• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jilid-15 Depernas 24-Bab-127

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jilid-15 Depernas 24-Bab-127"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 127. BIDANG KOMUNIKASI

SEKTOR : PERHUBUNGAN DARAT BAGIAN : DJALAN RAJA

§ 1601. Umum

Pemeliharaan, perbaikan dan pembuatan djalan2 Negara dibiajai

oleh Departemen Pekerdjaan Umum dan Tenaga, akan tetapi pelaksana-annja dilakukan oleh Dinas Pekerdjaan Umum Daerah Tingkat I jang organisatoris dan taktis berdiri dibawah Pemerintah Daerah Otonoom, jang termaksud lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi

Sebagai suatu kenjataan jang tidak dapat dipungkiri, jang mempunjai kepentingan terbesar akan baiknja keadaan djalan2 raja ialah Menteri Inti

wewenang mana kadang2 membawa akibat² jang bertentangan,

terpeliha-ranja kepentingan2 djalan raja itu tidak dapat didjamin.

Djalan2 raja jang ada di Indonesia di-bagi2 dalam 6 kelas djalan, satu

dan lain ditetapkan berdasarkan kekuatan konstruksi perkerasan djalan. Kelas² ini ialah kelas I, II, III, IIIa, IV dan V, jang masing2 dapat

menahan tekanan roda kendaraan jang ditetapkan ber-turut2 sebesar 7 ton,

5 ton, 3,5 ton 2,75 ton, 2 ton dan 1,5 ton berat sumbu (axle-load) dengan sjarat djarak sumbu sebesar minimum 3 m. Klasifikasi djalan2 ini ditetap-kan sebelum perang oleh Departemen van Verkeer en Waterstaat, Afdeling Wegverkeer, dan hingga kini tetap berlaku (Peraturan Lalu-lintas Djalan Pasal 97):

Berhubung dengan perkembangan lain lintas barang dan perkem-bangan teknik kendaraan bermotor, maka sebenarnja klasifikasi ini tidak sesuai lagi dengan djaman.

Bukan sadja djumlah kelas2 terlampau banjak, lagi pula dengan hanja

mengidzinkan maksimum 7 ton berat sumbu, lalu-lintas barang dengan perantaraan kendaraan bermotor sangat terbatas.

(2)

Dengan ini lahirlah konflik kepentingan antara pemakai djalan dan instansi jang memelihara djalan, karena masing2 mempertahankan kepen-tingan-kepentingan sendiri, jakni :

1. Pemakai djalan ingin mengeksploitir kendaraannja se-baik²nja dengan memuatinja sebanjak kekuatannja; 2. Instansi pemelihara djalan menghendaki tetap baiknja

djalan dan melarang muatan jang melampaui batas maksimum tadi.

Pendirian instansi pemelihara djalan ini ada pada tempatnja, karena hingga kini biaja jang disediakan oleh Pemerintah guna pemeliharaan djalan2 raja adalah sangat rendah, pada umumnja praktis hanja tjukup untuk satu2nja djalan untuk menghindarkan senantiasa merosotnja keadaan djalan dan untuk sedikit banjak mengakui kepentingan2 pemakai2 djalan, biaja pemeliharaan harus disesuaikan dengan keperluan jang maka perlu dalam djangka waktu jang agak pendek (6 --8 tahun) diselenggarakan „perbaikan berat” agar dapat mengedjar seluruhnja atau sebagian besar ketinggalan jang dapat dibebani berat sumbu masing2 5 ton dan 3,5 ton,

Ini ada sangat penting sebagai fase peralihan untuk mengganti djumlah kelas djalan sesuai dengan keperluan pemakai.

Pada umumnja adalah praktis apabila kita hanja mengadakan 3 buah kelas djalan sadja, jakni :

1. Kelas I kuat untuk 10 ton, berat sumbu; 2. „ II „

(3)

Berhubung dengan itu, maka djalan „missing-links” jang diusulkan ini untuk sebagian, jakni jang terletak di Indonesia bagian Timur akan dibuat sebagai djalan kelas III jang akan memakan biaja sebesar ± Rp. 2.000.000,, se-km-nja.

