• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR RI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

E-PAPER

PERPUSTAKAAN

DPR RI

Telepon : (021) 5715876, 5715817, 5715887 Fax : (021) 5715846 e-mail: perpustakaan@dpr.go.id Follow us @perpustakaandpr Become a Fan Perpustakaan DPR RI

http://perpustakaan.dpr.go.id http://epaper.dpr.go.id

Rabu 10 Februari 2021

No. Judul Surat Kabar Hal.

1. CELAH EKSPANSI PROPERTI Bisnis Indonesia 1

2. PROSPEK PROPERTI 2021, RUMAH SUBSIDI TAK BERI JANJI Bisnis Indonesia 6

3. Garuda Putuskan Kontrak Pesawat yang Merugikan Kompas 0

4. KNKT Lanjutkan Investigasi Kecelakaan Pesawat SJ-182 Kompas 0

5. Pentingnya Manajemen Multibencana di Indonesia Kompas 0

(2)

Rabu, 10 Februari 2021 Bisnis Indonesia Hal. 1

R uang ekspansi pelaku usaha properti diyakini masih terbatas pada tahun ini khususnya di sektor komersial lantaran dampak pandemi Covid-19. Kendati demikian, sejumlah emiten properti tetap optimistis dapat memacu kinerja 2021 salah satunya lewat sektor residensial alias hunian. Menurut Wakil Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Real estat Indonesia (REI) Hubungan Luar Negeri Rusmin Lawin, masih butuh waktu bagi sektor apartemen, perkantoran, hotel, dan pusat per belanjaan untuk pulih dari hantaman pandemi. Dia mengatakan peran pemerintah dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi bakal menjadi kunci. Pasalnya, sektor perhotelan dan pusat perbelanjaan sangat bergantung pada aktivitas masyarakat. Sebaliknya, menurut Rusmin, properti residensial bakal menjadi andalan tahun ini lantaran permintaan yang diperkirakan tumbuh, baik untuk ditinggali maupun investasi. “Terutama landed hou se menengah ke bawah yang berada di kota satelit dengan TOD [transit oriented development] dan infrastruktur pendukung lainnya,” katanya, Selasa (9/2). Perkiraan itu selaras dengan publikasi Col liers International yang menyatakan para pengembang properti menunda peng operasian pusat perbelanjaan baru kendati pembangunannya telah rampung. Colliers International mencatat ada tiga mal di Jakarta yang bakal selesai dibangun tahun ini. Kendati demikian pengoperasiannya masih ditunda. Tiga unit mal itu merupakan bagian pembangunan tujuh mal hingga 2024 di Jakarta. Pilihan menunda opera sional mal itu diperkirakan terjadi karena okupansi pro perti komersial di Ibu Kota cen derung menurun. Data okupansi properti komer sial di Jakarta pada kuartal IV/2020 hanya sebesar 77,4% lebih rendah ketimbang kuartal sebelumnya yang mencapai 78,2%. Begitu juga dengan okupansi sektor komersial di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi pada kuartal IV/2020 yang tercatat 62,2% atau turun jika dibanding kan dengan kuartal sebelumnya sebesar 71,1%. STRATEGI EMITEN Adapun, sejumlah emiten properti telah menyiapkan beragam strategi guna mengoptimalkan kinerja tahun ini. PT Intiland Development Tbk. (DILD) misalnya, akan mengandalkan produk rumah tapak dan meninggalkan semen tara proyek baru untuk gedung tinggi (high rise). Perseroan berencana menambah produk rumah tapak yang lebih banyak diminati di beberapa land bank mereka di wilayah Jakarta dan Surabaya. Direktur Intiland Development Archied Noto Pradono men jelaskan penjualan gedung tinggi berupa apartemen dan ge dung perkantoran yang menjadi spesialisasi DILD cukup tertekan pada 2020. Me nurutnya, dalam 1 tahun—2 tahun ke depan, DILD akan me nunda pembangunan proyek gedung tinggi dan hanya akan menawarkan produk apartemen yang sudah ada. Strategi itu membuat DILD percaya diri dengan menetapkan target penda patan prapenjualan (marketing sales) mendekati capaian se be lum pandemi, yakni sekitar Rp2 triliun. Target itu lebih tinggi jika dibandingkan de ngan realisasi 2020 di ki saran Rp900 miliar—Rp1 triliun. Archied mengatakan penjualan mulai membaik sejak semester II/2020 seiring dengan tren suku bunga rendah yang ditetapkan Bank Indonesia. Target optimistis juga diusung PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE). Perseroan mematok target marketing sales pada tahun ini naik 8% (yoy) menjadi Rp7 triliun. Direktur Bumi Serpong Damai Hermawan Wijaya berpendapat permintaan produk properti milik BSDE sudah bergeliat sejak kuartal IV/2020. Marketing sales perseroan pada Oktober— Desember mencapai Rp2,8 triliun atau hampir 28% dari total prapenjualan tahun lalu senilai Rp6,5 triliun. Menurut Hermawan, target prapenjualan 2021 akan ditopang oleh tiga segmen utama yaitu residensial, komersial, dan lain-lain. Segmen residensial ditargetkan menjadi kontributor utama dengan prapenjualan Rp4,4 triliun. Adapun, PT Metropolitan Land Tbk. (MTLA), menar getkan pendapatan prapenjualan tahun ini sebesar Rp1,18 triliun, atau relatif sama dengan target 2020 yakni Rp1,1 triliun—Rp1,2 triliun. Direktur Keuangan dan Sekre taris Perusahaan Metropolitan Land Olivia Surodjo mengatakan target pen da patan perseroan dari pra penjualan dan berulang men capai Rp1,6 triliun untuk 2021. Dia optimistis pasar properti bisa bangkit pada 2021 ditopang oleh tren suku bunga rendah dan harapan pe mulihan ekonomi. Sejumlah analis masih merekomendasikan investor untuk mencermati saham emiten properti yang banyak me miliki portofolio produk rumah tapak. Pasalnya, permintaan rumah tapak diperkirakan terus meningkat sedangkan permintaan rumah susun atau apartemen masih lemah. (Yanita Petriella & Dwi Nicken Tari)

