• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemandirian siswa dalam mengambil keputusan studi lanjut (studi deskriptif mengenai tingkat kemandirian siswa kelas VIII SMPN 2 Girimulyo tahun ajaran 2014/2015 dalam mengambil keputusan studi lanjut dan implikasinya terhadap usulan topik-topik layanan bi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemandirian siswa dalam mengambil keputusan studi lanjut (studi deskriptif mengenai tingkat kemandirian siswa kelas VIII SMPN 2 Girimulyo tahun ajaran 2014/2015 dalam mengambil keputusan studi lanjut dan implikasinya terhadap usulan topik-topik layanan bi"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KEMANDIRIAN SISWA DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN STUDI LANJUT

(Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kemandirian Siswa Kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Tahun Ajaran 2014/2015 dalam Mengambil Keputusan Studi Lanjut dan

Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Layanan Bimbingan Karier)

Fika Oktania Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kemandirian siswa kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dalam mengambil keputusan studi lanjut dan membuat usulan topik-topik layanan bimbingan karier. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 53 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap kemandirian mengambil keputusan studi lanjut yang terbagi dalam tiga aspek: yaitu memiliki kemampuan mengambil keputusan, memiliki kekuatan terhadap pengaruh dari orang lain, dan memiliki kepercayaan diri dalam mengambil keputusan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut siswa kelas VIII SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan kriteria menurut Azwar (2007:108). Terdapat lima tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut siswa kelas VIII SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 31 siswa (58,5%) memiliki tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut “sangat tinggi”, 20 siswa (37,7%) memiliki tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut “tinggi”, 2 siswa (3,8%) memiliki tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut “sedang”. Tidak ada siswa yang memiliki tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut yang rendah dan sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disusunlah topik-topik bimbingan karier untuk mengembangkan serta meningkatkan kemandirian mengambil keputusan studi lanjut siswa kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Topik-topik bimbingan karier yang diusulkan yaitu “Yakin

(2)

ABSTRACT

INDEPENDENCE OF STUDENTS IN DECISION MAKING FURTHER STUDIES

(Descriptive Studies About The Level of Independence In Decision Making Further Studies Of The Eight Grade Students At 2 Girimulyo Junior High School Kulon Progo Yogyakarta In 2014/2015 Academic Year And Its Implication Towards

The Suggested Topics Career Guidance)

Fika Oktania Sanata Dharma University

2014

This research aims to obtain a description of the level of independence of class the eight grade students at 2 Girimulyo Junior High School Kulon Progo Yogyakarta in 2014/2015 academic year in taking decisions and making proposals further study and its implication towards the suggested topics career guidance. The subjects of this research is eight grade students at 2 Girimulyo Junior High School Kulon Progo Yogyakarta in 2014/2015 academic year, consisting of 53 students. The research instrument used is in the from of a quetionnaire that describes the independence of decision-making further studies which was devided into three aspects, namely the ability to take decisions, have the power to influence from others, and have confidence in the decision.

The technique of data analysis used is categorization of the level of independence of decision-making further studies of the eight grade students at 2 Girimulyo Junior High School Kulon Progo Yogyakarta in 2014/2015 academic year based on criteria according to Azwar (2007: 108). There are five levels of independence to make decisions of further studies of the eight grade students at 2 Girimulyo Junior High School Kulon Progo Yogyakarta in 2014/2015 academic year , namely: very high, high, medium, low and very low.

(3)

KEMANDIRIAN SISWA DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN STUDI LANJUT

(Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kemandirian Siswa Kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Tahun Ajaran 2014/2015 dalam Mengambil Keputusan Studi Lanjut dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Layanan Bimbingan

Karier)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Fika Oktania 111114047

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

KEMANDIRIAN SISWA DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN STUDI LANJUT

(Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kemandirian Siswa Kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Tahun Ajaran 2014/2015 dalam Mengambil Keputusan Studi Lanjut dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Layanan Bimbingan

Karier)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Fika Oktania 111114047

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri “ (Q.S. Ar-Ra’d :11).

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh

jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah

mengetahui dan kamu tidak mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah:216).

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Kedua orang tuaku tercinta; Ibu Lasmini dan Bapak Kirno

Kakakku tersayang Fanda Aprodika

Program Studi Bimbingan dan Konseling USD

Sahabat-sahabat BK 2011 B

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang ditulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Agustus 2015

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Fika Oktania

Nomor Mahasiswa : 111114047

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: KEMANDIRIAN SISWA DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN STUDI LANJUT (Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kemandirian Siswa Kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Tahun Ajaran 2014/2015 Dalam Mengambil Keputusan Studi Lanjut dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Layanan Bimbingan Karier)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 21 Agustus 2015

Yang menyatakan,

(10)

vii ABSTRAK

KEMANDIRIAN SISWA DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN STUDI LANJUT

(Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kemandirian Siswa Kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Tahun Ajaran 2014/2015 dalam Mengambil Keputusan Studi Lanjut dan

Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Layanan Bimbingan Karier)

Fika Oktania Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kemandirian siswa kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dalam mengambil keputusan studi lanjut dan membuat usulan topik-topik layanan bimbingan karier. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 53 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap kemandirian mengambil keputusan studi lanjut yang terbagi dalam tiga aspek: yaitu memiliki kemampuan mengambil keputusan, memiliki kekuatan terhadap pengaruh dari orang lain, dan memiliki kepercayaan diri dalam mengambil keputusan.

Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut siswa kelas VIII SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan kriteria menurut Azwar (2007:108). Terdapat lima tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut siswa kelas VIII SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 31 siswa (58,5%) memiliki tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut “sangat tinggi”, 20 siswa (37,7%) memiliki tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut “tinggi”, 2 siswa (3,8%) memiliki tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut “sedang”. Tidak ada siswa yang memiliki tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut yang rendah dan sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disusunlah topik-topik bimbingan karier untuk mengembangkan serta meningkatkan kemandirian mengambil keputusan studi lanjut siswa kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Topik-topik bimbingan karier yang diusulkan yaitu “Yakin terhadap kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah”, “Aktif dalam mencari

(11)

viii

ABSTRACT

INDEPENDENCE OF STUDENTS IN DECISION MAKING FURTHER STUDIES

(Descriptive Studies About The Level of Independence In Decision Making Further Studies Of The Eight Grade Students At 2 Girimulyo Junior High School Kulon Progo Yogyakarta In 2014/2015 Academic Year And Its Implication Towards

The Suggested Topics Career Guidance)

Fika Oktania Sanata Dharma University

2014

This research aims to obtain a description of the level of independence of class the eight grade students at 2 Girimulyo Junior High School Kulon Progo Yogyakarta in 2014/2015 academic year in taking decisions and making proposals further study and its implication towards the suggested topics career guidance. The subjects of this research is eight grade students at 2 Girimulyo Junior High School Kulon Progo Yogyakarta in 2014/2015 academic year, consisting of 53 students. The research instrument used is in the from of a quetionnaire that describes the independence of decision-making further studies which was devided into three aspects, namely the ability to take decisions, have the power to influence from others, and have confidence in the decision.

