• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model pembelajaran berbasis pengalaman langsung dalam pendidikan Agama Katolik terhadap solidaritas siswa-siswi kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/ 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh model pembelajaran berbasis pengalaman langsung dalam pendidikan Agama Katolik terhadap solidaritas siswa-siswi kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/ 2018"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN LANGSUNG DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP SOLIDARITAS SISWA-SISWI KELAS IX SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/ 2018. SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Yuliana Bota NIM: 131124012. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA. 2017. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan kepada para Suster Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, Demikianlah Firman Tuhan, seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu, dan rancangan-Ku dari rancanganmu”. (Yes 55:8-9). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Skripsi ini berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN LANGSUNG, DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, TERHADAP SOLIDARITAS SISWA-SISWI KELAS IX SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018”. Skripsi ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan pentingnya penerapan Pendidikan Agama Katolik dengan model pembelajaran berbasis pengalaman langsung dalam diri siswa-siswi, terutama dalam menumbuhkembangkan sikap solidaritas dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran berbasis pengalaman langsung adalah sebuah pembelajaran yang menekankan pada pengalaman personal siswa. Siswa sendiri mengalami secara aktif, merefleksikan pengalaman secara kritis sehingga ditemukan nilainya dan dapat mewujudkan suatu aksi kongkrit dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian Pendidikan Agama Katolik dapat membantu siswa-siswi untuk semakin peduli pada sesamanya dan mampu menemukan kehadiran Tuhan dalam diri setiap pribadi yang dijumpai. Solidaritas adalah rasa kesetiakawanan terhadap sesamanya. Solidaritas membantu seseorang untuk semakin menghargai, semakin peka terhadap sesama yang dijumpai ditengah masyarakat. Model pembelajaran berbasis pengalaman ini berdampak pada pembentukan kepribadian dan karakter dari masing-masing siswa-siswi, melalui perjumpaan secara langsung. Berdasarkan pemikiran di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu H0 : tidak ada pengaruh dari model pembelajaran berbasis pengalaman langsung dalam Pendidikan Agama Katolik terhadap Solidaritas siswa-siswi kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018. H1 : ada pengaruh dari model pembelajaran berbasis pengalaman langsung dalam Pendidikan Agama Katolik terhadap solidaritas siswa-siswi SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan bentuk regresi. Sampel yang dipilih dalam penelitian adalah para siswa-siswi kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Jumlah sampling yang telah diperoleh dalam penelitian adalah 64 siswa. Instrument yang digunakan adalah perbedaan semantik. Berdasarkan hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5 %, nilai kristis sebesar 0,2075 terhadap 38 soal yang valid, sedangkan dari hasil uji reliabilitas, diperoleh variable X 0,843, dan variable X 0,686. Berarti instrument memiliki reliabilitas tinggi. Hasil analisis menunjukan bahwa nilai mean model pembelajaran berbasis pengalaman langsung dalam Pendidikan Agama Katolik sebesar 80,30 dan nilai mean untuk solidaritas sebesar 75,36 Dari hasil uji regresi linear sederhana dengan taraf signifikansi 5 %, diperoleh nilai r2 sebesar 0,340 (34%), yang berarti terdapat pengaruh positif dari model pendidikan berbasis pengalaman langsung dalam Pendidikan Agama Katolik (X) terhadap solidaritas (Y). Nilai signifikansii 0,000, artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Maka disarankan perlunya model pembelajaran berbasis pengalaman langsung dalam pendidikan agama katolik untuk membantu peningkatan solidaritas dalam diri siswa-siswa.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT The thesis is entitled “THE INFLUENCE OF LEARNING MODEL BASED ON THE ACTUAL EXPERIENCE IN CATHOLIC RELIGION EDUCATION TOWARD HE SOLIDARITY OF GRADE XI STUDENTS OF STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2017/2018”. This writing based on the curiosity of researcher of importance of the implementation of Catholic Religion Education based on the actual experience of the students especially to cultivate the value of solidarity in daily life. This learning model is a learning that emphasizes the personal experience of students. The students experience actively and reflect critically to find its values and to live out in their daily life. Therefore the Catholic religious education can help students to be more carrying to others and able to find the presence of God in every person they encounter. Solidarity is a value to be sympathize to others. It helps a person to respectful to others in their society. This influence of learning model is to form the character and personality of students through their actual experience. Based on the above ideas, researcher wants to see the influence of learning model based on the actual experience to the solidarity of students. Therefore, the hypothesis of this research is H o : There is no influence of learning model based on the actual experience to the solidarity of the students. H 1 : There is influence of learning model based on the actual experience to the solidarity of the students. This research is a quantitative form regression. The sample is sixty fourth of the grade IX students of Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta in the academic year 2017/2018. The Sampling technique is sampling jenuh. The used of instrument is semantic differences. Based on the result of validity test at 0,05 level of significance, with critical value 0,2075 into 38 valid questions. From the result of reliability test, researcher found that variable x = 0,843 and variable Y = 0,686. It means the, reliability is high enough. The result is the mean of learning model is 80,30 and the mean of solidarity in Catholic Education is 75,36. From simple linier regression (α = 0,05), researcher found the value of R 2 = 0,34. It means that there is an influence of learning model based on the actual experience (X) to the solidarity of students (Y). The regression equation Y = 18,389 + 0,709X which mean for each point of learning model based on the actual experience of students, the value of solidarity increase. Because α = 0,000 too small, means that H o is rejected and H 1 is accepted. Therefore, it is suggested the necessity of learning model based on the actual experience of students to the solidarity of students can help them to integrate the value of solidarity in their daily life.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Syukur dan terimakasih kepada Allah yang telah melimpahkan berkat-Nya yang melimpah dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis juga bersyukur atas cinta dan perhatian dari berbagai pihak dalam bentuk dukungan, membimbing dengan penuh kerelaan dan kesabaran, masukan dan kritikan yang membangun dan dukungan doa-doa sehingga penulis dengan kesabaran dan ketekunan pula dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN LANGSUNG, SOLIDARITAS. DALAM. PENDIDIKAN. SISWA-SISWI. KELAS. AGAMA IX. KATOLIK, SMP. STELLA. TERHADAP DUCE. 2. YOGYAKARTATAHUN AJARAN 2017/ 2018. Penulis menyadari dan mengakui dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, namun berkat dukungan dari berbagai pihak maka penulis dengan penuh keyakinan mempersembahkan yang terbaik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada: 1.. F.X. Dapiyanta, SFK,M.Pd selaku dosen pembimbing utama, sekaligus dosen wali, yang telah menyediakan diri dan meluangkan waktu untuk mendampingi, membimbing penulis dengan penuh pengertian, kesabaran dan kesetiaan, memberikan masukan dan kritikan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penulisan skripsi ini.. 2.. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji II, yang telah menyediakan diri dan waktu dengan penuh pengertian untuk membimbing dan memberikan masukan mengenai penulisan skripsi ini.. 3.. Y.H. Bintang Nusantar, SFK, M.Hum, selaku dosen penguji III, yang telah memberikan perhatian, bimbingan, dukungan dan semangat dalam mempertanggungjawab skripsi ini.. 4.. Segenap Staf Dosen Prodi PAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung dan mendidik penulis selama belajar sampai selesai penulisan skripsi ini.. 5.. Sr. Carolina CB, beserta Staf Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus periode 2011-2017 dan Sr. Yustiana CB, beserta Staf Dewan Pmpinan Provinsi periode 2017-2023, yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan perutusan studi sampai selesai penyusunan skripsi ini.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6.. Sr. Yesina CB, selaku Kepala Kantor Yayasan Tarakanita Wilayah Yogyakarta, pendamping suster studi dan pendamping suster yunior yang dengan kesabaran dan kesetiaan mendukung dan memfasilitasi penulis selama menjalani perutusan studi sampai selesai penyusunan skripsi ini.. 7.. Sr. Marie Yose CB, selaku Ketua Yayasan Tarakanita Pusat, yang telah memfasilitasi penulis selama menjalani perutusan studi.. 8.. Sr. Jeanne CB, selaku pemimpin komunitas Suryodiningratan, dan para suster komunitas Suryodiningratan, yang telah memberikan perhatian, dukungan, motivasi kepada penulis selama menjalani perutusan studi sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.. 9.. Sr. Mariati CB, selaku pemimpin komunitas Syantikara, serta para suster komunitas Syantikara, yang telah memberikan perhatian, dukungan, motivasi kepada penulis selama menjalani perutusan studi sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.. 10. Sr. Listiania CB, selaku pemimpin komunitas Santa Anna, serta para suster Komunitas St. Anna, yang telah memberikan perhatian, dukungan, motivasi kepada penulis selama menjalani perutusan studi sampai penyelesaian penulisan skripsi ini. 11. Para suster CB di manapun yang telah memberikan perhatian, dukungan, motivasi dan doa-doa selama menjalani perutusan studi sampai selesai penulisan skripsi ini. 12. Bapak Stefanus Teguh Raharja, S.Pd, kepala sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta serta para guru dan karyawan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah memberikan dukungannya dengan memberikan bantuan kepada penulis dalam pengumpulan data sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 13. Siswa-siswi kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang dengan kesediaannya membantu mengisikan angket penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 14. Teman-teman angkatan 2013 yang telah memberikan banyak dukungan, perhatian, saran, motivasi, kerjasama selama belajar bersama di Prodi Pendidikan Agama Katolik. 15. Orang tua dan keluarga yang telah mendukung penulis melalui perhatian, dukungan, motivasi selama studi sampai selesai penulisan skripsi ini. 16. Akhirnya semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selama ini telah mendukung, memberikan perhatian, motivasi dukungan doa-doa sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang.. Yogyakarta, 20 Oktober 2017 Penulis. Yuliana Bota. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i PESETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................ ii PENGESAHAN ........................................................................................................ iii PERSEMBAHAN ..................................................................................................... iv MOTTO ..................................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIHAN KARYA ................................................................. vi ABSTRAK ................................................................................................................ vii ABSTRACT ................................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix DAFTAR ISI ............................................................................................................. x DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. Latar Belakang............................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7 F. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 7 1. Manfaat Teoritis ........................................................................................ 7 2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 8 G. Sistematika Penulisan .................................................................................... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ...................................................... 11 A. Kajian Pustaka ............................................................................................... 11 1. Pendidikan Agama Katolik ....................................................................... 11 a. Hakekat dan Tujuan Pendidikan Agama Katolik ................................. 14 b. Praksis Pendidikan Agama Katolik ...................................................... 20 2. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Langsung ............................. 22. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. a. Pengertian ............................................................................................. 22 b. Karakteristik Model pembelajaran Berbasis Pengalaman .................... 24 c. Tahap-tahap Pembelajaran Berbasis Pengalaman Langsung .............. 30 d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung ............................... 31 e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Langsung.......................................................................... 32 3. Solidaritas ................................................................................................. 33 a. Pengertian Solidaritas ........................................................................... 33 b. Aspek Solidaritas.................................................................................. 34 c. Prinsip Solidaritas ................................................................................ 34 d. Peran Solidaritas ................................................................................... 36 e. Faktor-faktor dalam Solidaritas ............................................................ 37 f. Prasyarat dakam Solidaritas ................................................................. 38 g. Solidaritas dalam Compassion ............................................................. 40 4. Penelitian yang relevan ............................................................................. 44 5. Kerangka Pikir .......................................................................................... 44 B. Hipotesis ........................................................................................................ 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 47 A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 47 B. Desain Penelitian ........................................................................................... 47 C. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 48 1. Tempat Penelitian ..................................................................................... 48 2. Waktu Penelitian ....................................................................................... 48 D. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................... 48 E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 49 1. Variabel Penelitian .................................................................................... 49 a. Identifikasi Variabel ............................................................................. 49 b. Definisi Konseptual Variabel ............................................................... 49 c. Devinisi Operasional Variabel ............................................................. 50 2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 51 3. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 51 4. Pengembangan Instrumen ......................................................................... 53 a. Kisi-kisi .............................................................................................. 53 xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b. Uji Coba Terpakai .............................................................................. 57 1) Validitas ......................................................................................... 57 2) Reliabilitas ..................................................................................... 60 5. Analisis Data ........................................................................................... 62 a. Uji Normalitas Data ........................................................................... 62 b. Uji Linearitas Regresi......................................................................... 63 c. Uji Homogenitas ................................................................................ 63 d. Uji Homokedastisitas ......................................................................... 64 F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 64 1. Analisis Deskriptif .................................................................................. 64 2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 65 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 67 A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 67 1. Uji Persyaratan Analisis .......................................................................... 67 a. Uji Normalitas .................................................................................... 67 b. Uji Linearitas ...................................................................................... 70 c. Uji Homogenitas ................................................................................ 71 d. Uji Homokedastisitas ......................................................................... 73 2. Teknik Analisis Deskriptif ...................................................................... 74 3. Deskripsi Data ......................................................................................... 76 a. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Langsung dalam Pendidikan Agama Katolik ................................................................ 76 b. Solidaritas ........................................................................................... 102 4. Uji Regresi .............................................................................................. 114 B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 121 C. Refleksi atas Hasil Penelitian ...................................................................... 132 D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 133 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 135 A. Kesimpulan .................................................................................................. 135 B. Saran ............................................................................................................ 138. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 140 LAMPIRAN ............................................................................................................ 143 Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ............................................................................ (1) Lampiran 2: Instrumen Penelitian ........................................................................... (2) Lampiran 3: Jawaban Instrumen Penelitian ............................................................ (8) Lampiran 4: Data keseluruhan hasil Penelitian ....................................................... (26). xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.. B. Singkatan Lain Anova. :. Analisys Of Variance. Art. :. Artikel. APP. Aksi Puasa Pembangunan. CB. :. Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus.. CT. :. Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes paulus II kepada pada uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979. Dev. :. Deviasi. DIY. :. Daerah Istimewa Yogyakarta.. Dkk. :. Dan kawan-kawan.. EG. :. Elisabeth Gruyters. Dewan Pimpinan Umum. (1987). Elisabeth Gruyters: Pendiri Sebuah Tarekat. Yogyakarta: Kanisius.. GS. :. Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.. H0. :. Hipotesis Nol. H1. :. Hipotesis Alternatif xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PAK. :. Pendidikan Agama Katolik.. IPPAK :. Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. KGK. Katekismus Gereja Katolik (dokumen resmi gereja yang disahkan. :. oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 25 Juni 1992 dan diterbitkan pada tanggal 11 Oktober 1992. KWI. :. Konferensi Waligereja Indonesia.. Sig. :. Significant. SPSS. :. Statistical Product and Service. Std. :. Standard. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan sarana penciptaan antara pengetahuan dan nilai-nilai yang harus dimiliki tiap individu untuk menjadi pribadi yang matang. Karena itu, tetap dijaga keseimbangan antara pengetahuan dan nilai-nilai yang diberikan, agar kualitas kehidupan manusia semakin meningkat, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup menggereja. Kongregasi yang juga adalah bagian dari Gereja, ikut ambil bagian dalam dunia pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah katolik dengan tujuan utama mengintegrasikan semua aspek pengetahuan manusiawi melalui mata pelajaran yang diajarkan dengan cahaya Injil dan menumbuhkan keutamaankeutamaan yang khas Kristen (Sewaka, 1991: 24). Pendidikan agama katolik yang diterapkan di sekolah maupun diluar sekolah adalah bersifat utuh yang mampu mencakup seluruh aspek hidup beriman misalnya hidup doa, terlibat di dalam pelayanan di gereja dan perilaku siswa-siswi, baik itu segi kognitif, afektif, praksis. Pendidikan membantu memperkembangkan seluruh aspek secara seimbang sehingga memiliki arah pendidikan yang bersifat konatif. Bersifat konatif berarti, pendidikan didalam iman, sudah diolah dan dipertimbangkan matang-matang, sehingga diyakini kebenarannya, dan selanjutnya mendorong semua pihak supaya semakin setia serta konsisten mewujudkannya di dalam kenyataan hidup sehari-hari. Hal ini juga. membantu siswa-siswi memiliki kesadaran kritis yang. reflektif dan mampu berpikir sendiri, juga menolong mereka untuk menjadi lebih peka pada kebutuhan komunitas dan lingkungannya, sehingga memiliki wawasan yang luas (Heryatno, 2008:23)..