Lain2 keperluan untuk pembangunan ini ialah berupa alat2 besar dan bahan2 :

(4)

1. Aspal sebanjak kira2 425.000 ton jang sebagian (± 50%) harus diimpor dari luar;

2. Mesin-gilas sebanjak kira2 2.000 buah; 3. Truck sebanjak kira2 4.000 buah; 4. Stone-crusher kira2 400 buah.

Djumlah devisen jang diperlukan adalah seperti berikut :

Dalam rentjana ini dengan sendirinja termasuk pula perbaikan/pem-buatan djembatan2. (seperti patjol, belentjong dsbnja), semen, bahan baku luar negeri lain dll., jang berarti 15% dari Rp. 19,3 miljar atau Rp. 3;-- miljar. Dari biaja djembatan diperlukan ± 40% devisen atau Rp. 3,- miljar. Djumlah jang diperlukan untuk pembelian dari luar negeri mendjadi Rp. 6,,--miljar = $ 75 djuta (apabila diambil sebagai dasar perbandingan $ 1,-- Rp. 80,--termasuk harga lawan Rp. 45.--, PUIM ad 25-50%. bea masuk dll.), dalam djumlah mana, telah termasuk Rp. 956,25 djuta devisen untuk pembelian alat² besar guna pembuatan djalan² baru.

Rentjana perbaikan djalan² dalam djangka waktu 8 tahun meliputi :

1. Rehabilitasi (perbaikan berat) djalan2 pada umumnja;

2. Penguatan/pengaspalan djalan2 kerikil (jakni djalan jang tidak beraspal) mendjadi djalan kelas III; tertjapai hasil2 sebagai berikut :

1. Dari djalan Negara jang beraspal sepandjang 3.300 km pada waktu ini 1.370 km ada dalam keadaan baik dan berkelas II.

Sisanja sepandjang 1.930 km akan dimodernisir dan didjadikan djalan kelas II pula, Sehingga pada achir pelaksanaan rentjana ini akan terda-pat di Indonesia 3.300 km djalan kelas II jang berarti dapat dilalui kendaraan bermotor dengan berat sumbu 5 ton. 2. Djalan Negara jang tidak beraspal ada 4.750 km.

(5)

3. Dari djalan Propinsi jang beraspal dan pandjang 6.300 km semuanja dianggap masih baik dan dapat dimasukkan sebagai djalan kelas III.

4. Djalan Propinsi jang tidak beraspal ada 18.160 km. Djalan ini semua akan diperkuat dan diaspal sehingga mendjadi djalan kelas III; dalam Rentjana fase I ini akan tertjapai 14.990 km.

(6)

5. Dari djalan Kabupaten sepandjang 46,400 km praktis tidak ada jang diaspal. Dianggap perlu hanja memperkuat dan mengaspal 7.100 km djalan dan mendjadikannja djalan kelas III; dalam Rentjana fase I ini akan ditjapai 5.400 km.

6. Lain daripada itu akan dibangun djalan baru (missing-links) sepan-djang :

a). 70 km kelas I;

b). 2,268 km kelas II;

c). 375 km kelas III;

Dengan ini maka Indonesia akan mempunjai :

a). 70 km djalan kelas I;

b). 5568 km djalan kelas II;

c). 31815 km djalan kelas III;

d). 44170 km djalan jang kelasnja lebih rendah dari kelas III.

Apabila kita menghendaki kekuatan djalan jang lebih besar, berdasar-kan keperluan lalu-lintas jang maka sebagaian Dari djalan2 tersebut diatas

harus diperkuat lebih banjak, kira2 seperti berikut :

1. 5.568 km djalan kelas II semua didjadikan kelas I (untuk berat

sumbu 7 ton);

2. 40% dari 31.815 km djalan kelas II atau 12.715 km didjadikan

kelas I;

3. 60% dari 31,815 km djalan kelas III atau 19.100 km didjadikan

kelas II;

4. 5,170 km djalan dari 44,170 km djalan kelas III a, IV dan V didjadikan kelas II;

5. 39.000 km djalan kelas III a, IV dan V didjadikan kelas III.

Dengan ini akan tertjapai adanja

(a). Djalan kelas I sepandjang 70 + 5.568 + 11.715 = 18.353 km.

