2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
2.1 Tinjauan Literatur Tentang Buku 2.1.1 Pengertian Buku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), buku berarti lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong (133). Sedangkan menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, buku didefinisikan sebagai kumpulan lembaran kertas berbentuk empat persegi panjang yang salah satu sisinya dijilid bersama-sama, bagian depan dan belakang lembar-lembar kertas ini dilindungi oleh sampul yang terbuat dari bahan yang lebih tahan terhadap gesekan dan kelembaban. (517).
Buku berisi lembaran halaman yang cukup banyak sehingga lembaran-lembaran tersebut harus mempunyai sistem penjilidan yang baik agar lembar-lembar kertasnya tidak tercerai-berai. Buku memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi berupa cerita, pengetahuan, laporan, dan lain-lain. Buku dapat menampung banyak sekali informasi, tergantung jumlah halaman yang dimilikinya. Pemanfaatan buku sebagai media informasi sudah sangat umum sehingga ada begitu banyak jenis-jenis buku antara lain buku cerita, komik, novel, majalah, buku-buku tebal seperti kamus, ensiklopedi, buku telepon, terbitan berkala seperti majalah, annual report (laporan tahunan perusahaan), company profile (profil perusahaan), katalog produk, dan lain-lain (Rustan 122).
Pada umumnya, buku dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing terbagi lagi berdasarkan fungsinya masing-masing. Bagian depan berisi cover depan (berisi judul buku, nama pengarang, nama atau logo penerbit, testimonial, elemen visual atau teks lainnya), judul bagian dalam, informasi penerbitan dan perijinan, dedication (pesan atau ucapan terima kasih yang ditujukan oleh pengarang untuk orang atau pihak lain), kata pengantar dari pengarang, kata sambutan dari pihak lain (misal editor atau pihak ahli), dan daftar isi. Bagian isi terdiri dari bab-bab dan sub-bab, dan tiap bab membicarakan topik yang berbeda. Sedangkan bagian belakang berisi daftar pustaka, daftar istilah, daftar gambar, dan cover belakang (berisi gambaran singkat mengenai isi buku tersebut, testimonial, harga, nama atau logo penerbit, elemen visual atau teks lainnya) (Rustan 123).
2.1.2 Fungsi dan Peranan Buku dalam Kehidupan Sosial
Keterkaitan perancangan buku ini dalam kehidupan social dapat terlihat dari kerajinan perak yang ada. Kerajinan perak merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang dapat membangkitkan rasa solidaritas bangsa Indonesia menuju kepada kesatuan. Kerajinan perak juga memiliki peran yang bermakna dalam kehidupan untuk pembentukan sifat bangsa Indonesia. Maka, dalam perancangan buku ini terkandung aspek sosial budaya di dalamnya, karena adanya unsur budaya bangsa yaitu kerajinan perak yang bernilai luhur.
Sedangkan di sisi lainnya terkandung aspek lingkungan karena adanya pemanfaatan kekayaan alam yaitu perak yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan kerajinan perak ini.
2.1.3 Sejarah Perkembangan Buku
Dalam zaman purbakala bahan yang digunakan untuk buku bukan kertas, melainkan macam-macam lain. Di Eropa mula-mula orang menggunakan papyrus, macam kulit pohon yang dikeringkan, disambung dengan perekat dan digulung dalam silinder. Silinder ini dibuat dalam bahasa Yunani volume, istilah yang sampai sekarang masih digunakan dalam bahasa Inggris dan Perancis untuk menunjukkan jilid. Papyrus banyak terdapat di negeri-negeri sekitar Laut Tengah, terutama di Mesir (Ensiklopedi Umum 186).
