa arsip

yang disimpan adalah arsip yang mengandung informasi dan benar-benar

berguna bagi Kecamatan Tengaran.

5

Sulistyo Basuki, 2003, Manajemen Arsip Dinamis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 12

6

(4)

12

c.

Pengendalian Arsip

Arsip perlu dikendalikan agar tidak terjadi penumpukan arsip yang

sudah tidak diperlukan dan bercampur dengan arsip aktif. Penumpukan

arsip selanjutnya akan mengganggu mobilitas arsip dinamis aktif sehingga

akan sulit ditemukan. Langkah-langkah pengendalian arsip antara lain :

Perlu perencanaan penciptaan formulir/wa rkat antara

lain standarisasi, penghapusan, dan penggabungan

formulir dan langkah-langkah penyusutan arsip.

1)

Penyimpanan Arsip : arsip harus disimpan dengan

menggunakansistem tertentu dan dibantu oleh

peralatan dan tempat yang memadahi serta

arsiparis yang menguasai bidangnya.

2)

Pera watan Arsip dimaksudkan agar nilai guna

informasi yang terkandung didalamnya dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin sampai jangka

wa ktu tertentu.

3)

Penyusutan/ P emusnahan Arsip: arsip yang sudah

tidak berguna secara berkala harus dimusnahkan.

Angka pemakaian =

� ℎ� � �� � � �

� ℎ� � �� � ��

x 100%

patokannya :

15 s/d 20% = arsip aktif

> 20% = arsip lebih aktif

< 15 %

= arsip inaktif “

7

2.1.5. Petugas Kearsipan

Petugas Kearsipan yang baik adalah petugas yang mampu mengelola

arsip dengan baik dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a.Pengetahuan : mempunyai pengetahuan umum yang

bersangkutan dengan masalah surat dan arsip, mengetahui

seluk-beluk instansinya terutama organisa si dengan tugas

pejabatnya, dan mempunyai pengetahuan khusus tentang

kearsipan.

7

(5)

13

b. Keterampilan : mempunyai kemampuan melaksanakan tekhnik

tata kearsipan yang sedang dijalankan

c. Kepribadian : mempunyai ketekunan dalam bekerja, sabar,

teliti, rapi, cekatan, cerdas, jujur, loyal, dapat menyimpan

rahasia organisa si, dan lain-

lain.”

8

2.1.6.

Peralatan Penyimpanan Arsip

Peralatan penyimpaan arsip adalah alat yang digunakan untuk

menyimpan arsip. Alat-alat ini dapat mempermudah kegiatan kearsipan.

Secara umum peralatan yang dibutuhkan dalam kearsipan antara lain:

a.

Sekat; digunakan sebagai pemisah antara satu pokok urusan

dengan pokok urusan lain.

b.

Folder; map tempat untuk menyimpan arsip, sehingga arsip dapat

terhimpun dalam satu tempat.

c.

Filling cabinet (alamari arsip); tempat untuk menyimpan arsip

dinamis aktif, didalam suatu susunan sekat dan folder.

Penyusunan filing cabinet selalu dari laci atas ke bawah.

d.

Rak arsip

e.

Almari kayu; dapat digunakan untuk menyimpan arsip dinamis

inaktif.

2.1.6.1. Penggolongan peralatan penyimpanan arsip menurut Hendi Haryadi :

1. Peralatan Penyimpanan Manual

Dokumen yang disimpan dalam penyimpanan manual adalah

dokumen dalam bentuk kertas, sehingga pelaksanaanya memerlukan

8

(6)

14

tempat penyimpanan yang luas. Contoh penyimpanan arsip secara

manual:

“1

. Spindle File

alat penyimpanan arsip revolusioner

(paling kuno), karena dokumen kertas langsung

ditancapkan kealat yang berbentuk paku.

2. Vertical Filling Cabinet

dokumen disimpan

mendatar dan disusun menurut abjad, lalu

ditegakkan.

3. Rotary Filling System

bentuknya

bermacam-macam, ada yang berbentuk trolley yang bisa

digerakkan atau dipindah-pindahkan.

4. Rotary Cabinet

sarana penyimpanan arsip yang

sangat efisien, dapat menghemat waktu dan 60%

luas ruangan, tanpa risiko kesalahan.”

9

2. Peralatan penyimpanan mekanis/

Retrix indexing

“Penyimpanan file atau data dengan sistem

penyimpanan arsip menggunakan kantong-kantong

yang tersusun secara acak berupa sistem kode

lima angka atau enam digit yang mampu

menampung hingga 100.000 berkas.“

10

Arsip dapat ditemukan kembali dengan cepat dan mudah

menggunakan alat pencari indeks. Contoh peralatan penyimpanan

mekanis adalah

punch card

dan

paper tape

3. Peralatan Penyimpanan Otomatis

Peralatan penyimpanan otomatis adalah penyimpanan file

dengan komputer. Penyimpanan semacam ini sangat menghemat

tempat dan waktu pencarian data yang diperlukan, namun tidak dapat

digunakan sepenuhnya karena tidak semua arsip dapat disimpan

dalam bentuk soft file. Data

data penting memerlukan tanda tangan

9

Hendi Haryadi, 2009, Administrasi Perkantoran untuk manajer & Staf, Visimedia, Jakarta, hal. 46

10

(7)

15

sehingga harus dicetak, maka penyimpanannya pun harus dalam

bentuk kertas.

2.1.7. Ruang Penyimpanan Arsip

Informasi yang terkandung dalam arsip sangat penting sehingga

arsip harus dijaga dan dikelola sedemikian rupa sehingga informasi

tersebut tidak hilang. Arsip harus disimpan di tempat khusus agar

kerahasiaan dan perawatanya dapat tercapai dengan baik.

“Temp

at

penyimpanan arsip harus kering, kuat, terang dan berfentilasi dengan

baik.”

11

Ruang penyimpanan arsip tidak boleh terkena matahari secara

langsung dan harus dipastikan tidak bocor ketika hujan. Suhu udara yang

paling tepat dalam ruang penyimpanan arsip berkisar antara 65ºF

75ºF.

Selain hal-hal tersebut ruang penyimpanan arsip sebaiknya dilengkapi

dengan AC yang dipasang 24jam.

