i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI MEMBACA
AL-
QUR’AN
DENGAN METODE JIBRIL PADA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 07 KOTA SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
JIHAN ABDILLAH NIM: 111 14 128
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Dosen IAIN Salatiga
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Jihan Abdillah SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
v
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE JIBRIL
PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 07 KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Disusun Oleh: JIHAN ABDILLAH
NIM : 111-14-128
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Senin, tanggal 10 September 2018, dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji:
Ketua Penguji : Dr. Budiono Saputro, M.Pd Sekretaris Penguji : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si Penguji I : Jaka Siswanta, M.Pd
Penguji II : Dra. Ulfah Susilawati, M.Si
Salatiga,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Suwardi, M.Pd
vi MOTTO
َ ع
لاَِه عَُوْن عَ اَللَ ًِض رَ نا مْثُعَ ْه
َ مَّل س وَِوْي ل عَ اَللَى ل صًََِبَّن
َ)يراخبلاَهاور(َ.ُو مَّل ع وَ نَآْرُقْلاَ مَّل ع تَ ْه مَْمُكُرْي خَ:َ لا ق
Dari Ustman bin Affan r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Sebaik-baik
Kamu Adalah Orang yang Mempelajari Al-Qur’an dan yang Mengajarkannya”.
(HR. Bukhari)
“Tujuan Utama Kita Hidup Adalah Berjuang Agar Bisa Hidup Sampai Hari ini,
dan Esoknya pun Kita Masih Harus Berjuang Untuk Esok”.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala ketulusan dalam hati, saya persembahkan skripsi ini untuk:
1. Pengasuh PPTI Al FALAH, Ibu Hj. Latifah Zoemri yang penulis nantikan nasihat, berkah dan do’anya.
2. Kedua orang tuaku Bapak Muhammad Zumri dan Ibu Aryanti dengan tulus mendo’akan setiap waktu tanpa putus hingga aku menjadi seperti ini.
3. Adikku tercinta Aldhi Dhian Abdillah dan Alwi Ikhsan Abdillah.
4. Sahabat dan teman seperjuangan kamar F39 dan kelas I Ulya. 5. Semua jajaran Dewan Asatidz PPTI AL FALAH.
6. Mahasiswa PPTI Al-Falah dan PAI Angkatan 2014.
viii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohiim
Puji syukur alhamdulillah robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Membaca Al-Qur’an dengan Metode Jibril pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 07 Kota Salatiga Tahun
Pelajaran 2017/2018.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman
kegelapan menuju zaman terang benderang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd.
2. Bapak Suwardi, M. Pd, selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam.
ix
6. Pengasuh PPTI Al FALAH, Ibu Hj. Latifah Zoemri yang penulis nantikan nasihat, berkah dan do’anya.
7. Para Ustadz dan Ustadzah yang dengan ikhlas menyalurkan ilmunya.
8. Kepala SMP Negeri 07 Salatiga, Ibu Dra. Anna Maria Andharini, M.Pd yang
telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
9. Bapak Muhammad Sintoro, S.Ag, selaku guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 07 Kota Salatiga.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya, Amin.
x ABSTRAK
Abdillah, Jihan. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Membaca Al-Qur’an dengan Metode Jibril pada Siswa Kelas VII SMPN 07 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Kata Kunci: hasil belajar membaca al-Qur’an, metode jibril.
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar membaca Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Negeri 07 Kota Salatiga, yang disebabkan beberapa hal diantaranya guru yang kurang terampil menerapkan berbagai macam metode mengajar yang sesuai dengan materi membaca Al-Qur’an dan keterbatasan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung pembelajaran. Sekarang banyak ditemui adanya metode pembelajaran membaca Al-Qur’an yang lebih menuntut siswa berperan lebih aktif dan lebih siap untuk menerima pembelajaran membaca Al-Qur’an diantaranya adalah metode Jibril. Pemilihan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Jibril dirasa sesuai untuk membantu siswa meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an secara tartil dan berdasarkan ilmu tajwid.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII H SMP Negeri 07 Kota Salatiga sebanyak 30 siswa dan satu guru kolaborator yaitu Bapak Muhammad Sintoro, S.Ag. Rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah: Apakah menggunakan metode Jibril dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Negeri 07 Kota Salatiga tahun ajaran 2017/2018 ?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode Jibril dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Negeri 07 Kota Salatiga tahun ajaran 2017/2018.
xi
xii BAB II: LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori... 18
1. Hasil Belajar…………. ... 18
2. Pendidikan Agama Islam………. 21
3. Membaca Al-Qur’an……… 25
4. Kajian Materi Penelitian……….. 33
a. Pengertian Metode Jibril ... 33
b. Sejarah Metode Jibril... ... 34
c. Tahap-Tahap Penerapan Metode Jibril ... 35
d. Tujuan Pembelajaran Metode Jibril ... 36
e. Jenjang Pendidikan Metode Jibril... 37
f. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Jibril... 39
g. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jibril... 40
B. Kajian Pustaka ... 41
BAB III: PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 43
1. Sejarah SMP Negeri 07 Salatiga……….………... 43
2. Profil Sekolah... 44
3. Visi dan Misi Sekolah... 45
4. Daftar Nama Guru... 46
5. Keadaan Siswa... 48
xiii
1. Pra Siklus………. 51
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I... 53
3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 58
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62
1. Siklus I ... 62
2. Siklus II ... 68
B. Pembahasan ... 73
1. Hasil Penelitian Siklus I ... 73
2. Hasil Observasi Siklus I... 74
3. Hasil Penelitian Siklus II ... 76
4. Hasil Observasi Siklus II... 81
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA……… 84
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Nama Guru dan Mata Pelajaran SMP Negeri 07 Salatiga... 46
Tabel 3.2 Keadaan Siswa ... 48
Tabel 3.3 Siswa kelas VII H SMP Negeri 07 Salatiga... 50
Tabel 3.4 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 52
Tabel 4.1 Hasil Belajar Siklus I ... 62
Tabel 4.2 Pengamatan Guru Siklus I………. 64
Tabel 4.3 Pengamatan Siswa Siklus I……… 66
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus II ... 68
Tabel 4.5 Pengamatan Guru Siklus II……… 70
Tabel 4.6 Pengamatan Siswa Siklus II………... 71
Tabel 4.7 Data Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 74
Tabel 4.8 Data Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 76
xv
DAFTAR DIAGRAM
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I... 86
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II... 86
Lampiran 3 : Pedoman Pengamatan Guru dan Siswa... 91
Lampiran 4 : Soal Evaluasi... 97
Lampiran 5 : Gambar Dokumentasi Kegiatan Pembelajaraan... 103
Lampiran 6 : Lembar Konsultasi... 105
Lampiran 7 : Surat Tugas Pembimbing Skripsi... 107
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian... 108
Lampiran 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 109
Lampiran 10 : Daftar SKK... 110
1 BAB 1
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Agama merupakan salah satu dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di
Indonesia. Hal ini dikarenakan kehidupan beragama merupakan salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat terwujud secara terpadu dengan
dimensi kehidupan lain pada setiap individu warga negara.
