• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Agung Putra Wijaya S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Agung Putra Wijaya S"

Copied!
327
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STUDENT

TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN GAYA KOGNITIF

PESERTA DIDIK SMP DI KABUPATEN BLORA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Agung Putra Wijaya S851008003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

(2)

commit to user x DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

ABSTRAK ... xxiii

ABSTRACT ... xxv BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Masalah ...

B. Identifikasi Masalah ...

C. Pemilihan Masalah ...

D. Pembatasan Masalah ...

E. Rumusan Masalah ...

F. Tujuan Penelitian ...

G. Manfaat Penelitian ...

1 1 9 12 13 16 28 42

(3)

commit to user xi

BAB II LANDASAN TEORI ...

A. Tinjauan Pustaka ...

1. Prestasi Belajar Matematika ...

a. Hakekat Matematika ...

b. Belajar Matematika ...

c. Prestasi Belajar Matematika ...

2. Model Pembelajaran Kooperatif ...

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ...

b. Dasar-dasar Teori Model Pembelajaran Kooperatif ...

c. Unsur-unsur dalam Model Pembelajaran Kooperatif ....

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif ...

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ...

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ...

b. Sintaks Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ...

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ...

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...

44 44 44 44 46 49 52 52 55 57

59 61

61

62

68 69

69

(4)

commit to user xii

b. Sintaks Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...

5. Keingintahuan (Curiosity) ...

a. Pengertian Keingintahuan ...

b. Cara Mengukur Keingintahuan Peserta Didik ...

6. Gaya Kognitif (Cognitive Style) ...

a. Pengertian Gaya Kognitif ...

b. Penggolongan Gaya Kognitif ...

c. Cara Mengukur Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent ...

B. Penelitian yang Relevan ...

C. Kerangka Pikir ...

D. Hipotesis Penelitian ...

70

78 79 79 82 84 84 85

90 94 103 121 BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Tempat, Subjek, dan Waktu Penelitian ...

1. Tempat dan Subjek Penelitian ...

2. Waktu Penelitian ...

B. Jenis Penelitian ...

C. Rancangan Penelitian ...

D. Populasi, Sampel, dan Sampling ...

1. Populasi ...

135 135 135 135 136 137 139 139

(5)

commit to user xiii

2. Sampel ...

3. Sampling ...

E. Variabel Penelitian ...

1. Prestasi Belajar Matematika ...

2. Model Pembelajaran ...

3. Keingintahuan ...

4. Gaya Kognitif ...

F. Metode Pengumpulan Data ...

1. Metode Dokumentasi ...

2. Metode Angket ...

3. Metode Tes ...

G. Instrumen Pengumpulan Data dan Uji Coba ...

1. Tes ...

a. Tes Kemampuan Awal dan Tes Prestasi Belajar

Matematika ...

b. Tes Gaya Kognitif ...

2. Angket ...

H. Teknik Analisis Data ...

1. Uji Prasyarat ...

a. Uji Normalitas Populasi ...

b. Uji Homogenitas Variansi Populasi ...

2. Uji Keseimbangan ...

3. Uji Hipotesis ...

140 140 143 144 144 145 146 147 147 147 147 148 148

148 157 160 166 167 167 168 169 171

(6)

commit to user xiv

4. Uji Komparasi Ganda ... 180 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil Penelitian ...

1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ...

a. Instrumen Tes Kemampuan Awal Matematika ...

b. Instrumen Tes Gaya Kognitif ...

c. Instrumen Angket Keingintahuan ...

d. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika ...

2. Deskripsi Data Kemampuan Awal Matematika Peserta Didik ...

3. Hasil Uji Prasyarat untuk Uji Keseimbangan ...

a. Uji Normalitas Populasi ...

b. Uji Homogenitas Variansi Populasi ...

4. Hasil Uji Keseimbangan ...

5. Deskripsi Data Penelitian ...

6. Hasil Uji Prasyarat untuk Pengujian Hipotesis ...

a. Uji Normalitas Populasi ...

b. Uji Homogenitas Variansi Populasi ...

7. Hasil Pengujian Hipotesis ...

8. Hasil Uji Komparasi Ganda ...

B. Pembahasan ...

1. Hipotesis Pertama ...

2. Hipotesis Kedua ...

186 186 186 186 190 191 194

198 199 199 200 201 202 206 206 208 209 213 262 262 264

(7)

commit to user xv

3. Hipotesis Ketiga ...

4. Hipotesis Keempat ...

5. Hipotesis Kelima ...

6. Hipotesis Keenam ...

7. Hipotesis Ketujuh ...

C. Keterbatasan Penelitian ...

265 267 271 273 275 300 BAB V PENUTUP ...