“AC berfungsi untuk mengatur

kelembaban dan temperature udara serta mengurangi banyaknya debu.”

12

2.2. Sistem

Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling

mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.

Seluruh organisasi pasti mempunyai sistem untuk mencapai tujuannya.

11

Basir Bartos, 2000, Manajemen Kearsipan, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 56 12

(8)

16

Elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :

1. Tujuan

Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), tujuan inilah yang

menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan,

sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali.

2. Masukan

Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke

dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses.

Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud ataupun tidak.

3. Proses

Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau

transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan

lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi

juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna.

4. Keluaran

Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada

sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran,

cetakan laporan, dan sebagainya.

5. Batas

Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara

sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem

menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan

sistem.

6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik

Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan

dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik

keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik

masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur

agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.

7. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem.

Lingkungan bisa berpengaruh terhadap opera si sistem dalam

arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri.

13

13

(9)
[image:9.595.102.512.141.698.2]

17

Gambar 2.1. Subsistem Administrasi

Sumber : Geoffrey Mills, Oliver Standingford, Robert C Appleby, Manajemen Perkantoran Moderen, Binarupa Aksara, Tangerang, hal. 18

2.2.1. Sistem Kearsipan

Sistem kearsipan yang dipilih haruslah disesuaikan dengan kondisi

kantor dan jenis arsip yang akan disimpan. Berdasarkan dengan teori ilmu

kearsipan, filling sistem kearsipan dibagi menjadi empat sistem yaitu :

“1. Sistem Kronologis

Penyusunan arsip berdasarkan waktu,

seperti tahun, bulan, dan tanggal .

2. Sistem abjad

Sistem penyimpanan dan penemuan kembali

arsip berdasa rkan abjad

3. Sistem nomor /kode klasifikasi persepuluhan

Arsip

disusun dan dikelompokan berdasarkan masa lah/pokok

soal.

4. Sistem Geografis

Arsip disusun berdasarkan nama

wilayah/daerah.”

14

14

Irra Chrisyanti Dewi,2011, Manajemen Kearsipan, Prestasi Pustaka, Jakarta, hal. 98 Masukan

(Sumber Daya)

Prosedur Administrasi

Perusahaan yang terorganisasi

dengan baik

Manajemen (Pengendalian) Rencana dan

anggaran

Deteksi penyimpangan

dari rencana Umpan

Balik Rencana dan

anggaran

(10)
[image:10.595.102.503.165.730.2]

18

Tabel 2.1

Jenis Arsip Dinamis dan Sistem Penyimpanannya

“Jenis arsip dinamis

Sistem penyimpanan yang sering

digunakan

Korespondensi (termasuk surat,

memorandum, telegram,

lampiran, laporan, dan dokumen

terkait

Berkas subjek menurut klasifikasi,

namun

korespondensi

dapat

merupakan

setiap

jenis

sistem.

Berkas korespondensi sering disebut

berkas umum untuk membedakanya

dari seri arsip dinamis lainya

Arsip dinamis transaksi (formulir

dan korespondensi yang

memberikan bukti adanya

transaksi).

Susunan alfabetis atau numeric

berdasa rkan nama atau pengenal

numeric, misalnya nomor surat atau

nomor tagihan. Seringkali jenis

dokumen ini bersifat bebas dan tidak

dikelompokan berdasarkan folder

berkas.

Arsip

dinamis

proyek

(korespondensi, nota, dan data

lain yang terkait pada proyek

tertentu seperti pengembangan

sebuah

produk,

pelaksanaan

kegiatan sebuah proyek atau

dokumentasi sistem.

Biasanya disimpan menurut nama

proyek

atau

nomor,

seringkali

dibagi lebih lanjut menurut subjek

dan klasifikasi.

Berkas kasus (rekam medis dan

arsip dinamis personil lainnya,

klaim, tuntutan hukum, kontrak,

asuransi, dan berkas sejenis).

Biasanya merujuk pada personil

tertentu atau properti.

Biasanya

menurut

nama

atau

kelompok atau diindeks menurut

nomor berkas.

Berkas khas (peta dan gambar

rekayasa atau engineering, pita

atau tapes dan gulungan reel, foto

sinar x, foto, gambar, kliping dan

berkas rujukan tercetak lainnya

dan media terbacakan mesin)

Biasanya nomor indeks abjad. “

15

15

(11)

19

2.2.2. Sistem Penyimpanan Arsip

1. Sentralisasi

Sentralisasi adalah sistem penyimpanan arsip yang dilakukan oleh

bagian khusus yang bertugas menangani pengelolaan dan penyimpanan arsip.

Pekerjaan kearsipan seluruh kantor dikelola oleh satu bagian khusus.

Kebaikan sistem penyimpanan arsip sentralisasi :

1. Mudah menyeragamkan cara kerja,

2. Penga wa san yang efektif dapat ditingkatkan,

3.Penghematan biaya dan penggunaan perabot serta alat alat

kantor dapat lebih hemat pula,

4. Penggunaan tenaga kerja lebih fleksibel,

5.Mudah mengatur dan meratakan beban kerja kegiatan

kantor.”

16

Kelemahan sistem penyimpanan arsip sentralisasi :

1. Kemungkinan mengalami hambatan dan kelambatan untuk

pekerjaan kantor yang penting dan memerlukan wa ktu

cepat,

2. Kebutuhan khas dari masing-masing unit belum tentu dapat

dipenuhi oleh unit yang merupakan pusat perkantoran,

3. Kurang dapat dirasakan kemanfaatanya bagi organisasi

kantor yang masih kecil dan belum berkembang.”

17

2. Desentralisasi

Desentralisasi adalah sistem penyimpanan arsip yang dilakukan

oleh setiap unit dalam organisasi. Masing-masing unit melakukan

pengelolaan dan penyimpanan arsip sendiri. Tidak ada bagian khusus yang

menangani seluruh arsip kantor.