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Berdasarkan tujuan Pendidikan Agama Katolik tersebut, maka sekolahsekolah. Katolik. terus. menerus. berusaha. semaksimal. mungkin. untuk. memperkembangkan siswa-siswi dari segi kognitif, afektif dan praktis. Pihak sekolah sudah mengupayakan dan memberi kesempatan kepada siswa-siswiuntuk masuk dan ikut merasakan kehidupan orang-orang. kecil seperti; jualan bersama dengan. pedagang di pasar, melayani di warung-warung makan, mengunjungi saudara-saudari yang ada dipanti asuhan. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan agar tumbuh sikap solidaritas dan rasa syukur dalam diri siswa-siswi terhadap realitas di sekitarnya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan hari Kamis 16 Maret 2017 jam 11.00 pada siswa-siswi kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, dengan mengajukan pertanyaan terbuka pada 8 siswa kelas IX yang terpilih secara acak, didapatkan data bahwa pendidikan Agama Katolik di sekolah, mereka rasakan berbeda-beda. Mey salah satu siswa yang diwawancarai mengatakan: “Pelajaran Agama Katolik kurang menarik, membosankan, dan membuat ngantuk, lebih baik fokus pada mata pelajaran lain seperti (Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia), karena mata pelajaran Agama tidak diujikan dalam ujian Akhir sekolah”. Tari siswi kelas IX menambahkan, “proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik guru hanya menggunakan media film disetiap materi yang diberikan”, guru kurang bervariasi menggunakan media pembelajaran. Materi yang disampaikan oleh guru sudah sangat terstruktur sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan sampai pada aksi nyata. Namun ketika proses pembelajaran di kelas, Guru kurang melibatkan siswa yang mengakibatkan proses pembelajarannya terkesan satu arah.Sedangkan 3 siswa mengatakan bahwa dengan pelajaran Agama Katolik di sekolah, membantu mereka untuk lebih mawas diri dalam bersikap dan berperilaku terhadap sesamanya, lebih rajin aktif dalam kehidupan menggereja, dan menyenangkan karena semakin.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. menambah wawasan dan menumbuhkembangkan imannya sebagai seorang katolik, serta semakin bangga menjadi orang katolik. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik sangat membantu siswasiswi pada perubahan sikap yang semakin peduli, saling membantu dan menolong sesama contohnya ada siswa kelas IX beragama muslim yang mengalami musibah (orang tuanya meninggal dunia). Melihat kenyataan ini, guru agama Katolik juga tidak tinggal diam. Melalui pelajaran agama, siswa-siswi diingatkan bahkan guru mengambil pengalaman tersebut sebagai contoh didalam proses pembelajaran, dan siswa-siswi dilibatkan untuk membantu dengan menyisihkan uang jajan setiap hari sebagai bentuk kepedulian, belarasa dan solider dengan sesamanya. Namun ada juga siswa-siswi yangberasal dari keluarga yang brokenhome, sehingga sikap solidaritas itu tidak muncul dari kesadaran diri untuk menolong sesama, melainkan sebuah keharusan yang diwajibkan dari sekolah. Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik, siswa-siswi diajak untuk semakin paham akan situasi saat ini yang tengah dihadapi, terutama dalam mengupayakan sikap dan semangat kebersamaan, dengan bersedia membuka diri, untuk memperhatikan orang lain yang ada disekitarnya. Melalui Pendidikan Agama Katolik, SMP Stella Duce 2 Yogyakarta ingin mengembangkan siswa- siswi dengan seluruh dinamika. hidupnya ditengah kemajemukan masyarakat dan kemajuan. teknologi yang begitu pesat. Pendidikan Agama Katolik menjadi salah satu sarana untuk membantu siswa-siswi SMP Stella Duce 2 untuk semakin peka, terbuka, bisa bersolider dengan orang lain terlebih mereka yang miskin lemah dan tersingkirkan. SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dibawa. naungan Yayasan Tarakanita. memiliki visi menjadi lembaga pendidikan yang didasari oleh relasi yang berbelarasa untuk membantu para siswa membentuk diri menjadi pribadi yang utuh, bermoral.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. baik, berkemampuan. intelektual memadai, cerdas, mandiri, kreatif, terampil,. memiliki wawasan kebangsaan dan semangat berbelarasa terhadap sesama manusia terutama yang miskin, tersisih, dan menderita. Visi yang dimiliki oleh SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tersebut diharapkan terus menerus dihidupi oleh seluruh warga sekolah baik itu pimpinan sampai pada pembantu pelaksana, sehingga terciptalah suasana kasih dan solidaritas didalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah, yang memberikan warna tersendiri untuk menghidupi dan mewujudkan belarasa, peduli dan solider dengan sesama khususnya mereka yang lemah, miskin dan tersisih. Dari hasil wawancara, sebagian siswa yang merasakan dampak positif dari pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang diwujudkan dalam aksi kongkrit. Selain proses pembelajaran formal di kelas, siswa-siswi juga diberi kesempatan untuk mengadakan kegiatan kokurikuler pendidikan agama katolik misalnya: kunjungan ke panti asuhan, melayat keluarga guru atau siswa yang meninggal, mengunjungi orang sakit. Pihak sekolah juga mengadakan kegiatan ekstra kurikuler yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Katolik misalnya: doa Rosario di bulan Rosario, renungan APP, Adven, Retret, lomba membaca kitab suci, Mazmur, dan Paduan suara. Untuk menunjang pelaksanaan tersebut berbagai unsur sekolah dilibatkan, seperti keterlibatan guru dalam peribadatan, keterlibatan unsur pimpinan sekolah dalam pembelajaran. agama, keterlibatan manajemen sekolah dalam penyediaan sarana. ibadah. Kondisi ini sangat didukung oleh adanya dana dari Yayasan Tarakanita dan memberi kesempatan kepada guru Pendidikan Agama Katolik untuk mengembangkan kompetensinya misalnya: mengikuti seminar yang diadakan oleh Bimas Katolik, dan juga pelatihan dari Keuskupan bagi katekis..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di tengah proses pembelajaran di sekolah. sangat. kondusif. untuk. membentuk. kepribadian. siswa-siswi. yang. mengedepankan aspek kognitif, afektif, dan praksis. Hal ini membawa implikasi pada peningkatan atmosfir kehidupan beragama. Contoh dari atmosfir keberagamaan adalah terjadinya praktek ritual yang berjalan setiap moment, seperti pada saat misa, bagi siswa-siswi yang beragama Katolik, shalat Jum’at bagi siswa-siswi yang beragama Islam. Melalui Pendidikan Agama Katolik, siswa-siswi diharapkan mampu menumbuhkan sikap saling berbagi, solider, saling menghargai, saling menghormati, saling menolong guna mengembangkan diri sehingga dapat menjadi manusia yang utuh. Dengan demikian, perkembangan diri siswa-siswi bukan hanya diukur dari segi intelektual, namun keseluruhan aspek diri seseorang sebagai pribadi yang utuh (Komkat KAS, 2001:11). Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi yang dimiliki oleh SMP Stella Duce 2. Salah satu nilai yang diperjuangkan oleh SMP Stella Duce 2 adalah mengembangkan kepribadian siswa-siswi dengan baik, melalui sikap peduli, rela membantu, rela berbagi apa saja yang mereka miliki, adil dalam bersikap dan bertindak. Disamping itu, usaha yang ingin diwujudkan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dalam karya pendidikan secara utuh, juga sesuai dengan kharisma, visi dan misi Kongregasi suster-suster cinta kasih St. Carolus Borromeus. Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis akan mengadakan penelitian dengan. judul. ”PENGARUH. MODEL. PEMBELAJARAN. BERBASIS. PENGALAMAN LANGSUNG, DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, TERHADAP SOLIDARITAS SISWA-SISWI KELAS IX SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018”..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. B. Identifikasi Masalah Memperhatikan latar belakang di atas, maka permasalahan yang telah dipaparkan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1.. Sebagian siswa merasa media pembelajarannya kurang variatif.. 2.. Sebagian siswa merasakan bahwa didalam proses pembelajaran terkesan satu arah sehingga membosankan.. 3.. Sejauh mana model pembelajaran itu mampu membantu siswa sehingga sampai pada kasadaran untuk mewujudkan solidaritas?. 4.. Salah satu tujuan dari pendidikan Tarakanita adalah mengembangkan sikap solider, dan itu ditanggung oleh semua mata pelajaran. Bagaimana Pendidikan Agama Katolik ikut berperan didalam mengembangkan sikap solidaritas siswasiswi?. 5.. Bagaimana kondisi sekolah membantu mengembangkan sikap solidaritas?. 6.. Bagaimana kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler membantu sikap solidaritas?. 7.. Bagaimana. model. pembelajaran. berbasis. pengalaman. langsung. untuk. mengembangkan solidaritas.. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis tidak membahas semua permasalahan yang ada. Oleh karena itu penulis membatasi masalah yang akan difokus. pada. “PENGARUH. MODEL. PEMBELAJARAN. BERBASIS. PENGALAMAN LANGSUNG, DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, TERHADAP SOLIDARITAS SISWA-SISWI KELAS IX SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, terhadap solidaritas siswasiswi kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018.. E. Tujuan Penelitian. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan utama penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Pengaruh model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, terhadap solidaritas siswa-siswi kelas IX SMP Stela Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. F. Manfaat Penulisan. 1.. Manfaat Teoritis Sebagai bahan refleksi bagi peningkatan pelaksanaan model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), sehingga pendidikan Agama Katolik ini dapat berpengaruh pada peningkatan solidaritas siswa-siswi kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018.. 2.. Manfaat Praktis a. Mendorong para pemimpin unit karya, para guru dan orang tua untuk terus mengupayakan dan meningkatkan solidaritas siswa sehingga dapat berdampak positif dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. b. Menyadari pentingnya pendidikan Agama Katolik bagi perkembangan solidaritas dalam diri siswa-siswi. c. Menemukan dampak positif dari model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, demi pengembangan solidaritas siswa-siswi kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. d. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.. G. Sistematika Penulisan Supaya memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dari keseluruhan tulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan ini: Bab I memiliki bagian-bagian yang. diawali dengan. pendahuluan yang. menguraikan latar belakang permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Bagian kedua ini adalah identifikasi masalah dari latar belakang yang sudah ditemukan. Bagian ketiga adalah pembatasan masalah, yang menjelaskan tentang ruang lingkup dan batasan dari penulisan ini. pada bagian keempat, dijelaskan tentang. rumusan. masalah-masalah yang dipaparkan dalam beberapa kalimat tanya berdasarkan pembahasan dibagian latar belakang. Melalui perumusan masalah ini, penulis dapar terbantu untuk masalah yang akan dikaji dalam kajian pustaka sebelum penelitian dilakukan. Bagian berikutnya dalam tujuan penulisan, yang. mana memaparkan. tujuan dari penulisan ini. Bagian keenam, penulis merumuskan manfaat dari judul yang akan dibahas secara lebih mendalam dalam penelitian. Bagian terakhir, penulis menyampaikan berkaitan dengan sistematika dari keseluruhan penulisan, mulai dari BAB I hingga BAB V..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Bab II terdiri dari empat bagian. Pertama menguraikan tentang kajian pustaka berkaitan. dengan model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam. Pendidikan Agama Katolik, dan solidaritas, dengan tujuan untuk menjawab masalahmasalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, kemudian dijawab menggunakan beberapa acuan pustaka yang ditemukan oleh penulis. Bagian kedua, ditampilkan tentang penelitian yang relevan dengan judul yang telah dipilih oleh penulis. Berikutnya pada bagian ketiga, yaitu kerangka pikir, menjelaskan bagaimana kerangka pikir yang ingin dibangun oleh penulis, dalam memecahkan masalahmasalah yang telah dirumuskan dan dikaji dalam kajian pustaka. Bagian terakhir, penulis menyampaikan rumusan hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah yang ada dalam judul yang telah ditentukan. Bab III memaparkan tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bagian ini penulis memaparkan metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian untuk membuktikan rumusan hipotesis yang ada pada bagian sebelumnya. Bagian pertama memaparkan tentang jenis penelitian yang akan digunakan. Kedua, dipaparkan tentang desain penelitian yang digunakan. Ketiga, berisi paparan tentang tempat dan waktu penelitian. Keempat tentang jumlah polulasi dan sampel penelitian. Kelima mengenai teknik dan instrument pengumpulan data, terdiri dari pembahasan tentang variabel, definisi konseptual variabel, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, instrument pengumpulan data, kisikisi instrument dan pengembangan instrument yang terdiri dari uji coba terpakai, uji validitas, analisis reliabilitas, uji persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas, uji linearitas regresi, uji homogenitas dan homokedastisitas. Keenam memaparkan tentang teknik analisis data yang terdiri dari persyaratan analisis dan teknik analisis yang mencakup analisis deskriptif dan uji hipotesis..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Bab IV berisi uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian tersebut. Pada bab ini, penulis akan melaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan memaparkan hasil dari penelitian yang diperoleh instrument yang telah diujikan kepada responden agar dapat diolah dan dibahas dalam penelitian ini. berdasarkan hasil analisis data, penulis dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, kemudian dilengkapi dengan uraian mengenai keterbatasan hasil penelitian. Bab V merupakan bagian penutup yang berisikan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan sekaligus menjawab permasalahan dari judul yang telah dipilih oleh penulis dan menandai berakhirnya kegiatan penelitian ini. ..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Judul model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, terhadap Solidaritas siswa-siswi kelas IX SMP Stella Duce 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 ini, memiliki dua aspek yaitu model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, dan Solidaritas yang masing-masing memiliki korelasi satu terhadap yang lain. Maka pada bagian ini, akan diulas lebih dalam apa itu model pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, dan solidaritas, sebelum memahami apa yang dimaksud dengan dampak model Pembelajaran berbasis pengalaman langsung, dalam Pendidikan Agama Katolik, terhadap solidaritas secara keseluruhan. Sehubungan. dengan. gagasan-gagasan. diatas. pada. tulisan. ini. akan. dikemukakan berturut-turut: Pendidikan Agama Katolik yang meliputi; hakekat dan tujuan, praksis, model pembelajaran berbasis pengalaman, Solidaritas yang meliputi; pengertian solidaritas, aspek solidaritas, peran solidaritas,. faktor-faktor dalam. solidaritas, prasyarat dalam solidaritas, solidaritas dalam compassion.. A. Kajian Pustaka 1.. Pendidikan Agama Katolik Agama merupakan suatu pedoman hidup yang sangat penting bagi kehidupan. manusia, dimana agama membantu seseorang menemukan makna hidup yang lebih mendalam. Dalam tujuan pendidikan tidak hanya ditekankan pada segi agama seperti hukum, ajaran-ajarannya, upacara dan lain sebagainya, namun juga dapat menghayati relasi yang terjalin dengan Tuhan. Oleh karena itu sekolah memiliki peranan dalam.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. membantu mewujudkan tujuan hidup seseorang dalam hal iman. Heryatno (2008: 23) menuliskan bahwa Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu peserta didik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-nilai kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Pendidikan Agama katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk membantu peserta didik menjalani proses pemahaman, pergumulan, dan penghayatan iman dalam konteks hidup sehari-hari. Proses semacam ini diharapkan semakin memperteguh dan mendewasakan iman peserta didik. Peran pendidikan agama katolik sebagai jembatan, jalan bagi para peserta didik untuk sampai pada penghayatan iman mereka dalam kenyataan hidup sehari-hari. Iman yang dewasa diartikan sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh karena mencakup segi pemikiran, hati dan praksis (Komkat KWI, 2007: 11). Pendidikan iman disekolah merupakan proses pendewasaan iman diharapkan mampu membantu memperkembangkan iman peserta didik secara seimbang. Oleh karena itu, pendidikan agama Katolik juga tidak pernah membatasi perhatiannya hanya pada kegiatan rohani yang terpisah dari kenyataan hidup lainnya. Sebaliknya Pendidikan Agama Katolik harus mampu mendorong peserta didik untuk mengambil bagian di dalam penindasan serta ketidakadilan. Pendidikan agama Katolik di sekolah perlu mempelopori terwujudnya kebebasan agar para peserta didik dapat dibantu mengambil keputusan hidup yang sungguh-sungguh keluar dari hati nuraninya. Yan Riberu (2004: 25) juga menulis bahwa pendidikan agama ini juga mengusahakan perkembangan sikap hidup orang beriman. Puncak pengembangan ini berupa terbentuknya hati nurani dengan kesadaran moral yang tinggi. Para pendidik.