Pasal 39 ayat 2 Undang-undang nomor 2 Tahun 1989, pendidikan Agama
merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan mempertimbangkan tuntunan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, 1999: 11).
Pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran Islam,
bersikap inklusif, rasional dan filosofis dalam rangka menghormati orang lain dalam hubungan kerukunan dan kerjasama antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional (Aminuddin, 2006: 1). Pendidikan Agama Islam merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama
2
pelajaran pokok yang menjadi salah satu komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan, mengembangkan
moral dan kepribadian siswa. Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ini juga mengajarkan agar siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil dan
benar berdasarkan ilmu tajwid.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca diartikan sebagai melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau
hanya dalam hati) (KBBI, 2008: 113). Sedangkan membaca Al-Qur’an adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dalam Al-Qur’an dengan
tartil dan benar berdasarkan ilmu tajwid.
Al-Qur’an dari segi bahasa, berasal dari kata qara’a –yaqra’u –qira’atan
qur’anan, yang berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Dari segi Istilah,
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dalam bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara mutawattir, ditulis dalam
mushaf , dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas,
membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. Dan sebagai Hidayah atau petunjuk bagi umat manusia (Buku Paket
SMA/SMK, 2015: 47).
Al-Qur’an merupakan wahyu, kalam atau firman Allah yang mengandung
ajaran untuk dijadikan pedoman dan tuntunan dalam tata nilai kehidupan manusia dan seluruh alam, karena pada dasarnya Al-Qur’an diturunkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Ajarannya berlaku sepanjang masa, sejak
3
dapat diragukan lagi, karena Allah sendiri yang menjaganya. Allah berfirman didalam Al-Qur’an surat al-Hijr ayat 9 :
Membaca Al-Qur’an harus memperhatikan aturan-aturan yang dimiliki
antara lain: Ilmu Tajwid, ilmu Gharib, Makharijul Huruf, serta mampu memahami dan mengucapkan bacaan panjang ataupun pendek. Jadi, dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur’an, aturan-aturan tersebut harus
dipelajari dan difahami dengan sebenar-benarnya karena bila aturan-aturan tersebut tidak difahami secara benar, maka bacaan al-Qur’an juga menjadi
salah.
Selain itu yang harus diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an yaitu membaca Al-Qur’an wajib menggunakan tartil. Sebagaimana perintah Allah
SWT dalam surat Al-Muzammil ayat 4 :
َ
Artinya : “Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”. (Q.S Al-Muzammil: 4)
Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa
4
“Berfungsi” artinya menjadi milik murid, pengajaran itu membentuk dan
mempengaruhi pribadinya (Tafsir, 2008: 9).
Metode Jibril adalah metode pembelajaran Al-Qur’an dengan tehnik dasar
talqin-taqlid (menirukan) seperti Nabi Muhammad menirukan bacaan
Malaikat Jibril. Proses pembelajaran Metode Jibril tersebut, selalu menitikberatkan pada penerapan teori-teori ilmu tajwid secara baik dan benar sesuai perintah Allah SWT yang mewajibkan pembacaan Al-Qur’an secara
tartil (Taufiqurrochman, 2005: 15).
Sejauh ini, hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi membaca
Al-Qur’an di SMP belum bisa tercapai secara maksimal seperti yang diharapkan. Berdasarkan wawancara dengan guru pengampu PAI, kelas VII H SMP Negeri 07 Kota Salatiga (Bapak Muhammad Sintoro, 16 Maret
2018), dengan KKM 75 dari 30 siswa, yang lulus hanya 10 siswa atau dalam persen sebesar 33% dan yang tidak lulus ada 20 siswa atau dalam persen
sebesar 67% dengan rata-rata 67.60.
Setelah melakukan wawancara dengan guru pengampu PAI, Peneliti menemukan beberapa problematika rendahnya hasil belajar Pendidikan
Agama Islam materi membaca Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Negeri 07 Kota Salatiga, diantaranya adalah guru yang kurang terampil menerapkan
5
Sekarang banyak ditemui adanya metode pembelajaran membaca Al-Qur’an yang lebih menuntut siswa berperan lebih aktif dan lebih siap
untuk menerima pembelajaran membaca Al-Qur’an diantaranya adalah metode Jibril. Pemilihan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan
menggunakan metode Jibril dirasa sesuai untuk membantu siswa meningkatkan hasil belajar membaca Al-Qur’an secara tartil dan berdasarkan ilmu tajwid.
Berangkat dari hal tersebut maka penulis bermaksud mengadakan penelitian pada siswa kelas VII H di SMP Negeri 07 Salatiga dengan
memberi judul penelitian:
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE JIBRIL PADA
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 07 KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, penulis mengemukakan rumusan masalah yang akan dibahas lebih lanjut, pokok masalah dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
Apakah menggunakan metode Jibril dapat meningkatkan hasil belajar
6 C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini sebagai berikut:
Untuk mengetahui penggunaan metode Jibril dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an pada siswa kelas
VII SMP Negeri 07 Kota Salatiga tahun ajaran 2017/2018. D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Suryabrata, 2009:
21).
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan hipotesis
dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah: ada peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an dengan
metode jibril pada siswa kelas 7 semester 1 SMP Negeri 07 Kota Salatiga tahun ajaran 2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode Jibril dapat dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai. Indikator yang dapat dirumuskan penulis
adalah:
7
dengan KKM untuk individual sesuai standar nasional dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 75.
b. Peneliti menetapkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal minimal 85% dari jumlah keseluruhan siswa kelas VII SMP Negeri 07 Salatiga
telah mencapai nilai diatas KKM kelas. E. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah pengujian terhadap teori tersebut dilakukan melalui penelitian empiris, dan hasilnya bisa menolak, atau mengukuhkan, atau
merevisi teori yang bersangkutan (Gulo, 2010: 21). Dengan metode Jibril diharapkan penelitian dapat menambah wawasan tentang metode pembelajaran membaca Al-Qur’an yang efektif dan menuntut siswa
berperan lebih aktif. 2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Mengubah lahan kering menjadi lahan yang subur, mengubah cara kerja supaya lebih efisien, dan mengubah kurikulum supaya lebih berdaya guna
bagi pembangunan sumber daya manusia (Gulo, 2010: 21).
