• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI"

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE

TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN

AKUNTANSI

Studi Kasus Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Aji Perdana Putra

NIM. 091334086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan sepenuh hati kupersembahkan skripsiku ini dalam rasa syukur yang

terdalam kepada Allah SWT yang mencintaiku tanpa batas dan selalu setia

mendampingi setiap langkah hidupku melalui:

Kedua orang tuaku yakni Alm. Tarcicius Aswuryanto dan Ibu Ninik

Lestari yang senantiasa memberi dukungan tiada batasnya untuk

menuntun perjalanan hidupku sampai saat ini dengan penuh kasih

sayang dan cinta kasihnya kepada saya

Kedua saudara kandung saya (Putra Ekarianto, Anang Perdana Putra)

(5)

v

MOTTO

Teruslah gapai cita-cita setinggi langit karena hari ini merupakan awal dari

perjalanan hidup yang sesungguhnya dan orang yang mau meraih kesuksesan

adalah orang yang mau berusaha dan yakin bahwa dia bisa melakukannya

(Ajimon)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini yang telah saya tulis ini

tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Agustus 2013

Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Aji Perdana Putra

NIM : 091334086

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Beserta perangkat yang diperlukan (apabila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 23 Agustus 2013

Yang menyatakan

Aji Perdana Putra

(8)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Aji Perdana Putra Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi melalui penerapan model pembelajaran

cooperative tipe STAD; (2) peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe STAD

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Jumlah subyek penelitian adalah 25 siswa. Metode pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner. Penelitian ini dilakukan dalam satu siklus. Tahapan penelitian tindakan kelas meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(9)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE TO IMPROVE STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT AND LEARNING

MOTIVATION IN ACCOUNTING COURSE

A Case Study of the Eleventh Grade Students of Group 3 of Social Science Department, Pangudi Luhur Yogyakarta Senior High School

Aji Perdana Putra Sanata Dharma University

2013

This research aims to find out: (1) the improvement of students’ learning

achievement in accounting course by implementating a cooperative teaching

learning model STAD type; (2) the improvement of students’ learning motivation

in accounting course by implementating a cooperative learning model STAD type. This research was conducted in the eleventh grade students of group 3 of social science department Pangudi Luhur Yogyakarta Senior High School. The participants of this research were 25 students. Data analysis methods were observation, interview, and questionnaire. This research was conducted in one cycle. The phase of learning model STAD type were planning, implementation, observation, and reflection. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

The result shows that: (1) there is an improvement in students’ learning

achievement in accounting course by implementating a cooperative learning

model STAD type (the mean of student’s learning achievement before the research is 25,18 and mean of students’ learning achievement after the research is

68,88); (2) there is an improvement of students’ learning motivation in accounting course by implementating a cooperative learning model STAD type (the mean of

student’s motivation before the research is 51,88 and mean of students’

motivation after the research is 55,08).

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,

dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) untuk Meningkatkan Prestasi Dan Motivasi Belajar Siswa Dalam

Mata Pelajaran Akuntansi”. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI IPS 3 SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta yang diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, support, dan arahan dari

berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu melalui

kesempatan ini penulis ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan

(11)

xi

5. Staf pengajar dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah

memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

6. Bapak Andreas Mujiyono, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta, terima kasih telah memberikan ijin untuk melaksanakan

penelitian tindakan kelas (PTK) dan terima kasih atas bantuan, kritik dan

saran selama melaksanakan penelitian.

7. Guru mitra pelajaran akuntansi di kelas XI IPS 3 SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta, yang telah membantu penelitian tindakan kelas (PTK).

8. Siswa-siswa kelas XI IPS 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta selaku subjek

dalam penelitian ini.

9. Kedua orang tua ku : Alm. Bapak Tarcicius Aswuryanto dan Ibu Ninik

Lestari yang selalu mengasihi, memberikan kepercayaan, dukungan,

perhatian, bimbingan, kekuatan, cinta kasih dan doa restu hingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakak dan kembaranku: Putra Ekarianto dan Anang Perdana Putra terima

kasih atas support yang telah diberikan.

11. Yoga, Fathur, Betu, Dewi, Robert, Bakabone, Anang, Ami, Siska, dan lainnya

yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu, terima kasih atas bantuan, semangat,

dukungan, pengalaman, tawa canda, dan segalanya.

12. Seluruh mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 yang juga telah memberi kritik

dan saran, masukan serta dukungannya.

13. Teman-temanku yang telah membantu penelitian, Mega, Ninda, Ami, Anang

(12)

xii

14. Bagi semua pihak yang telah membantu dan terkait dalam kehidupanku yang

tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih dan semoga Allah

memberkati.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena masih banyak

kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 23 Agustus 2013

Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penulisan ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Tindakan Kelas ... 7

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 14

C. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 23

(14)

xiv

D. Prestasi Belajar ... 28

E. Motivasi Belajar ... 33

F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

G. Kerangka Teoritik ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 41

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

D. Variabel Penelitan dan Pengukuran ... 42

E. Prosedur Penelitian ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data ... 53

H. Uji Kuesioner ... 58

I. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A.Visi Misi dan Tujuan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ... 64