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. agama wajib mendorong para siswa-siswi melalui proses demi proses sehingga para siswa-siswi mampu berpegang pada pemahaman dan nilai bukan karena kebiasaan melainkan menurut kesadaran yang berasal dari diri sendiri. Pendidikan agama dikatakan berhasil bukan karena mampu mengalihkan ajaran-ajaran pokok agama, melainkan pendidikan agama yang mampu mengembangkan sikap-sikap. hidup. seseorang yang senantiasa dibimbing hati nuraninya melakukan sesuatu dengan penuh kesadaran moral tinggi. Sedangkan, KWI dalam Petunjuk Umum Katekese; Katekese dan Pelajaran Agama di Sekolah-sekolah (art.73) mengatakan bahwa “Pendidikan Agama dipanggil untuk meresapi satu bidang budaya yang khas dan untuk berhubungan dengan bidang ilmu pengetahuan yang lain. Sebagai bentuk asli dari pelayanan sabda, dia menghadirkan Injil dalam sebuah proses personal dari asimilasi kultural, sistematis, dan kritis. Pendidikan agama di sekolah dikembangkan dengan konteks sekolah yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari pandangan pribadi masing-masing guru, namun tetap mempertahankan sifat khas pendidikan agama sehingga tetap mampu menanggapi tujuannya (Adisusilo Sutarjo, 2012: 40). Hidup dan iman siswa-siswi yang menerima pendidikan agama di sekolah ditandai dengan perubahan yang terus menerus. Pendidikan agama di sekolah juga perlu memperhitungkan fakta-fakta yang dapat mencapai tujuannya. Bagi siswa-siswi yang percaya, pendidikan agama mampu membantu mereka memahami dengan lebih baik pesan Kristiani. Bagi siswa-siswi yang sedang mencari atau yang ragu-ragu, juga dapat menemukan pendidikan agama kemungkinan untuk menemukan apa artinya iman yang tepat kepada Yesus Kristus, yang memberikan mereka kesempatan untuk menguji pilihan mereka sendiri secara lebih dalam. Sedangkan bagi siswa-siswi yang tidak percaya, pendidikan agama.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. hanya bersifat pewartaan missioner injil, dimana katekese akan mendewasakan iman mereka. Karena itu pelajaran-pelajaran yang diberikan dalam pendidikan kiranya sanggup menjawab tuntutan ini. Gravissimum Educationis juga menegaskan bahwa: Sekolah memiliki makna istimewa tersendiri dari segala upaya pendidikan yang ada. Sekolah Katolik memiliki tujuan yang khas yakni menciptakan lingkungan hidup bersama di sekolah yang dijiwai semangat Injil, kebebasan dan cinta kasih, serta membantu peserta didik dalam mengembangkan kepribadian mereka secara lebih utuh (GE, art. 5).. a. Hakekat dan tujuan Pendidikan Agama Katolik. Dalam Petunjuk Umum Katekese; Katekese dan Pelajaran Agama di Sekolahsekolah (art.74) dikatakan bahwa pelajaran agama di sekolah dikembangkan dalam konteks sekolah yang berbeda-beda, sementara tetap mempertahankan sifatnya yang khas memperoleh penekanan-penekanan yang berbeda. Hal ini bergantung pada situasi legal dan organisatoris, teori-teori pendidikan, pandangan pribadi masingmasing guru, serta hubungan antara pelajaran agama di sekolah-sekolah dan katekese keluarga atau paroki. Para siswa-siswi berhak mempelajari dengan benar dan pasti agama yang dipeluknya. Hak mengenal Kristus, dan pesan yang menyelamatkan yang dimaklumkan-Nya tidak boleh diabaikan. Sifat pengakuan dari pelajaran agama di sekolah-sekolah dalam berbagai fokus, yang diberikan oleh Gereja di berbagai negara merupakan jaminan yang tidak dapat dilepaskan yang dipersembahkan kepada keluarga-keluarga dan para siswa-siswi yang memilih pendidikan seperti itu.Bagi sekolah Katolik, pelajaran agama merupakan bagian dari dan dilengkapi dengan bentuk-bentuk lain dari pelayanan sabda (katekese, homili, perayaan-perayaan.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. liturgis, dll). Pelajaran agama tidak dapat dipisahkan dari fungsi pedagogis dan dari eksistensi mereka. Dalam konteks sekolah negeri atau sekolah-sekolah swasta dimana wewenang sipil atau situasi lain memaksakan pelajaran agama umum baik bagi siswa Katolik maupun bukan Katolik, hendaklah pelajaran agama lebih bersifat ekumenis, dan memiliki kesadaran antar agama yang lebih besar. Dalam situasi lain, pelajaran agama lebih bersifat kultural dan mengajarkan pengetahuan tentang agama-agama, termasuk agama Katolik. Dalam hal ini, dan teristimewa bila diberikan oleh guruguru yang memiliki hormat yang tulus akan agama Kristen, pelajaran agama mempertahankan dimensi yang sejati dari “persiapan injil”. Pendidikan Agama Katolik harus berivisi spiritual.. Heryatno (2008: 14). mengatakan bahwa “Bervisi spritual berarti Pendidikan Agama Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup nara didik, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. ”Dalam Pendidikan Agama Katolik yang ditekankan bukan hanya pengetahuan melainkan interioritas hidup dan memperkembangkan jiwa mereka. Interioritas berhubungan dengan kesadaran sedangkan jiwa merupakan tempat dimana Allah bersemayam. Pendidikan Agama Katolik tidak hanya untuk memperoleh informasi dan pengetahuan melainkan memberi ilham dan membantu menemukan makna hidup dalam kehidupannya seharihari. Mangunwijaya dalam Heryatno (2008: 15-16) mengatakan bahwa hakikat dasar pendidikan Agama Katolik adalah komunikasi iman, bukan hanya pengajaran agama. Komunikasi iman berangkat dari pengalaman hidup sehari-hari yang disharingkan dan direfleksikan menuju kepada penghayatan iman baru. Komunikasi iman ini akan saling memperkembangkan dan meneguhkan iman para pesertanya..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. Pendidikan Agama Katolik tidak berhenti pada pengajaran agama melainkan proses pendewasaan iman, peneguhan dan perwujudan cinta kasih. Komunikasi iman ini akan terjadi apabila suasana pembelajaran dapat saling menghargai dan menyemangati sehingga dapat membuka peluang untuk penghargaan setiap pribadi, dengan demikian tidak ada pengalaman yang dianggap memalukan tetapi sungguhsungguh dikomunikasikan dan direfleksikan sebagai pengalaman iman dan akhirnya menunjukkan keterarahan pada hidup yang lebih baik (Heryatno, 2008: 15). Berbeda halnya dengan Romo Van Lith, beliau mengatakan bahwa hidup orang beragama yang sungguh mengungkapkan iman harus diwujudkan juga dalam perjuangan di tengah-tengah dunia, di agamalah terpancar cita-cita paling luhur yang mendorong kita berusaha dan bekerja guna kebebasan, perkembangan, dan kemakmuran tanah Jawa di Hindia. Selayaknya agama tidak hidup untuk dirinya sendiri melainkan bergerak demi keprihatinan Allah yang diimani di tengah-tengah situasi sekarang ini (Banawiratma, 1990: 14). Menurut Adisusanto, dalam Dapiyanta (2008: 4-6) Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu bentuk katekese. Dengan itu Pendidikan Agama Katolik terikat pada fungsi katekese dan situasi sekolah. Katekese mempunyai fungsi khas melaksanakan pendidikan iman agar orang beriman kristen mencapai kedewasaan iman. Pendidikan iman yang dimaksud merupakan penciptaan situasi dan kondisi sedemikian rupa hingga orang dapat mengembangkan imannya secara bebas. Pendidikan iman bukan merupakan campur tangan langsung atas perkembangan iman orang, karena iman merupakan perjumpaan rahmat Allah dan kebebasan manusia sehingga perkembangannya pun merupakan hasil kerjasama antara rahmat Allah dan kebebasan manusia. Pendidikan Agama Katolik. tidak hanya berhenti pada. pengetahuan tentang kebenaran-kebenaran agama melainkan mesti mengolahnya dan.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. menghantar peserta didik sampai pada iman yang dewasa, relasi dengan Kristus dalam keseluruhan hidupnya. (Dapiyanta, 2008: 5-6). Adapun Pendidikan Agama Katolik merupakan sarana pewartaan Kristus demi perubahan batin dan pembaharuan hidup secara langsung bagi kaum muda, baik di sekolah negeri maupun swasta Katolik (Dapiyanta, 2008 : 4). Oleh karena itu, pelajaran agama di sekolah hendaknya tampil sebagai disiplin studi, dengan tuntutan dan kepentingan yang sama dengan disiplin yang lain. Pelajaran agama harus menyampaikan pesan dan peristiwa Kristiani dengan kesungguhan dan kedalaman yang sama dengan apa yang disajikan oleh disiplindisiplin yang lain. Tidak dapat ditempatkan hanya sebagai tambahan, melainkan sebagai hal yang perlu dalam dialog interdisipliner. Dialog itu terutama harus terjadi pada level yang sama seperti halnya displin lain membentuk kepribadian para siswa. Dengan cara ini, penyajian pesan-pesan Kristiani mempengaruhi cara memahami asal mula dunia, pengertian sejarah, dasar nilai etis, fungsi agama dalam budaya, tujuan manusia dan hubungannya dengan alam. Melalui dialog interdisipliner, pelajaran agama. di. sekolah,. mendasari,. menggerakan. dan. mengembangkan. dan. menyempurnakan kegiatan pendidikan di sekolah. Dalam Dokumen Gerejawi Catechesi Tradendae tentang Penyelenggaraan Katekese yaitu Yayasan-yayasan sekolah Katolik harus menghormati kebebasan suara hati artinya: menghindari jangan sampai membebani suara hati dari luar dengan menimbulkan tekanan fisik atau moril, khususnya menyangkut kegiatan keagamaan kaum remaja. Tetapi lembaga-lembaga itu tetap masih menanggung kewajiban berat untuk menyelenggarakan pendidikan agama sesuai dengan situasi keagamaan para siswanya, yang kerap kali amat berlain-lainan... agar para siswa memahami bahwa panggilan Allah untuk mengabdinya dalam roh dan kebenaran, seturut perintah-perintah Allah serta Gereja, tidak menggunakan paksaan, panggilan itu toh mengikat suara hati juga (CT.69)..