The technique of data analysis used is categorization of the level of independence of decision-making further studies of the eight grade students at 2 Girimulyo Junior High School Kulon Progo Yogyakarta in 2014/2015 academic year based on criteria according to Azwar (2007: 108). There are five levels of independence to make decisions of further studies of the eight grade students at 2 Girimulyo Junior High School Kulon Progo Yogyakarta in 2014/2015 academic year , namely: very high, high, medium, low and very low.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang

melimpah yang telah diberikan, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik sebagai tugas akhir syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana. Disadari

bahwa penelitian ini tidak dapat selesai tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Ibu Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A. selaku dosen pembimbing yang

telah membimbing dengan begitu sabar selama proses penulisan skripsi ini.

Terimakasih atas motivasi, dukungan dan banyak pelajaran berharga yang

telah diberikan selama proses penulisan skripsi.

4. Bapak Budi Purwoko, S. Pd., selaku Kepala SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo

Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan

penelitian.

5. Bapak Bambang, S. Pd., selaku Koordinator BK di SMP N 2 Girimulyo Kulon

Progo Yogyakarta yang selalu membantu peneliti dalam mengadakan

(13)

x

6. Siswa-siswi kelas VIII SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun

ajaran 2014/2015 atas kerjasama saat pelaksanaan penelitian.

7. Kedua orang tuaku tercinta: Ibu Lasmini dan Bapak Kirno yang senantiasa

selalu memberikan cinta, kasih sayang, doa dan dukungan.

8. Kakak Fanda Aprodika yang selalu memberi semangat dan dukungan.

9. Keluarga besar Bapak Subali atas semua dukungannya.

10. Teman-teman dan sahabat angkatan 2011 B: Wulan, Lilis, Resa, Desta, Nurul,

Riska, Linggar, Fitri, Yosua, Nita, Atink, Reta, Rino, Bayu, mb Sulis, Sr.

Vero, Sr. Laura, Sr. Kiki, ridam, Cicil, Frida, Meta, Tari, Andri, Noel, Irma,

Ridam, Rani yang selalu memberi semangat dan terima kasih atas

persahabatan ini.

11. Semua rekan dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih

atas dukungannya.

Penulis

Fika Oktania

(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN . ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Pembatasan Masalah ... ... 7

C. Rumusan Masalah ... ... 8

D. Tujuan Penelitian ... ... 8

E. Manfaat Penelitian ... ... 9

F. Definisi Operasional Variabel ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ... 11

A. Kemandirian Mengambil Keputusan Studi Lanjut ... 11

1. Pengertian kemandirian mengambil Keputusan Studi lanjut ... . 11

2. Macam-macam sekolah lanjutan ... ... 15

3. Ciri-ciri kemandirian mengambil keputusan studi lanjut ... 19

4. Faktor-faktor kemandirian mengambil keputusan studi lanjut ... 20

(15)

xii

B. Masa Remaja .. ... 25

1. Pengertian masa remaja ... ... 25

2. Tugas-tugas perkembangan remaja ... ... 27

C. Layanan Bimbingan Karier. ... 28

1. Pengertian bimbingan karier ... ... 28

2. Tujuan layanan bimbingan karier di sekolah ... ... 30

3. Fungsi layanan bimbingan karier ... ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... ... 32

A. Jenis Penelitian ... ... 32

B. Subjek Penelitian . ... 33

C. Instrumen Penelitian ... 34

1. Alat Pengumpulan Data ... 34

2. Kisi-kisi Item ... 34

3. Pemberian Skor ... 36

4. Validitas Kuesioner ... 36

5. Reliabilitas Kuesioner ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 43

2. Tahap Pengumpulan Data ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .. 52

A. Hasil Penelitian ... ... 52

1. Deskripsi tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut ... 52

2. Analisis item-item kemandirian mengambil keputusan studi lanjut ... 56

B. Pembahasan Hasil Penelitian . ... 62

1. Deskripsi tingkat kemandirian mengambil keputusan studi lanjut siswa ... 62

2. Analisis Item-item kemandirian mengambil keputusan studi lanjut siswa ... 66

C. Usulan Topik-Topik Bimbingan Karier ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 71

A. KESIMPULAN ... 71

B. SARAN ... 72

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo

Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 ... 33

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Uji Coba Kemandirian Mengambil Keputusan

Studi Lanjut Siswa Kelas VIII ... 35

Tabel 3 : Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi Item Instrumen Penelitian ... 39

Tabel 4 : Kriteria Guilford ... 41

Tabel 5 : Kisi-Kisi Kuesioner Kemandirian Mengambil Keputusan Studi Lanjut

Siswa Kelas VIII Setelah Uji Coba ... 42

Tabel 6 : Norma Kategorisasi Karakter Subjek Penelitian ... 46

Tabel 7 : Kategorisasi Tingkat Kemandirian Mengambil keputusan Studi Lanjut . 48

Tabel 8 : Kategorisasi Skor Item Tingkat Kemandirian Mengambil keputusan

Studi Lanjut ... 49

Tabel 9 : Kategorisasi Item Tingkat Kemandirian Mengambil keputusan Studi

Lanjut ... 50

Tabel 10 : Kategorisasi Deskripsi Tingkat Kemandirian Mengambil keputusan

Studi Lanjut ... 53

Tabel 11 : Kategorisasi Skor Item Tingkat Kemandirian Mengambil keputusan

Studi Lanjut ... 56

Tabel 12 : Item KemandirianMengambil keputusan Studi Lanjut yang tergolong

sedang ... 60

Tabel 13 : Item KemandirianMengambil keputusan Studi Lanjut yang tergolong

rendah ... 61

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Histogram Tingkat Kemandirian Mengambil keputusan Studi

Lanjut ... 54

Gambar 2 : Histogram Skor Item Tingkat Kemandirian Mengambil keputusan

Studi Lanjut ... 57

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Surat Izin Permohonan Penelitian ... 76

Lampiran 2 :Tabulasi Data Uji Coba Tingkat Kemandirian Mengambil

Keputusan Studi Lanjut ... 79

Lampiran 3 :Tabulasi Data Penelitian Tingkat Kemandirian Mengambil

Keputusan Studi Lanjut ... 82

Lampiran 4 :Kuesioner Uji Coba Tingkat Kemandirian Mengambil

Keputusan Studi Lanjut ... 86

Lampiran 5 :Kuesioner Penelitian Tingkat Kemandirian Mengambil

Keputusan Studi Lanjut ... 93

Lampiran 6 :Hasil Uji Validitas Tingkat Kemandirian Mengambil

Keputusan Studi Lanjut ... 101

Lampiran 7 :Hasil Uji Coba Reliabilitas Tingkat Kemandirian Mengambil

Keputusan Studi Lanjut ... 109

Lampiran 8 :Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Kemandirian Mengambil

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional dari

istilah-istilah pokok yang digunakan.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan

masyarakat. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan

nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklhak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Salah satu jenjang pendidikan formal yaitu jenjang Sekolah Menengah

Pertama atau SMP. Siswa SMP yang rata-rata berusia antara 13 sampai 15

tahun berada pada periode transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yang

disebut dengan periode remaja. Masa remaja merupakan masa penuh gejolak

dimana mereka menghadapi banyak persoalan, tantangan, konflik serta

kebingungan dalam proses menemukan jati diri dan menemukan posisinya di

masyarakat (Sunarto dan Hartono, 1995). Proses penemuan jati diri

merupakan hal yang paling penting bagi remaja untuk mencapai tugas-tugas

(20)

Havighurst (dalam Yusuf, 2011) menyatakan bahwa salah satu tugas

perkembangan yang harus dicapai oleh seorang remaja adalah mampu

memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan

kemampuannya. Tugas perkembangan tersebut penting bagi remaja agar

mereka dapat merencanakan karier yang mampu menunjang masa depannya.