1) Dapat meningkatkan profesionalitas mengajar bagi guru Pendidikan
Agama Islam.
2) Dapat meningkatkan kreativitas guru dalam menyajikan pembelajaran. 3) Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
8
4) Melalui metode Jibril, memudahkan siswa untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an dengan
fasih dan sesuai tajwid.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap judul skripsi di atas, maka penulis akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut:
1. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktifitas belajar (Saefullah, 2012: 204). Menurut
Bloom, hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Suprijono, 2009: 5).
Secara sederhana, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam
belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. 2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam
9 3. Membaca Al-Qur’an
Membaca diartikan sebagai melihat serta memahami isi dari apa
yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) (KBBI, 2008: 113). Al –Qur’an adalah kalam Allah/wahyu Illahi sebagai mu’jizat
yang diturunkan dengan perantaraan Malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang dipindahkan kepada kita dengan jalan mutawatir yang dianggap ibadah dengan membacanya dan dihukumi
kafir dengan mengingkarinya yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas (Munjahid, 2007: 26).
Jadi membaca Al-Qur’an yang dimaksud peneliti adalah memahami isi dari apa yang tertulis dalam Al-Qur’an secara fasih dan sesuai dengan ilmu tajwid.
4. Metode Jibril
Metode Jibril adalah metode pembelajaran Al-Qur’an dengan
tehnik dasar talqin-taqlid (menirukan) seperti Nabi Muhammad menirukan bacaan Malaikat Jibril. Proses pembelajaran Metode Jibril tersebut, selalu menitikberatkan pada penerapan teori-teori ilmu tajwid
secara baik dan benar sesuai perintah Allah SWT yang mewajibkan pembacaan Al-Qur’an secara tartil (Taufiqurrochman, 2005: 15).
Jadi yang dimaksud judul skripsi ini adalah menggunakan Metode Jibril di SMP Negeri 07 Kota Salatiga untuk meningkatkan hasil belajar membaca Al-Qur’an siswa secara fasih dan sesuai dengan ilmu
10 G. Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Aqib, 2008:
3).
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penilitian yang penulis ambil adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Alasan utama pemilihan rancangan PTK dikarenakan peneliti dapat secara langsung terlibat dalam proses
pembelajaran.
2. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas VII H SMP Negeri 07
Kota Salatiga yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari, 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Alasan mengambil subjek siswa kelas VII H
dikarenakan rendahnya hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an dikarenakan guru yang kurang terampil menerapkan berbagai macam metode mengajar yang sesuai dengan materi membaca
Al-Qur’an dan keterbatasan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung pembelajaran.
3. Lokasi Penelitian
11 1. Langkah-langkah Penelitian
a. Perencanaan Tindakan
Menyusun perangkat pembelajaran yang akan dilaksanakan meliputi komponen sebagai berikut:
1) RPP pada siklus pertama dan seterusnya meliputi SK, KD/Indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, strategi pembelajaran (pendekatan, model, dan metode pembelajaran),
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, alat/media/sumber, dan penilaian.
2) Lembar bahan ajar (materi pembelajaran)
3) Lembar kerja/soal siswa tentang topik/judul, tujuan kegiatan, alat/media/bahan yang digunakan, langkah-langkah kegiatan,
matrik pengamatan, dan pertanyaan. 4) Media/alat/sumber belajar.
b. Pelaksanaan (Action)
Meliputi pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai guru model dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah direncanakan.
c. Pengamatan (Observation)
Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar
12 d. Refleksi (Reflection)
Rekomendasi atas hasil evaluasi analisis data guna
ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.
Keempat kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar Skema 1.1 siklus PTK (Arikunto, 2006: 16)
5. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh guru atau observer untuk mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan (Sumadayo, 2013: 75).
Instrumen yang peneliti gunakan meliputi : a. Tes Tertulis
Tes digunakan pada setiap siklus untuk mendapatkan data nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetisi setelah mengikuti proses pembelajaran.
SIKLUS I
Pelaksanaan13 b. Tes Baca
Tes baca digunakan pada setiap siklus untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar membaca Al-Qur’an siswa setelah proses pembelajaran.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi atau lembar pengamatan digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan siswa dan guru selama proses pembelajaran membaca Al-Qur’an kelas VII melalui metode Jibril.
6. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh
bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya (Sudaryono, 2013: 29). Dalam pengumpulan data penelitian menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
a. Tes
Tes adalah alat pengukur yang berharga bagi penelitian Pendidikan
(Furchan, 2004: 268). Tes digunakan peneliti untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan cara memberi tes tertulis dan tes baca untuk mengukur hasil belajar dan
pemahaman siswa dalam pembelajaran. b. Pengamatan/Observasi
14
mendeskripsikan proses kegiatan pembelajaran yang meliputi antusias peserta didik dan kegiatan guru dalam mengajar.
c. Dokumentasi
Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk
menyimpan bukti kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dokumentasi ini berisi dokumen-dokumen hasil belajar yang diperoleh dari penelitian dan berupa foto-foto atau gambar kegiatan penelitian.
7. Analisis Data
Penelitian ini dianalisis untuk mengetahui hasil akhir dari setiap siklus
penelitian.
a. Penilaian rata-rata
Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, kemudian
membagi dengan jumlah siswa tersebut sehingga memperoleh nilai rata-rata. Penilaian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
Χ
=
X : Nilai rata-rata siswa ∑χ : Jumlah nilai siswa
N : Jumlah siswa b. Penilaian untuk ketuntasan belajar
Dalam menghitung ketuntasan belajar, peneliti menggunakan rumus
15 P= × 100%
Keterangan:
P : jumlah nilai dalam persen F : jumlah nilai siswa
16 H. Sistematika penulisan
Sistem penulisan yang digunakan penulis skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagian awal
Bagian awal skripsi mencakup tentang sampul, halaman judul,
logo, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar diagram, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
a. BAB I: Pendahuluan
Bab Pendahuluan memuat (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) hipotesis, (5) kegunaan penelitian, (6) definisi operasional, (7) metode penelitian.
b. BAB II: Kajian Pustaka
Bab ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang
menjadi fokus penelitian yaitu kegiatan membaca Al-Qur’an dan metode Jibril.
c. BAB III: Pelaksanaan Penelitian
Bab ini berisi tentang pelaksanaan penelitian meliputi (1) deskripsi pelaksanaan penelitian siklus I (2) deskripsi pelaksanaan penelitian
siklus II.
d. BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini menyajikan hasil penelitian sesuai dengan urutan penilaian dan
17 e. BAB V: Penutup
Bagian ini meliputi kesimpulan dan saran
3. Bagian Akhir
18 BAB II
LANDASAN TEORI A.Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut kamus bahasa Indonesia, hasil adalah suatu yang ada (terjadi) oleh suatu kerja, berhasil, sukses. Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2011: 5).