(3)

Rabu, 10 Februari 2021 Bisnis Indonesia Hal. 6

Daya juang para pengembang properti tengah diuji pada tahun ini. Di tengah upaya bergulat dengan pandemi Covid-19, pemerintah memilih tidak menaikkan harga jual rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Yanita Petriella yanita.petriella@bisnis.com P adahal, koreksi terhadap harga jual rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) bisa menjadi multivitamin bagi arus kas pengembang properti yang terdampak pandemi Covid-19. Apalagi, harga material dan biaya pekerja bangunan biasanya sudah naik setiap awal tahun. Ketua Umum DPP Aliansi Pengembang Perumahan Nasional (Apernas) Jaya Andre Bangsawan mengatakan keputusan pemerintah menahan harga rumah untuk MBR pada 2021 akan menurunkan pendapatan para pengembang. “Harga bahan baku material ikut melambung tidak diikuti kenaikan harga rumah tentu akan berpengaruh kepada pendapatan pengembang,” tuturnya, pekan lalu. Oleh karena itu, Apernas Jaya memproyeksikan pembangunan rumah untuk MBR berpeluang tak akan lebih dari realisasi tahun lalu yang sekitar 170.000 unit. Menurutnya, peminat rumah MBR masih besar karena kebutuhan rumah jenis itu setiap tahunnya bertambah. “Contohnya saja Arsol Group yang bangun rumah MBR di Gorontalo mengalami peningkatan 30%,” ucapnya. Andre berharap pemerintah mengevaluasi harga rumah subsidi. Hal ini seiring meningkatnya harga sebagian bahan bangunan. Selain itu juga naiknya upah para pekerja bagunan. Pandangan yang nyaris sama juga diutarakan oleh Ketua Umum DPP Himpunan Pengembang Pemukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Endang Kawidjaja. Menurutnya, segmen rumah MBR cukup diminati oleh para pengembang meskipun marjinnya tidak sebesar segmen rumah non-MBR. Namun, Endang menyatakan kebutuhan rumah MBR selalu ada sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengembang. Bila kondisi pandemi Covid-19 sudah membaik, dia memproyeksikan ada potensi kenaikan realisasi pembangunan rumah untuk segmen MBR didorong oleh program subsidi pemerintah. “Kalau Covid-19 membaik di 2021 harusnya bisa sekitar 200.000 unit,” katanya. Realisasi pembangunan rumah MBR hingga 200.000 unit terdiri atas 170.000 unit ditopang oleh anggaran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan sisanya 30.000 unit ditopang program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT). Merujuk data pada 2018, realisasi pembangunan rumah MBR mencapai sekitar 260.000 unit sedangkan 2019 berkurang menjadi 170.000 unit saja. “Realisasi pembangunan rumah MBR ini sempat mengalami penyusutan pada 2 tahun terakhir akibat anggaran FLPP berkurang,” katanya. Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Daniel Djumali memproyeksikan pembangunan perumahan untuk MBR pada 2021 berpeluang mencapai 200.000 unit. Hal itu merujuk kebutuhan MBR akan rumah. “Kalau pandemi Covid-19 ini membaik, pembangunan rumah MBR bisa capai 200.000 unit,” kata Daniel. Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menetapkan harga jual rumah subsidi 2021 tidak mengalami kenaikan. Batasan harga jual rumah paling tinggi sesuai dengan Keputusan Menteri PUPR No. 242/KPTS/M/2020 dan Kepmen Nomor 587/KPTS/M/2019. Penentuan harga jual rumah bersubsidi paling tinggi pada 2021 mengacu pada beberapa pertimbangan termasuk tidak terjadi kenaikan biaya konstruksi secara signifi kan pada 2020 serta hasil survei harga bahan bangunan dan upah pekerja. Selain hasil survei, penetapan harga rumah mengacu infl asi perdagangan besar sektor konstruksi dalam BPS pada Desember 2020 secara tahunan hanya menempati angka 0,97. Pertimbangan lain adalah kebijakan nasional Upah Minimum Provinsi (UMP) tidak mengalami kenaikan. SEJUTA RUMAH Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid berkomitmen tetap melanjutkan pelaksanaan Program Sejuta Rumah pada 2021. “Program Sejuta Rumah akan tetap dilanjutkan dan berjalan di tahun 2021,” ujarnya. Sesuai amanat rencana dan strategi Kementerian PUPR, Program Sejuta Rumah mampu mendorong pemangku kepentingan bidang perumahan untuk membangun hunian layak bagi masyarakat. Apalagi, masyarakat dituntut melaksanakan segala aktivitasnya di rumah masingmasing sehingga hunian yang layak menjadi salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi selama pandemi Covid-19. “Jika rumah yang ditempati layak dan sehat tentunya masyarakat bisa nyaman untuk melaksanakan segala aktivitasnya tersebut,” katanya. Untuk melaksanakan hal tersebut, Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR telah menyusun sejumlah kebijakan dan strategi untuk melaksanakan Program Sejuta Rumah hingga 2024. Salah satu kebijakan yang diusung adalah berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap hunian layak melalui penyediaan rumah layak huni secara kolaboratif. Dia menyatakan akan melibatkan seluruh pemangku kepentingan bidang perumahan dalam Program Sejuta Rumah. “Kami tentunya tidak bisa melaksanakan program ini sendiri tapi juga perlu dukungan pemerintah daerah, pengembang, perbankan, kementerian/lembaga, sektor swasta dan masyarakat,” tuturnya. Khalawi menambahkan telah menyiapkan tiga strategi utama dalam melaksanakan Program Sejuta Rumah. Pertama, mengoptimalkan penyediaan rumah layak huni dengan Program Sejuta Rumah. Kedua, menyediakan sistem regulasi yang harmonis, memanfaatkan teknologi dan meningkatkan koordinasi untuk mendukung kolaborasi antar pemangku kepentingan bidang perumahan. Ketiga, mempercepat penyediaan rumah layak huni melalui implementasi skema penyediaan perumahan yang inovatif. Kementerian PUPR juga telah membentuk 19 Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan serta Satuan Kerja Non Vertikal tertentu Penyediaan Perumahan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. “Kami juga berharap pemerintah daerah dapat memiliki perencanaan dan pendataan terhadap rumahrumah masyarakat yang tidak layak huni untuk diajukan kepada kami melalui Sistem Informasi Bantuan Perumahan,” terangnya. Program Sejuta Rumah menyasar MBR guna meningkatkan pemenuhan kebutuhan rumah layak huni. Untuk sasarannya yakni meningkatkan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan rumah layak huni melalui pembangunan rumah susun, rumah khusus, rumah swadaya dan penyaluran bantuan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) rumah bersubsidi pemerintah.

(4)