16

Irra Chrisyanti Dewi, 2011, Manajemen Kearsipan, Prestasi Pustaka, Jakarta, hal. 13 17

(12)

20

Kebaikan sistem penyimpanan arsip desentralisasi :

1. Apabila unit kerja organisasi tersebar di beberapa

tempat/gedung, maka untuk semua pekerjaan kantor

akan lebih lanca

r jalannya,”

18

Kelemahan sistem penyimpanan arsip desentralisasi :

1. Jika setiap unit dalam kantor mempunyai alat- alat yang

sama ,hal ini akan memboroskan biaya kantor

2. Banyak membutuhkan peralatan dan tenaga kerja,

3. Sulit mengadakan penga wasan pekerjaan kantor yang

terpisah-

pisah ruangannya.”

19

2. Gabungan / Kombinasi

Gabungan atau kombinasi adalah sistem penyimpanan arsip yang

mengkombinasi antara sentralisasi dan desentralisasi. Sistem ini

berangkat dari kelemahan dan kelebihan yang ada dalam masing-masing

sistem. Kombinasi berupaya meminimalisir kekurangan dari

masing-masing sistem dan memanfaatkan kelebihan dari keduanya untuk menjadi

sebuah sistem yang lebih efektif dan efisien.

Kombinasi merupakan gabungan dari sentralisa si dan

desentralisa si. Penerapanya ketika organisasi kantor lebih

menitikberatkan pada asa s sentralisasi dan pada kesempatan

lain lebih menekankan pada penerapan asas desentralisa si,

dan pada kesempatan lain mungkin pengurusan teknis sesuatu

pekerjaan kantor sepenuhnya diserahkan kepada

masing-masing unit tanpa mengurangi akan perlunya bantuan tenaga

ahli dalam bidang pekerjaannya.”

20

2.3. Manajemen Kearsipan

Istilah manajemen kearsipan berasal dari bahasa Inggris yaitu

records management ada juga istilah recordkeeping. Istilah ini

dapat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi tata

arsip dinamis. Tata arsip dinamis artinya penyusunan dan

18

Irra Chrisyanti Dewi, 2011, Manajemen Kearsipan, Prestasi Pustaka, Jakarta, hal. 13 19

Ibid. hal. 15 20

(13)

21

penyediaan bukti transaksi bisnis yang lengkap, tepat, dan

handal dalam bentuk informasi terekam”

21

Sistem manajemen kearsipan arsip dinamis meliputi :

a.

Personil yang relevan (staf managemen arsip dinamis dan

pemakainya);

b.

Garis haluan, prosedur, dan praktek tata arsip dinamis;

c.

Dokumentasi yang mencatat garis haluan, prosedur dan

praktek tersebut termasuk pedoman dan panduan prosedur;

d.

Arsip dinamis itu sendiri;

e.

Sistem arsip dinamis dan informasi yang dikhususkan untuk

mengontrol arsip dinamis;

f.

Perangkat lunak, Perangkat keras dan perlengkapan la in

serta alat tulis kantor.”

22

2.3.1. Manajemen Arsip Dinamis Kertas

Tempat penyimpanan arsip dinamis aktif dan inaktif harus dipisahkan

agar arsip yang dicari dapat ditemukan dengan cepat dan mudah saat

diperlukan. Secara umum komponen arsip dinamis sebuah badan korporasi

yang disimpan dan atau dimusnahkan disusun sebagai berikut :

a.

10 % arsip dinamis dipertahankan karena memiliki nilai

jangka panjang

b.

25 % arsip dinamis disimpan pada berkas arsip aktif.

c.

30 % arsip dinamis disimpan pada berkas arsip ina ktif.

d.

35 % arsip dinamis tidak berguna dan dapat

dimusnahkan. “

23

2.3.2 Pengurusan dan Pengendalian Naskah Dinas

A. Pengurusan dan Pengendalian Naskah Dinas Penting

a. Naskah Dinas Penting Masuk

Naskah Dinas Penting masuk adalah naskah dinas yang diterima

dan bersifat penting. Alur pengurusan naskah dinas penting masuk

21

Sulistyo Sulistyo Basuki,2003, Manajemen Arsip Dinamis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 15

22 Ibid 23

(14)

22

dimulai dari penerima naskah dinas, Pengarah naskah dinas, Pencatat

naskah dinas, Pengendali naskah dinas, Tata usaha unit pengolah naskah

dinas, kemudian berakhir di Penyimpan naskah dinas.

a.Penerima ;menerima naskah dina s dan meneliti

kebenaran alamat, Menyortir dan membuka naskah

dinas, dan membubuhkan cap tanggal dan nomor urut

untuk surat keluar. Dalam hal alamat lua berbeda

dengan alamat dalam, maka sampul disertakan pada

naskah dinas. Sedangkan apabila terdapat salah alamat

naskah dinas harus dikembalikan kepada pengirim.

b.Pengarah ;membaca, memberikan kode kla sifikasi

naskah

dinas

pada

sudut

kanan

atas

dengan

menggunakan pensil, kemudian meneruskan kepada

pencatat.

c.

Pencatat ; mencatat naksah dinas dalam kartu kendali

rangkap 3 sesuai dengan pengarahan. Meneruskan

naskah dinas beserta kartu kendali kepada pengendali.

d.Pengendali

;meneliti

kebenaran

ka rtu

kendali,

menyampaikan naskah beserta kartu kendali II dan III

kepada pengolah, menyusun kartu kendali I dalam kotak

kartu kendali berdasarkan pengelelompokan urutan kode

klasifikasi.

e.

Penyimpan ;menyimpan kartu kendali II sebagai

pengganti naskah dinas yang masih ada pada pengolah.

f.

Pengolah ; menyimpan kartu kendali III, mengisi lebar

disposisi kemudian menyampaikan naskah dinas kepada

pimpinan setelah pimpinan sudah mengembalikan naskah

dinas dan disposisi pengolah segera meneruskan kepada

unit pelaksana untuk melaks

anakan isi naskah dinas.”

24

b. Naskah Dinas Penting Keluar

Naskah Dinas Penting Keluar adalah naskah dinas yang

dikeluarkan, dimana naskah dinas tersebut bersifat penting. Alur

pengurusan naskah dinas penting keluar dimulai dari pembuatan konsep

naskah dinas, kemudian kepada unit pengolah, pengendali dan dikirim.