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. Dalam pendidikan agama Katolik mengusahakan untuk tetap menghormati kebebasan suara hati agar para siswa tetap memahami bahwa panggilan Allah dapat dihayati dan dimaknai tanpa paksaan. Begitulah injil akan meresapi mentalitas para siswa-siswi dalam bidang studi mereka, dan penyelarasan kebudayaan mereka akan dicapai dalam terang iman (CT: 69). Groome diterjemahkan oleh Daniel Stefanus (2010: 49-50) mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama kristen adalah untuk menuntun orang-orang ke luar menuju ke Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. Ada tiga alasan: Pertama, dalam kitab suci orang Yahudi visi Kerajaan Allah ditempatkan sebagai visi dan rencana Allah sendiri bagi seluruh manusia dan ciptaan. Kedua, dalam kesinambungan dengan dan dalam tradisi orang Yahudi itu Yesus memberitakan Kabar Baik-Nya. TujuanNya seharusnya juga menjadi tujuan orang-orang yang akan mendidik dalam namaNya. Ketiga, Kerajaan Allah sebagai tema utama dari kitab-kitab Injil dan orangorang Kristen yang hidup harus merespon Kerajaan Allah itu. Heryatno (2008: 23-24) mengatakan tujuan utama Pendidikan Agama Katolik yaitu demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Terwujudnya Kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh kegiatan pendidikan di dalam iman atau pendidikan agama katolik. Kehidupan kristiani dengan semangat pertobatan yang terus menerus diperbaharui dan diwujudkan diharapkan menjadi tanggapan terhadap karya penyelamatan Allah tersebut. Singkatnya, terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah menjadi pusat referensi (sumber acuan) untuk merumuskan arah, visi dan tujuan pendidikan di dalam iman. Suatu paradigma pendidikan agama katolik yang berorientasi demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah diperlukan untuk dijadikan sebagai sumber inspirasi yang akan memberdayakan pendidik dan naradidik di dalam proses pendidikan dan juga menghindari adanya salah paham bahwa pendidikan.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. dalam iman hanya bersifat teoritis-intelektualistis dan merupakan urusan pribadi yang hanya membicarakan hal-hal yang “Suci” tetapi jauh dari pergulatan hidup seharihari. Selain itu tujuan Pendidikan Agama Katolik bersifat holistik. Bersifat holistik artinya sesuai dengan kepentingan hidup naradidik, tujuan pendidikan agama katolik disekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis. Ketiganya tidak dapat dipisah-pisahkan; tidak dapat satu unsur dilebihkan dan unsur lan diabaikan.Tujuan pendidikan agama katolik juga bersifat konatif. Bersifat konatif berarti, tujuan pendidikan di dalam iman sudah diolah dan dipertimbangkan masak-masak, sehingga diyakini kebenarannya, dan selanjutnya mendorong semua pihak supaya semakin setia serta konsisten mewujudkannya di dalam kenyataan hidup sehari-hari. Pendidikan iman yang bersifat konatif salah satu arah utamanya yaitu membantu nara didik kecuali untuk memiliki kesadaran kritis yang reflektif dan mampu berpikir sendiri juga mendorong mereka untuk menjadi lebih peka pada kebutuhan lingkungannya sehingga naradidik, peserta pendidikan agama katolik memiliki pandangan yang inklusif dan berwawasan luas. Jacobs dalam Dapiyanta (2008: 23) mengatakan bahwa arah Pendidikan Agama Katolik di sekolah dirumuskan secara luas dan sempit. Secara luas arah pendidikan agama katolik ialah memperluas pengetahuan, memperteguh pergulatan iman (internalisasi), dan memperkaya penghayatan iman dalam pelbagai bentuk serta mengembangkan dialog antar iman (jika ada peserta yang beragama lain). Orang yang memiliki pengetahuan tentang iman belum tentu beriman, namun tanpa pengetahuan yang memadai orang akan mengalami kesulitan dalam beriman, maka dirumuskan tujuan memperluas pengetahuan. Iman mengandaikan ada keputusan pribadi dan penghayatan terus menerus dan rahmat Allah. Untuk itu diperlukan perguatan pribadi.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. proses internalisasi. Dengan saling berkomunikasi mereka diharapkan dapat saling memperteguh pergulatan dan memperkaya penghayatan (Dapiyanta, 2008: 23). Hasil sidang PKKI IV yang dikumpulkan oleh Setyakarjana (1997: 93) mengatakan bahwa tujuan pelajaran agama dapat dirumuskan sebagai usaha agar peserta didik memiliki kemampuan dan ketrampilan membentuk dan menggumuli hidup dengan segala aspeknya.. b. Praksis Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik dalam proses pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan yang didalamnya terkandung tiga proses yaitu pemahaman, pergumulan dan dan penghayatan iman dalam konteks hidup sehari-hari. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dimulai dari pengalaman dan pendalaman pengalaman hidup sehari-hari, diteguhkan dalam terang Kitab Suci atau ajaran gereja, yang pada akhirnya diwujudnyatakan dalam tindakan konkrit. Model shared Christian Praxis, Groom dalam Heryatno (2008: 61) menekankan pentingnya partisipasi aktif para peserta. Peran peserta sebagai subyek dalam proses penyelenggaraan pendidikan sangat ditekankan. Partisipasi itu berdasarkan pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Hasil dari refkelsi kritis tersebut kemudian didialogkan dengan visi dan tradisi katolik. Harapannya peserta dapat meneguhkan sikap hidupnya yang sudah positif, dan menemukan kesadaran dan nilai-nilai baru yang akan mendasari pengambilan keputusan konkrit sebagai salah satu kekhasan model praksis. Heryatno (2008: 53-63) mengemukakan bahwa model pendidikan agama Katolik ada empat model yaitu :.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. a) Model Transmisi / Transfer Model ini bersifat instruktif dan perskriptif. Pendidik menyampaikan (mengoper dan mentransfer) materi (informasi) secara instruksional kepada peserta didik. Pendidik meyakini informasi tersebut sebagai kebenaran yang harus dipelihara dan diteruskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Dari sifat-sifat yang ditekankan tersebut dapat dikatakan bahwa model ini sangat mengutamakan segi kognitif. Proses model ini bersifat satu arah dari atas ke bawah, dari guru kepada para murid (peserta). Guru sebagai pusat memandang diri sebagai satu-satunya sumber pengetahuan (guru merasa diri jauh lebih tahu). b) Model yang Berpusatkan pada Hidup Peserta Model pendidikan yang berpusatkan pada hidup peserta ini merupakan reaksi yang ekstrem terhadap model pendidikan yang bersifat dogmatis. Sifat yang ditekankan bukan kognitif melainkan kualitatif dan subyektif. Model ini mendukung para peserta untuk menemukan manfaatnya sendiri, memilih materi dan kecepatannya, termasuk memilih bentuk evaluasinya. Segi refleksi atas pengalaman menjadi jalan utama untuk sampai menemukan dimensi religius dari pengalaman hidup. Secara pedagogis model ini dikritik karena hanya berkutat dan berhenti pada pengalaman. Disamping itu karena prosesnya terlalu kabur banyak menekankan diskusi, mengakibatkan arahnya menjadi kabur sehingga baik peserta didik maupun pendidik mengalami kebingungan mau kemana, tidak jelas. c) Model Praksis Pendidikan harus membantu peserta supaya berani berpikir sendiri secara kritis. Para peserta didik dihormati kebebasannya dan minatnya untuk bertanya, mencari dan menemukan makna hidup bagi dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan istilah praksis adalah sintesis antara teori yang ditekankan pada model pertama.