(b). „ „ II „ 19.100 + 5.170 = 24.270 km.

(c). „ ,, III „ 39.000 km.

Biaja tambahan, (diatas Rp, 26,702 djuta jang diperlukan untuk rentjana ini) adalah seperti berikut :

Untuk menaikkan djalan kelas II mendjadi djalan kelas I rata2

(ter-masuk perkuatan perbaharuan djembatan2nja) diperlukan Rp. 1 djuta per

km. Untuk menaikkan djalan kelas III mendjadi djalan kelas II pun rata2

diperlukan Rp, 1 djuta per km, sedangkan apabila dari kelas III harus dinaikkan kekelas I biaja perkuatannja (termasuk perbaharuan djembatan2

-nja) memerlukan rata Rp. 2 djuta per km dengan tjatatan bahwa dalam hal ini praktis tiada djembatan jang dapat diperkuat sadja, tetapi praktis semua harus diperbaharui.

Untuk menaikkan djalan kelas III a, IV dan V mendjadi djalan

kelas III (termasuk djembatan2nja) memerlukan biaja sebesar antara

Rp, 400.000,-- dan Rp. 800,000, per km atau rata Rp. 600.000,— per

(7)
(8)

Rp. 2.000.000,- per km. Ini berarti bahwa untuk mentjapai target kedua ini diperlukan tambahan biaja diatas Rp. 26.702 djuta tersebut diatas sebesar:

Apabila kekuatan djalan harus disesuaikan dengan lalu-lintas modern, dan diadakan hanja 3 kelas, masing² untuk berat sumbu :

1. Kelas I = 10 ton; 2. Kelas II = 7 ton; 3. Kelas III = 3,5 ton;

maka biaja perbuatan bukan lagi Rp. 83.838 djuta, melainkan seperti dibawah ini :

1. 70 km kelas I lama mendjadi I baru memerlukan

70 X Rp. 1,5 djuta Rp. 105,-- djuta

2. 5.568 km kelas II lama mendjadi II baru

me-merlukan 5.568 X Rp. 2,5 djuta = Rp. 13920,-- ,, 3. 12.715 km kelas III lama mendjadi I baru

me-merlukan 5.568 x Rp.2,5 djuta = Rp. 44503,-- ,, 4. 19.100 km kelas III lama mendjadi II baru

me-merlukan 19.100 x Rp. 2,- djuta = Rp. 38200,-- ,, 5. 5.170 km kelas IV lama mendjadi III baru

me-merlukan 5.170 x Rp. 3,- djuta = Rp. 15510,-- ,, 6. 39.000 km kelas IV lama mendjadi III baru

me-merlukan 39.000 x Rp. 0,6 djuta = Rp. 23400,-- ,, Djumlah : =Rp. 135.638,-- djuta Adalah suatu kenjataan bahwa kapasitet djalan raja sangat terpenga-ruh oleh adanja lalu-lintas lambat.

Pada umumnja lalu-lintas lambat menghambat kelantjaran lalu-lintas sehingga memperketjil kapasitet djalan.

Untuk menghindarkan penghambatan kelantjaran lalu-lintas ini perlu diadakan pemisahan antara lalu-lintas tjepat dan lalu-lintas lambat.

Pemisahan jang paling sempurna ialah apabila untuk kedua matjam lalu-lintas ini diadakan djalur2 djalan tersendiri2 dan terpisah sempurna

satu dari jang lain sehingga lalu-lintas jang satu tidak dapat mengindjak djalur lalu-lintas jang lain,

(9)

Akan tetapi tjara ini adalah sangat mahal, karena menghendaki lebar djalan (right of way) jang sangat ber-lebih2, dan disamping itu memerlukan pula djembatan dan sebagainja tersendiri. Apalagi apabila dikehendaki pula bahwa djalan untuk lalu-lintas lambat itu harus ada dikedua belah djalan untuk lalu-lintas tjepat.

Seperti keadaan di Djawa Timur, djalur untuk lalu-lintas lambat hanja diadakan2 disebelah djalan sadja. Biaja pembuatannja memang lebih ringan akan tetapi tjara ini sering mengatjaukan lalu-lintas tjepat, karena se-akan2 lalu-lintas lambat tidak lagi menaati peraturan lalu-lintas untuk djalan disebelah kiri. harus sama sempur-nanja seperti djalur lain-lintas tjepat.