Perencanaan karier untuk masa depan bagi siswa diawali dengan proses

perencanaan studi lanjut. Bagi siswa SMP, studi lanjut yang harus mereka

pilih contohnya SMK, SMA atau yang sederajat. Selain mampu memilih dan

mempersiapkan karier, mencapai kemandirian dari orang tua dan orang

dewasa lainnya juga merupakan tugas perkembangan seorang remaja.

Siswa SMP adalah individu yang sedang berada dalam proses

berkembang atau menjadi (becoming) ke arah kematangan atau kemandirian

(Yusuf, 2007). Siswa yang mandiri akan memperlihatkan beberapa

karakteristik. Menurut Steinberg (dalam Yusuf, 2011) siswa yang mandiri

ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, inisiatif, mengatur

tingkah laku, bertanggung jawab, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta

mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Fatimah

(2006) menyatakan bahwa selama masa remaja tuntutan kemandirian ini

sangat besar dan jika tidak direspon secara cepat bisa saja menimbulkan

dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis remaja

dimasa yang akan datang. Salah satu bentuk kemandirian remaja yaitu mandiri

(21)

Siswa yang mandiri idealnya selalu mencoba memecahkan persoalan

yang dihadapi, seperti mengambil keputusan dalam studi lanjutnya dengan

tekun dan ulet tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain. Dari pengalaman

peneliti yang didapat pada saat melaksanakan program pengalaman lapangan

(PPL) di SMP Taman Dewasa Yogyakarta, banyak ditemukan siswa yang

masih merasa bingung dan belum mandiri dalam menentukan rencana studi

lanjutnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK dan beberapa siswa,

diperoleh informasi bahwa masih banyak siswa yang belum mandiri dalam

mengambil keputusan studi lanjutnya. Contohnya seperti siswa kurang

mampu meyakinkan orangtuanya dalam menentukan studi lanjut yang sesuai

dengan pilihan dan kemampuannya. Siswa mengatakan bahwa Orangtua

mereka menginginkan mereka untuk memilih jurusan yang dipilihkan oleh

orangtuanya. Selain itu, sebagian siswa juga masih banyak yang menentukan

studi lanjutnya hanya dengan mengikuti pilihan teman-teman terdekatnya.

Data yang peneliti dapatkan melalui observasi dan wawancara dengan

Guru BK dan siswa-siswi kelas IX di SMP X Yogyakarta, sekitar 70 %

siswa-siswi kelas IX masih merasa bingung akan studi lanjutnya. Banyak dari

para siswa masih terus mendatangi guru BK untuk berkonsultasi. Selain itu

dari hasil wawancara dengan 8 peserta didik di SMP Negeri X, mereka

menyatakan bahwa dalam memilih sekolah dan jurusan masih mengikuti

teman-teman yang disukai dan tergantung pilihan dari orangtua, dalam

mengambil keputusan peserta didik meminta pendapat kepada orangtua

(22)

Data lain yang peneliti dapatkan yaitu dari hasil observasi dan wawancara

saat melaksanakan PPL di SMK X Yogyakarta bulan Februari 2015. Peneliti

melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas X, dan peneliti

mendapatkan data bahwa dari 30 siswa yang diwawancarai hampir 50 %

merasa bahwa dia sudah salah masuk jurusan. Mereka merasa bahwa jurusan

mereka saat ini bukanlah apa yang menjadi minatnya, dan akibatnya mereka

menjadi tidak serius dalam belajar. Banyak diantara siswa yang merasa salah

masuk jurusan karena sewaktu memilih jurusan di SMK, mereka masih

mengikuti keinginan orang tua dan juga terpengaruh dengan teman-temannya

meskipun jurusan tersebut tidak sesuai dengan minatnya.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Guru BK di SMPN 2

Girimulyo, dan dari hasil wawancara diketahui bahwa Di SMPN 2 Girimulyo

ini, siswa-siswi sudah mulai memikirkan sekolah lanjutan seperti SMA atau

SMK mana yang nantinya akan mereka ambil sejak mereka duduk di kelas

VIII, hal ini terlihat dari banyaknya siswa-siswi kelas VIII yang sudah mulai

mencari informasi mengenai sekolah lanjutan. Dari hasil wawancara dengan

Guru BK, diketahui juga bahwa beberapa siswa dari kelas VIII masih banyak

yang asal-asalan dalam menentukan studi lanjutnya. Selain itu, mereka juga

sering bercerita kepada guru BK bahwa beberapa dari orangtua mereka sudah

menuntut mereka untuk masuk ke sekolah tertentu yang sesuai dengan

(23)

Dari beberapa data yang peneliti dapatkan tersebut, dapat dilihat bahwa

masih banyak siswa yang mengandalkan orang lain dalam pemilihan studi

lanjutnya. Beberapa siswa masih sering mendatangi guru BK untuk

berkonsultasi. Selain itu, masih banyak siswa yang bingung ingin melanjutkan

sekolah ke mana dan pada akhirnya hanya mengikuti teman-temannya. Siswa

yang kurang mandiri dalam pemilihan studi lanjutnya juga sering mengalami

masalah, hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa yang sering mengeluh,

membolos dan tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Siswa yang mengalami

masalah ini, disebabkan oleh ketidakpuasan dan penyesalan akan pilihan studi

lanjutnya, karena terkadang siswa tersebut hanya mengikuti keinginan

orang-orang terdekatnya seperti orang tua dan teman-temannya dalam

mengambil keputusan studi lanjutnya.

Menurut Santrock (2007) masa remaja adalah meningkatnya

pengambilan keputusan mengenai masa depan, teman yang akan dipilih,

melanjutkan belajar ke perguruan tinggi, dan lain sebagainya. Siswa yang

mandiri akan memiliki kemampuan mengambil keputusan dengan baik.

Seperti yang dikemukakan oleh Steinberg (1993) remaja yang berusia lebih

tua menunjukkan kemampuan untuk menentukan keputusan yang lebih

kompleks.

Remaja yang lebih tua kemungkinan besar telah menyadari bagaimana

resiko yang ditimbulkan, lebih mempertimbangkan konsekuensi yang akan

dihadapi di masa mendatang; lebih bebas untuk menemui orang ahli sebagai

(24)

menyadari kapan pendapat-pendapat diberikan dan mempertimbangkan

nasehat yang diterima dari orang-orang yang mungkin menimbulkan

penyimpangan.

Siswa yang mandiri tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Pada

umumnya, ada perbandingan antara pengaruh orangtua dengan teman sebaya.

Seperti yang dipelajari oleh para ahli (dalam Steinberg, 1993) konformitas dan

tekanan dari teman sebaya selama masa remaja menempatkan remaja dalam

situasi harus memilih antara tekanan yang berasal dari teman sebaya dan

tekanan dari orangtua mereka, antara keinginan sendiri dengan keinginan yang

lain dari orangtua dan teman-teman mereka. siswa yang mulai berkembang

kemandiriannya akan lebih percaya diri dalam bertindak. Hal ini karena siswa

mulai berani dalam mengemukakan pendapatnya sendiri.