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. dengan pengalaman hidup digarisbawahi pada model kedua. Salah satu cara untuk mengimplementasikan pemikiran adalah dengan menekankan partisipasi aktif dari setiap peserta. Cara ini dimaksud untuk memperluas tanggungjawab dan partispasi aktif dari setiap peserta di dalam proses pendidikan. Hubungan yang diharapkan dari pendidik dengan peserta didik bukan guru dan murid (penceramah dan pendengar) tetapi sesama (mitra) yang bersama-sama mencari, meneliti dan menemukan. Sekolah menjadi. komunitas. yang. bersama-sama. belajar,. memperbaharui. dan. memperkembangkan. d) Model Pendidikan yang bersifat Estetis Model yang penuh dengan nilai seni (estetika) suatu model pendidikan yang menyatukan segi kognitif dan afektif sekaligus membuka peluang selebar-lebarnya bagi peserta didik untuk berekspresi. Seni tidak pernah berat sebelah hanya menekankan diri pada segi kognitif, melainkan menggarisbawai segi rasa (berkaitan dengan lambang dan simbol) dan segi pengalaman. Pedagogi yang memiliki nilai estetis menekankan segi visualisasi, bagaimana “materi” dapat sungguh terinkarnasi dalam kehidupan. Di dalam tahap persiapan, tidak hanya sibuk dengan materi, yang memang penting, tetapi juga memperhatikan suasana, menentukan bahasa dan mengkontemplasikan hidup peserta. Supaya tidak berat sebelah hanya membatasi pada segi kognitif, materi dikomunikasikan bukan dengan cara yang kering, sematamata kata melainkan dengan cara yang komunikatif, yang mengundang refleksi, dan yang menumbuhkan rasa serta pengalaman. 2. Model pembelajaran berbasis pengalaman langsung. a. Pengertian Menurut David Kolb dalam Fathurrohman (2015: 128). mendefinisikan. belajar sebagai proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. pengalaman.. Pengalaman. diakobatkan. oleh. kombinasi. pemahaman. dan. mentransformasikan pengalaman. Fathurrohman (2015: 129) menyatakan bahwa Experiential Learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran bukan hanya materi yang bersumber dari buku atau pendidik. Experiential Learning sebagai metode yang membantu pendidik dalam mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata, sehingga dengan pengalaman nyata siswa dapat mengingat dan memahami informasi yang didapatkan dalam pendidikan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Fathurrohman (2015: 130) mengatakan bahwa pengalaman belajar yang akan benar-benar efektif, menggunakan seluruh roda belajar, dari pengaturan tujuan, melakukan observasi, memeriksa ulang dan merencanakan tindakan. Menurut Atherton dalam Fathurrohman (2015: 128) mengemukakan bahwa konteks belajar pembelajaran berbasis pengalaman dapat dideskripsikan sebagai proses pembelajaran yang merefleksikan pengalaman secara mendalam sehingga muncul pemahaman baru atau proses belajar. Menurut Fathurrohman (2015: 128) pembelajaran berbasis pengalaman memanfaatkan pengalaman baru dan reaksi pembelajaran terhadap pengalamannnya untuk membangun pemahaman dan transfer pengetahuan, keterampilan baru, dan sikap baru bahkan cara berpikir baru untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pembelajaran berbasis pengalaman berpusat pada pembelajaran dan berorientasi pada aktivitas refleksi secara personal tentang sesuatu pengalaman dan memformulasikan rencana untuk menerapkan apa yang diperoleh dari pengalaman personal tersebut. Model pembelajaran berbasis pengalaman merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada pengalaman yang akan dialami dan dipelajari oleh peserta didik.. Dengan terlibatnya langsung dalam proses belajar dan menkontruksikan.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. sendiri. pengalaman-pengalaman. yang. didapat.. Sehingga. menjadi. suatun. pengetahuan.. b. Karakteristik model pembelajaran berbasis pengalaman langsung. Kolb dalam Fathurrohman (2015: 129) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis pengalaman mempunyai enam karakteristik utama yaitu: 1. Belajar terbaik dipahami sebagai suatu proses, tidak dalam kaitannya dengan hasil yang dicapai. 2. Belajar adalah suatu proses kontinu yang didasarkan pada pengalaman. 3. Belajar memerlukan resolusi konflik-konflik antara gaya-gaya yang berlawanan dengan cara dialektis. 4. Belajar adalah proses yang holistic. 5. Belajar melibatkan hubungan antara seseorang dan lingkungan. 6. Belajar adalah proses tentang menciptakan pengetahuan yang merupakan pengetahuan yang merupakan hasil dari hubungan antara pengetahuan sosial dan pengetahuan pribadi. Fathurrohman (2015: 130) mengatakan bahwa model pembelajaran berbasis pengalaman mempunyai tiga aspek yaitu; pengetahuan (konsep, fakta, dan informasi), aktivitas (penerapan dalam kegiatan) dan refleksi (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu). Ketiganya merupakan kontribusi dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Majelis Pendidikan Katolik dan Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang (2009: 51-62), Paradigma Pedagogi Refleksi mengembangkan pada pengolahan tiga unsur berikut: a. Mengolah Pengalaman.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. Pengalaman anak didik menjadi langkah pertama, untuk memasuki pendalaman. bahan. dalam. pembelajaran. Pendidikan. Agama. Katolik. dan. diinterpretasikan agar tidak bersifat subyektif semata, melainkan menjadi autentik dan bermakna bagi orang lain. Pengalaman dalam hal ini adalah segala pengalaman, yang dialami secara langsung maupun tidak langsung, yang bersifat faktual, aktual dan konkret dari anak didik itu sendiri. Melalui cara ini, anak didik dibantu untuk menyadari dirinya sebagai subyek yang keberadaannya dihormati dan diharapkan. Anak didik dibantu untuk mengungkapkan pengalamannya. b. Proses Refleksi Pengalaman Melalui refleksi, anak didik diharapkan mampu mengomunikasikan pengalaman atau kisah hidup yang ditemukan dengan visi kemanusiaan dan iman serta memperoleh kebebasan untuk mengenal, memahami, serta menginternalisasikan nilai dan pengetahuan yang sesuai karena pembelajaran yang terjadi berpusat pada anak didik sebagai subyek. Ada dua unsur yang menjadikan proses refleksi ini maksimal dan optimal melalui pendekatan apresiasi, yakni mengajak anak didik memahami artikel atau karya seni, film, lagu, dsb, serta memberikan pendapat dan tanggapan yang disebut interpretasi. Selain pendekatan apresiasi, juga digunakan pengembangan aspek kebebasan intelektual atau cara berpikir. Proses refleksi pengalaman ini, mencakup refleksi nilai pengalaman manusiawi dan refleksi nilai religiositas, sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. c. Mewujudkan Aksi Paradigma Pendidikan Reflektif. mengacu pada prinsip belajar yang. mengantar anak didik sampai pada proses mengalami dan melakukan nilai-nilai yang telah dipelajarinya. Anak didik tidak hanya menerima sejumlah informasi saja, tetapi lebih dari itu, anak didik diarahkan untuk mengembangkan konsep nilai-nilai.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. kehidupan, baik dalam ungkapan maupun sikap hidup yang nyata. Pada tahap ini, ada dua kegiatan yang harus dikembangkan, yakni pra-aksi dan aksi. Dalam kegiatan praaksi, anak didik diajak untuk mengungkapkan nilai-nilai yang ditemukan dalam bentuk aneka kreativitas dan model yang dilakukan di dalam kelas, bisa melalui rumusan maupun aksi. Anak didik dapat semakin dikembangkan potensinya, yang meliputi pola pikir, daya imajinasi, fantasi, hasil karya. Sedangkan dalam kegiatan aksi, anak didik dapat melakukan kegiatan konkret sebagai buah dari refleksi, yang dapat berdampak pada segi sosial dan menjadi wujud nyata dari kehendak serta sikap anak didik. Aksi yang dilakukan harus menghubungkan kegiatan pembelajaran dengan situasi sosial yang dialami anak didik agar dapat berdampak atau berdimensi sosial. Untuk. dapat melaksanakan sebuah aksi, anak didik harus melakukan. perencanaan dan koordinasi terlebih dahulu, meskipun masih bersifat sederhana, namun tetap dapat berdampak bagi kepentingan sosial. Maka, amat diperlukan dukungan dari guru, sekolah dan orang tua untuk keberhasilan pelaksanaan aksi dari anak didik. Hasil dari perencanaan dan koordinasi ini dapat dijadikan bahan atau portofolio bagi kepentingan penilaian. Menurut Subagya dalam Mursanto Riyo (2010: 39-40) Paradigma pedagogi refleksi. Ignasius, terdiri atas tiga bagian yaitu; pengalaman, refleksi, dan aksi.. Seorang guru dapat mendampingi siswa-siswi lewat menatap kebenaran dan menggali pengalaman manusiawi siswa. Paradigma ini merupakan sebuah sarana praktis dan sebuah perangkat efektif untuk meningkatkan cara mengajar sehingga tidak sekedari sebuah teori. Pola pengalaman, refleksi, aksi, merupakan suatu cara bertindak yang dapat kita ikuti karena sungguh-sungguh membantu para pelajar berkembang menjadi manusia kompeten, bertanggung jawab, dan berbelas kasih, bukan hanya sebuah gagasan..