Djika tidak, maka lalu-lintas lambat dalam bentuk

sepeda dan betja

akan memakai djalur lalu-lintas tjepat dan akibatnja sama

sadja seperti

Bagaimana djuga, mengadakan djalur tersendiri untuk lalu-lintas lambat berarti menambah biaja pembuatan djalan.

Karena biaja ini sekarang belum diketahui besarnja, dan menaksirnja akan berarti hanja me-raba2, maka pelaksanaannja akan dimulai setelah dalam Rentjana fase I ini diadakan penelitian dan penjelidikan jang seksama. Untuk sementara tanpa membuat djalur2 tersendiri, sebagai tindakan peralihan kapasitet djalan dapat dipertinggi antara lain dengan ketentuan2 seperti berikut :

(10)

4. Mendidik pemakai djalan supaja dalam segala keadaan memegang

teguh disiplin dan tata-tertib lalu-lintas.

(11)

§ 1602. Pendjelasan projek demi projek a. Djalan2.

1: Pemeliharaan berat seluruh djalan2. Tersedia Rp. 1.450

djuta. meliputi :

a. pembelian 1200 buah mesin gilas. b. ,, 4000 „ truck. dalam bentuk road-maintenance equipment. terutama mesin gilas, truck dan pemetjah batu. Dengan memperhitungkan alat2 besar jang telah ada. jang sebagian diperoleh dari Pampasan Perang Djepang untuk peker-djaan-pekerdjaan jang sangat penting ini diperlukan djumlah2 tersebut diatas.

Dengan adanja alat2 besar tsb, maka bukan sadja akan terdjamin pemeliharaan djalan2 malahan keadaan djalan berangsur-angsur dapat diperbaiki sehingga terdjamin pula kekuatandjalan2 dan lebih lantjarnja lalulintas dan dengan sendirinja lebih murahnja biaja pengangkutan, Akan tetapi dengan alat2 besarnja sadja, belum dapat dilaksanakan pemeliharaan ink apabila mesin2 itu belum atau tidak mempunjai pengemudi2 jang tjakap.

(12)

baru mempersatukan diri dengan djalan raja jang ada sekarang, kira2 didekat desa Tjiawi (Tenggara Bogor).

(13)

Untuk mereka jang menudju ke Bogor, akan diadakan djalan sambungan jang tertentu,

Throughway ini akan direntjanakan sebagai motorway dengan ketjepatan maksimum, misalnja 120 km./djam dan minimum 60 km./djam (ketjuali didaerah pegunungan) dan terlarang untuk lalulintas perlahan seperti betjak, sepeda, grobak dsb.nja. Sifat throughway melarang pula kendaraan berhenti (ketjuali djika ada kerusakan), sehingga tidak memperbolehkan lalulintas opelet/otolet dan bus lokal.

Berhubung dengan ini harus diadakan "limited acces" dan

meng-ingat bahwa djalan tersebut harus dibuat untuk lalulintas ter-berat. maka biaja pembangunannja ditaksir akan memerlukan Rp. 9.000 000.- per km, Dalam 3 tahun pertama akan diadakan persiapan2 terdiri dari:

a. pengukuran dan pembuatan projek;

b. pemesanan alat2 besar (roadbuilding equipment):

c. pembebasan tanah jang diperlukan.

Pelaksanaan projek ini (untuk kira2 45 km, djalan baru dan 25 km.

djalan jang ada jang akan disesuaikan dengan sjarat2 lalulintas

modern) dapat diselesaikan dalam 5 tahun selandjutnja.

3. Antara Palembang Djambi Rengat -- Pakanbaru –

Ran-tauprapat -- Tandjung Balai, sepandjang kira2 1100 km. (tidak

termasuk bagian Rantauprapat -- Tandjung Balai. sepandjang 120 km. jang djalannja sudah ada perbaikannja termasuk sub (c) termasuk djalan simpang kepelabuhan Dumai di Selat Rupat. Biaja jang diperlukan Rp. 4.004 djuta (djalan kelas II).