B.Sistem Pendidikan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ... 65

C.Kurikulum SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ... 67

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Penelitian ... 69

1. Observasi Pra Penelitian ... 69

2. Pelaksanaan Tindakan ... 79

a. Perencanaan ... 80

b. Tindakan ... 83

c. Observasi ... 83

(15)

xv

B.Analisis Komparasi Prestasi Belajar Siswa dan Motivasi

Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model

Pembelajaran Cooperative Tipe Student Teams Achievement

Division(STAD) Dalam Mata Pelajaran Akuntansi ... 91

1. Prestasi belajar siswa ... 92

2. Motivasi belajar siswa ... 94

C.Pembahasan... 97

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A.Kesimpulan ... 99

B.Keterbatasan Penelitian ... 100

C.Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Pembagian Kelompok ... 26

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test ... 43

Tabel 3.2 Skor Variabel Motivasi ... 44

Tabel 3.3 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP II) ... 44

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi... 56

Tabel 3.5 Pemberian Skor Pada Kuesioner ... 57

Tabel 3.6 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP II) ... 57

Tabel 3.7 Rangkuman Pengujian Validitas Motivasi Belajar ... 59

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 60

Tabel 3.9 Penilaian Acuan Patokan PAP Tipe II Untuk Motivasi Belajar ... 61

Tabel 3.10 Peningkatan Nilai Pre Test Dan Post Test ... 62

Tabel 3.11 Data Skor Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Dan Sesudah Pelaksanaan PTK ... 63

Tabel 3.12 Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Tipe Student Teams Achievement Division ... 63

Tabel 5.1 Observasi Guru Pada Pra Penelitian ... 70

Tabel 5.2 Observasi Siswa Pada Pra Penelitian ... 73

Tabel 5.3 Observasi Kelas Pada Pra Penelitian ... 75

Tabel 5.4 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran ... 84

Tabel 5.5 Aktivitas Siswa Saat Proses Pembelajaran Dalam Kelompok ... 86

Tabel 5.6 Aktivitas Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 86

Tabel 5.7 Instrumen Refleksi Kesan Guru Mitra Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 88

Tabel 5.8 Instrumen Refleksi Kesan Siswa Terhadap Perangkat Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 90

(17)

xvii

Tabel 5.10 Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa Sebelum Dan

Sesudah PTK ... 94

Tabel 5.11 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan

Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Tipe Student Teams

Achievement Division ... 95

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 104

Lampiran 2 Surat Keterangan Sesudah Penelitian ... 105

Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Guru... 106

Lampiran 4 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 107

Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Kelas ... 108

Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 109

Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Saat Proses Pembelajaran Dalam Kelompok ... 112

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 113

Lampiran 9 Instrumen Refleksi Kesan Guru Mitra Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 116

Lampiran 10 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 118

Lampiran 11 Pedoman Wawancara Kepada Guru... 120

Lampiran 12 Wawancara Terhadap Siswa ... 122

Lampiran 13 Kuesioner Motivasi Belajar (sebelum tindakan) ... 123

Lampiran 14 Kuesioner Motivasi Belajar (sesudah tindakan) ... 127

Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 132

Lampiran 16 Soal Pre Test ... 137

Lampiran 17 Soal Diskusi ... 140

Lampiran 18 Soal Post Test... 143

Lampiran 19 Materi Pembelajaran ... 146

Lampiran 20 Lembar Kerja Siswa ... 149

Lampiran 21 Daftar Nilai Siswa Untuk Pembagian Kelompok ... 152

Lampiran 22 Pembagian Kelompok Kelas XI IPS 3 ... 153

Lampiran 23 Lembar Skor Tim ... 154

Lampiran 24 Ketentuan Pembelajaran ... 155

(20)

xx

Lampiran 25 Penghargaan Kelompok ... 159

Lampiran 26 Hadiah ... 161

Lampiran 27 Daftar Data Tabulasi ... 162

Lampiran 28 Hasil Pre Test... 171

Lampiran 29 Hasil Post Test ... 176

Lampiran 30 Refleksi Siswa... 181

Lampiran 31 Keabsahan Pembagian Kelompok ... 186

Lampiran 32 Keabsahan Nilai Pre test dan Post test ... 187

Lampiran 1a Lembar Observasi Kegiatan Guru... 188

Lampiran 2a Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 190

Lampiran 3a Lembar Observasi Kegiatan Kelas ... 192

Lampiran 1b Lembar Observasi Kegiatan Guru... 194

Lampiran 2b Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 196

Lampiran 3b Lembar Observasi Kegiatan Kelas ... 198

Lampiran 4b Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 200

Lampiran 5b Lembar Observasi Aktivitas Siswa Saat Proses Pembelajaran Dalam Kelompok ... 202

Lampiran 6b Lembar Observasi Aktivitas Kelas Selama Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 203

Lampiran 7b Instrumen Refleksi Kesan Guru Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 205

Lampiran 8b Instrumen Refleksi Kesan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 207

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar di sekolah dituntut mampu

berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Dalam

menjalankan tugasnya tersebut, sayangnya banyak guru belum

menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran yang tepat untuk mendukung kegiatan proses

pembelajaran. Cara-cara tersebut juga menyebabkan siswa memiliki motivasi

yang rendah dalam belajar sehingga berpengaruh juga terhadap prestasi

belajar siswa.