24

Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2006, Pedoman Bahan Bimbingan Teknis Kearsipan Dinamis, Kantor Pengelolaan Data dan Arsip Daerah, Kabupaten Semarang, hal. 4

(15)

23

a.

Unit Pengolah; mencatat naskah dinas dalam kartu

kendali I, II, III kemudian menyampaikan naskah dinas

tersebut kepada pengendali, menyimpan konsep dan

kartu kendali lembar III berdasarkan kode.

b.

Pengendali; meneliti kebenaran isi kartu kendali,

menyimpan kartu kendali I dan II kedalam kotak kartu

kendali , mengembalikan konsep dan kartu kendali III

kepada

pengolah

untuk

disimpan,

kemudian

menyerahkan kepada pengirim untuk dikirim kealamat.

c.

Pengirim; mengirimkan na skah dinas sesuai dengan

alamat.“

25

B. Pengurusan dan Pengendalian Naskah Dinas Biasa

a. Naskah Dinas Biasa Masuk

Naskah dinas biasa masuk adalah naskah dinas yang diterima dan

bersifat biasa. Pengurusan naskah dinas biasa tidak mengggunakan kartu

kendali, hanya menggunakan lembar pengantar rangkap dua. Alur

pengurusan naskah dinas biasa dimulai ketika naskah dinas diterima oleh

penerima, kemudian disampaikan kepada pengarah, pencatat, pengendali

dan yang terakhir sampai pada unit pengolah.

a.

Penerima ; menerima naskah dina s dan meneliti

kebenaran alamat, kemudian menyampaikan naskah

dinas kepada pengarah, menyortir dan membuka naskah

dinas, dan membubuhkan cap tanggal dan nomor urut

untuk surat keluar. Dalam hal alamat lua berbeda

dengan alamat dalam, maka sampul disertakan pada

naskah dinas. Sedangkan apabila terdapat salah alamat

naskah dinas harus dikembalikan kepada pengirim.

b.

Pengarah ;mengarahkan naskah dinas kemudian

meneruskan kepada pencatat.

c.

Pencatat ;mencatat naskah dinas dalam lembar

pengantar

yang

dibuat

rangkap

dua

kemudian

menyerahkan kepada pengendali.

d.

Pengendali; meneliti kebenaran isi lemba r pengantar,

menyusun lembar pengantar I kedalam kotak lembar

25

Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2006, Pedoman Bahan Bimbingan Teknis Kearsipan Dinamis, Kantor Pengelolaan Data dan Arsip Daerah, Kabupaten Semarang, hal. 5

(16)

24

pengantar, kemudian meyerahkan kepada pengolah.

e.

Pengolah; menandatangani dan memberi tanggal pada

lembar pengantar, menyimpan lembar pengantar II,

mengisi lembar disposisi kemudian menyerahkannya

kepada pimpinan, setelah dikembalikan oleh pimpinan

sege

ra di teruskan kepada pelaksana.”

26

b. Naskah Dinas Biasa Keluar

Naskah dinas biasa keluar adalah naskah dinas yang dikeluarkan

dimana naskah tersebut bersifat biasa. Pengurusan naskah dinas biasa

keluar sama dengan pengurusan naskah dinas penting, dengan

pertimbangan bahwa suatu unit kerja mengeluarkan naskah dinas karena

memang ada suatu kepentingan.

C. Pengurusan dan Pengendalian Naskah Dinas Rahasia

a. Naskah Dinas Rahasia Masuk

Naskah dinas rahasia masuk adalah naskah dinas yang diterima dan

bersifat rahasia. Pengurusan naskah dinas rahasia juga tidak mengggunakan

kartu kendali, seperti pada naskah dinas biasa, hanya menggunakan lembar

pengantar rangkap dua. Rahasia berarti tidak sembarang orang boleh

mengetahui isi dari naskah dinas tersebut, jadi pengurusan naskah tetap

dalam keadaan tertutup sampai pada alamat yang dituju. Alur pengurusan

naskah dinas penting dimulai ketika naskah dinas diterima oleh penerima,

disampaikan kepada pencatat, kemudian diteruskan kepada pimpinan.

a.

Penerima; menerima naskah dinas dalam keadaan

tertutup dan menyerahkanya kepada pencatat.

b.

Pencatat; mencatat tanda -tanda yang terdapat pada

naskah dinas raha sia dalam lembar pengantar rangkap

26

Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2006, Pedoman Bahan Bimbingan Teknis Kearsipan Dinamis, Kantor Pengelolaan Data dan Arsip Daerah, Kabupaten Semarang, hal. 6

(17)

25

dua (naskah dinas masih dalam keadaan tertutup, hanya

pimpinan yang berhak membukanya), menyimpan lembar

pengantar I.

c.

Pimpinan; menerima surat dan lembar pengantar

kemudian menindaklanjuti dan menyimpan naskah dinas

dan lembar pengantar II.

27

b. Naskah Dinas Rahasia Keluar

Naskah dinas rahasia keluar berbeda dengan naskah dinas rahasia masuk

karena naskah dinas keluar rahasia kembali menggunakan kartu kendali.

Naskah dinas rahasia keluar dibuat langsung oleh pimpinan atau orang yang

benar-benar dapat dipercaya, baik konsep maupun pengetikannya. Unit

pengolah dan pencatat hanya mencatat tanda- tanda surat kemudian

menyimpan kartu kendali dan konsep surat dan selanjutnya mengirimkan surat

ke alamat yang dituju.

a.

Pengolah; mencatat naskah dinas kedalam kartu kendali

rangkap 3, kemudian menyerahkan naskah dina s dalam

keadaan tertutup untuk dikirimkan ke alamat, kemudian

menyimpan kartu kendali III dan konsep naskah dinas.

b.

Pencatat; meneliti kebenaran kartu kendali, menerusakan

naskah dinas kepada pengirim dan menyimpan kartu

kendali I dan II.

28

2.3.3. Pedoman Teknis Tata Berkas Arsip Dinamis

Arsip dinamis aktif adalah arsip dinamis aktif yang terus menerus

diperlukan dalam penyelenggaraan administrasi. Arsip dinamis aktif masih

digunakan secara terus menerus sebagai berkas kerja dalam unit pengolah di

lingkungan suatu organisasi.