A. Simpulan ...

B. Implikasi ...

1. Implikasi Teoritis ...

2. Impilkasi Praktis ...

C. Saran ...

1. Bagi Kepala Sekolah ...

2. Bagi Guru Matematika ...

3. Bagi Peserta Didik ...

4. Bagi Peneliti Lain ...

301 301 314 314 315 316 316 316 317 318 DAFTAR PUSTAKA ... 319 LAMPIRAN

(8)

commit to user xxiii ABSTRAK

Agung Putra Wijaya. S851008003. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Student Teams Achievement Divisions (STAD) Ditinjau dari Keingintahuan dan Gaya Kognitif Peserta Didik SMP di Kabupaten Blora. Pembimbing I: Dr.

Mardiyana, M.Si. Pembimbing II: Drs. Suyono, M.Si. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan Matematika. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD. (2) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah. (3) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent. (4) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan keingintahuan terhadap prestasi belajar matematika. (5) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika. (6) Apakah terdapat interaksi antara keingintahuan dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika. (7) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran, keingintahuan, dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2x3x2. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMP di Kabupaten Blora. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 168 peserta didik, dengan rincian 84 peserta didik pada kelas eksperimen satu dan 84 peserta didik pada kelas eksperimen dua. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes kemampuan awal matematika, angket keingintahuan, tes gaya kognitif (GEFT), dan tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen tes meliputi validitas isi, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Uji coba instrumen angket keingintahuan meliputi validitas isi, konsistensi internal, dan reliabilitas.

Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi populasi menggunakan metode Bartlett. Dengan α = 0,05, diperoleh simpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Uji keseimbangan terhadap data kemampuan awal matematika menggunakan uji-t diperoleh simpulan bahwa kedua kelas eksperimen mempunyai kemampuan awal matematika yang seimbang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh simpulan bahwa (1) Prestasi belajar matematika peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Prestasi belajar matematika

(9)

commit to user xxiv

peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang maupun rendah, dan prestasi belajar matematika peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah. (3) Prestasi belajar matematika peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent. (4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan keingintahuan terhadap prestasi belajar matematika. (5) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika. (6) Terdapat interaksi antara keingintahuan dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika. (7) Terdapat interaksi antara model pembelajaran, keingintahuan, dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika.

Kata kunci: NHT, STAD, Keingintahuan, Gaya Kognitif, Prestasi Belajar Matematika.

(10)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan setiap manusia karena dengan mengenyam pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Sebagai suatu proses yang dinamis, pendidikan senantiasa menuntut adanya suatu perubahan dan perbaikan secara terus-menerus dan berkelanjutan untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan cerdas. Tuntutan mendasar yang dialami dunia pendidikan saat ini adalah peningkatan mutu pembelajaran.

Upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran diharapkan dilakukan pada setiap mata pelajaran, termasuk mata pelajaran matematika. Sebagai salah satu mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, matematika perlu dipahami dengan baik oleh setiap peserta didik. Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang konsepnya tersusun secara hierarkis, dari yang mudah atau sederhana meningkat ke yang sulit atau rumit. Dengan demikian, jika peserta didik belum menguasai konsep-konsep yang mendasar, maka akan mengalami kesulitan dalam menguasai konsep-konsep yang lebih lanjut. Hal tersebutlah yang banyak dirasakan oleh peserta didik sehingga memunculkan anggapan bahwa matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sulit. Sebagai akibatnya, peserta didik cenderung menunjukkan minat belajar dan motivasi berprestasi yang rendah terhadap matematika. Padahal matematika seharusnya

(11)

commit to user

menjadi mata pelajaran yang menantang sehingga mampu memunculkan minat belajar dan keingintahuan yang besar dari dalam diri peserta didik. Kondisi ini memberikan kesan bahwa kualitas pembelajaran matematika di Indonesia saat ini masih jauh dari harapan.