Pohon papirus tumbuh melimpah di delta Sungai Nil. Gulungan papirus ini disimpan dalam tabung atau pembungkus lain yang diberi tanda yang menyatakan penulis dan bahan tulisan (Ensiklopedi Nasional Indonesia). Dalam abad ke-7 orang Arab di Tanah Mesir mempersulit ekspor bahan papyrus ke Eropa, sehingga kemudian disana dipakai perkamen (kulit binatang misalnya domba, anak sapi, keledai) yang dimasak menjadi tipis dan licin. Perkamen yang sudah ditulisi dengan tangan dilipat dan disusun dalam bentuk seperti buku sekarang. Karena perkamen mahal sekali pembuatannya, lembaran buku lama acap kali digosok sampai bersih, dan kemudian ditulisi kembali (palimpsest). Di India dan Bali digunakan daun pohon tal atau lontar, di Babylon dan di Assiria digunakan tanah liat yang dibuat persegi datar. Di Cina mula-mula digunakan sutra, kemudian ditemukan pembuuatan kertas daripada potongan-potongan kain. Pembuatan kertas ini dibawa oleh orang Cina ke
budak diharuskan menyalin buku dengan tangan. Dalam abad pertengahan di Eropa pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh biarawan. Demikianlah juga di negara-negara lain kaum cendikiawan dan alim ulama yang menyalin buku-buku dengan tangan. Dengan ditemukannya dasar-dasar percetakan dalam abad ke-15, oleh Johann Guternberg di Mainz (Jerman) dan Laurens Janszoon Koster di Haarlem (Nederland), pembuatan buku berkembang dengan pesat sekali (Ensiklopedia Umum 186).
Penyempurnaan bentuk buku berjalan terus-menerus sampai sejarah memasuki abad ke-19, pada saat ditemukan mekanisasi di dalam berbagai sektor. Pada akhir abad ke-19, proses dengan tangan telah digantikan sama sekali dengan proses mekanis. Pada awal abad itu ditemukan pula teknik penjilidan yang menggunakan kain tenunan kapas sebagai penguat. Penemuan yang penting berikutnya adalah percetakan offset pada pertengahan abad ke-20 dan sebelum itu ditemukan tata huruf yang dibantu dengan fotografi. Penemuan komputer, peranti antarmuka, dan berbagai pencetak laser lebih memperpendek waktu dan mengurangi biaya pembuatan buku. (Ensiklopedi Nasional Indonesia).
2.1.4 Jenis Buku
Berdasarkan jenisnya, buku dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu fiksi dan non fiksi:
a. Buku Fiksi
Buku fiksi biasanya berkaitan dengan imajinasi sang penulis bukan berdasarkan kenyataan yang ada di kehidupan sang penulis maupun disekitarnya. Oleh karena itu, jenis buku ini sangatlah mudah untuk dibuat oleh siapapun, karena tidak memerlukan data-data yang akurat, tidak memerlukan daftar pustaka serta tidak seperti karya ilmiah lainnya yang memerhatikan secara detail kata-kata maupun tanda baca yang digunakan. Buku fiksi memiliki jenis yang beragam seperti cerpen, novel, kumpulan puisi, dan lainnya. Setiap jenisnya memiliki aturan tersendiri.
• Komik
Suatu buku yang berisi gambar-gambar tidak bergerak yang diisi dialog atau kata-kata di dalamnya untuk menceritakan cerita yang dimaksud.
• Cergam
Cergam atau cerita bergambar merupakan tulisan narasi yang diilustrasikan dengan gambar, hampir sama dengan komik.
• Novel
Novel merupakan cerita yang tersusun oleh lebih dari 40.000 kata. Cerita yang disajikan juga sangat kompleks. Novel juga tidak dibatasi keterbatasan sajak atau metrikal sandiwara dan struktural.
b. Buku Non Fiksi
Buku non fiksi adalah buku yang berisi karangan atau tulisan yang nyata. Dibuat berdasarkan fakta. Contohnya buku biografi dan buku-buku ilmu pengetahuan. Ada beberapa kelebihan sebuah buku non fiksi, yaitu masa edar lebih lama dan tidak dibatas kurikulum.
• Biografi
Biografi merupakan buku yang berisi tentang kisah hidup seseorang (biasanya orang-oreng berpengaruh) mulai dari kelahirannya, hingga kematiannya jika sudah meninggal.
• Ensiklopedia
Merupakan gabungan dari beberapa buku yang berisi ilmu pengetahuan yang tersusun sesuai abjad atau sesuai kategori.