27

Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2006, Pedoman Bahan Bimbingan Teknis Kearsipan Dinamis, Kantor Pengelolaan Data dan Arsip Daerah, Kabupaten Semarang, hal. 7

28 Ibid.

(18)

26

A. Pedoman Teknis Tata Berkas Arsip Dinamis Aktif

Penataan berkas adalah cara menata dokumen di dalam berkas dan

mengatur berkas dalam susunan yang sistematis. Penyimpanan arsip harus

dilakukan secara sistematis sehingga dapat ditemukan kembali dangan cepat dan

tepat. Tahap

tahap penataan berkas :

a.

Memisah- misahkan arsip yang akan disimpan dengan

arsip yang sedang dikelola. Pada tahap ini kelengkapan

kelengkapan arsip yang tidak memiliki keterangan bernilai

seperti amplop kosong, blangko kosong, dan lain- lain

segera dimusnahkan.

b.

Memeriksa, tindakan ini meliputi :

-

Memeriksa apakah lampiran sesuai dengan yang

tersebut dalam surat, jika tidak dicatat dalam kartu

kendali kolom catatan

-

Menyisihkan salinan-salinan yang rangkap, kalau tidak

diperlukan lagi dapat dimusnahkan.

c.

Menentukan Kode; setiap arsip dipelaja ri isinya untuk

mengetahui lingkup dan kajian masalah yang tersirat

didalam surat.

d.

Mengelompokkan arsip ; berdasarkan kesamaa n dalam

suatu proses, kesamaan masalah, atau kesamaan jenis.

e.

Menentukan title; arsip yang telah dihimpun ditentukan

titelnya yang berfungsi sebagai tanda pengenal berkas,

dimana title tersebut dicantumkan pada tab folder.

f.

Penempatan arsip dalam folder ; pada tab folder diberi

kode klasifikasi dan title yang telah ditentukan.

g.

Penataan Sekat; penyusunanya dimulai dari sekat untuk

pokok urusan, kemudian disusul untuk sub urusan,

penyusunannya seca ra berdiri kebalakang atau berderet

kesamping.

h.

Penataan tanpa sekat; penataan berkas aktif dilakukan

tanpa menggunakan sekat.”

29

B. Pedoman Teknis Tata Berkas Arsip Dinamis Inaktif

Arsip dinamis inaktif adalah arsip dinamis yang sudah berkurang

frekuensi penggunaanya dalam penyelenggaraan administrasi.

29

Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2006, Pedoman Bahan Bimbingan Teknis Kearsipan Dinamis, Kantor Pengelolaan Data dan Arsip Daerah, Kabupaten Semarang, hal 9

(19)

27

Penanganan Arsip Inaktif dapat dilakukan sebagai berikut :

I. Penanganan Arsip Daftar A (I) Sementara; Penanganan arsip menurut unit

kerja/ Pengolah. 8 hal yang harus dilakukan, antara lain :

a.

Membersihkan arsip dari debu- debu dan kotoran dan

memusnahkan semua bakteri dan serangga.

b.

Memisahkan arsip non arsip dan duplikasi arsip

c.

Mengelompokkan arsip menurut unit kerja / pengolah

disusun menurut kronologi

d.

Membungkus arsip setebal ± 4/5 cm dan member nomor

sementara

e.

Mencatat dalam kartu menurut unut kerja dan disusun

menurut kronologi, setelah disusun nomor tetap pada

kartu.

f.

Membuat daftar pretelan arsip

g.

Memasukan arsip yang telah dibungkus ke dalam boks,

sambil memberikan nomor definitive pada bendel arsip

yang telah dibungkus.

h.

Memberikan kamper dalam boks arsip.

30

II. Penanganan Arsip daftar B (II) langsung dari arsip kacau

a.

Membersihkan

arsip

dari

kotoran-kotoran

dan

membasmi serangga dan bakteri dengan bahan kimia.

b.

Memilah arsip, non arsip dan duplikasi

c.

Mengidentifikasikan menurut seri, rubric, dan dosir

d.

Mengklasifikasikan/mengelompokan arsip menurut seri,

rubik, dan dosir, dan disusun menurut kronologi.

e.

Membungkus arsip setebal ± 4/5 cm, beri nomor

sementara, dicatat pada kartu menurut seri, rubric dan

dosir sesuai dengan hasil seleksinya.

f.

Atas dasar catatan pada wa ktu tadi dibuat skema mana

yang masuk pada seri rubik dan dosir.

g.

Pengelompokan kartu (finches manuvere) menurut seri

rubik dan dosir disusun menurut kronologi lalu diberi

definitive(tetap) pada kartu yang telah diberi nomor

sementara tersebut.

h.

Membuat daftar pretelan arsip( daftar susunan arsip)

sesuai dengan susunan kartu diatas.

i.

Memasukan arsip yang telah dibungkus ke dalam boks

sambil memberikan nomor definitive pada bungkusan

30

Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2006, Pedoman Bahan Bimbingan Teknis Kearsipan Dinamis, Kantor Pengelolaan Data dan Arsip Daerah, Kabupaten Semarang, hal. 9

(20)

28

arsip sesuai dengan nomor definitive pa da kartu.

j.

Memasukkan kamper ke dalam boks yang telah

dimasuki arsip .”

31

III. Penanganan Arsip dengan Daftar (II) dari arsip Daftar (I)

a.

Membuka arsip hasil penanganan daftar A (I)

b.

Mengidentifikasi antara seri, rubik dan dosir

c.

Mengklasifikasikan/ mengelompokan antara seri, rubik

dan dosir disusun dalam kartu menurut seri, rubik dan

dorsir disusun atas kesamaan masalah dan kronologi

d.

Membungkus arsip setebal ± 4/5 cm, beri nomor

sementara, dicatat dalam kartu menurut seri, rubrik dan

dorsir, beri nomor sementara sesuai dengan hasil

seleksinya.

e.

Mengelompokkan kartu-kartu (fiches manuver) menurut

seri, rubric dan dorsir dan disusun menurut kronologi

lalu diberi nomor definitive(tetap) pada kartu sementara

f.