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh (Sam’s, 2010: 33). Hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan perilaku tersebut diperoleh bergantung pada yang
dipelajari oleh siswa (Saefullah, 2012: 204).
Menurut Gagne, perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar berupa (Saefullah, 2012: 213) :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan
19
meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge
(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, menringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan
rountinized (Suprijono, 2011: 7). Menurut Lingren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 11 Allah swt menjelaskan bahwa tidak
20
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS ar Ra’d: 11)
Hal tersebut dapat kita kaitkan dengan hasil belajar siswa dimana
jika kita tidak mencoba dan berusaha untuk belajar, maka hasil yang kita inginkan tidak akan terwujud. Sebaliknya jika kita mencoba, meneliti dan
berusaha maka hasil yang kita inginkan pun akan tercapai.
Jadi, hasil belajar adalah perubahan perilaku dan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah melaksanakan proses belajar mengajar
dengan lingkungannya, yang mana perubahan tersebut bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, melainkan segala aspek.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh karena itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses
21
faktor yang mempengaruhi, baik faktor eksternal mampun faktor internal. Secara terperinci, faktor eksternal dan internal adalah sebagai berikut:
a. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: keluarga, sekolah dan
masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
b. Faktor internal; faktor yang bersumber dari dalam diri siswa
sendiri, yang mana mempengaruhi kemampuan belajarnya. faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat, perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
Wujud hasil belajar dapat dilihat dengan adanya wujud perubahan,
yaitu: kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap, apresiasi dan tingkah laku yang
efektif.
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
22
Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Majid, 2012: 11).
Menurut Daradjat (1987:87), Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyuluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Yusuf (1986:35) mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi
manusia muslim, bertakwa kepada Allah Swt, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
agama Islam dalam kehidupannya, sedangkan menurut Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang
kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Azizy (2002) mengemukakan bahwa esensi pendiidikan, yaitu
adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena
itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua hal, (a) memdidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam; (b) mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran
23
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya terliput dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadis, keimanan, akhlak,
fiqih/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, mahluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun ninannas) (Majid, 2012: 12-13).
Jadi Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk
menyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi
sebagai berikut:
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan
24
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan
ajaran agama Islam.
4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.
7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang
memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain (Majid,
25 c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, pengahayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Tujuan Pendidikan Agama Islam di atas merupakan turunan dari
tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No. 22 tahun 2003), berbunyi: “Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Majid, 2012: 16-17). 3. Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian Membaca
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam
26
melalui bacaan. Menurut Anderson (2003), ada tujuh macam tujuan dari kegiatan membaca, (Dalman, 2014: 5-11) yaitu :
1. Reading for details or fact (Membaca untuk memperoleh fakta dan perincian)
Membaca seperti ini membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh, apa yang telah
terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah yang dibuat oleh tokoh.
2. Reading for main ideas (Membaca untuk memperoleh ide-ide
utama).
Membaca seperti ini membaca untuk mengetahui mengapa hal
itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita apa-apa yang dipelajari atau dialami tokoh,
atau merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya.
3. Reading for sequence or organization (Membaca untuk
mengetahui urutan/susunan struktur karangan).
Membaca seperti ini membaca untuk menemukan atau
27
4. Reading for inference (Membaca untuk menyimpulkan).
Membaca seperti ini membaca untuk menemukan serta
mengetahui mengapa para tokoh merasakan cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca,
mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.
5. Reading to classify (Membaca untuk mengelompokkan atau
mengklasifikasikan).
Membaca seperti ini membaca untuk menemukan serta
mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.
6. Reading to evaluate (Membaca untuk menilai, mengevaluasi). Membaca seperti ini membaca untuk menemukan apakah tokoh
berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu.
7. Reading to compare or contrast (Membaca untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan).
Membaca seperti ini membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai
28
b. Faktor-Faktor dalam Minat Membaca
Menurut Prasetyono (2008: 28), faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat membaca sebagai berikut: a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang asalnya dari dalam diri seseorang atau individu itu sendiri, faktor ini biasanya berupa sikap juga sifat yang melekat pada diri seseorang. Faktor tersebut antara
lain intelegensi, usia, jenis kelamin, kemampuan membaca, sikap, serta kebutuhan psikologis.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang asalnya dari luar diri seseorang atau individu. Faktor eksternal dapat mendorong kita
membaca dengan lebih baik. Namun, dapat pula menghambat kita. Beberapa contoh faktor eksternal antara lain, belum tersedianya
bahan bacaan yang sesuai, status sosial, orang tua atau keluarga dan Guru.
c. Pengertian Al-Qur’an
Secara bahasa, Al-Qur’an berasal dari kata qara’a-yaqra’u -qira’atan-wa qur’anan yang secara harfiah berarti bacaan. Sebagian
ulama menegaskan bahwa kata qur’an itu bentuk mashdar (kata kerja
yang dibendakan) yang diartikan dengan isim maf’ul, yakni dibaca. Jadi, Al-Qur’an adalah bacaan yang dibaca. Sedangkan secara istilah
29
kepada penutup para Nabi dan Rasul, dengan melalui Malaikat Jibril, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita dengan cara
mutawatir (teratur), dan dianggap ibadah membacanya yang dimulai dengan surat al-Fatihah, dan ditutup oleh surat an-Nas (Izzan, 2013:
28-29).
d. Adab dalam Membaca Al-Qur’an
Adab membaca Al-Qur’an adalah suatu kegiatan/aktifitas melihat
serta memahami sesuai dengan aturan yang ada dalam Al-Qur’an dan melafalkan kalam Allah (Al-Qur’an) dengan lisan. Ada beberapa adab
yang harus diperhatikan, dipegang dan dijaga, sebelum dan disaat membaca Al-Qur’an agar bermanfaat.