Metode ceramah merupakan metode yang paling sering dipakai oleh

guru dalam mengajar. Sehingga motivasi belajar siswa menjadi menurun.

Malahan, ada siswa yang hanya berbicara dengan teman lainnya yang

akibatnya materi yang disampaikan oleh guru tidak didengarkan. Hal ini

dapat dilihat bahwa selama pembelajaran ada siswa yang tidur-tiduran,

berbicara dengan teman semejanya selama kegiatan pembelajaran. Dan

siswa hanya menjawab pertanyaan kalau diajukan oleh guru terhadap

mereka secara pribadi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode

ceramah yang guru pakai selama ini kurang memberikan perubahan pada

diri siswa.

(22)

Dalam kondisi siswa yang demikian, guru sangat perlu

mempertimbangan penggunaan model pembelajaran yang cocok dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa. Lalu proses pembelajaran ini perlu

memperkembangkan suatu model pembelajaran yang mampu melibatkan

peran serta siswa secara menyeluruh. Sehingga kegiatan belajar mengajar

tidak hanya didominasi oleh siswa-siswi tertentu saja. Selain itu, melalui

pemilihan model pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang

diterima siswa tidak hanya dari guru saja melainkan dari teman sebayanya.

Sehingga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam

mempelajari ilmu yang ada, terutama pada mata pelajaran akuntansi.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka upaya peningkatan motivasi

belajar serta kualitas proses belajar mengajar merupakan suatu kebutuhan

yang harus dilakukan. Selain itu, diharapkan dari pemilihan model

pembelajaran tersebut, sumber dan informasi yang diterima siswa tidak

hanya dari guru saja. Tetapi dari diskusi dengan kelompok dapat

meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari dan memahami terutama

dalam mata pelajaran akuntansi.

Ada berbagai model pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan

dalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya STAD, Role Play, Jigsaw, dan

TGT. Dalam model pembelajaran yang kooperatif ini lebih menitikberatkan

proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu dalam

(23)

3

Sehingga pemilihan strategi pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif sederhana tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) yang cocok untuk memberdayakan para siswa dalam

meningkatkan motivasi belajar dan terlibat aktif di dalam kelompok pada

proses belajar mengajar di kelas.

Adapun proses pembelajaran menggunakan tipe STAD yaitu setelah

guru menjelaskan materi pokok, siswa dalam kelas tertentu dipecah menjadi

kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok harus heterogen

terdiri dari 4-5 orang, setiap kelompok harus terdapat laki-laki dan

perempuan, memiliki tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Lalu

siswa dapat dilibatkan secara aktif bersama dengan kelompok timnya dan

mampu bekerja sama antara anggota satu dengan anggota lainnya di dalam

kelompok itu sendiri. Kerjasama antar siswa itulah pada akhirnya

membuahkan keberhasilan kelompok. Karena keberhasilan kelompok adalah

tanggung jawab semua anggota kelompok.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Prestasi dan

Motivasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akuntansi. Penelitian

dilaksanakan di Kelas XI IPS 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

(24)

B. Identifikasi Masalah

Dari judul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe

Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan

Prestasi dan Motivasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akuntansi

Penulis dapat merumuskan identifikasi masalah:

1. Rendahnya motivasi belajar siswa.

2. Rendahnya keaktifan belajar pada pelajaran akuntansi.

3. Proses komunikasi pelajaran akuntansi yang kurang efisien.

4. Kurangnya guru dalam penggunaan metode mengajar yang menarik.

C. Batasan Masalah

Dengan penelitian ini yang telah dilakukan, penulis berharap terdapat

faktor-faktor yang dapat dikaji untuk ditindaklanjuti dalam suatu penelitian.

Namun karena luasnya bidang cakupan serta keterbatasan dana, waktu dan

jangkauan. Maka penulis tidak semua ditindaklanjuti. Untuk itu penulis akan

membahas tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student

(25)

5

D. Rumusan Masalah

1. Apakah proses pembelajaran akuntansi melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat

meningkatkan prestasi siswa ?

2. Apakah proses pembelajaran akuntansi melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Divison (STAD) dapat

meningkatkan motivasi siswa?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatkan prestasi belajar siswa melalui

penerapan model pembelajaran cooperative tipe Student Teams

Achievement Division (STAD).

2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatkan motivasi belajar siswa

melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe Student Teams

Achievement Divison (STAD).

F. Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan yang positif

bagi pelaksanaan proses pembelajaran. Dan dapat memberikan gambaran

kepada sekolah bahwa model pembelajaran mempunyai peranan penting

dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar.

(26)

2. Bagi Siswa

Peningkatan kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran oleh

guru melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan

berpengaruh pada motivasi belajar serta kualitas dalam aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Selain itu siswa juga lebih

berkembang dalam sikap kepedulian dan tanggung jawab sosialnya.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sendiri guna

meningkatkan profesionalisme dalam kehidupan praktek belajar mengajar

yang sesungguhnya dan bekal untuk terjun pada dunia pendidikan.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Memberikan sumbangan bagi pengembangan khasanah ilmu pendidikan

khususnya yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa, dan

dapat dijadikan referensi pada penelitian yang akan datang.

5. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kazanah ilmu

pengetahuan dalam mata pelajaran akuntansi di SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan motivasi

(27)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas (PTK), berasal dari terjemahan

bahasa inggris Classroom Action Research (CSR). Menurut

Suharsimi Arikunto (2006:3) PTK merupakan gabungan definisi dari

tiga kata "penelitian, tindakan dan kelas".

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek menggunakan

aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi

yang bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan suatu mutu

atau minat pada suatu bidang tertentu.

b. Tindakan adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu yang dalam pelaksanannya berbentuk rangkaian

siklus kegiatan.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu sama, tempat

sama, menerima pelajaran yang sama, dari seorang guru yang

sama.

Dari pengertian ketiga isi dalam PTK tersebut dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu

pencermatan terhadap suatu kegiatan pembelajaran berupa tindakan

yang sengaja diadakan dan terjadi di dalam suatu kelas yang sama.

(28)

Menurut Wijaya Kusumah (2009:9) pengertian Penelitian

Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan

merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan

tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar

siswa dapat meningkat.

Dari beberapa pengertian PTK tersebut dapat ditarik suatu

kesimpulan yang dimaksud dengan PTK adalah suatu penelitian

yang dilakukan oleh guru secara kolaboratif di kelas tempatnya

mengajar untuk meningkatkan kinerja dan memperbaiki proses

belajar mengajar.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas memiliki perbedaan dengan jenis

penelitian yang lain. Beberapa karakteristik umum yang membedakan

penelitian tindakan kelas dengan penelitian lain menurut Kunandar

(2011:58-63) adalah:

a. On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah

masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau

yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti).

b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah).

(29)

9

d. Cliclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam penelitian

tindakan kelas diterapkan melalui urutan yang terdiri dari

beberapa tahap berdaur ulang (cyclical).

e. Action oriented. Dalam penelitian tindakan kelas selalu

didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk

memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

f. Specifics contextual. Aktivitas penelitian tindakan kelas dipicu

oleh permasalahan praktis yang dihadapi guru dalam proses

belajar mengajar di kelas.

g. Partisipatory (collaborative). Penelitian tindakan kelas

dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain,

seperti teman sejawat.

h. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

i. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus,

dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning),

tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi

(reflection) dan selanjutnya diulang dalam beberapa siklus.

3. Manfaat dan Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

a. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Wijaya Kusumah (2009: 16), ada beberapa

manfaat dari PTK, yaitu:

1)Menumbuhkan kebiasaan menulis

(30)

Karena terbiasa menulis, guru bisa memperoleh kesempatan

untuk naik golongan bagi PNS, karena sertifikasi guru

mensyaratkan PTK.

2)Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas

3)Berpikir analisis dan ilmiah

Karena terbiasa mencari jalan keluar, maka seorang guru akan

terbiasa untuk berpikir analisis ilmiah. Oleh karena itu, PTK

dapat mengarahkan guru untuk selalu berpikir ilmiah dalam

memecahkan masalah.

4)Menambah khasanah ilmu pendidikan

Dengan banyaknya tulisan dari para guru yang melakukan PTK,

maka akan banyak kesempatan bagi para guru untuk membaca

dan mengembangkan wawasannya. Hal ini dapat menambah

khasanah baru dalam dunia pendidikan.

5)Menumbuhkan semangat guru lain.

PTK dapat mendorong guru lain untuk mencoba melakukan

PTK di kelas diajarnya dan untuk meningkatkan kualitas

pelaksanaan pembelajarann kelas.

6)Mengembangkan pembelajaran

Dengan PTK, guru dapat mengembangkan keterampilan atau

pendekatan baru pembelajaran dan dapat memecahkan masalah

dengan penerapan langsung di ruang kelas.

(31)

11

PTK pada intinya memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

Semakin sering dan banyak guru yang menulis PTK, maka

semakin baiklah kualitas sekolah tersebut.

Sedangkan Susilo (2007: 18) mengemukakan ada dua

manfaat PTK, yaitu:

a) Melalui PTK secara kolaboratif akan tercipta peluang yang

luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru.

b) Karya Tulis Ilmiah semakin diperlukan guru di masa depan

untuk meningkatkan kariernya, dan dalam rangka membuat

rancangan penelitian tindakan kelas yang lebih berbobot

sambil mengajar di kelas.

b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Dapat dikatakan semua penelitian dapat memecahkan

masalah, namun khusus penelitian tindakan kelas di samping

memecahkan masalah tujuan utamanya adalah untuk perbaikan dan

peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses

belajar. Menurut Mulyasa (2009:89-90), secara umum tujuan

penelitian tindakan kelas adalah:

1) Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta

kualitas pembelajaran.

2) Meningkatkan layanan profesional dalam konteks

pembelajaran, khususnya layanan kepada peserta didik

sehingga tercipta layanan prima.

(32)

3) Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam

melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara

tepat waktu dan sasarannya.

4) Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian

secara bertahap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya

sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.

5) Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan

jujur dalam pembelajaran.

4. Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Secara garis besar penelitian tindakan kelas memiliki beberapa

alur atau tahap yaitu, menyusun rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan, dan refleksi, (Arikunto, 2008:17-20).

a. Planning

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak

yang melakukan tindakan dan pihak yang melakukan pengamatan

proses jalannya tindakan.

b. Acting

Tahap ke 2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan

rencana yang telah dirancang. Hal yang perlu diingat adalah guru

harus menaati apa yang telah direncanakan, berlaku wajar, dan

(33)

13

c. Observing

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat

untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Reflecting

Pada tahap ini dikemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

Kegiatan ini dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan

tindakan.

Berikut ini merupakan gambar mengenai tahap-tahap penelitian

tindakan kelas.

Gambar 2.1

Model Penelitian Tindakan Kelas

(34)

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning

1. Pengertian Cooperative Learning

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial (Ibrahim,dkk 2000:7).

Pembelajaran cooperative learning mengandung pengertian

sebagai suatu sikap atau strategi pembelajaran di mana siswa belajar

bersama dengan kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu

sama lain dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar.

Menurut Solihatin (2005:4-5): Cooperatif learning lebih dari

sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja karena belajar dalam

model cooperative learning harus ada struktur dorongan dan tugas

yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi

secara terbuka yang bisa menimbulkan persepsi yang positif tentang

apa yang dapat mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan

berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih

dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama

dalam kelompok.

Definisi lain:

Cooperatif learning is a succejirl teaching strategy in wich small

(35)

15

variety of learning activitiesto improve the understanding of the

subject. Each members of a team is responsible not only for

learning what is taught but also for helping team mates learn, an

atmosphere of achievement. (http: llwvw. ed.gov).

Pada definisi tersebut terkandung pengertian bahwa belajar

kooperatif merupakan strategi belajar dengan kelompok-kelompok

kecil di mana para siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda,

menggunakan beragam aktivitas belajar untuk meningkatkan

pemahaman terhadap suatu pelajaran. Setiap anggota kelompok tidak

hanya bertanggung jawab pada diri sendiri melainkan membantu

teman satu team yang lain dalam belajar, sehingga tercipta

keberhasilan bersama.

Definisi lain dikemukakan oleh Roger T. Johnson dan David

W. Johnson (http://www.co_operation.org), bahwa:

Cooperative learning is a relationship in a group of students that

requires positive interdependence (a sense of sink or swim together),

individual accountability (each of its has to contribute and learn),

interpersonal skills (communication, fruit, leadership, decision

making, and conflict resolution), face to .face promotive interaction

and processing (reflection on how well the team is fiznctioning and

how to fiznction even better.(http.llwww.co operation.org)

Dalam definisi ini terkandung pemahaman bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan relasi-kerjasama dalam satu

(36)

kelompok siswa yang menuntut suatu kesalingtergantungan yang

positif (rasa kebersamaan) antar anggota. Masing-masing anggota

merasa bertanggung jawab terhadap kelompok sehingga harus

belajar dan menyumbangkan gagasan. Selain itu diperlukan

keterampilan hubungan antar pribadi (komunikasi, keberhasilan,

kepemimpinan, pembuatan keputusan, dan penyelesaian konflik) dan

tatap muka langsung dalam berinteraksi serta kesediaan untuk terus

mengupayakan agar interaksi dan aktivitas kelompok menjadi lebih

baik lagi.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Ide utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja

sama untuk belajar dan betanggung jawab pada kemajuan belajar

temannya. Menurut Johnson & Johnson (Trianto (2009: 57)

menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah

memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik

dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Eggen & Kauchak Trianto (2009: 58), pembelajaran

kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan

partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta

memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dalam

(37)

17

jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan

terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.

Jadi tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk

meningkatkan pembelajaran secara kerja sama dalam tim kelompok

dan saling memberikan dukungan terhadap anggota tim di dalam

pembelajaran bersama tersebut.

3. Keunggulan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Wina Sanjaya (2006: 247–248), ada banyak

keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pembelajaran kooperatif,

diantaranya adalah:

a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu

menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah

kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi

dari berbagai informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari

siswa yang lain.

b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau

gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya

dengan ide-ide orang lain.

c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari

akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.

(38)

e. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat

berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan

karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab

kelompoknya.

f. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi

dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

g. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan

motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini

berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

4. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Di samping keunggulan, Wina Sanjaya (2006: 248 – 249) juga

memaparkan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif:

a. Untuk mengetahui dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif

memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita

mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan

memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa dianggap

memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat

oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.

Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja

sama dalam kelompok.

b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa saling

(39)

19

efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru,

bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya

dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan kelompok dalam pembelajaran kooperatif

didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Dengan demikian, guru

perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang

diharapkan adalah hasil individu siswa.

d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya

mengembangkan kesadaran berkelompok perlu memerlukan

periode waktu yang panjang. Hal ini tidak mungkin tercapai hanya

dengan satu kali atau sekali-kali penerapan.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang

sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam

kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara

individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran

kooperatif selain siswa belajar bekerja sama bagaimana

membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam

strategi pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang

mudah.

5. Manfaat pembelajaraan kooperatif

Widanarto (2006:17) mengemukakan manfaat pembelajaran

kooperatif:

a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi.

(40)

b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan

perilaku selama bekerjasama.

c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri,

meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku yang

positif, sehingga siswa tahu kedudukannya dan belajar untuk

menghargai satu sama lain.

d. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas

akademik, sehingga membantu siswa memahami konsep-konsep

yang sulit.

6. Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin (1995;71-144) memperkenalkan lima variasi model

pembelajaran cooperatif learning sebagai berikut:

a. Student Teams Achievment Division (STAD)

Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,

dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok

dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah

heterogen. Guru menyajikan pelajaran sementara siswa bekerja

didalam tim untuk memastikan bahwa semua anggota telah

menguasai pelajaran tersebut. Kemudian pengajar mengadakan

kuis.

b Teams Games Turnamen (TGT)

Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan

(41)

21

mereka. Skor tersebut diperoleh dari sumbangan setiap siswa

untuk diakumulasikan.

Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan

dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetahui pemahaman

siswa terhadap pelajaran di kelas.

c. Jigsaw

Siswa dibagi berkelompok dengan jumlah anggota 5-6 orang

secara heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing

ditugaskan untuk membaca sub bab yang berbeda-beda sesuai

dengan yang ditugaskan oleh guru dan bertanggung jawab untuk

mempelajari bagian yang diberikan itu. Kelompok siswa yang

sedang mempelajari sub bab ini disebut sebagai kelompok ahli.

Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka

bergantian mengajarkan kepada teman sekelompoknya tentang

hasil diskusinya di kelompok ahli. Demikian dilakukan oleh

semua anggota kelompok atas kajian di kelompok ahli.

Satu-satunya cara siswa dapat belajar sub bab lain selain sub bab

yang sudah dipelajari adalah mendengarkan secara

sungguh-sungguh terhadap penjelasan teman satu kelompok mereka.

Setelah selesai pertemuan dan diskusi dikelompok asal siswa

diberikan kuis secara individu tentang materi ajar.

(42)

d. Think Pair Share

Tipe ini dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam

kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh kooperatif

daripada individu. TP II) ada tiga tahap:

1) Tahap 1: Thinking (berpikir)

Guru memberikan pertanyaan dan siswa memikirkan

jawaban secara mandiri untuk beberapa saat.

2) Tahap 2 : Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain

untuk mendiskusikan apa yang dibahas pada tahap 1.

3) Tahap 3: Sharing

Padatahap ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi

dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka

bicarakan.

e. Numbered Head Together

Numbered Head Together merupakan model pembelajaran

kooperatif yang sejenis dengan Think Pair Share. Sebagai ganti

dalam struktur bertanya guru melakukan 4 tahap sebagai berikut:

1) Tahap Penomoran: Guru membagi kelas dalam beberapa

kelompok dan setiap kelompok memilki anggota 3-5 orang.

(43)

23

2) Tahap Mengajukan Pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan

pada siswa.

3) Tahap Berpikir Bersama: Siswa menyatukan pendapatnya

terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota

dalam kelompoknya untuk menjawabnya.

4) Tahap Menjawab: Guru memanggil suatu nomor tertentu,

kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan

dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

C. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD)

1. Pengertian Student Teams Achievment Division (STAD)

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah

satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang

sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan

pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu

metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah

namun terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang akan diteliti pada penelitian ini adalah

Student Teams Achievement Division (STAD). STAD terdiri dari lima

komponen utama (Slavin, 1995:71) yaitu presentasi oleh guru, kerja

tim, kuis, perbaikan skor individual, dan penghargaan kerja tim.

(44)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya

dari Universitas Jhon Hopkin dan merupakan pendekatan

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana

(http:www.damandiri.or.id/detail.php?id=238).

Peneliti tertarik untuk menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe STAD karena tipe pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana dan juga karena tipe pembelajaran ini merupakan sebuah

model yang baik bagi seorang guru yang baru mengetahui dan

mengenal pendekatan kooperatif (Slavin, 1995:71).

Adapun proses pembelajaran menggunakan tipe STAD yaitu

setelah guru menjelaskan materi pokok, siswa dalam kelas tertentu

dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap

kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan,

berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat

pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pembelajarannya

dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami

bahan pelajaran melalui tutorial, kuis atau melakukan diskusi.

Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa

diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor

(45)

25

mutlak siswa tetapi berdasarkan kepada seberapa jauh skor itu

melampaui rata-rata skor yang lain.

Setiap Minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan

cara lain diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi. Siswa yang

mendapat skor perkembangan tinggi atau siswa yang mendapat skor

sempurna pada kuis-kuis itu bahkan seluruh tim yang mencapai

kriteria tertentu dapat dicantumkan dalam lembar itu.

2. Teknik Pembagian tim/kelompok STAD

Slavin (1995:74-75) memberikan cara untuk membentuk

kelompok STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai

berikut:

a. Bagilah selembar kertas yang akan diisi oleh siswa sebagai hasil

rangkuman kerja kelompok.

b. Berilah ranking terhadap kertas kerja tim, kertas kerja siswa secara

individual atau raport tersebut. Ranking tersebut harus dari ranking

yang terbaik sampai ranking yang terendah. Pemberian ranking

berdasarkan nilai tes/ulangan adalah cara yang terbaik, berdasarkan

angka (grade) juga cara yang baik, namun pemberian ranking

berdasarkan pendapat dan penilaian guru secara pribadi adalah

merupakan cara yang paling baik.

c. Bagilah kelas kedalam kelompok-kelompok. Setiap tim terdiri dari

4 orang. Jika jumlah siswa tidak bisa dibagi 4 maka akan terdapat

tim yang jumlah anggotanya 5 orang. Misalnya disuatu kelas

(46)

terdapat 32 siswa maka guru harus membagi siswa menjadi 8

kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang.