Memasukkan arsip yang telah dibungkus kedala m boks

sambil memberikan nomor definitive(tetap) sesuai

dengan nomor definitive pada kartu

g.

Membuat daftar pretelan arsip

h.

Memasukkan kamper kedalam boks yang telah dimasuki

arsip..”

32

IV. Penanganan Arsip Teratur ; arsip inaktif yang semasa aktifnya ditata

berdasarkan suatu sistem tertentu dan masih utuh penataannya, ditangani

sebagai berikut :

a.

Diperiksa kembali atas penataan dengan dasa r sistem

yang dipergunakan

b.

Ditertibkan pengaturan fisiknya, sehingga penemuan

kembali dapat lancar

c.

Arsip yang tidak diperlukan lagi oleh lembaga Negara/

Badan Pemerintahan dapat dibuat daftar pertelaannya

untuk dimusnahkan.

d.

Arsip yang sudah tidak dipergunakan lagi untuk

kepentingan sehari

hari dapat dibuatkan daftar

pertelaanya

untuk

diserahkan

ke

Pusat

Arsip

Daerah

.”

33

31

Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2006, Pedoman Bahan Bimbingan Teknis Kearsipan Dinamis, Kantor Pengelolaan Data dan Arsip Daerah, Kabupaten Semarang

32 Ibid. 33

(21)

29

2.3.4. Pemeliharaan dan Penjagaan Arsip

Arsip tidak hanya memerlukan sistem penyimpanan yang baik, namun

pemeliharaan dan penjagaan yang baik tidak kalah penting untuk menunjang

kelancaran pekerjaan kantor. Arsip mudah dan cepat ditemukan tidak ada gunanya

jika ditemukan dalam keadaan rusak dan tidak dapat dikenali lagi. Pemeliharaan

dan penjagaan arsip dari kerusakan dan kemusnahan sangat penting untuk

melindungi informasi yang terkandung dalam arsip.

A. Pemeliharaan Arsip dilihat dari penyebabnya

a.

Kelembaban

Kelembaban udara merupakan salah satu penyebab kerusakan arsip

dalam bentuk kertas. Seperti yang dikemukakan Basir Bartos “

Kelembaban

udara yang tidak terkontrol memungkinkan timbulnya jamur, pasta/ lem hilang,

kertas menjadi lemah dan merusakkan kulit.

34

Udara yang terlalu lembab

tentunya harus ditambah edaran udara kering untuk menstabilkan kelembaban.

“Kelembaban udara

yang baik tidak melampaui 75º.

35

Di dalam suatu ruangan yang relatif kecil seperti almari,

ruang belajar dan lain-lain anhydrous calcium ch. dapat

dipergunakan untuk menyerap air dengan menempatkanya

didalam mangkok, dengan cara ini air akan terserap oleh

panasnya. “

36

b.

Udara yang terlampau Kering

Udara yang terlalu kering dapat merusak arsip dalam bentuk kertas

karena kertas akan menjadi kering dan kesat sehingga mudah getas. Hygrometer

perlu dipasang didalam ruangan untuk mengukur kelembaban udara.

34

Basir Bartos, 2000, Manajemen Kearsipan, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 52 35

Ibid 36

(22)

30

c.

Sinar Matahari

Sinar matahari langsung dapat merusak arsip berbentuk kertas.

Ultraviolet berbahaya untuk keutuhan arsip karena dapat mengancam struktur

dan molekul kertas. Arsip dalam bentuk kertas akan berubah warna menjadi

kecoklatan dan tintanyapun dapat luntur.

Untuk menghindari jatuhnya sinar matahari secara

langsung, hendaklah pintu-pintu, jendela-jendela dibuat

menghadap utara atau selatan, sehingga ruangan tidak

menghadap langsung datangnya sinar matahari. Apabila sinar

matahari tidak dapat secara langsung dihindari, yang dapat

kita lakukan adalah dengan menyaring sinar matahari dengan

kaca hijau atau kuning yang tebal.”

37

d.

Debu

Debu yang begitu kecil dan lembut tidak dapat diremehkan karena

dapat merusak kertas. Kertas menjadi kotor .

“Untuk menghadapi debu dapat

dipasang jaring-jaring ka wat

yang halus pada pintu dan jendela.”

38

Kawat

yang dipasang dapat mencegah serangga dan udara kotor masuk ke ruangan.

e.

Kotoran Udara

Tempat-tempat di daerah industri selalu terkena dampak pencemaran

lingkungan. Udara kotor merupakan salah satu dampak yang tidak hanya

berbahaya bagi kesehatan, tapi keselamatan arsip berbentuk kertaspun dapat

terancam.

“Zat besi yang terkandung dalam kert

as atau kulit akan menjadi

asam belerang dengan segala akibatnya, yakni berkarat.”

39

Penyimpanan

arsip pada daerah seperti ini harus menggunakan AC.

37

Basir Bartos, 2000, Manajemen Kearsipan, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 53 38

Ibid. hal.54 39

(23)

31

f.

Jamur dan sejenisnya

Timbulnya jamur pada kertas arsip ditandai dengan munculnya

lapisan tipis yang berwarna putih. Jamur tumbuh karena tempat penyimpanan

arsip terlalu lembab. Arsip harus dibersihkan dengan kain bersih dan kering

agar jamur tidak meluas.

g.

Rayap

Serangan rayap dan serangga lain sangat berbahaya bagi keselamatan

arsip berbentuk kertas, karena rayap memakan kertas dan juga kayu.

Serangan rayap harus diwaspadai dan dicegah

“yakni dengan peniadaan

penggunaan kayu bangunan yang langsung bersentuhan dengan tanah”

40

.

B. Penjagaan Arsip

a.

Mebersihkan ruangan

Ruangan penyimpanan arsip hendaknya dibersihkan minimal satu

minggu sekali agar debu dan serangga tidak dapat berkembang biak. Ruangan

harus selalu diperiksa untuk mencegah perkembangbiakan serangga.

b.

Penggunaan racun serangga

“Setiap enam bulan hendaknya ruangan disemprot dengan racun

serangga seperti DDT, diedril, pyrethrum, gaama benzenehexa -

chloride.”