Berdasarkan berbagai hal di atas, penelitian mengenai tingkat

kemandirian siswa dalam mengambil keputusan studi lanjut khususnya bagi

siswa kelas VIII di SMPN 2 Girimulyo sangatlah penting untuk dilakukan.

Namun hingga saat ini, belum ada penelitian yang dilakukan untuk

mengidentifikasi tingkat kemandirian siswa kelas VIII di SMPN 2 Girimulyo

dalam mengambil keputusan studi lanjut. Selain belum adanya penelitian

tentang tingkat kemandirian siswa kelas VIII di SMPN 2 Girimulyo dalam

mengambil keputusan studi lanjut, kurangnya layanan bimbingan dan

konseling tentang topik kemandirian dalam mengambil keputusan studi lanjut

(25)

Berdasarkan berbagai situasi diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat judul “KEMANDIRIAN SISWA DALAM MENGAMBIL

KEPUTUSAN STUDI LANJUT (Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kemandirian Siswa Kelas VIII SMPN 2 Girimulyo Dalam Mengambil Keputusan Studi Lanjut dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Layanan Bimbingan Karier)” dalam penelitian ini.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat

kemandirian siswa kelas VIII SMPN 2 Girimulyo dalam mengambil

keputusan studi lanjut, dan juga membantu pembimbing di SMPN 2

Girimulyo dalam membuat layanan bimbingan karier yang sesuai dengan

masalah-masalah yang teridentifikasi.

B. Pembatasan Masalah

Fokus kajian dalam penelitian ini di arahkan pada menjawab masalah

mengenai tingkat kemandirian siswa dalam pemilihan studi lanjut dan

topik-topik bimbingan karier apa saja yang relevan diusulkan berdasarkan

(26)

C. Rumusan Masalah

1. Seberapa tinggi tingkat kemandirian siswa kelas VIII SMP N 2 Girimulyo

tahun ajaran 2014/2015 dalam mengambil keputusan studi lanjut?

2. Berdasarkan hasil analisis butir item kemandirian siswa dalam

mengambil keputusan studi lanjut yang teridentifikasi rendah, topik-topik

bimbingan karier apa sajakah yang dapat diusulkan untuk membantu

siswa kelas VIII SMP N 2 Girimulyo meningkatkan kemandirian dalam

mengambil keputusan studi lanjutnya ?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui seberapa tinggi tingkat kemandirian siswa kelas VIII SMPN

2 Girimulyo tahun ajaran 2014/2015 dalam mengambil keputusan studi

lanjut.

2. Merumuskan topik-topik bimbingan karier untuk mengembangkan

kemandirian dalam mengambil keputusan studi lanjut siswa kelas VIII

(27)

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan bagi ilmu pendidikan khususnya

dalam ilmu Bimbingan dan Konseling mengenai tingkat kemandirian

siswa dalam mengambil keputusan studi lanjut, dan topik-topik layanan

bimbingan karier yang relevan untuk diusulkan dalam layanan

bimbingan karier.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru BK

Adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi

bagi guru BK tentang kemandirian siswa kelas VIII dalam

menentukan studi lanjut. Selain itu, guru BK juga dapat menyusun

program bimbingan karier yang sesuai dengan kebutuhan dan

masalah siswa terkait dengan kemandirian perilaku siswa dalam

pemilihan studi lanjut.

b. Bagi siswa

Siswa kelas VIII semakin tahu tentang seberapa tinggikah

kemandirian yang dia miliki dalam mengambil keputusan studi

lanjut. Selain itu, siswa juga mengetahui masalah apa yang masih

dihadapinya untuk semakin mandiri dalam memilih studi

(28)

F. Definisi Operasional Variabel

1. Kemandirian Mengambil Keputusan Studi Lanjut

Kemandirian mengambil keputusan studi lanjut merupakan suatu

kemampuan dalam menentukan rencana studi yang diinginkan, tanpa

memerlukan bantuan orang lain. Individu yang mandiri dalam mengambil

keputusan studi lanjut juga mampu tekun dan kreatif dalam menentukan

pilihan, sehingga usaha yang dilakukan tersebut dapat membuahkan hasil

yang maksimal sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan yang dimiliki.

Aspek-aspek yang mendasari kemandirian dalam mengambil keputusan

studi lanjut yaitu (1) memiliki kemampuan mengambil keputusan

(changes in decision making abilities), (2) memiliki kekuatan terhadap

pengaruh dari orang lain (changes in conformity and susceptibility to

influence), (3) memiliki kepercayaan diri dalam mengambil keputusan

(self reliance in decision making).

2. Siswa-siswi SMP adalah individu yang rata-rata berusia antara 13 sampai

15 tahun yang sedang berada pada periode transisi antara masa

(29)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang kemandirian mengambil keputusan studi

lanjut, remaja dan bimbingan karier.

A. Hakikat Kemandirian Mengambil Keputusan Studi Lanjut

1. Pengertian Kemandirian Mengambil Keputusan Studi Lanjut

Menurut Basri (1995) kemandirian berasal dari kata "mandiri", yang

dalam bahasa Jawa berarti berdiri sendiri. Basri (1995) menyatakan

bahwa dalam arti psikologi, kemandirian mempunyai pengertian sebagai

keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau

mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Orang yang mandiri

adalah individu yang mampu mengekspresikan dirinya secara bebas

tanpa adanya kontrol dari luar (Kartono, 1999).

Masrun (1986) juga mengartikan kemandirian sebagai suatu sikap

yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan

sesuatu atas dorongan sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Seseorang

tersebut juga mampu berpikir dan bertindak original atau kreatif, dan

penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa

percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Menurut Kartono

(1999) kemandirian seseorang terlihat pada waktu orang tersebut

(30)

Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari

orang tua maupun orang lain, dan akan bertanggung jawab terhadap

segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka

hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri.

Kemandirian penting dimiliki remaja dan harus dicapai dalam proses perkembangan remaja. Steinberg (2002) menjelaskan bahwa “for most adolescents, establishing a sense of autonomy is as important a part of becoming an adult as is establishing a sense of identity. Becoming an autonomous person –a self governing person- is one of the fundamental

tasks of the adolescent years”.

Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa

meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana

seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya

yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu

(barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya

(Antonius, 2002). Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang

diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dimana individu akan

terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi

dilingkungan, sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri.

Seseorang yang memiliki kemandirian, dapat memilih jalan hidupnya

untuk berkembang ke arah yang lebih mantap. Pada dasarnya kemandirian

dapat dimanifestasikan dalam bentuk sikap maupun perbuatan, sebab

sebenarnya sikap merupakan dasar dari terbentuknya suatu perbuatan

(31)

Dari beberapa pengertian diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa

kemandirian yaitu kemampuan seseorang untuk memilih, menguasai, dan

menentukan segala sesuatu dengan dirinya sendiri tanpa bantuan orang

lain. Steinberg (2002) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis kemandirian

remaja, salah satunya yaitu kemandirian perilaku. Kemandirian perilaku

adalah kemampuan seorang dalam membuat keputusan tanpa tergantung

pada orang lain dan melakukannya secara bertanggungjawab. Salah satu

bentuk kemandirian perilaku yaitu kemandirian dalam mengambil

keputusan studi lanjut.

Menurut Sutikna (1998) “studi lanjut adalah kelanjutan studi”. Dari

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa studi lanjut adalah

pendidikan sambungan atau lanjutan setelah lulus dari SD, SMP,

SMA/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi dari yang saat ini ditempuh.