• Buku Fotografi
Merupakan kumpulan dari karya-karya seorang fotografer. Biasanya buku jenis ini disertai dengan keterangan dari foto yang disajikan. Untuk beberapa kepentingan, buku jenis ini dapat juga berisikan penjelasan tentang cara dan strategi untuk menghasilkan foto-foto yang dimuat dalam buku tersebut. • Kamus
Merupakan buku yang berupa acuan yang memuat ungkapan dan kata. Biasanya disusun berdasarkan abjad yang dilengkapi dengan makna, terjemahan, dan pemakaiannya.
• Karya Ilmiah
Merupakan jenis buku yang berisi hasil dari sebuah penelitian. Biasanya berupa laporan, disertasi, skripsi, tesis, dan lainnya.
• Jurnal
Buku jenis ini berisi tentang catatan pribadi atau berupa catatan pribadi itu sendiri.
2.1.5 Elemen Buku
dan tubuh buku yakni isi dari buku Sampul buku terdiri atas dua bagian yaitu soft
cover dan hard cover. Yang dimaksud dengan jenis soft cover, karakteriistik dari
sampul ini ialah karakteristiknya lunak. Sedangkan jenis hard cover , karakteristik dari sampul ini ialah kaki dank eras, sehingga biasanya pengguna hard cover dengan tujuan agar buku lebih aman dan tidak cepat rusak.
Pada cover buku terdapat beberapa bagian kecil seperti sampull depan, sampul belakang, sampul punggung, lidah sampul depan, lidah sampul belakang. Bagian-bagian tertentu mempunyai fungsi sesuai dengan penempatannya. Sampul depan bergunsi sebagai informasi pertama yang akan diberikan keoada pembaca tentang isi buku. Umumnya sampul depan terdapat judul buku, nama penulis/pengarang, nama penerbit. Sedangkan sampul belakang biasanya berisi tulisan no. ISBN dan barcode, serta sinopsis tentang buku. Lidah buku umumnya berisi biografi singkat pengarang, ataupun sinopsis buku, akan tetapi tidak semua buku desain menggunakan lidah buku.
2.1.6 Kriteria Buku Yang Baik
Materi dalam buku bersifat informatif, komunikatif, atraktif. Menggunakan bahasa yang baku dengan penyajian yang menarik dan buku yang baik juga harus memiliki pedoman 5C yaitu Correct, Coherent, Consistent, Clear, Concise, yang sekaligus mudah di mengerti. Isi buku harus konsisten jelas dan padat.
2.2 Tinjauan Perak 2.2.1 Pengertian Perak
Logam perak (Ag) mempunyai sifat yang mengkilap, sangat mudah dibentuk dan ditempa, memiliki daya hantar listrik dan panas yang tinggi, serta tahan terhadap korosi. Oleh karena itu, logam perak banyak digunakan secara luas sebagai bahan konduktor listrik dan panas, serta sebagai perhiasan. Selain itu, logam perak juga bersifat fotosensitif (peka terhadap cahaya) sehingga sering dipakai sebagai bahan dalam proses fotografi, baik fotografi hitam putih maupun proses radiologi rumah sakit.
Salah satunya logam mulia adalah perak, perak telah dikenal sejak jaman purba kala. Unsur ini disebut dalam Alkitab. Beberapa tempat buangan mineral di Asia Minor dan di pulau-pulau di Laut Aegean mengindikasikan bahwa manusia telah
belajar memisahkan perak dari timah sejak 3000SM.