41

Penyemprotan digunakan untuk membunuh serangga, agar tidak merusak arsip

hendaknya dilakukan dengan hati-hati jangan sampai terkena arsip.

40

Basir Bartos, 2000, Manajemen Kearsipan, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 55 41

(24)

32

c.

Larangan makan dan merokok

Sisa-sisa makanan dapat menarik tikus dan serangga yang berbahaya

bagi arsip. Rokok tentunya berhubungan dengan api, dan api sangat berbahaya

bagi keselamatan arsip dalam bentuk kertas.

d.

Rak penyimpanan arsip

“Arsip

- arsip hendaknya disimpan di rak yang dibuat dari logam,

dimana jarak antara papan rak yang terbawah dengan lantai sekitar 6 inci.”

42

Rak dari logam dapat mencegah rayap yang biasanya berawal dari kayu. Jarak 6

inci dapat mempermudah sirkulasi udara dan mempermudah pembersihan

kolong rak. Rak harus berukuran lebih besar dari arsip yang akan disimpan.

e.

Membersihkan arsip

Arsip harus dibersihkan secara berkala agar tidak ada serangga yang

berkembang biak dan merusak arsip. Arsip yang rusak atau basah harus segera

diperbaiki dan dikeringkan agar arsip tidak rusak.

f.

Arsip-arsip yang sudah inaktif

Arsip yang inaktif hendaknya dipisahkan dengan arsip yang masih

aktif. Hal ini untuk mempermudah penemuan kembali arsip-arsip yang masih

aktif. Penataan arsip yang inaktif juga harus rapi dan bersih sebagaimana arsip

aktif.

2.3.5. Penemuan kembali Arsip

Tujuan utama penyimpanan arsip adalah menjaga agar arsip tidak hilang

dan atau rusak. Arsip tidak hilang atau rusak saja tidak cukup untuk menunjang

42

(25)

33

kelancaran kegiatan perkantoran. Kemudahan dan kecepatan penemuan kembali

arsip sangat penting karena setiap keputusan harus diambil dengan cepat, cermat

dan tepat agar kelancaran kegiatan perkantoran tidak terganggu. Sistem

penyimpanan arsip yang baik dapat dibuktikan dengan kecepatan dan kemudahan

penemuan kembali arsip yang dicari. Jika arsip yang dicari dapat ditemukan

dengan mudah, maka sistem penyimpanan arsip sudah baik. Sebaliknya sistem

penyimpanan arsip dapat dikatakan kurang baik atau harus diperbaiki jika

penemuan kembali arsip memerlukan waktu yang lama dan tidak mudah.

Kecermatan dan Kecepatan penemuan kembali arsip dapat menjadi pengukur

penyelenggaraan kearsipan dalam suatu kantor.

A. Penggunaan Angka Kecermatan

Kecermatan penemuan kembali arsip dapat diukur. Presentase angka

perbandingan antara banyaknya arsip yang tidak ditemukan dengan warkat

yang harus ditemukan akan menghasilkan angka kecermatan penemuan

kembali arsip.

“Angka kecermatan =

� ℎ� ℎ�� ��� � �� ��� �ℎ�� �

x 100%.”

43

Semakin

rendah

angka

kecermatan,

membuktikan

semakin

baik

penyelenggaraan arsip dalam suatu kantor. Sebaliknya, jika angka kecermatan

semakin tinggi maka semakin kurang baik pula penyelenggaraaan arsip dalam

suatu kantor sehingga perlu diadakan perbaikan pada sistem penyimpanan

arsip.

43

(26)

34

Sistem kearsipan yang benar- benar baik ditunjukkan dengan angka

kecermatan yang tidak lebih dari ½ %. “

Sebagai patokan angka kecermatan

adalah 3% .”

44

Jika penemuan kembali arsip memiliki angka kecermatan

mempunyai prosentase 3% atau lebih, maka penyelenggaraan penyimpanan

arsip kurang baik.

B. Penggunaan Jangka Waktu Penemuan

Kelancaran kegiatan perkantoran sangat ditentukan oleh kecepatan

penemuan kembali arsip sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

kebijakan dan keputusan.

“Jangka waktu yang baik untuk menemukan kembali

suatu arsip adalah tidak lebih dari 1 menit.”

45

Jika waktu yang dibutuhkan

untuk menemukan kembali sebuah arsip lebih dari 1 menit maka sistem

penyelenggaraaan penyimpanan arsip perlu ditinjau kembali.

2.3.6. Pemusnahan dan Penyerahan Arsip

A. Pemusnahan Arsip

Arsip tidak selamanya selalu bermanfaat bagi kegiatan kantor, pada

masanya arsip akan menjadi sampah. Karena hal tersebut pengelola arsip

harus dapat mengidentifikasi arsip. Arsip yang tidak bermanfaat lagi harus

dimusnahkan karena pertumbuhan arsip baru sangat cepat. Pemusnahan arsip

harus dilakukan dengan cermat dan memenuhi ketentuan yang berlaku dalam

pemusnahan arsip.

44

Irra Chrisyanti Dewi, 2011, Manajemen Kearsipan, Prestasi Pustaka, Jakarta hal. 168 45

(27)

35

a. Arsip

arsip yang tidak diperlukan lagi dapat dimusnahkan

dengan ketentuan:

Untuk arsip yang menyangkut keuangan terlebih dahulu

perlu perlu mendengar pertimbangan Ketua Badan

Pemeriksa Keuangan dengan jalan mengirimkan pertelaan

Arsip yang akan dimusnahkan.

Untuk arsip yang menyangkut kepega waian terlebih dahulu

dengan

pertimbangan

Kepala

Badan

Administrasi

Kepega waian Negara dengan jalan mengirimkan daftar

pertelaan arsip yang akan dimusnahkan.

Untuk arsip yang menyangkut material dan pemilikan perlu

memperhatikan ketentuan yang berlaku untuk itu.