Pengertian sekolah lanjutan menurut KBBI adalah sekolah selepas

sekolah dasar, sebelum perguruan tinggi. Pengertian sekolah lanjutan

dalam hal memasuki sekolah lanjutan tingkat atas, yaitu sekolah selepas

sekolah lanjutan tingkat pertama, sebelum perguruan tinggi. Studi

lanjutan yang harus ditempuh oleh siswa SMP selepas mereka

menyelesaikan studinya yaitu diantaranya ada SMK, SMA, dan MA.

Kegiatan studi lanjut dan memutuskan karir merupakan kegiatan

yang dialami oleh semua individu. Kegiatan ini juga merupakan salah

satu dari tugas perkembangan khususnya bagi remaja. Seperti yang

(32)

perkembangan yang harus dicapai seorang remaja adalah mampu

memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat

dan kemampuannya.

Dari uraian mengenai pengertian kemandirian dan studi lanjut diatas,

maka dapat disimpulkan mengenai kemandirian dalam mengambil

keputusan studi lanjut. Kemandirian dalam mengambil keputusan studi

lanjut sebagaimana diungkapkan oleh Bernadib (1982) yaitu meliputi

perilaku individu yang mampu berinisiatif dalam mengambil keputusan

studi lanjutnya. Individu tersebut juga mampu mengatasi segala

hambatan/masalah, mempunyai kepercayaan diri dan dapat melakukan

sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Pengertian lain tentang

kemandirian dalam memilih studi lanjut menurut Hartono (2010) yaitu

kondisi perilaku siswa yang mampu untuk memilih karier atas

kemampuan dirinya dan tidak bergantung pada orang lain. Selain itu,

siswa juga memiliki kemantapan diri dalam memilih karier yang menjadi

pilihannya serta memiliki tanggung jawab terhadap pilihan studi

lanjutnya agar masa depannya sesuai dengan yang diharapkan siswa.

Menurut berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian mengambil keputusan studi lanjut merupakan suatu

kemampuan dalam menentukan rencana studi yang diinginkan tanpa

memerlukan bantuan orang lain.

Selain itu, siswa juga tekun dan kreatif dalam menentukan pilihan,

(33)

maksimal sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan yang dimiliki

individu tersebut.

2. Macam-macam Sekolah Lanjutan

Penelitian ini mengambil subyek siswa SMP yang nantinya akan

melanjutkan studi ke jenjang sekolah menengah atas. Di jenjang sekolah

menengah atas terdapat beberapa macam sekolah lanjutan

(Kemendikbud, 2015) yaitu:

a. Sekolah Menengah Atas (SMA)

SMA merupakan salah satu jenis sekolah yang dapat dimasuki

oleh siswa setelah menyelesaikan studi di Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Sekolah Menengah Atas mengutamakan persiapan

siswa melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan lebih tinggi.

Dalam rangka mempersiapkan siswa memasuki perguruan tinggi, di

SMA diselenggarakan program pendidikan khusus atau jurusan. Ada

tiga program studi di SMA, yaitu Program Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA), Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Program

Bahasa.

Masing-masing program bertujuan untuk mempersiapkan siswa

memasuki perguruan tinggi yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pada

program tersebut. Program Pengetahuan Alam bertujuan untuk

menyiapkan siswa melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan

tinggi yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

(34)

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi yang

berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sementara itu,

Program Bahasa bertujuan untuk menyiapkan siswa memasuki

pendidikan tinggi yang berkaitan dengan ilmu bahasa. Penjurusan di

SMA diselenggarakan mulai Kelas XI semester 1. Dasar yang

dipakai untuk penjurusan siswa adalah nilai akademik selama 2

semester di kelas X. Selain itu, minat dan bakat yang dimiliki siswa

juga menjadi pertimbangan atas persetujuan orang tua siswa.

b. Sekolah menengah Kejuruan (SMK)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis

sekolah menengah yang dapat dimasuki oleh siswa setelah SMP.

Sekolah menengah kejuruan bertujuan untuk :

1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta

mengembangkan sikap profesional.

2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier.

3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah dan mengisi

kebutuhan dunia usaha.

4. Menyiapkan siswa untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang

yang tinggi (perguruan tinggi).

Siswa yang belajar di sekolah menengah kejuruan lebih banyak

dibekali keterampilan untuk memasuki lapangan kerja. Sekolah ini

(35)

Ada sekolah menengah kejuruan yang khusus mempelajari teknik,

komputer, tata boga, kecantikan, ekonomi/akuntansi, mesin,

otomotif, dan masih banyak lagi, yang semuanya bertujuan untuk

mempersiapkan calon tenaga kerja siap pakai sesuai dengan bidang

dan keahlian masing-masing yang dibutuhkan dunia usaha. Tidak

hanya dibekali keterampilan untuk memasuki lapangan kerja saja,

sekolah menengah kejuruan juga mempersiapkan siswa memasuki

pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya perguruan tinggi atau yang

sederajat.

Contoh : SMK dengan program keahlian kecantikan, teknik

komputer jaringan, akuntansi dan lain-lain; Sekolah Analis Kimia;

Sekolah Farmasi; Sekolah Perkapalan; Sekolah Kelautan;

SMK-SPP; SMK Telekomunikasi, dan lain-lain.

c. Madrasah Aliyah (MA)

Madrasah Aliyah (MA) adalah jenjang pendidikan menengah

pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan sekolah

menengah atas, yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian

Agama. Pendidikan madrasah aliyah ditempuh dalam waktu 3 tahun,

mulai dari kelas X sampai kelas XII.

Pada tahun kedua (yakni kelas XI), seperti halnya siswa SMA,

siswa MA memilih salah satu dari 4 jurusan yang ada, yaitu Ilmu

(36)

akhir tahun ketiga (yakni kelas XII), siswa diwajibkan mengikuti

Ujian Nasional yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan

madrasah aliyah dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

umum, perguruan tinggi agama Islam, atau langsung bekerja.

MA sebagaimana SMA, ada MA umum yang sering dinamakan

MA dan MA kejuruan misalnya Madrasah Aliyah Program Khusus

(MAPK) dan madrasah aliyah program keterampilan yang terdapat

di pondok-pondok pesantren. Kurikulum madrasah aliyah sama

dengan kurikulum sekolah menengah atas, hanya saja pada MA

terdapat porsi lebih banyak muatan pendidikan agama Islam, yaitu

Fiqih, akidah, akhlak, Al Quran, Hadits, Bahasa Arab dan Sejarah

(37)

3. Ciri-ciri Kemandirian Mengambil Keputusan Studi Lanjut

Berikut ciri-ciri kemandirian mengambil keputusan studi lanjut

menurut Antonius (2002) :

a. Percaya diri

Individu yang mandiri dalam mengambil keputusan studi lanjutnya,

tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pilihan dengan orang

lain. Individu tersebut juga merasa percaya diri ketika

mengemukakan pendapatnya, walaupun nantinya berbeda dengan

orang lain.

b. Mampu bekerja sendiri

Individu yang mandiri dalam mengambil keputusan studi lanjutnya,

mampu mengerjakan tugas rutin yang dipertanggungjawabkan

padanya, tanpa mencari pertolongan dari orang lain.

c. Tanggung jawab

Individu yang mandiri dalam mengambil keputusan studi lanjutnya,

berani mengambil keputusan, dan berani mengambil resiko atau

tanggung jawab dari keputusan yang sudah diambilnya.

d. Mampu mengatasi masalah

Individu yang mandiri dalam mengambil keputusan studi lanjutnya,

mampu mengatasi berbagai masalah yang muncul dengan inisiatif

(38)

4. Faktor-faktor Kemandirian Siswa dalam Mengambil Keputusan Studi Lanjut

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian mengambil

keputusan studi lanjut menurut (Soetjiningsih, 1995 & Mu’tadin 2002) ,

yang terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal, yaitu:

a. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu

sendiri yang meliputi:

1) Intelegensi

Gunarsa (dalam Budiman, 2007) menyatakan bahwa

individu dapat dikatakan mempunyai kecerdasan (intelegensi)

yang baik jika siswa mampu menyelesaikan masalahnya sendiri

tanpa bantuan orang lain. Contoh masalah yang mampu siswa

selesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain yaitu masalah yang

berkaitan dengan mengambil keputusan studi lanjutnya.