Sebagai salah satu logam mulia, perak memiliki karakter sifat yang dalam keadaan umum berwarna putih yang bersifat lunak dan lentuk sehingga mudah ditempa. Perak merupakan salah satu bahan baku yang mampu digunakan untuk peralatan rumah tangga, hingga perak sebagai perhiasan yang berperan sebagai pelengkap kebutuhan tersier manusia (kamus bahasa Indonesia perak para.3)
2.2.2 Sejarah Kerajinan Perak
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara memiliki potensi kerajinan perak yang telah berkembang sejak lama. Buku Sejarah Kota Kendari (2007) menyebutkan kerajinan ini mulai tumbuh di Kota Kendari sekitar 1920. Djie A Woi, perajin perhiasan keturunan Tionghoa ditengarai sebagai perintisnya (Anwar Hafid 2007). Bila umumnya kerajinan berbahan perak memiliki motif berupa ukiran, pengrajin di Kendari menciptakan produk kerajinan dari benang-benang perak yang di rangkai. Motif kerajinan perak dengan teknik filigree, menguntai benang perak halus ke dalam bungkai yang juga terbuat dari perak, di bentuk sesuai dengan bentuk yang di inginkan. Keistimewaan lain kerajinan ini adalah penggunaan 97% perak, sisanya berupa kuningan atau tembaga yang berguna untuk mematri saja. Dengan desain yang lebih rumit dan detail, motif tersebut diberi nama Kendari Werk, yang dalam bahasa Belanda berarti Karya Kendari. Perhiasan perak Kendari Werk dibuat dalam berbagai aksesoris seperti giwang, anting, kalung, cincin, bros, hiasan seperti benda-benda miniatur dan juga benda-benda fungsional lainnya.
Pada 1926, karya Djie A Woi sempat dikirim oleh Pemerintah Hindia Belanda ke salah satu pameran di Amsterdam. Perajin Perhiasan perak Djie A Woi terinspirasi pada bentuk sarang laba-laba yang rumit sebagai motif perhiasan perak buatannya dan berhasil meraih penghargaan. Sejak itu reputasi Kendari Werk, sebutan untuk kerajinan perak Kendari, mencuat di kancah internasional. Banyak Kendari Werk diekspor ke Eropa dan Australia, termasuk untuk memenuhi pesanan khusus Ratu Elizabeth II dari Inggris dan Ratu Wilhelmina dari Belanda. Ratu Elizabeth memesan miniatur kereta kencana yang ditarik empat kuda, sedangkan Ratu Wilhelmina memesan nampan kue. Berkat karyanya itu, kedua ratu tersebut memberikan piagam penghargaan kepada Djie. Namun piagam itu telah hilang pada saat pengeboman
Jepang.
Gambar 2.1 Para pengrajin perak di Kendari sedang membuat berbagai jenis perhiasan dan kerajinan, 1948
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.2 Berbagai bentuk perhiasan bros, giwang, gelang, tutup gelas, dan peniti hasil kerajinan perak dari Kendari, 1948
Gambar 2.3 Peniti Radja dalam bentuk perhiasan bros dari perak hasil kerajinan rakyat Kendari, 2948
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.4 Bros perak kerajinan masyarakat Kendari, kurang lebih pada tahun 1930 Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sejak zaman kemerdekaan, penjualan Kendari Werk mengalami kemerosotan yang tajam. Hal ini di sebabkan oleh perginya Belanda yang kala itu menjadi distributor kerajinan perak di Kendari. Penjualan Kendari Werk ini dahulu memang sangat bergantung pada Belanda. Akibatnya, setelah Belanda hengkang, permintaan akan kerajinan perak pun menurun dan para pengrajin memutuskan untuk hijrah ke kota yang lebih besar demi mencari konsumen untuk membeli produk mereka. Kelestarian kerajinan perak terancam punah dan dilupakan padahal kualitas kerajinan perak dari Indonesia sudah pernah meraih penghargaan.
2.2.3 Penghargaan
Beberapa tanda penghargaan yang diraih oleh para pengrajin perak Kendari Werk: 1. Karya Terbaik Logam Nasional, 20-24 Agustus 1985
Gambar 2.5 Penghargaan Karya Terbaik Logam Nasional Sumber: Dokumentasi Pribadi
2. Karya Terbaik Kategori Desain Tradisional Indonesia, Kontes Design Mutumantikam Nusantara, 2009
Gambar 2.6 Penghargaan Karya Terbaik Kategori Desain Tradisional Indonesia, Kontes Design Mutumantikam Nusantara
Sumber: Dokumentasi Pribadi
3. Bros “Kalosara” Sebagai Karya Kriya Unggulan Terbaik Kategori Logam, Dekranas Award, 2016
Gambar 2.7 Bros “Kalosara” sebagai Karya Kriya Unggulan Terbaik Kategori Logam, Dekranas Award
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4. Bros “Baju Labu” Sebagai Karya Kriya Unggulan Kategori Logam, Dekranas Award, 2016
Gambar 2.8 Bros “Baju Labu” sebagai Karya Kriya Unggulan Kategori Logam, Dekranas Award
2.2.4 Proses Pembuatan Kerajinan Perak
Kendari Werk dibuat dengan komposisi perak 97%. Proses pembuatannya menggunakan teknik filigree.Dalam prosesnya, perak dilebur, ditempa, dipress, ditarik dengan alat khusus sehingga berbentuk seperti benang (fili) atau kawat. Kemudian kawat perak dibentuk menjadi rangka perhiasan yang disebut kerrawang, yang kemudian diisi dan dimasukkan benang-benang perak sesuai dengan motif yang diinginkan. Terakhir, perhiasan perak yang sudah jadi harus digosok sampai berkilau. Karena kerumitan proses pembuatannyas, tidak banyak orang yang berminat untuk meneruskan harta kreasi anak negeri ini. Saat ini hanya ada tiga kelompok pengrajin perak Kendari Werk di Indonesia.