Rabu, 10 Februari 2021 Kompas Hal. 0

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk siap menanggung konsekuensi bisnis dari pemutusan kontrak sewa Bombardier CRJ1000 secara sepihak. Oleh AGNES THEODORA JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menghentikan secara sepihak kontrak sewa pesawat Bombardier CRJ1000 dari Nordic Aviation Capital. Kontrak pengadaan pesawat itu merugikan Garuda lebih dari 30 juta dollar AS per tahun selama tujuh tahun berturut-turut. Dari 18 pesawat tipe Bombardier CJ1000 yang dioperasikan Garuda saat ini, 12 pesawat dikontrak dari perusahaan penyewa pesawat Nordic Aviation Capital (NAC) di Denmark dengan skema murni menyewa. Sementara enam pesawat lainnya dikontrak dari perusahaan asal Kanada, Export Development Canada EDC, dengan skema tersedia opsi membeli. Pemutusan kontrak secara sepihak terhadap 12 pesawat Bombardier CRJ1000 dari NAC dimulai pada 1 Februari 2021 atau enam tahun lebih cepat dari masa kontrak yang seharusnya jatuh tempo pada 2027. Saat ini, pesawat yang dikontrak sejak 2011 itu diparkir di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, dengan status tidak digunakan lagi. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Rabu (10/2/2021), mengatakan, dari tahun ke tahun, Garuda rugi besar akibat menggunakan pesawat Bombardier CRJ1000. Selama tujuh tahun terakhir, Garuda merugi sampai lebih dari 30 juta dollar AS atau Rp 419,6 miliar setiap tahun. Sementara biaya menyewa pesawat itu adalah 27 juta dollar AS. Menurut Irfan, kerugian dialami karena pesawat Bombardier CRJ1000 tidak sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia. ”Apabila kita terminasi dari Februari ini, kita bisa menyelamatkan lebih dari 220 juta dollar AS. Ini upaya untuk menghilangkan atau minimal mengurangi kerugian dari penggunaan pesawat ini di Garuda. Ditambah dengan kondisi pandemi seperti ini, kami tidak punya pilihan selain secara profesional menghentikan kontrak ini,” kata Irfan dalam konferensi pers daring di Jakarta. Penghentian kontrak itu berlangsung sepihak karena setelah berulang kali mencoba bernegosiasi, upaya Garuda tidak kunjung mendapat sambutan positif dari pihak NAC. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pemerintah mendukung penuh langkah Garuda untuk menghentikan kontrak. Langkah tegas itu dinilai paling tepat untuk menyelamatkan uang perseroan dan negara dari kerugian terus-menerus. ”Negosiasi sudah kita lakukan. Akan tetapi, kalau negosiasinya dicuekin atau bertepuk sebelah tangan, kita bisa tepuk tangan sendiri. Jadi, kita ambil posisi saja. Landasan hukum kita kuat, karena di sini KPK sudah terjun dan di luar negeri juga kasus ini masih terus dieksplorasi,” kata Erick. Negosiasi lagi Selain kontrak dengan NAC, Garuda juga sedang melakukan negosiasi pemutusan kontrak serupa dengan perusahaan penyewa lainnya, yaitu EDC dari Kanada. ”Kami sudah sampaikan proposal ke EDC, keinginan kami untuk menyelesaikan sisa pembayaran. Kami masih menunggu respons balik dari mereka,” ujar Irfan. Secara bisnis, Irfan menyadari ada konsekuensi dari langkah menghentikan kontrak secara sepihak dengan NAC. Namun, pihaknya siap menanggung konsekuensi itu secara profesional. Saat ini, Garuda juga masih menunggu hasil investigasi dari Serious Fraud Office Inggris terkait kasus suap seputar kontrak pesawat tersebut. Hal itu dijadikan alasan kuat untuk mengambil keputusan terminasi kontrak. ”Kami akan menjadikan itu alasan kuat untuk meyakinkan pihak NAC bahwa keputusan kami bukan keputusan yang emosional, tetapi keputusan yang bersifat komersial dan ada landasan legalnya,” kata Irfan. Untuk memastikan konektivitas tetap berlangsung, Garuda memutuskan mengganti armada di rute penerbangan yang selama ini menggunakan 12 Bombardier CRJ1000 dengan Boeing 737-800 yang dimiliki Garuda. ”Tidak ada niat dalam waktu dekat untuk membeli pesawat baru untuk menggantikan ini. Kami akan memanfaatkan pesawat yang saat ini ada,” katanya. Pada 8 Mei 2020, bekas Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar divonis 8 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider 3 bulan kurungan. Ia juga harus membayar uang pengganti 2.117.315,27 dollar Singapura atau sekitar Rp 22,38 miliar subsider 2 tahun kurungan. KPK mendalami kasus itu bersama SFO Inggris sejak pertengahan 2016. Dalam dakwaan pertama, Emirsyah terbukti menerima uang suap setidaknya Rp 48 miliar dalam bentuk rupiah dan sejumlah mata uang asing. Uang itu diterimanya untuk memuluskan beberapa pengadaan yang dikerjakan Garuda Indonesia. Pengadaan itu antara lain Total Care Program mesin (RR) Trent 700, pengadaan pesawat Airbus A330-300/200, pesawat Airbus A320 untuk PT Citilink Indonesia, pengadaan pesawat Bombardier CRJ1000, dan pesawat ATR 72-600. Dalam dakwaan kedua, Emirsyah terbukti melakukan pencucian uang dengan tujuh cara, seperti melunasi kredit dan merenovasi rumah (Kompas, 9/5/2020).