Secara umum intelegensi memegang peranan yang penting

dalam kehidupan seseorang. Individu yang memiliki intelegensi

yang rata-rata normal tentunya akan mudah melakukan sesuatu

tanpa bantuan orang lain. Lain halnya individu dengan tingkat

intelegensi yang rendah karena intelegensi mempengaruhi cara

(39)

2) Usia

Smart (dalam Musdalifah, 2007) menyatakan kemandirian

dapat dilihat sejak individu masih kecil, dan akan terus

berkembang sehingga akhirnya akan menjadi sifat-sifat yang

relatif menetap pada masa remaja. Bertambahnya usia seseorang

maka secara otomatis terjadi perubahan fisik yang lebih kuat

pada individu, sehingga akan memudahkan seseorang

melakukan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain.

3) Jenis kelamin

Penelitian yang dilakukan oleh Fleming ( 2005) mengenai

pengaruh usia dan jenis kelamin menunjukan bahwa isu

mengenai kemandirian lebih sering muncul pada remaja pria.

Hal ini senada dengan yang di utarakan oleh Hoff (dalam Yusuf,

2001) bahwa laki-laki lebih mandiri dari pada perempuan.

Remaja pria lebih sering mengalami konflik dengan orangtua

seputar kepatuhan terhadap nasihat orangtua seedangkan remaja

(40)

b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu

sendiri yang meliputi:

1) Kebudayaan

Budaya yang berbeda akan menyebabkan perbedaan norma

dan nilai-nilai yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat,

sehingga sikap dan kebiasaan masyarakat tertentu akan berbeda

dengan masyarakat yang lainnya (Sarwono, 2007).

2) Pola asuh orang tua

Pola pengasuhan keluarga seperti sikap orang tua, kebiasaan

keluarga, dan pandangan keluarga akan mempengaruhi

pembentukan kemandirian anak (Wijaya dalam Budiman,

2007). Keluarga yang membiasakan anak-anaknya diberi

kesempatan untuk mandiri sejak dini, akan menumbuhkan

kemandirian pada anak-anaknya dengan cara tidak bersikap

(41)

5. Aspek-aspek Kemandirian Siswa dalam Mengambil Keputusan Studi Lanjut

Berikut aspek-aspek kemandirian perilaku siswa dalam pemilihan studi

lanjut menurut Steinberg (2002):

a. Kemampuan dalam mengambil keputusan (changes in decision

making abilities).

Didalam kehidupan, setiap orang selalu dihadapkan pada

berbagai pilihan yang memaksanya untuk mengambil keputusan.

Salah satu keputusan yang harus diambil oleh siswa yaitu tentang

studi lanjutnya. Perwujudan kemandirian siswa dalam mengambil

keputusan studi lanjutnya dapat dilihat dari kemampuannya dalam

mempertimbangkan resiko di masa mendatang dari keputusan yang

akan diambilnya. Siswa yang mandiri dalam memutuskan studi

lanjutnya juga harus mampu memilih alternatif pemecahan masalah

berdasarkan pertimbangan sendiri dan orang lain. Selain itu, siswa

yang mandiri dalam memutuskan studi lanjutnya juga harus

memiliki rasa tanggung jawab akan konsekuensi dari keputusan yang

diambilnya. Siswa yang mandiri dalam mengambil keputusan studi

lanjutnya juga harus mampu mengambil keputusan berdasarkan pada

(42)

b. Memiliki kekuatan terhadap pengaruh dari orang lain (changes in

conformity and susceptibility to influence).

Aspek ini menjelaskan bahwa siswa yang mandiri dalam

memutuskan studi lanjutnya adalah siswa yang mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, dan juga tidak mudah

terpengaruh dengan situasi sosial yang ada di sekitarnya. Siswa yang

mandiri dalam memutuskan studi lanjutnya juga tidak mudah

terpengaruh tekanan teman sebaya dan orangtua dalam mengambil

keputusan.

c. Memiliki kepercayaan diri dalam mengambil keputusan (self reliance

in decision making).

Kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang bahwa

dirinya mampu mengerjakan sesuatu hal dengan baik. Perwujudan

kemandirian siswa dalam mengambil keputusan studi lanjutnya,

dapat dilihat dari kemampuannya untuk berani mengemukakan ide

atau gagasan yang dia miliki. Siswa yang mandiri dalam

memutuskan studi lanjutnya juga haruslah memiliki keberanian

menentukan pilihan berdasarkan ide atau gagasan yang dimilikinya.

Selain itu, siswa yang mandiri dalam memutuskan studi lanjutnya

juga memiliki keyakinan akan potensi yang dimilikinya dalam

mengambil keputusan sehingga nantinya akan menghasilkan suatu

keputusan yang baik. Selain siswa memiliki keyakinan akan potensi

(43)

studi lanjutnya juga mampu mengatasi sendiri masalah yang muncul

ketika memilih sekolah lanjutan tanpa harus bergantung dengan

orang lain.

Ketiga aspek di atas merupakan indikator penting yang dapat melihat

seberapa baik tingkat kemandirian remaja dalam mengambil keputusan studi

lanjutnya. Remaja dalam hal ini yaitu siswa-siswi kelas VIII SMPN 2

Girimulyo yang sedang menghadapi persoalan terkait pilihan dan rencana

studi lanjutannya.

B. Konsep Siswa SMP Sebagai Remaja 1. Pengertian

Siswa adalah individu yang belajar di institusi pendidikan, dan

individu tersebut umumnya berada pada fase anak-anak hingga fase

remaja dengan rentan usia 5-18 tahun. Di Indonesia, siswa harus

melewati beberapa tahap pendidikan diantaranya Taman kanak-kanak,

Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.

Menurut Khan (2005) siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga

untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Siswa

merupakan komponen terpenting dalam pendidikan, murid yang berada

di suatu sekolah memiliki tujuan untuk mencari pengetahuan dan

menerapkan pengetahuannya tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini yaitu siswa Sekolah

(44)

Geldard K dan Geldard D (2010) menganggap remaja sebagai sebuah

tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di antara tahap

kanak-kanak dengan tahap dewasa. Remaja atau adolescence berasal dari

kata Adolescere (kata benda dari Adolescentia) yang berarti tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolescence yang digunakan saat ini mempunyai

arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosi, sosial dan fisik

(Hurlock, 1980). Hal ini dikuatkan oleh Piaget (dalam Hurlock, 1980)

bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu

berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa

lagi di bawah tingkat orangtua yang lebih tua, melainkan berada pada

tingkat yang kurang lebih sama, berhubungan dengan masa puber,

perubahan intelektual yang mencolok, transformasi intelektual yang khas

dari cara berpikir remaja dalam mencapai integrasi dalam hubungan

sosial.