2.2.5 Cara Perawatan Perak Yang Baik
1. Tempatkan perhiasan perak terpisah dengan perhiasan lain dan simpan di tempat yang kering dan tidak lembab.
2. Jangan menggunakan benda yang mengandung sulfur (sabun sulfur), menthol, zat chloride (air pada saat berenang), dan acid atau asam, karena perak dapat berubah warna.
3. Perak akan berubah warna merah kecoklat-coklatan apabila terkena parfum secara langsung.
4. Lalu saat perak mulai berubah warna, pakai pasta gigi berwarna putih, deterjen, asam kelerak/asam jawa atau pembersih perak yang dijual di supermarket.
5. Untuk perawatan dengan pasta gigi atau asam kelerak, pertama sikat perhiasan dengan cara menggunakan sikat gigi yang lembut, bilas dengan air sampai bersih, kemudian lap perhiasan dengan kain lembut.
6. Bersihkan perak secara teraatur dengan kain lembut agar selalu bersih dan tetap mengkilap.
2.3. Tinjauan Unsur Komposisi 2.3.1 Layout
Layout adalah proses menyusun bagian dan lain sebagainya menurut suatu aturan atau pola. Layout dalam desain menyangkut penempatakan teks dan gambar di dalam sebuah desain, meliputi bagaimana elemen-elemen tersebut diletakkan dan diatur, baik dalam hubungan antar elemen satu sama lain, maupun secara keseluruhan dalam desain.
Layout juga dapat dikatakan sebagai ilmu manajemen ruang dan bentuk. Tujuan utama penyusunan Layout adalah untuk menghadirkan aspek visual dari tulisan maupun gambar yang akan dikomunikasikan kepada pembacanya, agar mampu menerima informasi yang disajikan secara maksimal tanpa kesulitan yang berarti. Ada tiga kriteria dasar untuk layout yang baik, yaitu jika pengaturannya berhasil, terorganisir, dan mampu menarik khalayak, Suatu layout juga harus menonjol dan sekelilingnya untuk menjalankan perannya sebagai si penarik perhatian (Siebert 85)
a. Sejarah Layout
Seiring dengan berjalannya waktu, layout semakin berkembang dahulu bentuk dan format layout masih standartan terkesan kaki, hanya bermain pada komposisi vertical-horisontal saja, dengan perkembangan jaman sekarang layout mengalami perubahan seperti teknik pemotongan, penghilangan bagian tertentu, dengan bantuan media-media lainnya.
Setelah terjadinya perubahan pada layout, dapat terlihat hasilnya yang semakin semarak pada desain buku-buku yang terlah terbit, komposisi serta layoutnya terlihat segar, unik, dan nyaman untuk dilihat.
b. Perkembangan Layout
Pada masa yang telah berkembang pesat ini, layout yang umum telah banyak dilanggar, dengan tujuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan tampilan yang lebih menarik. Pengaturan komposisi yang berani dapat dilakukan dengan cara mengatur grid sebagai garis bantu, sehingga
seimbang. c. Jenis Layout
Menurut Dabner, layout dapat dibagi menjadi dua macam jenis dasar, simetris yaitu layout tradisional yang desainnya mengacu satu titik halaman dan lebih formal sedangkan yang asimetris layout lebih kearah dinamis, seperti peletakan kolom pada tepi kiri saja, atau kanan dengan menggunakan rata kanan kiri (justify), maupun diletakkan di tepi bidang, maupun diletakkan tersebar menutupi hamper seluruh bidang. Era modern juga tidak memakai ornament dan font serif dalam tipografi dan layoutnya, lebih menggunakan tipografi sans serif agar terlihat lebih simple dan santai.