Adab membaca Al-Qur’an yang harus dilakukan bagi seorang
pembaca Al-Qur’an, di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Niat Membaca dengan Ikhlas
Seseorang yang membaca Al-Qur’an hendaknya tidak mengharapkan manfaat duniawi dan gaji atas bacaannya, jangan sampai bertujuan untuk meraih hal-hal duniawi seperti harta,
pangkat, pekerjaan, dan menyaingi sesama. Jadi, seseorang yang membaca Al-Qur’an hendaknya berniat yang baik, yaitu niat
30 2) Dalam Keadaan Suci
Seseorang yang hendak membaca Al-Qur’an harus dalam keadaan
suci baik dari hadas kecil, hadas besar, dan segala najis. (Faris, 2005: 84).
3) Memilih Tempat yang Pantas dan Suci
Tidak seluruh tempat sesuai untuk membaca Al-Qur’an. Ada beberapa tempat yang tidak sesuai untuk membaca Al-Qur’an,
seperti: kamar mandi, WC, tempat-tempat kotor, dan lain-lain. Hendaknya pembaca Al-Qur’an memilih tempat yang suci dan
tenang, seperti: masjid, mushalla, rumah, dan lain-lain yang dipandang pantas dan terhormat.
4) Menghadap Kiblat dan Berpakaian Sopan
Pembaca Al-Qur’an disunnahkan mengahadap kiblat secara khusyu’, tenang, dan berpakaian sopan, karena membaca Al-Qur’an
adalah beribadah kepada Allah SWT. (Khon, 2011: 35-39). 5) Membaca Ta’awwudz dan Basmalah
Membaca Al-Qur’an hendaknya membaca ta’awwudz dan
membaca basmalah ketika akan membaca Al-Qur’an. (Faris, 2005: 85). Sebagaimana firman Allah yang diterangkan dalam (Q.S
31 meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”
6) Membaca Al-Qur’an dengan Tartil
Tartil artinya membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan, tidak terburu-buru, dengan bacaan yang baik dan benar sesuai makhraj
dan sifat-sifatnya sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Ilmu Tajwid.
Sebagaimana firman Allah yaitu, (QS. Al-Muzammil: 4) :
َ
Artinya : “atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”.
7) Merenungkan Makna Al-Qur’an
Adab membaca Al-Qur’an di antaranya adalah merenungkan arti ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca, yaitu dengan menggerakan hati untuk memahami kata-kata Al-Qur’an yang dibaca semampunya
atau yang digerakkan lidah sehingga mudah untuk memahami dan kemudian diamalkan dalam praktik kehidupan di tengah-tengah
masyarakat.
32 8) Khusyu’ dan Khudu’
Di antara adab membaca Al-Qur’an adalah khusyu’ dan khudu’. Khusyu’ dan khudu’ artinya merendahkan hati dan seluruh tubuh
tunduk kepada Allah SWT, sehingga Al-Qur’an yang dibaca
mempunyai pengaruh besar bagi pembacanya. (Khon, 2011: 41-42). Sebagaimana firman Allah, yaitu: (QS.Al-Isra’: 109) :
menangis dan mereka bertambah khusyu´”.
9) Membaca dengan Irama dan Suara yang Indah
Adab membaca Al-Qur’an yang disepakati oleh ulama’ adalah memperbagus suara saat membaca. Al-Qur’an tentunya adalah
bacaan yang indah bahkan sangat indah. Namun, suara yang indah akan menambah keindahannya sehingga menggerakkan hati dan
menggoncangkan kalbu.(Al-Qardhawi, 1999: 233). 10) Tidak Dipotong dengan Pembicaraan Lain
Membaca Al-Qur’an adalah berdialog dengan Tuhan, karena
Al-Qur’an adalah firman-Nya. Maka di antara adabnya adalah tidak memotong bacannya dengan pembicaraan orang lain atau berbicara
dengan orang lain, apalagi sambil tertawa-tawa atau bermain-main. (Khon, 2008: 45).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka membaca Al-Qur’an diartikan
33
Al-Qur’an, yaitu kalam Allah yang (memiliki) mukjizat, diturunkan kepada para Nabi dan Rasul, dengan melalui Malaikat Jibril, ditulis dalam berbagai
mushaf, dinukilkan kepada kita dengan cara mutawatir (teratur), dan dianggap ibadah membacanya yang dimulai dengan surat al-Fatihah, dan
ditutup dengan surat an-Nas. 4. Kajian Materi Penelitian
a. Pengertian Metode Jibril
Pada dasarnya, terminologi (istilah) Metode Jibril yang digunakan sebagai nama dari metode pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari-Malang, adalah
dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang telah dibacakan oleh Malaikat
Jibril, sebagai penyampai wahyu. Maka intisari dari Metode Jibril adalah talqin-taqlid (menirukan), yaitu santri menirukan bacaan gurunya.
Dengan demikian, Metode Jibril bersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran.
Menurut KH.M. Basori Alwi, sebagai pencetus Metode Jibril, bahwa tehnik dasar Metode Jibril bermula dengan membaca satu ayat
atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orang yang mengaji. Guru membaca satu-dua kali lagi, yang masing-masing ditirukan oleh orang-orang yang mengaji. Kemudian, guru membaca ayat atau lanjutan ayat
34
seterusnya, sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas. (Taufiqurrochman, 2005: 11).
b. Sejarah Metode Jibril
Problematika pembelajaran baca-tulis huruf Arab bagi Ghairi
an-Nathiqiin Biha (Non-Arab) memang tidak sedikit dan memerlukan solusi alternatif untuk dapat mengatasinya. Lahirnya Metode Jibril merupakan usaha inovatif dan upaya kreatif untuk menjawab beberapa
problematika pembelajaran baca-tulis huruf-huruf Arab, sekaligus memperkaya khazanah metodologi pembelajaran Al-Qur’an.
Metode Jibril, menurut KH.M. Basori Alwi, diadopsi dari Imam
Al-Jazari. Dikisahkan, bahwa ketika Imam Al-Jazari berkunjung ke Mesir, dia diminta untuk mengajar Al-Qur’an kepada masyarakat.