(5)

Rabu, 10 Februari 2021 Kompas Hal. 0

KNKT melanjutkan investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Perekam suara di kokpit yang penting untuk membantu pengungkapan penyebab kecelakaan hingga sekarang masih terus dicari. Oleh CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO JAKARTA, KOMPAS — Komite Nasional Keselamatan Transportasi masih menginvestigasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pesawat Sriwijaya Air SJ-182 registrasi PK-CLC jatuh, 9 Januari 2021. Saat ini semua pihak diminta tidak menduga-duga atau berasumsi perihal penyebab kecelakaan pesawat yang diawaki 2 pilot dan 4 awak kabin serta membawa 56 penumpang itu. Saat ini, data yang tersedia masih kurang untuk mengetahui penyebab pesawat jatuh. ”KNKT tidak akan berani membuat pernyataan atau analisis tanpa suatu dasar atau bukti yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” kata Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono dalam keterangan pers secara daring, Rabu (10/2/2021). Tim SAR gabungan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan pada 12 Januari 2021 pukul 14.00 menemukan satu perekam data penerbangan (flight data recorder/FDR). Adapun alat perekam suara di kokpit (cockpit voice recorder/CVR) masih dicari. Tangkapan layar saat KNKT menggelar rilis media terkait laporan pendahuluan kecelakaan pesawat udara Boeing 747-500 registrasi PK-CLC (SJ-182) secara virtual, Rabu (10/2/2021). KNKT juga akan mengirimkan temuan beberapa komponen di dalam laut yang sedang diusahakan untuk diangkat. ”Di dalam komponen-komponen itu ada beberapa memori, kami sebut non-volatile memory, yang akan dicoba untuk diunduh di pabrik pembuat komponen,” ujar Soerjanto. Menurut Soerjanto, langkah ini diperlukan agar KNKT dapat mengetahui hal-hal yang terjadi di komponen-komponen tersebut. Proses ini masih membutuhkan waktu untuk mengungkap hal-hal yang belum dapat dijawab dengan data yang ada sekarang. Ketua Subkomite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, KNKT akan meneliti beberapa komponen terkait sistem-sistem yang terlihat mengalami gangguan. ”Pertama, ground proximity warning system yang ditemukan dari lokasi kecelakaan. Selain itu juga komponen-komponen terkait autothrottle yang terpasang di pesawat dan proses perawatannya selama ini,autothrottle kata Nurcahyo. Throttle adalah tuas pengatur mesin pesawat. KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO Tangkapan layar paparan Komite Nasional Keselamatan Transportasi saat menggelar rilis media terkait laporan pendahuluan kecelakaan pesawat udara Boeing 747-500 registrasi PK-CLC (SJ-182) secara virtual, Rabu (10/2/2021). SJ-182 berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, pada pukul 14.36 WIB dengan tujuan Bandar Udara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Setelah tinggal landas, pesawat terbang mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya. Data FDR merekam sistem autopilot aktif di ketinggian 1.980 kaki. Pada saat melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur atau tenaga berkurang, sedangkan yang kanan tetap. KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO Tangkapan layar paparan Komite Nasional Keselamatan Transportasi saat menggelar rilis media terkait laporan pendahuluan kecelakaan pesawat udara Boeing 747-500 registrasi PK-CLC (SJ-182) secara virtual, Rabu (10/2/2021). Pukul 14.38.51 WIB, karena kondisi cuaca, pilot meminta kepada pengatur lalu lintas (ATC) udara untuk berbelok ke arah 075 derajat dan diizinkan. ATC memperkirakan perubahan arah tersebut akan membuat SJ-182 berpapasan dengan pesawat lain yang berangkat dari landas pacu 25L bertujuan sama. Oleh karena itu, ATC meminta pilot untuk berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki. Pada pukul 14.39.47 WIB, ketika melewati 10.600 kaki dengan arah pesawat berada di 046 derajat, pesawat mulai berbelok ke kiri. Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur, sedangkan yang kanan tetap. ATC memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab pilot pukul 14.39.59 WIB. ”Ini adalah komunikasi terakhir dari SJ-182,” kata Nurcahyo. Pukul 14.40.05 WIB FDR merekam ketinggian tertinggi, yakni 10.900 kaki. Selanjutnya, pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif ketika arah pesawat di 016 derajat, sikap pesawat pada posisi naik, dan pesawat miring ke kiri. ”Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali berkurang, sedangkan yang kanan tetap,” ujar Nurcahyo. Selanjutnya, pada pukul 14.40.10 WIB, FDR mencatat autothrottle tidak aktif dan sikap pesawat menunduk. Sekitar 20 detik kemudian FDR berhenti merekam data. KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO Tangkapan layar paparan Komite Nasional Keselamatan Transportasi saat menggelar rilis media terkait laporan pendahuluan kecelakaan pesawat udara Boeing 747-500 registrasi PK-CLC (SJ-182) secara virtual, Rabu (10/2/2021).