2.4 Tinjauan Fotografi 2.4.1 Pengertian Fotografi
Photography berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : yang artinya melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya. Fotografi sendiri adalah seni atau suatu proses penghasilan gambar dan cahaya yang dipantulkan oleh objek masuk ke lensa kemudian diteruskan ke bidang film, sehingga menghasilkan gambar. Sementara itu, fotografer bernama Elliott Erwitt juga turut mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian fotografi, bahwa fotografi merupakan sebuah seni observasi dan aktivitas mengambil gambar melalui kamera untuk menghasilkan karya seni dan bisa dinikmati baik diri sendiri atau publik. Dalam mengemas fotografi yang baik di perluka unsur-unsur dalam komposisi yaitu:
a. Framing
Framing adalah memfoto objek utama atau point of interest yang dikelilingi dengan elemen dalam foto.
b. Background dan foreground
Elemen yang dapat memperindah foto dan mendukung suasana foto sesuai tema.
c. Rule of Thirds
Rule of Thirds adalah petunjuk bagaimana caranya memposisikan objek di sepertiga bagian dalam foto agar lebih nyaman dilihat. Teknik ini juga termasuk dalam mengkomposisikan objek kedalam satu bingkai, dengan posisi yang tepat.
d. Dimensi
Walaupun foto merupakan gambar dua dimensi, Namun dapat dibuat seolah-olah merupakan dimensi ke tiga. Untuk membuat suatu dimensi diperlukan adanya permainan ruang tajam, dan permainan cahaya (Internasional Design School, 2014). 2.4.2 Fungsi dan Kelebihan Fotografi
Fotografi memiliki fungsi yang bermacam-macam, yaitu: a. Fotografi dalam kehidupan
Setiap kegiatan dan aktivitas manusia dapat didokumentasikan lewat foto. Seperti, mengabadikan moment pernikahan, ulang tahun, dan lain sebagainya.
b. Fotografi sebagai media pembawa pesan
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain. Fotografi adalah satu satu media komunikasi non verbal yang memvisualkan pesan yang disampaikan secara jelas melalui gambar.
c. Fotografi sebagai elemen estetika
Banyak hal dalam fotografi yang meguatkan foto tersebut dengan esensi seni dan estetika.
2.4.3 Jenis-jenis Fotografi
Dalam perjalanan fotografi yang semula hanya sebagai sarana pendokumentasian suatu peristiwa, berkembang sesuai dengan fungsi kebutuhannya sehingga munculnya berbagai macam genre atau jenis fotografi, di antaranya; Lanskap fotografi, fotografi makanan, fotografi potret, Arsitektur fotografi, fotografi jurnalistik, fotografi fashion, dan masih banyak yang lainnya.
2.5. Tinjauan Esai 2.5.1 Pengertian Esai
Esai adalah tulisan berupa prosa yang menguraikan suatu masalah secara sepintas dari sudut pandang penulisnya (Williams 60).
Sebuah esai adalah sebuah komopsisi prosa singkta yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian
yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai atau menambah beberapa observasi tentang subyek.
2.5.2 Tinjauan Buku Esai Fotografi
Jika dilihat dari hasilnya, buku tersebut nantinya akan memberikan suatu informasi di mana menggunakan media foto untuk lebih menarik perhatian dan memberikan suatu wawasan tentang pengrajin perak tradisional yang ada di Kendari yang harus dikembangkan dan tetap dijaga keasliannya agar tidak hilang dan tidak terlupakan.