Karena banyaknya orang yang mengaji, beliau tidak mengajar mereka satu per satu, melainkan dengan cara memperintahkan seseorang
membaca satu ayat, yang lalu ditirukan oleh semua orang. Selanjutnya, giliran orang di samping orang pertama membaca ayat berikutnya, yang ditirukan lainnya. Begitu seterusnya hingga semua orang kebagian giliran
membaca. Dengan demikian, secara langsung, terjadi proses tashih (membenarkan bacaan yang salah) dan waktu pembelajaran berlangsung
efisien.
Cara tersebut, menurut beliau, dikombinasikan dengan cara mengajar Imam Abdur Rahman As-Sulami, seorang ahli qira’ah pada era
35
Masjid Jami’ Al-Umawi Damaskus dengan membagi para santri dalam
kelompok-kelompok. Sulami mengajar 10 orang, lalu masing-masing
dari mereka mengajar 10 orang di bawahnya, dan begitu seterusnya, sehingga seluruhnya berjumlah 1.000 orang.
Kombinasi metode Al-Jazari dan metode As-Sulami diatas, diterapkan dalam tehnik metode Jibril, yang disebut Tashih. Tehnik ini bermanfaat dalam pengkaderan guru yang profesional. Tehnik tashih atas
bacaan Al-Qur’an oleh seorang santri kepada guru yang mujawwid seperti halnya diatas, juga dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sejarah menyebutkan, bahwa Rasulullah SAW selalu menampilkan bacaan Al-Qur’an untuk ditashih di hadapan Malaikat Jibril sekali dalam setiap tahun, tepatnya pada bulan Ramadhan. Bahkan pada tahun dimana
Nabi SAW wafat, Rasulullah SAW menampilkan bacaannya sebanyak 2 (dua) kali di hadapan Malaikat Jibril untuk ditashih. (Taufiqurrochman,
2005: 9-10).
c. Tahap-Tahap Penerapan Metode Jibril
1) Tahap Tahqiq adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan pelan
dan mendasar. Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf dan suara, hingga kata dan kalimat menggunakan materi ajar kitab Bil-Qolam.
36
2) Tahap Tartil adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan durasi sedang dan bahkan cepat sesuai irama lagu. Tahap ini dimulai dengan
pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang dibacakan guru, lalu ditirukan oleh para santri secara berulang-ulang. Disamping
pendalaman artikulasi, dalam tahap tartil juga diperkenalkan praktek hukum-hukum ilmu tajwid seperti: bacaan Mad, Waqaf dan Ibtida’, hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dan sebagainya.
3) Tahap Tashih adalah proses evaluasi untuk mengukur kemampuan membaca Al-Qur’an siswa oleh guru (pentashih), dilakukan terhadap
masing-masing siswa (15 menit untuk mengulang pelajaran yang telah lalu, 30 menit untuk menambah pelajaran dan 15 menit untuk pentashihan (Taufiqurrochman, 2005: 21).
d. Tujuan Pembelajaran Metode Jibril
Di dalam Metode Jibril, tujuan instruksional umum pembelajaran
Al-Qur’an adalah: siswa membaca Al-Qur’an dengan tartil sesuai dengan perintah Allah SWT. Indikasinya, siswa mampu menguasai dan menerapkan ilmu-ilmu tajwid, baik secara teoritis maupun praktis, pada
saat ia membaca Al-Qur’an.
Sedangkan tujuan instruksional khusus pembelajaran Al-Qur’an
dijabarkan sebagai berikut:
1)Siswa mampu mengenal huruf, melafalkan suara huruf, membaca kata dan kalimat berbahasa Arab, membaca ayat-ayat Al-Qur’an
37
2)Siswa mampu mempraktekan membaca ayat-ayat Al-Qur’an (pendek maupun panjang) dengan bacaan bertajwid dan artikulasi
yang shahih (benar) dan jahr (jelas dan bersuara keras).
3)Siswa mengetahui dan memahami teori-teori dalam ilmu tajwid
walaupun secara global, singkat dan sederhana, terutama hukum-hukum dasar ilmu tajwid seperti hukum : hukum lam sukun, hukun nun sukun dan tanwin, mad dan qasr, dan sebagainnya.
4)Siswa mampu menguasai sifat-sifat huruf hijaiyah, baik yang lazim maupun a’ridh.
5)Siswa mampu menghindarkan diri dari lahn (kesalahan membaca), baik lahn jaly (salah yang jelas) maupun lahn khafy (salah yang samar).
6)Siswa memiliki kebiasaan untuk muraja’ah (menelaah sendiri) pelajarannya secara berkelanjutan, baik di dalam maupun di luar
kelas.
7)Siswa mampu mampu melagukan bacaan Al-Qur’an dengan baik, benar, dan indah. (Taufiqurrochman, 2005: 33).
e. Jenjang Pendidikan Metode Jibril
Secara umum, jenjang Pendidikan yang digunakan dalam
penerapan Metode Jibril terbagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
1) Tingkat Pemula (Mubtadi’in)
Yaitu, siswa yang belum pernah mengenal dan mempelajari
38
Materi ajar di tingkat pemula adalah kitab “Bil-Qolam” yang
disusun oleh para santri senior PIQ di bawah bimbingan KHM.
Basori Alwi.
2) Tingkat Menengah (Mutawashitin)
Yaitu, siswa yang telah mengenal huruf Hijaiyah dan biasa membacanya, walaupun belum lancar. Juga, siswa yang telah mampu membaca dengan lancar tapi tidak biasa melafalkan dengan
baik dan benar. Tingkat Menengah (Mutawashitin) disebut juga dengan ”Tahap Tahqiq”. Yakni, membaca pelan-pelan dengan
bersungguh-sungguh memperhatikan tiap-tiap hurufnya secara jelas agar sesuai dengan makhraj dan sifatnya.
3) Tingkat Lanjutan (Mutaqaddimin)
Yaitu, siswa yang telah lulus di tingkat menengah. Ia telah fasih membaca Al-Qur’an dan bacaannya tidak miring. Ia telah
memahami dasar-dasar ilmu tajwid secara teoritis dan mampu mempraktekkannya saat membaca Al-Qur’an. Tingkat Lanjutan (Mutaqaddimin) disebut juga dengan “Tahap Tartil”, yaitu
membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan artikulasi yang benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf, biasa melagukan bacaan
39
f. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Jibril
Dengan adanya langkah-langkah untuk mengimplementasikan
metode Jibril akan sangat mempermudah seorang guru untuk mengajarkan siswa dalam membaca Al-Qur’an. Oleh sebab itu maka
perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Sistem Pengajaran Membaca a) Tahap Tahqiq :
- Terlebih dahulu, guru mengenalkan nama huruf-huruf Hijaiyah secara keseluruhan dengan tepat dan benar sesuai
dengan makhraj dan sifat-sifat huruf. b) Tahap Tartil :
- Guru menuntun atau memberi contoh yang tepat secara
berulang-ulang.