Rendahnya kualitas pembelajaran matematika di Indonesia berdampak pada belum adanya peningkatan prestasi yang signifikan yang diraih oleh Indonesia pada ajang-ajang matematika Internasional. Berdasarkan prestasi yang diraih pada International Mathematics Olympiads (IMO), peserta didik Indonesia hanya menempati peringkat 36 dari 91 peserta pada tahun 2005, peringkat 35 dari 90 peserta pada tahun 2006, peringkat 25 dari 93 peserta pada tahun 2007, peringkat 31 dari 95 peserta pada tahun 2008, peringkat 28 dari 104 peserta pada tahun 2009, peringkat 36 dari 95 peserta pada tahun 2010, dan peringkat 23 dari 100 peserta pada tahun 2011 (www.imo-official.org/results.aspx). Berdasarkan data hasil penelitian tim Programme of International Student Assessment (PISA) tahun 2009, peserta didik Indonesia menempati peringkat 61 dari 65 negara. Selain itu, data Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007 menunjukkan bahwa kemampuan matematika peserta didik Indonesia (dengan rerata 397) menempati peringkat 36 dari 48 negara yang disurvei. Rerata nilai kemampuan matematika peserta didik Indonesia tersebut jauh di bawah rerata nilai kemampuan matematika peserta didik Malaysia (dengan rerata 474) dan Singapura (dengan rerata 593).

Berdasarkan pada data TIMSS tahun 2007 tersebut, skala matematika TIMSS-Benchmark Internasional menempatkan kemampuan matematika peserta

(12)

didik Indonesia berada pada skala rendah (peringkat bawah), Malaysia berada pada skala antara menengah dan tinggi (peringkat tengah), dan Singapura berada pada skala lanjut (peringkat atas) (Fadjar Shadiq, 2007: 1-2). Apabila berdasar pada data tersebut, kemampuan matematika peserta didik Indonesia lebih rendah dibandingkan kemampuan matematika peserta didik negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

Rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik Indonesia tersebut tidak sebanding dengan jumlah jam pelajaran matematika yang diterimanya.

Menurut Fadjar Shadiq (2007: 2), jumlah jam pelajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, peserta didik kelas VIII SMP di Indonesia memperoleh 169 jam pelajaran matematika. Sementara itu, peserta didik Malaysia dan Singapura berturut-turut hanya memperoleh 120 dan 112 jam pelajaran matematika dalam satu tahun.

Kenyataan di lapangan, prestasi belajar matematika peserta didik Indonesia berada jauh di bawah kedua negara tersebut. Menanggapi kenyataan tersebut, pemerintah Indonesia berusaha menyusun paradigma baru pendidikan di Indonesia.

Sejalan dengan paradigma baru pendidikan di Indonesia yang lebih menekankan pada peserta didik sebagai individu yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang, pemerintah mendorong pelaksanaan pembelajaran matematika yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Teori belajar konstruktivisme merupakan suatu pandangan bahwa dalam belajar, setiap peserta didik dituntut secara aktif untuk mengkonstruksi sendiri pemahamannya berdasarkan pada pengalaman-

(13)

commit to user

pengalaman belajar yang telah dimiliki. Melalui teori belajar konstruktivisme ini, proses pembelajaran akan berpusat pada peserta didik dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang akan membantu peserta didik dalam mengkonstruksi pemahamannya sehingga mampu memecahkan suatu permasalahan.

Secara implisit, peluncuran kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 telah menuntut pelaksanaan pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia mengharapkan terjadinya inovasi pembelajaran oleh guru di dalam kelas. Inovasi pembelajaran tersebut diharapkan mampu memberikan tantangan belajar sesuai kemampuan peserta didik dengan memperhatikan perbedaan individual peserta didik.

Pelaksanaan inovasi pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Hanya saja, pelaksanaan inovasi pembelajaran tersebut terganjal dengan masih lemahnya pemahaman guru terhadap penerapan model-model pembelajaran kooperatif. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran, guru jarang menerapkan model pembelajaran kooperatif. Dengan demikian, perlu dilakukan sosialisasi tentang penerapan model-model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk menambah pemahaman guru tentang penerapan model-model pembelajaran kooperatif sehingga mampu menyusun rancangan model pembelajaran kooperatif yang efektif untuk diterapkan pada mata pelajaran dan kelas tertentu.

Belum optimalnya pelaksanaan inovasi pada pembelajaran matematika diduga berdampak pada rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik.