2.6 Analisis Data
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), berkomitmen untuk mengembangkan kerajinan lokal, baik anyaman atau pun tenun lokal anyaman di daerah itu agar mampu bersaing dalam pasar global. Hal yang terjadi saat ini adalah kerajinan perak yang di pertahankan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kendari hanyalah untuk mempertahankan kelestarian kerajinan perak itu sendiri, apabila tidak di pertahankan kelestariannya oleh Dekranasda Kota Kendari, maka perlahan-lahan kerajinan perak dari Kendari ini akan punah.
Dekranasda Kota Kendari setiap tahun mengadakan pelatihan dalam membuat kerajinan perak, banyak peserta yang ikut untuk mengikuti pelatihan tersebut, namun setelah pelatihan telah usai, semua berhenti hanya disitu saja, tidak ada peserta yang kembali untuk meneruskan keterampilan itu sebagai pengrajin perak generasi baru.
Dekranasda Kota Kendari juga pernah mengikuti pameran untuk memamerkan karya para pengrajin, namun kendala yang di hadapi adalah ketika saat pameran ada yang tertarik untuk memesan dalam jumlah banyak tetapi waktu yang diberikan sangat singkat. Dahulu saat setelah mengikuti pameran, ada pesanan oleh Jerman sebanyak 1000 buah namun harus jadi dalam waktu 1 bulan, sedangkan kerajinan perak ini dikerjakan menggunakan tangan, dan pekerja yang ada tidak cukup banyak untuk mengerjakan 1000 buah dalam 1 bulan, akibatnya walaupun mengikuti pameran tetapi pada akhirnya pengrajin tidak dapat memenuhi keinginan konsumer yang
memesan. Kurangnya minat melanjutkan keterampilan dalam membuat kerajinan perak membuat tidak adanya yang dapat melanjutkan kelestarian kerajinan perak ini. 2.6.1 Analisis Data Wawancara a. Data pengrajin perak di Kendari - Nama : Wantamori Damantora Tempat tanggal lahir : 14 – 03 – 1963 Awal mengrajin : tahun 1985 - Nama : Hartono Tempat tanggal lahir : Onembute, 01 – 04 - 1979 Awal mengrajin : tahun 1995 - Nama : Midwan Tempat tanggal lahir : Wiwirano, 12 – 06 - 1970 Awal mengrajin : tahun 1992 - Nama : Agus Tempat tanggal lahir : Parasi, 10 – 04 - 1972 Awal mengrajin : tahun 1990 - Nama : Anto Pujiono Tempat tanggal lahir : Andolo, 1982 Awal mengrajin : tahun 2004
Gambar 2.9 Pengrajin Perak Kendari Werk di Dekranas Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pengrajin perak laki-laki bertugas untuk membuat benang perak dan membuat pola rangka perak, sedangkan pengrajin perempuan bertugas untuk mengisi bagian kerangka perak. Menurut para pengrajin, tugas untuk mengisi kerangka perak di berikan pada perempuan karena perempuan lebih teliti daripada laki-laki.
Pengrajin perak yang berada di Dekranas Kendari bekerja sebagai pengawai yang bekerja pada pemerintah. Menurut para pengrajin, mereka bekerja selain karena passion mereka juga bekerja hanya untuk melestarikan kerajinan perak ini tetap ada. Ada banyak peluang untuk bekerja sebagai profesi yang lain, namun mereka memilih untuk mengabdi pada pemerintah dengan hobi mereka.
2.7 Kesimpulan Analisis Data
Dari hasil analisa data, melalui wawancara dari berbagai pihak yang bersangkutan, dapat disimpulkan kerajinan perak tradisional masih belum dikenal oleh mayoritas masyarakat dan tidak ada generasi muda yang akan meneruskan keahlian ini. Kerajinan perak merupakan warisan nenek moyang yang harus kita jaga
dan merupakan peninggalan tradisi yang patut dilestarikan.
Diharapkan dengan adanya media buku ini, pengrajin perak tradisional tidak akan punah dan dapat lebih dihargai dan diteruskan oleh generasi baru, dan juga mampu untuk menjaga eksistensi pengrajin perak Kendari Werk, serta informasi dan keunikan lainnya dari kerajinan perak Kendari Werk, dan sekaligus menjadi media informasi/publikasi tentang kerajinan perak di Kendari.