(6)

Rabu, 10 Februari 2021 Kompas Hal. 0

Mempertimbangkan kompleksitas bencana alam dan bencana non-alam yang terjadi, mitigasi berbasis multibencana dapat dipertimbangkan menjadi strategi dalam menekan risiko bencana. Oleh YOESEP BUDIANTO Bencana datang silih berganti di Indonesia. Ragam bencana yang muncul seharusnya menjadi titik perubahan penanganan bencana di dalam negeri, yaitu berbasis multibencana. Bencana alam dan pandemi mampu mengganggu kemajuan dan capaian pembangunan, khususnya yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan akses pendidikan, kesehatan, dan perlindungan masyarakat. Merujuk laporan The Global Risk Report 2021, kejadian bencana alam, penurunan kualitas lingkungan, dan penyakit menular menjadi ancaman terbesar umat manusia. Dampak yang dirasakan oleh peradaban manusia sangatlah besar. Indonesia tak terkecuali, secara geologi dan hidrometeorologi merupakan area yang terancam oleh banyak tipe bahaya. Hingga Januari 2021 telah terjadi 263 kejadian bencana, termasuk pandemi Covid-19 dan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Berdasarkan laporan The World Risk Index 2020, negara ini berada di peringkat ke-40 dari 180 negara paling rentan bencana. Ragam bencana yang terjadi menuntut strategi penanganan bencana berbasis multibencana. Penanganan dengan basis multibencana menggambarkan proses berkelanjutan dalam perencanaan, mulai dari tahap mitigasi hingga pemulihan pascabencana. Perspektif multibencana fokus pada penilaian risiko satu kejadian bencana dengan bencana turunan lain. Kejadian bencana banjir bandang hingga empat kali di Gunung Mas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 19 Januari 2021 lalu, misalnya, tidak terjadi secara alami semata karena intensitas hujan, tetapi dipicu adanya longsor di salah satu tebing Gunung Mas. Apabila dilihat dari tahapan bencananya, banjir bandang termasuk bencana turunan yang dihasilkan dari curah hujan tinggi dan longsor tebing. Analisis multibencana dapat memperhitungkan potensi sebuah kejadian bencana yang mampu memicu bencana lain. Bencana lain yang dapat memberikan gambaran adalah gempa bumi dan likuefaksi di Kota Palu, Sulawesi Tengah, tahun 2018 silam. Secara alami, likuefaksi muncul karena kehilangan kekuatan struktur dan tekstur tanah akibat guncangan kuat. Menggunakan perspektif multibencana, semua daerah yang berpotensi terjadi gempa bumi akan dimasukkan ke dalam daerah dengan kerawanan likuefaksi sehingga kesiapan menghadapi bencana tidak berfokus hanya pada satu kejadian gempa. Pola penanganan bencana yang memperhitungkan banyak kejadian turunannya diharapkan mampu mendorong perencanaan kesiapsiagaan, mitigasi, tanggap darurat, rekonstruksi, hingga rehabilitasi dengan jangkauan lebih luas dan berkelanjutan. Manajemen bencana Kesiapan secara nasional terhadap kondisi multibencana juga mampu menekan risiko fiskal bagi APBN. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, rata-rata kerugian per tahun akibat bencana tahun 2000-2016 saja mencapai Rp 22,8 triliun. Bahkan, kerugian tahun 2019 mencapai Rp 80 triliun. Sementara realisasi dana cadangan penanggulangan bencana dalam APBN periode 2005-2018 hanya sekitar Rp 2,5 triliun per tahun. Apabila dibandingkan besar kerugian dan penggantian oleh pemerintah, kerugian ekonomi akibat bencana akan terus meningkat, apalagi saat ini terjadi pandemi Covid-19. Baca juga : Mengelola Anggaran di Negeri