(14)

Masalah tersebut ditemukan di SMP yang ada di Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat ditunjukkan dari data prestasi belajar matematika peserta didik di 76 SMP yang ada di Kabupaten Blora pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010, seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.1. Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik SMP pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010

Tingkat Komponen

Kabupaten Blora

Propinsi Jawa

Tengah Nasional

Rerata 6,53 6,70 7,29

Nilai tertinggi 10,00 10,00 10,00

Nilai terendah 1,50 0,50 0,25

Standar deviasi 1,48 1,71 1,60

(Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan)

Berdasarkan laporan hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010 tersebut, rerata prestasi belajar matematika peserta didik SMP di Kabupaten Blora lebih rendah dibandingkan rerata prestasi belajar matematika peserta didik SMP di tingkat Propinsi Jawa Tengah maupun nasional. Fakta lain menyatakan bahwa dari 10.006 peserta ujian nasional SMP di Kabupaten Blora pada tahun pelajaran 2009/2010, terdapat 3.779 peserta didik (sekitar 37,77%) yang memperoleh nilai matematika di bawah rerata. Selain itu, mata pelajaran matematika bagi peserta didik SMP di Kabupaten Blora ini merupakan mata pelajaran penyumbang angka ketidaklulusan terbesar kedua setelah mata pelajaran bahasa inggris. Data hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010 tersebut menunjukkan bahwa penguasaan konsep matematika peserta didik SMP di Kabupaten Blora masih rendah.

(15)

commit to user

Berdasarkan informasi dari beberapa guru matematika SMP di Kabupaten Blora, sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami konsep persamaan garis lurus. Pada umumnya, prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan garis lurus cenderung kurang memuaskan.

Informasi tersebut dipertegas oleh hasil analisis daya serap peserta didik SMP di Kabupaten Blora pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010. Hasil analisis daya serap terhadap tiga kemampuan yang berkaitan dengan materi pokok persamaan garis lurus yang diujikan pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa penguasaan konsep persamaan garis lurus oleh peserta didik SMP di Kabupaten Blora masih rendah.

Rendahnya penguasaan konsep peserta didik SMP di Kabupaten Blora terhadap tiga kemampuan yang berkaitan dengan materi pokok persamaan garis lurus yang diujikan pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.2. Penguasaan Konsep Peserta Didik SMP di Kabupaten Blora terhadap Tiga Kemampuan yang Berkaitan dengan Materi Pokok Persamaan Garis Lurus yang Diujikan pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010

No.

Soal Kemampuan yang Diuji

Persentase Penguasaan Konsep (dalam %) Tingkat

Rayon

Tingkat Propinsi

Tingkat Nasional 15. Menentukan gradien garis lurus

dengan persamaan ax + by + c = 0 (a, b, c bilangan bulat selain satu).

55, 38 60,74 73,62 16. Menentukan persamaan garis pada

sebuah grafik. 37,77 49,88 65,38

17. Menentukan grafik dari persamaan

suatu garis. 32,04 40,81 67,53

(Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan)

(16)

Berdasarkan pada data analisis daya serap tersebut, persentase penguasaan konsep peserta didik SMP di Kabupaten Blora terhadap materi pokok persamaan garis lurus jauh lebih rendah dibandingkan persentase penguasaan konsep peserta didik SMP di tingkat Propinsi Jawa Tengah maupun nasional. Dengan demikian, sebagian besar peserta didik SMP di Kabupaten Blora mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep persamaan garis lurus.

Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta didik SMP di Kabupaten Blora dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan konsep persamaan garis lurus dimungkinkan karena konsep-konsep tentang materi pokok tersebut belum benar-benar dikuasai oleh peserta didik. Sebagian besar peserta didik SMP di Kabupaten Blora mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan konsep persamaan garis lurus apabila persamaan tersebut memiliki koefisien dalam bentuk pecahan. Kesulitan-kesulitan tersebut hanya diselesaikan sendiri dengan kemampuan yang terbatas tanpa dikomunikasikan dengan peserta didik lain atau guru matematika yang mengajar.

Selain itu, sebagian besar guru matematika masih menerapkan model pembelajaran konvensional, yaitu dengan menginformasikan algoritma aritmatika dan rumus matematika kepada peserta didik, dilatihkan melalui latihan soal, dan diakhiri dengan memberikan tugas rumah. Secara garis besar, selama kegiatan pembelajaran guru aktif menyampaikan informasi di depan kelas, sedangkan peserta didik hanya menyimak, mencatat, dan mengerjakan latihan soal. Hal ini membuat peserta didik cenderung pasif dan hanya menerima penjelasan dari guru.

(17)

commit to user

Kondisi ini menyebabkan tujuan pembelajaran cenderung tidak tercapai secara optimal.

Agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal, seorang guru harus cermat dalam memilih suatu model pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Hal ini disebabkan karena setiap model pembelajaran mempunyai spesifikasi tersendiri. Artinya, suatu model pembelajaran tertentu mungkin cocok untuk diterapkan pada suatu karakteristik kelas tertentu, namun belum tentu cocok untuk diterapkan pada karakteristik kelas yang lain. Di antara banyak model pembelajaran, salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran kelompok yang menghendaki adanya kerja sama antar anggota kelompok dalam memahami suatu konsep. Melalui model pembelajaran kooperatif, peserta didik secara aktif mengkonstruksi pemahamannya secara berkelompok. Peserta didik secara kooperatif mengkonsultasikan kesulitan yang dialaminya kepada peserta didik lain sehingga melalui model pembelajaran kooperatif sangat dimungkinkan bagi peserta didik untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami.

Rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik dimungkinkan tidak hanya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas.

Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar matematika yang juga perlu mendapat perhatian dari guru. Faktor-faktor tersebut antara lain keingintahuan dan gaya kognitif peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai kategori keingintahuan dan karakteristik gaya kognitif yang berbeda-beda. Dalam

(18)

commit to user

mempelajari matematika pun demikan, setiap peserta didik memiliki kategori keingintahuan yang berbeda-beda terhadap suatu konsep matematika. Ada peserta didik yang sangat antusias ingin mengetahui dan memahami suatu konsep matematika, namun ada pula peserta didik yang menganggap bahwa suatu konsep matematika itu tidak penting. Begitu juga untuk gaya kognitif, ada peserta didik yang terampil dalam menguraikan suatu hal-hal yang kompleks dan ada pula peserta didik yang lebih tertarik terhadap mata pelajaran sosial dibandingkan mata pelajaran matematika.

Dengan mengetahui perbedaan kategori keingintahuan dan karakteristik gaya kognitif setiap peserta didik, diharapkan membantu para guru dalam membimbing peserta didik untuk mengkonstruksi pemahamannya terhadap matematika. Perbedaan kategori keingintahuan dan gaya kognitif setiap peserta didik ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih suatu model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dan efektif dalam meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, teridentifikasi masalah-masalah penelitian sebagai berikut.

1. Secara umum, pelaksanaan inovasi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran matematika di SMP yang ada di Kabupaten Blora masih terganjal. Kondisi ini disebabkan oleh lemahnya pemahaman guru tentang penerapan model-model pembelajaran kooperatif. Ada kemungkinan

(19)

commit to user

optimalnya pelaksanaan inovasi pembelajaran tersebut. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti apakah jika pemahaman guru matematika SMP di Kabupaten Blora tentang penerapan model-model pembelajaran kooperatif ditingkatkan, maka prestasi belajar matematika peserta didik akan lebih baik.

2. Melalui penerapan model pembelajaran konvensional di dalam kelas, pembelajaran matematika di SMP yang ada di Kabupaten Blora cenderung terpusat pada guru. Ada kemungkinan penyebab rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik disebabkan oleh model pembelajaran yang diterapkan guru. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti apakah jika model pembelajaran matematika yang diterapkan oleh guru diubah, maka prestasi belajar matematika peserta didik menjadi lebih baik.

3. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta didik SMP di Kabupaten Blora dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan konsep persamaan garis lurus dimungkinkan karena kesulitan-kesulitan tersebut hanya diselesaikan sendiri dengan kemampuan yang terbatas tanpa dikomunikasikan dengan peserta didik lain atau guru matematika yang mengajar. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik pada meteri pokok persamaan garis lurus disebabkan karena selama pembelajaran berlangsung, belum pernah ada penyelesaian masalah secara kooperatif oleh peserta didik. Untuk itu, perlu dilakukan inovasi pada pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti model pembelajaran kooperatif manakah yang efektif diterapkan untuk mengoptimalkan prestasi belajar matematika peserta

(20)

didik pada materi pokok persamaan garis lurus.

4. Rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik SMP di Kabupaten Blora dimungkinkan tidak hanya disebabkan oleh model pembelajaran, tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor lain. Mengingat setiap peserta didik mempunyai karakteristik keingintahuan dan gaya kognitif yang berbeda-beda, dimungkinkan bahwa perbedaan prestasi belajar matematika peserta didik disebabkan oleh perbedaan karakteristik tersebut. Terkait hal ini, dapat diteliti apakah benar bahwa (a) masing-masing kategori keingintahuan memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda, (b) masing-masing kategori gaya kognitif memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda, dan (c) masing-masing kategori keingintahuan dan gaya kognitif memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda.