- Para siswa diharuskan meniru contoh bacaan yang
diberikan guru secara bersama-sama.
- Mengenal judul, guru langsung memberi contoh bacaannya, tidak perlu banyak komentar.
c) Tahap Pentashihan :
-Dilakukan terhadap masing-masing siswa (15 menit untuk
mengulang pelajaran yang telah lalu, 30 menit untuk menambah pelajaran dan 15 menit untuk pentashihan). -Dilakukan berkelompok menurut alokasi waktu yang
40
d) Guru tidak perlu memberi contoh lagi, bila menemui kesalahan siswa, cukup menegur dengan ketukan atau yang
lainnya.
e) Bila siswa tetap salah, maka guru memberi contoh lagi dan
ditirukan berulang-ulang oleh para siswa. 2) Evaluasi
1. Siswa dinyatakan tidak lulus, bila ada 5 huruf di antara
huruf-huruf Hijaiyah yang belum dikuasai dengan tepat dan benar dengan cara membaca (Taufiqurrochman, 2005: 42-43).
g. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jibril Kelebihan-kelebihan Metode Jibril diantaranya :
1. Disamping mengajarkan membaca Al-Qur’an sesuai ilmu tajwid,
Metode Jibril juga mengajarkan membaca Al-Qur’an secara tartil. 2. Metode jibril dapat diterapkan untuk semua kalangan, baik di tingkat
kanak-kanak, remaja, dewasa, maupun kalangan orang tua.
3. Metode Jibril memiliki landasan teoritis yang ilmiah berdasarkan wahyu dan landasan sesuai dengan teori-teori metodologi
pembelajaran. Dengan demikian, Metode Jibril, selain menjadi salah satu khazanah ilmu pengetahuan, juga bisa menjadi objek penelitian
bagi para peneliti dan para guru untuk dikembangkan.
4. Metode Jibril, kendati pendekatan yang digunakan bersifat teacher-centris, akan tetapi, dalam proses pembelajarannya, Metode Jibril
41
5. Metode Jibril sebagai Metode Konvergensi (Sintesis dan Analisis) dengan tehnik Metode Jam’i (Aradh dan Talqin), adalah metode
komprehensif. Metode Jibril bersifat fleksibel, kondisional dan mudah diterapkan oleh guru sesuai dengan potensi yang ada, situasi, dan
kondisi pembelajaran.
Kekurangan-kekurangan Metode Jibril diantaranya :
1. Membutuhkan jumlah guru yang cukup saat proses pentashihan untuk
jumlah siswa yang banyak sehingga memakan waktu yang sangat lama.
2. Siswa tidak diuji sebelum mengikuti proses pembelajaran atau tidak ada penyaringan yang ketat, sehingga kemampuan para siswa dalam 1 kelas tidak sama. Ada siswa yang terlalu pandai dan ada yang
tertinggal (Taufiqurrochman, 2005: 26-27). B.Kajian Pustaka
Ada satu penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, dengan menggunakan metode yang sama yang dilakukan oleh peneliti. Hal ini juga dijadikan sebagai sebuah pertimbangan oleh peneliti
dalam melakukan penelitiannya, berikut penelitian yang dilakukan oleh:
Penelitian oleh Nihayatul Hikma (2017) tentang meningkatkan kemahiran
membaca Al-Qur’an anak menggunakan Metode Jibril di TPA Darussalam Desa Mekar Asri Lampung Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode Jibril dapat meningkatkan kemahiran membaca Al-Qur’an anak di
42
hasil analisis data bahwa pada perolehan nilai 70-80 pada pra siklus terdapat 19 anak dengan perolehan persentase 43,18 % dan pada siklus I terlihat
mengalami peningkatan hasil belajar membaca Al-Qur’an anak, terdapat 26 anak dengan perolehan persentase 59,09%, kemudian pada siklus II terdapat 37
anak dengan perolehan persentase 84,09%. Pada siklus ini hasil belajar mengalami peningkatan yang telah mencapai target indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu sebesar 80%.
Berdasarkan satu penelitian tersebut diatas memiliki kesamaan pada metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pada
variabel yang diteliti, yaitu peningkatan kemahiran membaca Al-Qur’an dengan peningkatan hasil belajar Al-Qur’an dan alat ukur yang digunakan,
karena alat ukur peneliti yang digunakan adalah tes baca dan soal tertulis sedangkan alat ukur yang digunakan penelitian sebelumnya hanya dengan tes
lisan. Dapat disimpulkan bahwa metode jibril memiliki kontribusi terhadap meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Dari hasil tersebut menjadi salah satu dasar pertimbangan penilaian metode jibril yang digunakan dalam
43 BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN A.Subjek Penelitian
1. Sejarah SMP Negeri 07 Salatiga
Tahun 1987 tepatnya pada bulan Juli SMP Negeri 07 Salatiga
berinduk di SMP Negeri 02 Salatiga di Jalan Kartini No. 26 Salatiga, saat itu hanya ada 1 kelas dengan sistem masuk siang. Kemudian pada akhir
tahun 1987 SMP Negeri 07 Salatiga pindah di Jalan Setiaki No. 15 Salatiga. Tujuan didirikan sekolah di Jalan Setiaki No. 15 Salatiga adalah
menampung peserta didik yang tinggal di daerah Salatiga pinggiran. Kepala sekolah yang pertama yaitu Ibu Sartidjah, beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah pada periode 1987-1990. Guru tetap yang
mengajar ada 4 orang termasuk Ibu Sartidjah, pada saat itu hanya ada 2 gedung dan masih beralaskan tanah.
Sejak awal berdirinya SMP Negeri 07 Salatiga kepemimpinan Kepala Sekolah sudah berganti 7 kali kepemimpinan, yaitu :
a. Sartidjah tahun 1987-1990
b. Drs. Supii Darmo Siswoyo tahun 1990-1993 c. Khaerul Saleh, B.A tahun 1993-1998
d. Siswanto, B.A tahun 1998-2002
e. Drs. Tri Purnama Adi Putranta tahun 2002-2007 f. Edi Waspodo, S.Pd. tahun 2007-2013
44 2. Profil Sekolah
Pada bab III ini, penelitian ingin menyampaikan keadaan lokasi
dilaksanakannya penelitian. Kondisi yang nyata menjadi sangat penting ketika hasil dari penelitian akan dijadikan referensi. Secara garis besar
lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
Tempat penelitian : SMP Negeri 07 Salatiga
Alamat penelitian : Jl. Setiaki 15, Dukuh, Sidomukti,
Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.