Bencana Bencana non-alam berupa pandemi Covid-19 telah menelan anggaran terbesar sepanjang sejarah kebencanaan nasional. Biaya penanganan pandemi tahun 2020 dianggarkan sebesar Rp 695,2 triliun dan sebagian besar telah direalisasikan/digunakan. Biaya tersebut digunakan untuk pendanaan sektor kesehatan, kebijakan jaring pengaman sosial, dukungan pada industri, dan dukungan pembiayaan program peningkatan ekonomi nasional. Hal itu menggambarkan risiko fiskal yang sangat besar di Indonesia. Bencana alam tentu mempersulit masyarakat menghadapi pandemi Covid-19. Kesulitan tersebut, antara lain, karena ada penegakan protokol kesehatan, ancaman meningkatnya angka kematian, serta sulitnya distribusi bantuan di lokasi bencana. Perumusan perspektif dan implementasi mitigasi multibencana perlu disusun dengan teliti dan melibatkan berbagai pihak. Sudut pandang yang digunakan tidak terbatas pada satu kejadian bencana, tetapi menginventarisasi faktor penyebab dan memproyeksikan kejadian bencana turunannya. Mitigasi multibencana akan menghasilkan perhitungan presisi risiko bencana yang terdiri atas lima komponen, yaitu multibahaya, multisektoral, multilevel, multi-institusi, dan multifase. Setiap komponen membutuhkan kolaborasi kuat, bahkan dimulai saat fase kesiapsiagaan. Indonesia perlu melakukan pembaruan manajemen kebencanaan yang dimulai dengan evaluasi peta risiko bencana dan peta evakuasi di seluruh wilayah. Pemerintah tidak perlu ragu untuk membuat simulasi terburuk sebuah bencana dan kejadian turunannya, termasuk mempertimbangkan munculnya wabah penyakit. Dokumen penanganan bencana alam level nasional hingga daerah perlu disesuaikan dengan protokol kesehatan dalam situasi pandemi. Petugas penanganan bencana perlu pendampingan tenaga kesehatan atau minimal memiliki pengetahuan dasar tentang penyakit agar tidak membahayakan korban dan diri mereka sendiri. Rekomendasi pemerintah Demi menekan risiko yang muncul karena bencana alam dan pandemi Covid-19, setidaknya ada empat rekomendasi yang dapat dilakukan pemerintah dan masyarakat. Pertama, pemerintah perlu membuat regulasi penanganan multibencana. Kondisi saat ini, aturan hukum yang dibuat belum menyentuh penanganan bencana pada saat pandemi, terlalu terbatas pada sektor ekonomi dan kesehatan. Kedua, penguatan kerja sama antara masyarakat sipil dan militer dalam penanganan situasi krisis. Pelatihan sukarelawan yang dibekali pengetahuan protokol kesehatan dan penanganan pasien dengan gejala Covid-19. Lembaga pemerintahan beserta TNI dan Polri perlu menguatkan komunikasi, baik secara horizontal maupun vertikal. Ketiga, inventarisasi ketangguhan bencana fasilitas publik, khususnya bidang kesehatan. Fasilitas publik yang tangguh bencana merupakan faktor kunci untuk perawatan korban bencana dan pandemi serta menjadi pusat pengungsian warga terdampak. Terakhir, pemerintah bersama lembaga-lembaga penelitian, termasuk universitas, merumuskan skenario terburuk untuk multibencana yang berskala lebih besar. Dalam konteks kebencanaan, beberapa jenis bencana dengan daya rusak besar adalah tsunami dan kebakaran hutan. Kejadian bencana alam tetap akan terus muncul mengikuti siklus alaminya yang saat ini cenderung makin sering terjadi. Mempertimbangkan kompleksitas wabah penyakit dan bencana alam, mitigasi berbasis multibencana dapat dipertimbangkan sebagai strategi utama dalam menekan risiko dan penanganannya. (LITBANG KOMPAS)