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. Skemanya dapat digambarkan sebagai berikut: AKSI REFLEKSI PENGALAMAN. Salah satu hal yang paling menentukan dalam paradigma Ignasian adalah unsur refleksi sebagai salah satu unsur yang esensial. Ada Lima langkah didalam dinamika pedagogi Ignasian: a. Konteks belajar Dalam latihan rohani, Ignasius menekankan bahwa pengalaman-pengalaman retretan selalu menentukan bentuk latihan-latihan yang akan dijalankan dalam konteksnya. Perhatian terhadap pelajar secara pribadi dan kepedulian terhadap mereka secara individual menuntut bahwa guru sungguh. menjadi orang yang sungguh-. mengetahui pengalaman hidup pelajar. Oleh karena itu pengalaman. seseorang menjadi titik tolak dalam pedagogi Ignasian, maka perlu memahami dunia pelajar. Untuk menciptakan hubungan yang otentik antara pengajar. dan pelajar. dituntut sikap saling mempercayai dan saling menghargai. Subagya dalam Mursanto (2010: 42-44) menegaskan bahwa, bagi para pengajar maupun anggota komunitas sekolah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Konteks nyata dari kehidupan pelajar yang mencakup keluarga, kelompok baya, keadaan sosial, lembaga pendidikan dan pengajaran, politik, ekonomi, suasana kebudayaan, keadan gereja dan kenyataan hidup lainnya. Ini berdampk pada pelajaran sebagai hal yang merugikan atau menguntungkan. Kadang berguna untuk mendorong para pelajar untuk berefleksi atas faktor-faktor kontekstual yang mereka alami dan bagaimana hal-hal itu mempengaruhi sikap-sikap, tanggapan, penilaian, pilihan mereka. 2) Konteks sosial ekonomi, politis, dan kebudayaan yang merupakan lingkungan hidup pelajar..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. 3) Suasana kelembagaan sekolah atau pusat belajar, yaitu jaringan kompleks terdiri dari norma-norma, harapan-harapan yang menciptakan suasana kehidupan sekolah. b. Pengalaman Bagi Ignatius pengalaman berarti “mengenyam sesuatu hal yang batin”. Ignasius menekankan keseluruhan pribadi, budi, perasaan, dan kemauan masuk dalam pengalaman belajar. Ignasius mengajak supaya memakai daya khayal dan perasaan maupun budi dalam menghayati suatu pengalaman. Untuk dapat mendorong orang untuk bertindak perlu melibatkan ranah afektif maupun kognitif karena tanpa perasaan batin yang terkait dengan pemahaman intelektual, tidak akan mendorong orang untuk bertindak. Subagya dalam Mursanto Riyo (2010: 48-49). Pengalaman dapat langsung atau tidak langsung. Pengalaman langsung adalah suatu situasi akademik biasa berlangsung lewat pengalaman-pengalaman interpersonal, seperti pembicaraan atau diskusi, kegiatan lintas alam, proyek pelayanan dan sebagainya. Pada tahap awal pengalaman baik lansung maupun tidak langsung, para pelajar menyerap data sekaligus mengalami reaksi afeksinya. c. Refleksi Ignasius dalam seluruh perjalanan hidupnya mengalami gerak batin, dorongan batin dan macam-macam kebingungan. Pada tingkat refleksi daya ingat, pemahaman, daya khayal dan perasaan dipergunakan untuk menangkap arti dan nilai yang paling hakiki dari sebuah pembelajaran. Refleksi adalah suatu proses yang membentuk orang dan membebaskannya. Refleksi ini membentuk suara hati para pelajar (keyakinan, nilai, sikap), sehingga mereka dapat diantar melewati tahap mengerti ketahap berbuat sesuai dengan pengertian mereka. Subagya dalam Mursanto (2010: 54-55)..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. d. Aksi Bagi Ignasius yang menjadi batu uji atas cinta kasih adalah perbuatannya bukan omongannya. Bagi Ignasius, tahap afeksi dan evaluasi selalu dilakukan dalam proses belajar, karena tahap afeksi mengantar seseorang mengenyam”, dan itu berarti. untuk “merasakan dan. memperdalam pengalamannya. Subagya dalam. Mursanto (2010: 59-60). e. Evaluasi Pedagogi Ignasian bermaksud mwujudkan pembentukan yang mencakup kemajuan akademik. Namun yang menjadi focus perhatian ini adalah pertumbuhan pelajar yang menyeluruh sebagai pribadi. dan sesama. Evaluasi berkala. perkembangan pelajar dalam sikap, prioritas-prioritas, dan kegiatan-kegiatan selaras dengan sikap menjadi orang demi orang lain. Pada saat tertentu seluruh dinamika hidup antara lain; sikap-sikap, prioritas, keputusan pelajar dapat lihat kembali karena adanya pengalaman baru, perubahan dalam suasana hidup, dan sebagainya Subagya dalam Mursanto (2010: 60). Paradigma pedagogi refleksi ini menjadi salah satu kekhasan sekolah-sekolah para suster Cinta kasih St. Carolus Borommeus di bawah Yayasan Tarakanita. Siswasiswi diajak untuk tidak hanya berkembang dalam hal intelektual melainkan harus sampai pada perubahan sikap dan perilaku, yang menggerakkan mereka merefleksikan kembali proses belajar untuk akhirnya sampai pada sebuah aksi nyata sebagai wujud dari materi yang diperoleh. Melalui proses refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukan dalam struktur pengetahuan, sikap dan perilaku siswa-siswi yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan, sikap dan pengetahuan yang dimilikinya (Sudarminta, 2012: 114)..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. c. Tahap-tahap dalam pembelajaran berbasis pengalaman langsung Model pembelajaran berbasis pengalaman sebagai sebuah siklus yang terdiri dari dua rangkaian yang berbeda, memiliki daya tangkap. dalam pemahaman dan. memiliki tujuan yang berkelanjutan. Daya tangkap untuk memahami sesuatu sangat dipengaruhi oleh pengamatan yang dialami lewat pengalaman. Fathurrohman (2015: 132). Pengalaman dilakukan sendirian tidak cukup dijadikan pembelajaran, harus dilakukan secara terperinci dan perubahan yang dilakukan sendiri tidak dapat mewakili yang dibutuhkan pembelajaran. Fathurrohman (2015: 132). berpendapat bahwa pada dasarnya model pembelajaran berbasis pengalaman sangat sederhana dimulai dengan melakukan, merefleksikan, dan kemudian menerapkan.. Adapun. langkah-lngkahnya sebagai berikut: 1. Concrete experience (felling). Belajar dari. pengalaman-pengalaman yang. spesifik, peka terhadap situasi. Siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman. 2. Reflective observation. Mengamati sebelum membuat sesuatu keputusan dengan mengamati lingkungan dari prespektif-prespektif yang berbeda. Siswa mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalaman dari berbagai segi mengapa dan bagaimana pengalaman itu bisa terjadi 3. Abstract conceptialitation. Analisis logis dari gagasan-gagasan dan bertindak sesuai pemahaman paa suatu situasi. Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat. 4.. Active experimentation ( doing) kemampuan ntuk melaksanakan berbagai hal dngan orng-orang dan melakukn tindakan berdasarkan peristiwa. Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah-masalah dan mengambil keputusan..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. Skemanya sebagai berikut:. Concret exprience. Active experimentatio. Replective observation Abstract conceptulization. d. langkah-langkah model pembelajaran berbasis pengalaman langsung. Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis pengalaman, guru harus memperbiki prosedur agar pembelajarannya berjalan dengan baik. Menurut Hamalik dalam Fathurrohman (2015: 136-137) mengungkapkan beberapa hal yang diperhatikan dalam model pembelajaran berbasis pengalaman adalah sebagai berikut: 1) Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka mengenai hasil yang potensial atau memiliki seperangkat hasil-hasil tertentu. 2) Guru memberikan rangsangan atau motivasi pengenalan terhadap pengalaman. 3) Siswa dapar bekerja secara individu atau dalam kelompok-kelompok kecil. atau. keseluruhan. kelompok. didalam. belajar. berdasarkan. pengalaman. 4) para siswa ditempatkan didalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah..

Gambar

Tabel 1. Distribusi populasi
Tabel 2. Skor alternatif jawaban variabel X dan Y
Tabel 3. Kisi-kisi Instumen:
Tabel 4. penentuan rtabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA ”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Skripsi ini berjudul DAMPAK REKOLEKSI TERHADAP KEMAMPUAN MEMAKNAI HIDUP SECARA SPIRITUAL BAGI SISWI KELAS X DAN XI ASRAMA PUTRI SMA STELLA DUCE II

Hasil penelitian adalah: (1) Sikap siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 terhadap layanan bimbingan klasikal yang termasuk dalam kategori “baik”

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) mengetahui masalah-masalah belajar yang dialami oleh siswi-siswi kelas XI SMA Stella Duce 2

Hasil penelitian ini adalah: (1) konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah: 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44

usulan topik-topik bimbingan kelompok yang sesuai untuk mengembangkan aspek-aspek kecerdasan emosional para Siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Usulan

penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas teknik mind mapping dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi pada siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.. Manfaat

Hasil penelitian ini adalah: (1) konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah: 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44