Remaja merupakan individu yang sedang dalam proses tumbuh

menjadi lebih dewasa, selama dalam masa remaja individu mengalami

peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemandirian, otonomi, dan

kematangan. Kematangan yang dialami oleh remaja dapat berupa

kematangan secara fisik dan non fisik. Kematangan secara fisik dapat

berupa pertumbuhan bagian tertentu pada tubuh dan perubahan bentuk,

sedangkan kematangan secara non fisik dapat berupa cara berfikir dan

(45)

2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1991) ada beberapa tugas

perkembangan pada masa remaja yang terkait dengan kemandirian dan

karier atau studi lanjutnya, yaitu:

a. Mencapai kemandirian dari orangtua dan orang-orang dewasa

lainnya.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dijalani oleh remaja yaitu

mencapai kemandirian dari orangtua dan orang-orang dewasa

lainnya. Mandiri disini artinya yaitu bahwa remaja haruslah mampu

berfikir, melakukan dan memutuskan segala sesuatunya tanpa harus

banyak bergantung pada orangtua dan orang lain disekitarnya. Salah

satu bentuk kemandirian yang harus dilakukan oleh remaja yaitu

siswa atau remaja mampu mandiri dalam mengambil keputusan yang

berkaitan dengan studi lanjutnya.

b. Mempersiapkan karier ekonomi.

Tugas perkembangan yang harus di capai oleh remaja selain

mencapai kemandirian, yaitu mampu mempersiapkan karier

ekonomi. Tugas perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan

remaja dalam berpikir dan merencanakan karier atau studi lanjutnya,

sesuai dengan apa yang menjadi minat dan bakatnya. Guna

memberikan bantuan berupa saran dan arahan kepada para siswa,

maka diperlukan adanya layanan bimbingan karier disekolah.

(46)

merencanakan dan memutuskan apa yang menjadi minatnya, sesuai

dengan kemampuan dan bakat yang ia miliki.

C. Layanan Bimbingan Karier

1. Pengertian Bimbingan Karier

Winkel dan Hastuti (2012) mengartikan bimbingan karier sebagai

bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan,

dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta

membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam

menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan

yang telah dimasuki. Menurut Manhinru (1992) bimbingan karier adalah

layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan

berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan

kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan dan waktu luang

serta mengembangkan keterampilan-keterampilan mengambil keputusan

sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola

perkembangan kariernya.

Agar bimbingan karier di sekolah dapat berfungsi dengan

sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka

beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip bimbingan perlu

diperhatikan oleh para pembimbing pada khususnya dan administrator

sekolah pada umumnya, terutama dalam penyusunan program

(47)

Secara umum prinsip-prinsip bimbingan karier di Sekolah menurut

Winkel & Hastuti (2012), adalah sebagai berikut:

a. Seluruh siswa memiliki kesempatan yang sama untuk

mengembangkan dirinya

dalam pencapaian kariernya secara tepat. Tidak ada perkecualian,

baik itu yang kaya maupun yang miskin, dan faktor-faktor lainnya.

b. Setiap siswa harus memahami bahwa karier itu adalah sebagai

suatu jalan hidup, dan pendidikan adalah sebagai persiapan dalam

hidup.

c. Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang

cukup memadahi terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan

perkernbangan sosial pribadi dan perencanaan pendidikan karier.

d. Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk

memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikannya

dan kariernya.

e. Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk

menguji konsep, berbagai peranan dan ketrampilannya guna

mengembangkan nilai-nilai dan norma-nonna yang memiliki

aplikasi bagi karier di masa depannya.

Dari beberapa prinsip yang terdapat dalam bimbingan karier tersebut

dapat disimpulkan bahwa, bimbingan karier dalam pelaksanaannya

memiliki pedoman yang umum dan jelas dalam memberikan pelayanan

(48)

karakteristik dunia kerja dan juga studi lanjutan sehingga mampu

menciptakan kemandirian siswa dalam menentukan arah pilih karier

yang sesuai dengan keadaan dirinya, agar mampu

mencapai kebahagiaan hidup dimasa depan kariernya.

2. Tujuan layanan Bimbingan Karier di Sekolah

Berikut beberapa tujuan dari bimbingan karir di Sekolah menurut Winkel

& Hastuti (2012):

a. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang

berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya mengenai

kemampuan, minat, bakat, sikap dan cita- citanya yang darinya

peserta didik dapat mengidentifikasi bidang studi dan karir yang

sesuai dengan dirinya.

b. Peserta didik memperoleh pemahaman tentang berbagai hal terkait

dengan dunia (karir-studi) yang akan dimasukinya.

c. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan

potensi yang ada dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan

dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu,

memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa

depan.

d. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang

disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari

(49)

3. Fungsi layanan Bimbingan Karier

Layanan bimbingan karier sangat penting bagi siswa karena mempunyai

beberapa fungsi. Winkel & Hastuti (2012) menyebutkan fungsi

bimbingan karier yaitu:

a. Fungsi persiapan

Layanan BK karier memberikan informasi tentang jenis-jenis

pekerjaan yang dapat didapatkan oleh siswa.

b. Fungsi pencegahan

Layanan BK karier dapat memberikan bantuan agar siswa tidak

kesulitan di dalam memahami tentang bakat, minat, kemampuan dan

tentang dirinya sendiri yang berkaitan dengan pekerjaan sehingga

dapat mencegah siswa salah dalam menentukan langkah-langkah

menemukan karier yang dikehendaki.

c. Fungsi penempatan dan penyaluran

Layanan BK karier akan membantu dalam penempatan para siswa

pada bidang atau jenis pendidikan, latihan dan pekerjaan sehingga

mereka dapat mengambil keputusan sendiri secara bijaksana.

d. Fungsi penyesuaian

Layanan BK karier akan membantu siswa dalam menyesuaikan diri

dengan jenis-jenis pekerjaan yang ada di lingkungan sekitarnya.

e. Fungsi pengembangan

Layanan BK karier akan membantu siswa dalam mengembangkan

(50)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, subjek penelitian,

instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas dan teknik pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

(angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2007). Dari kedalaman

analisisnya, penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif deskriptif.

Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran secara

sistematik dan akurat fakta serta karakteristik mengenai populasi atau

mengenai bidang tertentu (Azwar, 2007). Sejalan dengan pengertian tersebut,

penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat

kemandirian siswa kelas VIII SMPN 2 Girimulyo dalam mengambil

keputusan studi lanjut. Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, akan

diusulkan topik-topik bimbingan karier untuk mengembangkan kemandirian

(51)

B. Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas VIII SMP N 2

Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Alasan peneliti

memilih kelas VIII sebagai subyek penelitian yaitu karena siswa-siswi kelas

VIII akan segera masuk ke kelas IX yang nantinya sudah harus memilih

sekolah lanjutannya. Adanya penelitian ini, diharapkan nantinya siswa-siswi

dapat memiliki kemandirian yang lebih baik lagi dalam mengambil keputusan

studi lanjut saat berada di kelas IX.