5. Adanya perbedaan karakteristik peserta didik dimungkinkan mempengaruhi efektivitas penerapan suatu model pembelajaran tertentu. Suatu model pembelajaran tertentu mungkin cocok bagi peserta didik dengan karakteristik tertentu, tetapi tidak cocok bagi peserta didik dengan karakteristik lain. Dengan kata lain, suatu model pembelajaran mungkin cocok untuk peserta didik yang memiliki tingkat keingintahuan tertentu, tetapi tidak cocok untuk peserta didik yang memiliki tingkat keingintahuan yang lain. Demikian juga, suatu model pembelajaran mungkin cocok untuk peserta didik yang memiliki gaya kognitif tertentu, tetapi tidak cocok untuk peserta didik yang memiliki gaya kognitif yang lain. Terkait hal ini, perlu diteliti apakah efektivitas penerapan suatu model pembelajaran tertentu bergantung pada (a) masing-masing kategori

(21)

commit to user

keingintahuan, (b) masing-masing kategori gaya kognitif, dan (c) masing- masing kategori keingintahuan dan gaya kognitif.

C. Pemilihan Masalah

Oleh karena adanya keterbatasan kemampuan, peneliti tidak meneliti semua masalah yang telah teridentifikasi. Peneliti melakukan penelitian terkait dengan masalah ketiga, yakni membandingkan prestasi belajar matematika peserta didik yang dikenai dua model pembelajaran kooperatif yang berbeda. Alasan dipilihnya masalah ketiga ini adalah karena perlu dilakukannya inovasi pada pembelajaran matematika dengan menerapkan suatu model pembelajaran inovatif yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme dan menggantikan penerapan model pembelajaran konvensional. Inovasi pembelajaran tersebut dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Selain itu, peneliti juga meneliti masalah keempat, yaitu membandingkan prestasi belajar matematika peserta didik berturut-turut pada masing-masing kategori keingintahuan, gaya kognitif, dan secara bersamaan antara keingintahuan dan gaya kognitif peserta didik. Kemudian, peneliti juga meneliti masalah kelima, yaitu membandingkan efektivitas penerapan dua model pembelajaran berturut- turut pada masing-masing kategori keingintahuan, gaya kognitif, dan secara bersamaan antara keingintahuan dan gaya kognitif peserta didik.

Alasan dipilihnya masalah keempat dan kelima ini adalah karena proses belajar diawali dengan keingintahuan, yakni bagaimana keinginan peserta didik untuk mengetahui sejumlah informasi, dan setelah memperoleh sejumlah informasi, bagaimana cara peserta didik dalam memersepsikan dan meng-

(22)

commit to user

organisasikan informasi tersebut (terkait dengan cara merasakan, mengingat, memikirkan, memecahkan masalah, dan membuat kesimpulan) yang dikenal dengan gaya kognitif. Dengan mengetahui model pembelajaran matematika yang efektif untuk masing-masing kategori keingintahuan dan gaya kognitif diharapkan mampu mengoptimalkan prestasi belajar matematika peserta didik.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemilihan masalah di atas, terdapat tujuh hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, antara lain: (1) apakah penerapan dua model pembelajaran kooperatif yang berbeda memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda, (2) apakah masing-masing kategori keingintahuan memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda, (3) apakah masing-masing kategori gaya kognitif memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda, (4) apakah masing-masing kategori keingintahuan dan gaya kognitif memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda, (5) apakah efektivitas suatu model pembelajaran kooperatif tertentu bergantung pada masing-masing kategori keingintahuan, (6) apakah efektivitas suatu model pembelajaran kooperatif tertentu bergantung pada masing-masing kategori gaya kognitif, dan (7) apakah efektivitas suatu model pembelajaran kooperatif tertentu bergantung pada masing- masing kategori keingintahuan dan gaya kognitif.

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan benar dan terarah, dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut.

1. Terdapat dua model pembelajaran kooperatif yang dibandingkan pengaruhnya

(23)

commit to user

kooperatif tipe NHT dan STAD yang bertolak pada kemampuan awal matematika peserta didik yang seimbang.