Djalan jang dimaksud ini untuk sebagian besar sudah ada, akan tetapi merupakan djalan kelas IV atau djalan Jeep. sebagian pula terdiri dari djalan jang perkerasannja dibuat dari tjampuran tanah dengan minjak bumi,

Lain dari pada itu banjak sungai2 besar harus dilintasi. antaranja:

Batang Hari (Djambi), Batang Kuantan (Rengat), Sungai Siak bagian Timur akan terbuka untuk perkembangan ekonomi, satu dan lain akan sangat penting dipandang dari sudut usaha Sandang Pangan.

Dalam 3 tahun pertama akan diadakan persiapan2 terdiri dari :

a. pengukuran dan pembuatan projek;

b. pemesanan alat2 besar (roadbuilding equipment).

(14)

Pembebasan tanah didaerah ini tidak begitu penting karena seba-gian besar akan melewati hutan belukar atau daerah rawa. Dengan melaksanakan pembangunan serentak dalam 4 Daerah Tingkat, I (Sumatera Selatan, Djambi, Riau dan Sumatera Utara), penjelesaiannja dapat diharapkan dalam 5 tahun.

4. Antara Prapat -- Tarutung --- Padang Sidempuan — Bukittinggi, sepandjang kira2 538 km, dengan biaja sebesar Rp. 1.616 djuta

(djalan kelas II).

Djalan ini telah ada, akan tetapi antara Tarutung dan Sipirok merupakan djalan jang senantiasa mengalami gangguan alam sehingga harus ditjarikan trase baru

Djuga bagian jang termasuk wilajah Sumatera Barat memerlukan pembuatan djalan baru dibeberapa tempat.

Dengan diperbaikinja djalan hubungan antara Bukittinggi dengan Medan akan sangat diperlantiar, Disamping berarti pem-bukaan daerah Sipirok untuk perkembangan ekonomi.

Karena djalan ini dahulu akan dibangun dengan bantuan I.C.A. dan pekerdjaan persiapan dihentikan setelah pemberontakan P.R.R.I., maka kini telah tersedia hasil2 pengukuran dahulu.

Tinggal pembuatan projek dan pemesanan alat2 besarnja jang

masih perlu dilakukan, Ini dapat diselesaikan dalam 2 tahun per -tama. sehingga untuk penjelesaian seluruh pekerdjaan tersedia 6 tahun.

5. Antara Bukittinggi -- Pajakumbu -- Pakanbaru. sepandjang 220 km. dengan biaja Rp, 550.000.000— (djalan kelas II), Djuga djalan ini sekarang sudah ada akan tetapi memerlukan per-baikan trase dan modernisasi.

Dengan adanja perhubungan jang sangat Baik antara Bukittinggi dan Pakanbaru, berarti. bahwa hasil bumi Sumatera Barat jang kini untuk ekspornja tergantung melulu pada pelabuhan Teluk Bajur kelak akan dapat disalurkan pula ke Pakanbaru dan terus keluar negeri.

Untuk pengukuran, pembuatan projek dan pemesanan alat2 besar

serta pembebasan tanah. Akan diperlukan kira2 3 tahun.

sedang-kan 5 tahun selandjutnja tjukup untuk melaksanasedang-kan pekerdjaan seluruhnja.

6. Antara Poso -- Parigi masing² sepandjang kira2 150 km.

dengan biaja masing2 Rp. 525

7. Antara Tomini Marissa djuta (djalan kelas II).

Dua djalan ini adalah "missing links" dalam arti seluas-luasnja, karena djustru dua bagian ini jang sampai sekarang merupakan kekosongan jang tidak memungkinkan orang berkendaraan mobil langsung dari Makassar ke Menado,

Dengan dibuatnja djalan2 ini akan tertjapai hubungan darat

lang-sung antara kedua Ibu Kota Daerah Tingkat I Makassar dan

Menado, hubungan mana sudah lama dikehendaki Daerah2 jang

bersangkutan.

(15)

Trase Paso -- Parigi sebagian telah diukur, akan tetapi kiranja masih memerlukan banjak perubahan, sehingga untuk :

a. pengukuran dan pembuatan projek; b. pemesanan alat2 besar.;

perlu disediakan waktu kira2 2½ tahun.