Untuk arsip yang diluar butir a, b, dan c diatas langsung

dimintakan persetujuan ke arsip nasional.

b. Setelah mendapat pertimbangan dari ketua badan pemeriksa

keuangan dan kepala badan administrasi kepega waian

Negara, maka pertimbangan bersama daftar pertelaanya

dikirim ke arsip nasional untuk dimintakan persetujuan.

c. Setelah mendapat persetujuan dan yang bersangkutan dapat

menetapkan keputusan pemusnahan arsip, maka arsip-arsip

dimaksud dapat dimusnahkan.

46

B. Penyerahan Arsip

Arsip yang sudah berumur puluhan tahun bukan berarti akan

menjadi sampah. Ada beberapa arsip yang akan menjadi arsip yang bersifat

abadi dan harus disimpan selamanya. Arsip yang dianggap bernilai tinggi

harus diserahkan ke Arsip Nasional RI untuk disimpan lebih aman.

Arsip yang diserahkan ke Arsip Nasional RI

adalah arsip yang bernilai sekunder yaitu nilai arsip yang

didasarkan kegunaanya bagi kepentingan lemba ga/ instansi

lain dan atau kepentingan umum di luar lembaga/ instansi

pencipta arsip dan kegunaanya sebagai bukti pertanggung

ja waban nasional. Adapun prosedur penyerahannya adalah :

a.

Lembaga Negara / Badan Pemerintahan yang akan

menyerahkan arsipnya wajib berkonsultasi dengan Arsip

Nasional RI.

46

(28)

36

b.

Penyerahan arsip dilaksana kan dengan memua t Daftar

Pertelaan Arsip yang diserahkan dan Berita Acara

Penyerahan Arsip.

c.

Lembaga Negara/ Badan Pemerintahan di Tingkat Pusat

menyerahkan arsipnya ke Arsip Nasional.

d.

Sementara

menunggu

dikeluarkanya

Peraturan

Peraturan yang mengatur tentang Arsip Nasiona l Daerah

Lembaga- Lembaga Negara/ dan Badan Pemerintahan di

Tingkat Daerah hendaknya :

Bila telah terbentuk Perwakilan Arsip Nasional di

Daerahnya menyerahkan arsip-arsipnya ke Per wakilan

Arsip Nasional di Daerah ybs.

Bila belum terbentuk Perwakilan Arsip Nasional di

Daerah menahan/ menyimpan unuk sementara

arsip-arsipnya di Unit Kearsipan/ Pusat Penyimpanan

Arsipnya masing-masing.

47

2.3.7. Manajemen Arsip Dinamis Elektronik

Manajer arsip dinamis dapat menggunakan automatisasi kantor dan

alat program bisnis untuk membantu administrasi umum tugas kearsipan.

Bantuan tersebut dalam bentuk :

1.

Progra m olah kata untuk menyusun surat (termasuk

surat dalam bentuk baku), laporan, formulir, dan

dokumen lain

2.

Progra m terbitan diatas meja sehingga manajer

arsiparis dinamis dapat membuat panduan, newsletter,

dan bahan publisitas lainya

3.

Progra m grafis untuk membuat tanda atau caption untuk

pameran

4.

Progra m spreadsheet untuk membuat angga ran belanja

dan membuat statistic dan spreadsheet. “

48

Seiring dengan perkembangan tekhnologi dan kebutuhan dalam

perkantoran, penggunaan komputer sebagai peralatan perkantoran untuk

47

Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, 2006, Pedoman Bahan Bimbingan Teknis Kearsipan Dinamis, Kantor Pengelolaan Data dan Arsip Daerah, Kabupaten Semarang

48

(29)

37

penciptaan dan penyimpanan suatu dokumen semakin popular dan hampir

digunakan oleh semua kantor modern. “

Meskipun banyak ilmuan yang

mengatakan bahwa 70

80% dokumen yang dikopi dan disimpan dalam

format kertas, jumlah tersebut semakin lama semakin berkurang

.”

49

Penyimpanan arsip dinamis elektronik dapat membantu arsiparis dalam hal

kemudahan dan kecepatan penemuan kembali arsip yang dibutuhkan.

Keuntungan lain yang diperoleh dari penyimpanan arsip elektronik adalah

efisiensi biaya percetakan, penggandaan, dan penyimpanan dokumen.

Penggunaan media elektronik sebagai media penyimpanan arsip

memang tidak dapat digunakan sepenuhnya karena masih banyak dokumen

penting yang harus dicetak dalam bentuk kertas. Namun kehadiran media

elektronik dalam kegiatan manajemen kearsipan yang dikombinasikan dengan

kebutuhan kantor dapat menciptakan efisiensi menuju akses penemuan

informasi yang terkandung dalam arsip yang disimpan.

49

Gambar

Gambar 2.1. Subsistem Administrasi
Tabel 2.1 Jenis Arsip Dinamis dan Sistem Penyimpanannya

Referensi

Dokumen terkait

Penataan arsip dinamis inaktif bagian administrasi kredit di PD BPR Bank Solo belum sesuai dengan prosedur pengurusan arsip yang disusun dalam pedoman

Penyimpanan arsip dinamis aktif pada bagian administrasi kredit PD.. BPR Bank Solo menggunakan sistem nomor/angka klasifikasi

Jenis arsip tekstual yang disimpan di Kantor Perpustakaan dan Dokumentasi Daerah Kota.. Temanggung yaitu, arsip keuangan, arsip sosial politik dan arsip

Arsip yang diserahkan kepada Kantor Perpustakaan dan Dokumentasi Daerah Kota. Temanggung merupakan arsip kacau yang masih tercampur antara arsip dan

Masalah penelitian ini adalah Bagaimana sistem managemen kearsipan arsip dinamis inaktif pada bagian pengolahan dan akuisisi Kantor Arsip Daerah Kab.. Penelitian ini

kurang dari enam kali dalam satu tahun (standar International Council on Archives ), harus disimpan di tempat yang nilai ekonominya lebih rendah, yaitu Unit Kearsipan

“1. Menggunakan ruang yang ada yang tidak cocok dengan keperluan kantor namun memenuhi persyaratan fisik dan lingkungan untuk menyimpan arsip dinamis inakif. Ruang semacam ini

Filing Sistem Kearsipan yang Digunakan Dalam Menyimpan Arsip Dinamis Inaktif di Bagian Pengolahan dan Akusisi Kantor Arsip Daerah