Jika disuatu kelas terdapat 30 siswa maka akan terbentuk 7

kelompok. 5 kelompok yang masing-masing anggotanya berjumlah

5 orang.

d. Anggota kelompok harus seimbang antara siswa yang

berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang, dan berkemampuan

rendah.

Jika jumlah siswa 24 maka akan terdapat 6 kelompok maka guru

dapat menggunakan huruf A-F untuk membagi siswa yang

berkemauan tinggi, sedang dan rendah agar seimbang dalam setiap

kelompoknya.

Tabel 2.2 Pembagian Kelompok

Kelompok Siswa Ranking Tim

(47)

27

18 F

Siswa berkemampuan rendah

19 A

20 B

21 C

22 D

23 E

24 F

Sumber: Cooperatif Learning;Theory Reseach & Practise, 1995

3. Langkah langkah pelaksanaan Model Pembelajaran (STAD)

Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang

pandai menjelaskan kepada anggota lain sampai mengerti.

Langkah-langkah:

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).

b. Guru menyajikan pelajaran.

c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh

anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada

anggota lainnya sampai anggota dalam kelompok itu mengerti.

d. Guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat

menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

e. Memberi evaluasi.

f. Penutup.

(48)

D. Prestasi Belajar

1. Prestasi

Beberapa Pakar berpendapat tentang pengertian prestasi adalah

sebagai berikut, Muray (1990 : 290) berpendapat bahwa prestasi

adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan

sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin. Sementara itu

menurut Abdul Qohar, prestasi adalah segala sesuatu yang telah dapat

diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang

diperoleh dengan jalan keuletan kerja”. Tidak jauh berbeda dari

Abdul Qohar, Djamarah mendefinisikan prestasi adalah hasil dari

suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara

individual amupun kelompok.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi

adalah segala sesuatu yang ada yang diperoleh dengan cara atau

proses mengatasi, mengerjakan, atau melatih dengan baik yang

dilakukan oleh individu maupun kelompok.

(http://www.syafir.com/2011/02/12/pengertian-prestasi-belajar)

2. Belajar

Beberapa pakar pendidikan mendifinisikan belajar sebagai berikut:

a. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

(49)

29

diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

alamiah.

b. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

c. Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of

experience. (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari

pengalaman).

d. Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something

themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa

belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu,

mendengar dan mengikuti arah tertentu).

e. Geoch

Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar

adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).

f. Morgan

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a

result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang

bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

3. Faktor-Faktor Psikologis Dalam Belajar

Faktor-faktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan

penting, dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsi dalam hubungan

(50)

pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan

yang disajikan lebih mudah dan efektif. Thomas F. Staton

menguraikan enam macam faktor psikologis itu.

a. Motivasi

Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri

ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama

dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau

dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.

Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui apa yang

akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut

dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah

sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa

motivasi kegiatan belajar-mengajar sulit untuk berhasil.

b. Konsentrasi

Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian

pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat

membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam

konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan,

sehingga tidak perhatian sekadarnya.

c. Reaksi

Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik

maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan

(51)

31

belajar itu bertindak atau melakukannya. Belajar harus aktif, tidak

sekadar apa adanya, menyerah pada lingkungan, tetapi semua itu

harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi.

d. Organisasi

Belajar dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan,

menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam

suatu kesatuan pengertian. Untuk membantu siswa agar cepat dan

mengorganisasikan fakta atau ide-ide dalam pikirannya, maka

diperlukan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan

demikian akan terjadi proses yang logis.

e. Pemahaman

Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai

sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti

secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta

aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat

memahami suatu situasi.

f. Ulangan

Lupa merupakan sesuatu yang tercela dalam belajar. Tetapi lupa

adalah sifat umum manusia. Sehubungan dengan kenyataan itu,

untuk mengatasi kelupaan, diperlukan kegiatan “ulangan”.

Mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari

membuat kemampuan para siswa untuk mengingatnya akan

semakin bertambah.

(52)

4. Prinsip Belajar

Pertama, prinsip belajar merupakan perubahan perilaku.

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

disadari.

b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

d. Positif atau berakumulasi.

e. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

f. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar

sebagai any relatively permanent change in an organism’s

behavioral reperoire that occurs as a result of experience.

g. Bertujuan dan terarah.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena

didorong, kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah

proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar

merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman

pada dasarnya adalah hasil dari interaksi peserta didik dengan

lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good

learning situation consist of a rich and varied series of learning

experiences unified around a vigorous purpose and carried on in

(53)

33

Maka dapat dipahami atau digaris bawahi mengenai pengertian

prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

aktivitas dalam belajar.

E. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motivasi belajar berasal dari kata motif yang berarti segala

sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan

sesuatu. Seperti yang dikatakan Sartin dalam bukunya psychology

understanding of human behavior. Motif adalah suatu pernyataan

yang kompleks dalam suatu organism yang mengarahkan tingkah laku

atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang (Purwanto, 1984:64).