8. Antara Tomini — Tolitoli sepandjang 110 km dengan biaja Rp. 385 djuta (djalan kelas II).

Maksud pembangunan djalan ini adalah untuk mengeluarkan daerah2 jang terpentjil dan terletak di Teluk Tomini, dari isolasinja dan menghubungkannja dengan Tolitoli, salah sebuah pelabuhan dipantai Laut Sulawesi, projek akan memakan waktu kira2 2 tahun,

9. Djalan2 missing link di Pulau Sumbawa sepandjang 40 km.

10a. ,, ,, ,, ,, ,, Flores „ 40 km. 10b. ,, ,, ,, ,, ,, Sumba „ 120 km. 11. ,, ,, ,, ,, ,, Halmahera „ 175 km.

(16)

Sosok -- Tajan) dengan Ketapang melalui Teluk Melano.

b) Antara Siluas Balaikarangan Nangabadau --Putussibau sepandjang kira2 565 km, jang dimaksudkan membuka daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Sulawesi dan menghubungkan Putussibau melalui djalan darat dengan Siluas Bengkajang -- Singkawang dengan Pontianak.

(17)

Djuga kedua djalan ini belum merupakan keperluan jang men-desak. sehingga dalam Rentjana fase I tjukup diadakan persiapan2

jang dapat dibiajai dari dana2 routine biasa.

14. Antara Sintang di Kalimantan Barat dan Ampah di Kalimantan Tengah, sepandjang 650 km,

Djalan ini akan merupakan djalan sentral: jang dapat menghu-bungkan Pontianak (via Sintang Puruktjahu -- Muara Tewe

Maksud djalan ini ialah membuka daerah sebelah selatan Bolaang Mongondouw. Urgensinja belum meningkat sehingga pelaksana-annja dapat ditangguhkan sampai Rentjana fase II.

c. Modernisasi djalan2 aspal negara.

Diseluruh Indonesia. ketjuali di Daerah2 Tingkat l Riau. Maluku,

Irian Barat, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur,

ter-dapat apa jang dinamakan Djalan Negara,

Jang beraspal seluruhnja mempunjai pandjang 3300 km.

Dari 3300 km. ini jang 1370 telah dalam keadaan Baik dan termasuk djalan kelas II. Jang 1930 km. akan diperbaiki dan didjadikan djalan kelas II. sehingga pada achir Rentjana Ease I ini akan terdapat djalan aspal Negara (kelas II) sepandjang 3300 km., djalan2 mana dapat

dilalui kendaraan. jang mempunjai beban sumbu seberat.5 ton. Seluruh usaha ini memerlukan biaja sebesar Rp. 1.693,25 djuta. d. Perkuatan djalan kerikil Negara,

Dari djalan2 Negara jang ada diseluruh Indonesia (ketjuali Daerah

Tingkat I Riau, Maluku. Irian Barat, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur) ada 4750 km. jang tidak beraspal dan pada umum-nja masuk kelas djalan lebih ringan dari kelas III.

Pada umumnja djalan2 ini hanja mempunjai perkerasan jang sangat

sederhana, sehingga dinamakan djalan kerikil,

Djalan ini akan diperkuat dan diaspal, sehingga akan mendjadi djalan kelas III jang benar' dapat menahan lalulintas dengan beban sumbu 33 ton.

e. Perkuatan djalan kerikil Propinsi.

Djalan2 Propinsi atau Daerah Tingkat I diseluruh Indonesia meliputi :

6300 km. jang beraspal jang masih dalam keadaan Baik dan masuk djalan kelas lebih ringan dari kelas III. 18160 km. jang tidak beraspal dan masuk djalan kelas lebih

ringan dari kelas III.

(18)

Maksud usaha ini ialah untuk memperbaiki, memperkuat dan meng-aspal 14990 km. mendjadi djalan meng-aspal kelas III.

Dengan ini akan tertjapai djalan Propinsi kelas III jang beraspal sepandjang 21.290 km.

Biaja jang diperlukan adalah Rp. 8.101,25 djuta.

f. Perkuatan djalan Daswati II (atas andjuran PNMHB).