(7)

Rabu, 10 Februari 2021 Kompas Hal. 0

Perumahan tapak diprediksi tumbuh di tengah masa pandemi yang belum berakhir. Meski demikian, angka kekurangan rumah yang tinggi masih menjadi persoalan akibat ketersediaan rumah yang tidak sebanding dengan kebutuhan. Oleh BM LUKITA GRAHADYARINI JAKARTA, KOMPAS — Sektor properti diperkirakan masih menghadapi tekanan pada tahun ini sebagai dampak perlambatan ekonomi nasional akibat imbas pandemi Covid-19. Namun, perumahan tapak dan logistik yang mampu tumbuh pada tahun 2020 diproyeksikan bisa melaju tahun ini. Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim, Rabu (10/2/2021), mengatakan, subsektor properti yang paling menjanjikan pada masa pandemi adalah perumahan tapak dan logistik yang tahun lalu terbukti dapat bertahan dan tetap tumbuh. Pengembangan proyek rumah tapak berasal dari pengembang lokal dan asing. Sementara itu, penyerapan rumah tapak didominasi oleh pengguna (end user). JLL Indonesia memprediksi pasokan baru rumah tapak pada 2021 mencapai 35.000 unit, meningkat 118 persen dibandingkan dengan tahun 2020. Pada 2020, peluncuran produk rumah tapak di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi mencapai 16.000 unit, dengan tingkat penjualan sekitar 71 persen. Pasokan terbanyak terdapat di Tangerang (78 persen), diikuti Bekasi dan Bogor. ”Segmen rumah tapak yang terjual sepanjang tahun lalu didominasi harga Rp 600 juta-Rp 1,3 miliar per unit. Di tengah pembatasan sosial akibat pandemi, penggunaan media sosial dan pemasaran virtual menunjang pemasaran produk,” ujarnya. Menurut Yunus, tren pembangunan rumah tapak diprediksi berlanjut tahun ini dengan banyaknya proyek rumah baru di segmen menengah. Sebagian pengembang besar mengubah strategi dengan menggarap hunian tapak yang harganya lebih terjangkau untuk mendapat respons baik dari pasar. Hal ini juga ditopang dengan kerja sama usaha patungan antara pengembang lokal dan asing untuk proyek hunian tapak. ”Rumah tapak merupakan sektor yang kuat dalam menghadapi pandemi. Pasar perumahan tapak untuk end user masih stabil karena pembelian rumah bukan hanya untuk nilai tambah, tetapi untuk dihuni,” katanya. Sebaliknya, lanjut Yunus, permintaan untuk kondominium terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Penjualan yang melemah itu juga diiringi oleh rendahnya peluncuran proyek baru kondominium. Harga jual kondominium juga cenderung stagnan dalam lima tahun terakhir. Tahun 2020, pasokan kondominium tercatat 1.300 unit, dengan tingkat serapan hanya 9 persen. Tingkat suplai dan penjualan kondominium itu jauh di bawah rata-rata penjualan dalam kurun 10 tahun terakhir, yakni 11.300 unit per tahun. ”Peluncuran dan penjualan kondominium menunjukkan titik terendah pada tahun 2020. Ini karena pembeli masih cenderung hati-hati dalam berinvestasi melihat situasi pandemi saat ini,” ujarnya. Untuk tahun 2021, JLL Indonesia memprediksi pasokan kondominium baru masih akan terbatas. Hal ini karena pengembang masih fokus memasarkan produk yang sudah terbangun dan menjaga kontinuitas bisnis. Harga jual kondominium juga masih akan stagnan. ”Pengembang menawarkan cara bayar yang menarik dan fleksibel untuk mendongkrak penyerapan,” kata Yunus. Head of Advisory JLL Indonesia Vivin Harsanto mengemukakan, pemasaran