Kode Pos : 50722
Telepon : 0298-322272
Email : tu smp7salatiga@yahoo.com
NPSN : 20328440
Status Sekolah : Negeri
Bentuk Pendidikan : SMP
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
Akreditasi : A
Kurikulum : Kurikulum 2013
Luas Tanah : 12.780 m2
SMP Negeri 07 Salatiga mempunyai 24 ruang kelas, 1 ruang BK, 1
ruang UKS, 1 ruang musik, 1 buah dapur, 1 ruang kurikulum, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang waka, 1 ruang TU, 1 ruang guru, 1 ruang OSIS, dan ruang praktikan, 1 ruang agama, 1 ruang panitia & pengawas, sebuah
45 3. Visi dan Misi SMP Negeri 07 Salatiga
a. Visi
Terwujudnya insan yang “SIAP berprestasi” (Santun berperilaku, Iman dalam bergama, menjaga Asri lingkungannya, dan Percaya diri untuk
meraih prestasi). b. Misi
1) Menumbuhkan perilaku warga SMP Negeri 07 Salatiga untuk
bersikap santun dalam pergaulan.
2) Menumbuhkan kedisiplinan peserta didik dan tenaga kependidikan
untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar disekolah yang kondusif.
3) Menumbuhkan pengahayatan dan pengamatan terhadap ajaran
agama yang dianut melalui pendidikan agama dan budaya bangsa sehingga terbangun peserta didik yang taqwa dan berahklak mulia.
4) Menanamkan sifat cinta lingkungan dan kebersihan dengan pembinaan yang rutin dan terencana.
5) Mendorong dan membantu setiap peserta didik untuk mengenali
seluruh potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara optimal. 6) Menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif kepada seluruh
warga SMP Negeri 07 Salatiga.
46
4. Daftar Nama Guru dan Mata Pelajaran SMP Negeri 07 Salatiga
Tabel 3.1
Daftar Nama Guru dan Mata Pelajaran SMP Negeri 07 Salatiga
No. Kode Nama Mapel
1. AM Dra. Anna Maria Andharini, M.Pd Kepala Sekolah
2. D H. Dimyathi, S.Pd.I Pend. Agama Islam
3. L Layly Atiqoh, S.Ag Pend. Agama Islam
4. M Muhammad Sintoro, S.Ag Pend. Agama Islam
5. E Edy Hartoyo, S.Th Pend. Agama Kristen
6. Y Yoseph Widyawan Eka Tantara, S.Ag Pend. Agama Katolik
7. A Anita Windi Astuti, S.Ag Pend. Agama Budha
8. AK Anna Kurniawati, S.Pd PPKn
9. HT Hartanto, S.Pd PPKn
10. HI Hidayati, S.Pd PPKn
11. PR Priharyanto, S.Pd, S.Th, M.Pd Bahasa Indonesia
12. YL Yuliana AS, S.Pd Bahasa Indonesia
13. MK Siti Maskanah, S.Pd Bahasa Indonesia
14. HS Hadi Susanto, S.Pd Bahasa Indonesia
15. TR Trima Rofianti, S.Pd Bahasa Indonesia
16. SS SAS. Sulistyorini P, S.Pd Bahasa Inggris
17. DN Dini Asnuning Maharani, S.Pd Bahasa Inggris
47
19. RD Rachmad Danang Yulianto, S.Pd Bahasa Inggris
20. SP Supadmi, S.Pd Matematika
21. TW Tri Wahyu Estiningsih, S.Pd Matematika
22. ML Sri Mulyani, S.Pd Matematika
23. JK Jaka Mahargono, Amd.Pd Matematika
24. NK Nur Kholis, S.Pd Matematika
25. SG H. Sugiharto, S.Pd, M.Pd IPA
26. PJ Emmanuel Pujono, S.Pd IPA
27. PI Supiyono, S.Pd IPA
28. GT Drs. Guntur Dwi Indradi IPA
29. PW Purnomowati, S.Pd IPA dan Prakarya
30. SY Drs. Supantiyono IPS
31. AD H. Agus Dwiyono, S.Pd IPS
32. SH Sigih Prastito, S.Pd IPS
33. KR Hj. Krisnuraini, S.Pd IPS
34. HN Sri Handayani, S.Pd IPS
35. GW Gisti Waliyatun IPS
36. YW Dra. Yekti Widowati IPS
37. SM Slamet Mulyono Seni Budaya
38. ER Endang Retno Haryati, S.Pd Seni Budaya
39. NA Nastain Arif, S.Pd Penjaskes
48
41. HARI Heru Setyowibowo, S.Pd Penjaskes
42. AN Arif Nurhadi Bahasa Jawa
43. SD Sudiyo, S.Pd Bahasa Jawa
44. DA Dwi Ariyanti, S.Pd Prakarya
45. MJ Mujiani, S.Pd Prakarya dan Pend.
Agama Kristen
46. DH Dwi Haryono, S.Kom TIK
47. HD Dra. Hidayati BK
48. DM Dian Maret, S.Pd BK
49. DR Dwi Retno Setyaningrum, S.Pd BK
(Wawancara dengan Ibu Vita, Rabu 16 Maret 2018. Pukul : 12.00 WIB).
5. Keadaan Siswa
Tabel 3.2 Keadaan Siswa
No Kelas Jumlah siswa Jumlah seluruh siswa
1. VII A 30 236
2. VII B 30
3. VII C 32
4. VII D 32
5. VII E 25
6. VII F 26
49
8. VII H 30
No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah Seluruh Siswa
1. VIII A 28 224
2. VIII B 29
3. VIII C 28
4. VIII D 28
5. VIII E 28
6. VIII F 28
7. VIII G 27
8. VIII H 28
No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah Seluruh Siswa
1. IX A 26 197
2. IX B 24
3. IX C 24
4. IX D 23
5. IX E 24
6. IX F 24
7. IX G 26
8. IX H 26
Total Siswa 657
Pada pelaksanaan ini, yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas VII H SMP Negeri 07 Salatiga. Dengan jumlah siswa sebanyak 30