Alasan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD dalam penelitian ini adalah karena kedua model pembelajaran ini menekankan pada interaksi antar peserta didik sehingga menuntut keaktifan peserta didik dalam mengkonstruksi pemahaman terhadap suatu konsep matematika melalui diskusi kelompok. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD ini diharapkan mampu mengoptimalkan prestasi belajar matematika peserta didik.

Selain itu, beberapa penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD lebih efektif dibandingkan penerapan model pembelajaran konvensional yang selama ini masih banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran matematika.

Terkait dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Robertus Margana (2009) menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika peserta didik yang dikenai model pembelajaran konvensional.

Terkait dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Adi Waluyo (2010) menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan prestasi belajar

(24)

matematika peserta didik yang dikenai model pembelajaran langsung.

2. Karakteristik yang diteliti pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika peserta didik adalah keingintahuan dan gaya kognitif. Dalam penelitian ini, keingintahuan digolongkan ke dalam 3 kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Sementara itu, gaya kognitif digolongkan ke dalam 2 kategori, yaitu gaya kognitif field dependent dan field independent.

Alasan ditelitinya karakteristik ini adalah karena setiap proses belajar diawali dengan keingintahuan, yakni bagaimana keinginan peserta didik untuk mengetahui sejumlah informasi, dan setelah memperoleh sejumlah informasi, bagaimana cara peserta didik dalam memersepsikan dan mengorganisasikan informasi tersebut (terkait dengan cara merasakan, mengingat, memikirkan, memecahkan masalah, dan membuat kesimpulan). Dengan mengetahui model pembelajaran matematika yang efektif untuk masing-masing kategori keingintahuan dan gaya kognitif diharapkan mampu mengoptimalkan prestasi belajar matematika peserta didik.

3. Penelitian ini dilakukan pada peserta didik SMP di Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah.

Alasan dilakukannya penelitian pada peserta didik SMP di Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah ini adalah karena masih rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik SMP di Kabupaten Blora pada Ujian Nasional SMP tahun pelajaran 2009/2010. Pada Ujian Nasional SMP tahun pelajaran 2009/2010, rerata prestasi belajar matematika peserta didik SMP di Kabupaten

(25)

commit to user

Blora lebih rendah dibandingkan rerata prestasi belajar matematika peserta didik SMP di Propinsi Jawa Tengah maupun nasional.

4. Prestasi belajar matematika peserta didik yang dimaksud adalah prestasi belajar yang diperoleh peserta didik kelas VIII semester ganjil SMP di Kabupaten Blora tahun pelajaran 2011/2012 pada materi pokok persamaan garis lurus dengan kompetensi dasar menentukan gradien, persamaan, dan menggambar garis lurus.

Alasan dilakukannya penelitian pada peserta didik kelas VIII semester ganjil SMP di Kabupaten Blora tahun pelajaran 2011/2012 pada materi pokok persamaan garis lurus adalah karena hasil analisis daya serap terhadap prestasi pada Ujian Nasional SMP tahun pelajaran 2009/2010 menunjukkan persentase penguasaan konsep peserta didik SMP di Kabupaten Blora terhadap kemampuan yang berkaitan dengan materi pokok persamaan garis lurus tergolong rendah.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut.

1. Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah?

3. Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

(26)

4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan keingintahuan terhadap prestasi belajar matematika?

a. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah?

b. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah?

c. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

d. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

e. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

5. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika?

a. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

(27)

commit to user

b. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

c. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

d. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

6. Apakah terdapat interaksi antara keingintahuan dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika?

a. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

b. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

c. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

d. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik

(28)

yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah?

e. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah?

7. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran, keingintahuan, dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika?

a. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field independent?

b. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field independent?

c. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field dependent?

d. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik,

(29)

commit to user

peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field dependent?

e. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field independent?

f. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field dependent?

g. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field independent?

h. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field independent?