kondominium yang masih menghadapi tantangan berat membuat sebagian pengembang beralih membangun rumah tapak untuk menopang bisnis. Tren rumah yang diminati konsumen saat ini adalah rumah dengan harga terjangkau, dibangun oleh pengembang besar, dan kedekatan dengan akses transportasi publik. ”Pembangunan rumah tapak saat ini menyasar kelas menengah dan milenial,” katanya. Kebutuhan rumah Saat membuka Musyawarah Nasional VI Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia, secara daring, Selasa (9/2/2021), Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan, rumah merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan masyarakat untuk melangsungkan kehidupan. Tingkat kekurangan rumah (backlog) masih tinggi seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat. Kebutuhan rumah berdasarkan kepemilikan mencapai 11,4 juta unit. Ketimpangan antara kebutuhan rumah dan pasokan menyebabkan tingkat kekurangan rumah terus bertambah setiap tahun. Diperlukan kerja sama dan koordinasi dari semua pihak yang menangani pemenuhan rumah ini, termasuk kerja sama pemerintah dengan pengembang perumahan dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat. ”Ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk segera mengatasinya (kekurangan rumah),” kata Wapres. Pada 2015, pemerintah telah mencanangkan program sejuta rumah sebagai salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap perumahan. Akan tetapi, akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020, program satu juta rumah tidak mencapai target, yaitu hanya sebesar 965.217 unit, dengan 80 persen di antaranya disalurkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. ”Meskipun demikian, capaian tersebut cukup bagus karena di tengah kondisi perekonomian yang sulit ini, (program sejuta rumah) terealisasi sekitar 96,5 persen dari target yang ditetapkan,” ujar Wapres Amin.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya penyediaan pembangkit listrik bersumber energi baru dan terbarukan jauh panggang dari api dengan masuknya gasifikasi batubara dalam RUU EBT.. Gasifikasi batubara bukanlah

Baca juga : Aneksasi Tepi Barat, Kesalahan Sejarah Akan tetapi, justru ketika semua mata dan hati masyarakat dunia mengarah pada bagaimana mengatasi pandemi Covid- 19, Netanyahu

Oleh DEONISIA ARLINTA JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan batas tertinggi untuk tarif pemeriksaan tes usap berbasis polimerase rantai ganda

Peraturan OJK (POJK) Republik Indonesia Nomor 11/Pojk.03/2020 itu menyatakan bahwa bank akan menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitor yang

Oleh karena itu, presidensi G-20 Indonesia ta- hun 2022 sangat penting untuk menyampaikan beberapa tin- dakan kebijakan terkoordinasi yang konkret, tidak hanya un- tuk

Kajian tim peneliti dengan penulis pertama S Widiantoro dari Global Geophysics Rese- arch Group ITB di jurnal Na- ture pada 2019 menyebutkan, ketinggian tsunami yang dia- kibatkan

(2020), dampak pandemi COVID-19 akan memperburuk ekonomi Indonesia, bahkan pertumbuhan ekonomi diprediksi bakal tumbuh hanya sebesar 2,5 persen bahkan bisa mencapai 0

“Sehingga secara teknikal Indonesia masuk dalam fase resesi ekonomi.” Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2020 sekitar