Jumlah kelas VIII di SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun

ajaran 2014/2015 sebanyak dua kelas, yaitu kelas VIII A, dan VIII B. Ada dua

alasan dipilihnya SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta sebagai

tempat penelitian, yaitu: (1) SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta

mudah dijangkau oleh peneliti, (2) siswa SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo

Yogyakarta tergolong remaja yang berusia 13 sampai 15 tahun. Rincian

jumlah siswa kelas VIII SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun

ajaran 2014/2015 ada pada tabel 1.

Tabel 1

Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016

Kelas Jumlah

VIII A 26

VIII B 27

[image:51.592.101.513.263.706.2]
(52)

C. Instrumen Penelitian

1. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kuesioner Kemandirian Mengambil Keputusan Studi Lanjut. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012). Item-item kuesioner ini

disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek Kemandirian Mengambil

Keputusan Studi Lanjut yang dikemukakan Steinberg (2002). Kuesioner

terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama memuat tujuan

kuesioner dan petunjuk kuesioner. Bagian kedua memuat

pernyataan-pernyataan tentang Kemandirian Mengambil Keputusan

Studi Lanjut siswa kelas VIII SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo

Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian menggunakan empat opsi atau alternatif jawaban yaitu “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Kurang Sesuai” (KS) dan “Tidak Sesuai”

(TS).

2. Kisi-kisi Item Uji Coba

Kisi-kisi item berdasarkan aspek-aspek tingkat kemandirian siswa dalam

mengambil keputusan studi lanjut, yang digunakan sebagai angket uji

(53)
[image:53.592.88.546.155.745.2]

Tabel 2

Kisi-Kisi Kuesioner Uji Coba Deskripsi Tingkat Kemandirian Mengambil Keputusan Studi Lanjut

Aspek Indikator Item

Favorable Item Unfavorable Memiliki kemampuan mengambil keputusan.

(changes in decision making abilities).

Mempertimbangkan resiko di masa mendatang atas

keputusan yang diambil.

1, 8, 2 5, 9

Mampu memilih alternatif pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan sendiri dan orang lain.

3, 6, 7 4, 10

Bersandar pada kemampuan diri sendiri.

16, 12, 17 13, 21

Bertanggung jawab akan konsekuensi dari keputusan yang diambilnya

26, 27, 23 29, 31

Memiliki kekuatan terhadap pengaruh dari orang lain. (changes in conformity and susceptibility to influence).

Tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orangtua dalam mengambil keputusan.

14, 24, 25 15, 20

Tidak mudah terpengaruh dengan situasi sosial yang ada di sekitarnya.

11, 18, 22 19, 28

Memiliki

kepercayaan diri dalam mengambil keputusan. (self reliance in decision making).

Berani mengemukakan ide atau gagasan

30, 36, 39 32, 37

Berani menentukan pilihan berdasarkan ide atau gagasan yang dimilikinya

34, 33, 35 38, 40

Yakin terhadap potensi yang dimiliki.

46, 45, 42 41, 48

Mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapi tanpa bergantung dengan orang lain.

43, 44, 49 47, 50

(54)

3. Pemberian Skor

Pemberian skor untuk setiap alternatif jawaban untuk masing-masing

item pernyataan adalah sebagai berikut:

a. Untuk pernyataan yang bersifat favorable (pernyataan positif),

alternatif jawaban SS (Sangat Sesuai) diberi skor 4, alternatif

jawaban S (Sesuai) diberi skor 3, alternatif jawaban KS (Kurang

Sesuai) diberi skor 2 dan alternatif jawaban TS (Tidak Sesuai) diberi

skor 1.

b. Untuk masing-masing pernyataan unfavorable (pernyataan negatif),

alternatif jawaban SS (Sangat Sesuai) diberi skor 1, alternatif

jawaban S (Sesuai) diberi skor 2, alternatif jawaban KS (Kurang

Sesuai) diberi skor 3 dan alternatif jawaban TS (Tidak Sesuai) diberi

skor 4.

4. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti kemampuan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur atau sejauh mana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Azwar, 2007). Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah

validitas isi (content validity). Validitas isi merupakan validitas yang

mengukur elevasi item kuesioner dengan indikator keperilakuan dan

(55)

Validitas isi dan uji keterbacaan dilakukan melalui expert judgment,

yaitu penilaian oleh ahli. Expert judgment dalam penelitian ini diperoleh

dari Guru BK di SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta yaitu

bapak Bambang, S.Pd., disini Guru BK memberikan penilaian mengenai

isi dan struktur kalimat yang sesuai dengan kaidah ejaan yang

disempurnakan (EYD).

Formula yang digunakan dalam analisis konsistensi internal butir item

adalah sebagai berikut:

} ) ( { } ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 ny y n nx x n y x xy n xy

r

         

Keterangan :

xy

r

= Koefisien korelasi antara skor item dengan skor total

xy

= Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total

x

= Jumlah skor item

y

= Jumlah skor total
(56)

Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.25

dianggap memuaskan yang artinya item tersebut dapat dipahami dengan

baik oleh subyek penelitian. Jika kurang dari 0.25 item diinterpretasikan

sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah yang artinya item

tersebut tidak bisa dipahami dengan baik oleh subyek penelitian

(Azwar:2007).

Pada penelitian ini, jumlah responden sebanyak 30 siswa. Pada

penelitian ini, item dinyatakan valid jika koefisien korelasi > 0,25.

Sedangkan, jika koefisien korelasinya < 0,25, maka item yang

bersangkutan tidak valid. Berdasarkan perhitungan statistik yang telah

dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan komputer melalui program

SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 16.0, diperoleh 43

item yang memiliki korelasi 0.25 dan 7 item yang memiliki korelasi

0.25. Hasil penghitungan koefisien korelasi item instrument penelitian

(57)
[image:57.592.67.576.134.710.2]

Tabel 3

Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi Item Instrument Penelitian

Aspek Indikator No Item Valid Tidak

Valid

Memiliki kemampuan mengambil keputusan.

(changes in decision making abilities).

Mempertimbangkan resiko di masa mendatang atas keputusan yang diambil.

1, 8, 2, 5, 9 1, 2, 5, 9 8

Mampu memilih alternatif pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan sendiri dan oran

Gambar

Gambar 1 : Histogram Tingkat Kemandirian Mengambil keputusan Studi
 Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP N 2 Girimulyo Kulon Progo Tabel 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016
Tabel 2
Tabel 3 Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang harga diri siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dan membuat usulan program bimbingan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk 1) memperoleh gambaran mengenai seberapa negatif sikap mahasiswa angkatan 2014 program studi Bimbingan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang harga diri siswa kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dan membuat usulan program bimbingan

Berdasarkan hasil penelitian ini, butir item kedisiplinan pada siswa terhadap tata tertib sekolah kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016,

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang keterbukaan diri dalam komunikasi antar teman sebaya siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun

Masalah penelitian ini adalah (1) Permasalahan-permasalahan apa sajakah yang dihadapi para siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.. (2)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat penyesuaian diri mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

PIKEUN NGARONJATKEUN KAMAMPUH NULIS KARANGAN ÉKSPOSISI (Studi Kuasi Ékspérimén ka Siswa Kelas VIII C SMPN 12 Bandung. Taun