(30)

i. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field dependent?

j. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field dependent?

k. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field independent?

l. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field dependent?

m. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya

(31)

commit to user

kognitif field dependent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field independent?

n. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field independent?

o. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field independent?

p. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya kognitif field independent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field dependent?

q. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya kognitif field independent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field

(32)

dependent?

r. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya kognitif field independent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field dependent?

s. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan tinggi atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan sedang?

t. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan tinggi atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan rendah?

u. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan sedang atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan tinggi?

v. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent, manakah

(33)

commit to user

yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan sedang atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan rendah?

w. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan rendah atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan tinggi?

x. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan rendah atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan sedang?

y. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan tinggi atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan sedang?

z. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan tinggi atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran

(34)

kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan rendah?

aa. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan sedang atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan tinggi?

bb. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan sedang atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan rendah?

cc. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan rendah atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan tinggi?

dd. Pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan rendah atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan sedang?

ee. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan tinggi, manakah yang mempunyai prestasi

(35)

commit to user

belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

ff. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan sedang, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

gg. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keingintahuan rendah, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

hh. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan tinggi, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

ii. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan sedang, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

jj. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki keingintahuan rendah, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent?

kk. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(36)

dan memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah?

ll. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah?

mm. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah?

nn. Pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah?

oo. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

pp. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

(37)

commit to user

qq. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

rr. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

ss. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

tt. Pada peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD.

2. Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang

(38)

lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah.

3. Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan keingintahuan terhadap prestasi belajar matematika.

a. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah.

b. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah.

c. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD.

d. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD.

(39)

commit to user

e. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD.

5. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika.

a. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent.

b. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent atau field independent.

c. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD.

d. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD.

6. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara keingintahuan dan gaya

(40)

kognitif terhadap prestasi belajar matematika.

a. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent atau field dependent.

b. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent atau field dependent.

c. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent atau field dependent.

d. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field dependent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah.

e. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki gaya kognitif field independent, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, sedang, atau rendah.

7. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran, keingintahuan dan, gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika.

(41)

commit to user

a. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field independent.

b. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field independent.

c. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field dependent.

d. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field dependent.

e. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya

(42)

kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field independent.

f. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field dependent.

g. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field independent.

h. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field independent.

i. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field dependent.

j. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran

(43)

commit to user

kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field dependent.

k. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field independent.

l. Untuk mengetahui pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang dan gaya kognitif field independent atau peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah dan gaya kognitif field dependent.

m. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field independent.

n. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan

(44)

memiliki gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field independent.

o. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya kognitif field dependent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field independent.

p. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan tinggi, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya kognitif field independent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field dependent.

q. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan sedang, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki gaya kognitif field independent atau peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memiliki gaya kognitif field dependent.

r. Untuk mengetahui pada peserta didik yang memiliki keingintahuan rendah, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik,

Gambar

Tabel 1.1.    Prestasi  Belajar Matematika  Peserta  Didik SMP  pada Ujian Nasional  Tahun Pelajaran 2009/2010                       Tingkat  Komponen  Kabupaten Blora  Propinsi Jawa Tengah  Nasional  Rerata  6,53  6,70  7,29  Nilai tertinggi  10,00  10,00
Tabel 1.2.  Penguasaan Konsep Peserta Didik SMP di Kabupaten Blora terhadap  Tiga  Kemampuan  yang  Berkaitan  dengan  Materi  Pokok  Persamaan  Garis  Lurus  yang  Diujikan  pada  Ujian  Nasional  Tahun  Pelajaran  2009/2010
Tabel 2.1. Sintaks Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Tabel 2.2. Kriteria Penentuan Nilai Peningkatan Hasil Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan ini terintegrasi dengan alam, sehingga memberikan kesan yang berbeda dari bangunan fasilitas olah raga pada umumnya yang hanya berada pada sebuah mall

Syahdan kepada masa itu juga maka Yang Dipertuan Selangor Sultan Ibrahim dengan Paduka Adinda Raja Muda Selangor keluar dari Selangor ke Malaka serta datuk penggawa yang di

[r]

Dimensi dan jenis fondasi harus didesain sedemikian rupa sehingga memiliki kapasitas menahan beban sendiri, beban hidup dan beban angin yang bekerja pada bagian atas struktur

LAN - Local Area Network a group of computers connected within a building or a campus (Example of LAN may consist of computers located on a single floor or a building or it

Hasil belajar mengalami kenaikan pada semua kelompok setelah intervensi dan kenaikan terbesar terjadi pada kelompok anemia yang diberikan beras fortifikasi..

Syarat agar suatu rangka batang bersifat statis tertentu adalah bahwa jumlah gaya yang tidak diketahui sekurang-kurangnya tiga dan jumlah batang di dalam rangka batang tersebut

2.923.043,- (74,65 %) dari total pendapatan petani di Kabupaten Manggarai Timur pada tahun 2008; 2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan petani dari usaha