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi

yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan

gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak

atau melakukan sesuatu.

Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi dapat juga diartikan

sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi

tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan

bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau

mengelak perasaan tidak suka itu.

(54)

Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak

baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang

menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

tercapai.(http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/)

2. Fungsi Motivasi dalam Belajar

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menetukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi

tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian

dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar

dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau

membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat

(55)

35

Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang

baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan

terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu

akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi

seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian

prestasi belajarnya.

3. Macam-Macam Motivasi Belajar

a. Motivasi ekstrinsik

Yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya

perangsang dari luar. Sebagi contoh seseorang itu belajar, karena

tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai

baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Oleh

karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan dorongan dari luar yang secara tidak mutlak berkaitan

dengan aktivitas belajar.

b. Motivasi intrinsik

Yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang

yang senang membaca, tidak usah ada yang menyeluruh atau

mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

(56)

Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang

dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud

dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang

terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.

4. Usaha untuk Meningkatkan Motivasi

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa (Irawan, 1995:82) adalah: (a) setiap proses belajar harus dibuat

aktif; (b) terapkan modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa

bekerja keras; (c) siswa harus tahu apa yang dikerjakan dan

bagaimana mereka harus mengetahui bagaimana tujuan telah tercapai;

(d) memperhatikan kondisi fisik siswa; (e) member rasa aman; (f)

menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka; (g) mengatur

pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasa senang.

5. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat walaupun seringkali

mengalami kegagalan akan terus berusaha dengan meningkatkan

motivasi belajarnya sehingga tidak akan mengalami kegagalan untuk

kesekian kalinya. Siswa yang memiliki motivasi tinggi memiliki

cirri-ciri berikut (Imron, 1988:88): (a) tekun dalam menghadapi tugas atau

dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu yang lama; (b) ulet

menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa; (c) tidak cepat puas

dengan prestasi yang diperoleh; (d) menunjukkan minat yang besar

(57)

37

sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain; (f) tidak menunjukkan

bahwa guru memperhatikan mereka; (g) mengatur pengalaman belajar

sedemikian rupa sehingga siswa merasa senang.

F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian ini, tentunya ada beberapa hal yang

perlu peneliti terapkan sebelum melakukan penelitian, yakni bahwa

peneliti telah menelusuri beberapa hasil penelitian sebelumnya yang

memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Dilihat

dari beberapa contoh judul penelitian sebelumnya memang memiliki

keterkaitan dari segi masalah yang akan peneliti lakukan, yakni mencari

tahu tentang peningkatan motivasi dan prestasi belajar, akan tetapi objek

dan sasarannya yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti mengkaji 1 buah

skripsi yang digunakan peneliti sebagai acuan, yaitu:

Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student

Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan Motivasi dan

Hasil Belajar Siswa Dalam Belajar Ekonomi oleh Magdalena Eno,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2011.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa penerapan metode STAD pada

siklus pertama jumlah siswa yang memiliki tingkat motivasi tinggi hanya 8

siswa (34,79%), sedangkan jumlah siswa yang memiliki motivasi tinggi

pada siklus kedua sebanyak 15 siswa (68,18%). Oleh karena itu, dapat

ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa pada siklus kedua

(58)

mengalami peningkatan, maka metode pembelajaran STAD sudah tercapai

sesuai dengan yang diharapkan. Lalu pada siklus pertama jumlah siswa

yang mengalami keberhasilan hasil belajar tercapai 19 siswa (82,60%)

sudah mengalami ketuntasan, sedangkan jumlah siswa yang mengalami

ketuntasan pada siklus kedua sebanyak 20 siswa (90,90%) sudah

mengalami ketuntasan. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa

hasil belajar siswa pada siklus kedua mengalami peningkatan, maka

metode pembelajaran STAD sudah tercapai sesuai dengan yang

diharapkan.

G. Kerangka Teoritik

Prestasi belajar adalah segala sesuatu yang ada yang diperoleh

dengan cara atau proses mengatasi, mengerjakan, atau melatih dengan baik

yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Prestasi belajar juga

memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya

peningkatan tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi dapat juga diartikan

sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,

sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak

suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak

suka itu. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi

Gambar

Tabel 5.11 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan
Tabel 2.1  Model Penelitian Tindakan Kelas ......................................................
Gambar 2.1 Model Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 2.2 Pembagian Kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

Dokumen ini adalah f ormulir Resmi VerVal NUPTK periode 2013, untuk inf o lebih lanjut kunjungi http://padamu.kemdikbud.go.id.. FORMULIR

Berdasarkan tabel diatas, maka nilai kemampuan siswa dalam pembelajaran cerpen pada tes siklus III dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari 36 siswa adalah 7,38

difasilitasi oleh dua orang instruktur yang memiliki Nomor Induk Asesor yang relevan, termasuk pada saat ujian. Rayon LPTK merancang strategi pelaksanaan PLPG, materi

Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dalam Menumbuhkan Kedisiplinan Anak Usia Dini di Lingkungan Keluarga. Implikasi dan Rekomendasi

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

[r]