Berapa pandjang sebenarnja dari dialan2 Daswati II diseluruh

Indo-nesia belum diketahui dengan pasti, karena dibanjak Daerah2 Tingkat

II orang belum dapat menetapkan mana jang dianggap djalan Daswati

II dan mana jang djalan desa. Kira2 ada 46.400 km diseluruh

Indo-nesia jang semua praktis terdiri dari apa jang dinamakan djalan kerikil. Belum waktunja sekarang untuk menaikkan seluruh djalan

Daswati II ini ketingkat djalan kelas III, Berhubung dengan usaha2

PNMHB, maka oleh Panitia ini diandjurkan untuk memperkuat 7100 km, satu dan lain terutama bertalian dengan pengangkutan beras

(padi). Karena pada umumnja kesanggupan pedjabat2 Daerah

Tingkat II ini untuk melaksanakan perkuatan djalan2 ini sangat

ter-batas, maka untuk Rentjana fase I ini hanja disediakan uang untuk perbaikan 5400 km, jakni biaja sebesar Bp. 3.855 djuta,

g. Djembatan2 dan Kapal2 Ferry.

Pada umumnja, dalam tiap2 persoalan djalan raja hanja diutamakan

djalannja, sedang diembatan2nja dianggap seperti pelengkapnja sadja.

Memang benar boleh dikatakan bahwa .,djembatan" itu tidak lain daripada „djalan” jang dibuat daripada kaju, besi atau beton, akan tetapi karena beberapa sifat fundamentilnja, sebenarnja djalan dan djembatan tidak dapat disebut dalam sekali napas.

Pada umumnja, ketjuali oleh bentjana alam atau malapetaka. djalan jang dipelihara haik2 tidak dapat dirusak oleh lalulintas sedemikian

rupa sehingga tidak dapat dilalui sama sekali. Tiap kerusakan pada

dialan2 pada umumnja senantiasa dapat diperbaiki dalam waktu jang

tidak terlalu lama.

Lain halnja dengan djembatan. Sekali djembatan rusak karena muatan terlampau berat, maka lalulintas untuk waktu jang lama akan ter-putus. Ini sebabnja antara lain, maka biasanja kekuatan djembatan dibuat paling sedikit setingkat (sekelas) lebih kuat daripada djalan-nja. Lain sifat jang tidak sama antara djalan dan djembatan ialah mengenai apa jang dinamakan „pembangunan setindak demi setin-dak”. Dimana pembangunan setjara ini dalam konstruksi djalan sangat banjak dipergunakan, sebab memungkinkan perkuatan djalan setindak demi setindak mengikuti perkembangan lalulintas, dalam

konstruksi djembatan kemungkinan2nja sangat terbatas.

Benar tiap2 djembatan kaju atau besi dapat diperkuat, akan tetapi ini

tidak dapat dikerdjakan terus menerus untuk meningkatkan kekuatan

djembatan. Djuga perlebaran djembatan hanja mungkin dalam batas2

ketjil sadja, jakni sepandjang mengenai djembatan kaju dan besi

dalam bentuk „djembatan gelagar”.

(19)

Djembatan beton pada umumnja tidak, dapat diperkuat maupun diperlebar, tanpa biaja jang sangat besar,

Oleh karena biaja pembangunan djembatan relatip mahal, maka

biasanja tiap2 djembatan (ketjuali djembatan darurat) dibangun untuk

dipergunakan dalam waktu sangat pandjang, jakni sampai 50 tahun atau lebih. Berhubung dengan itu, menaikan kekuatan djalan dengan mendadak lebih dari satu tingkat akan mengakibatkan bahwa semua

djembatan (dan gorong2) harus diperkuat pula dan dimana ini tidak

mungkin lagi berhubung dengan batas2 teknik, harus diperbaharui:

Pembaharuan ini bukan sadja akan memakan biaja jang sangat besar, akan tetapi djuga waktu pembangunannja tidak mudah dapat

diper-singkat lebih2 dengan perhitungan bahwa pada waktu ini di Indonesia

sangat kekurangan tenaga ahli teknik pada umumnja dan pembo-rong jang tjakap pada chususnja. Dengan sangat kasar dapat ditaksir

adanja sebuah djembatan dalam tiap2 2 km. djalan dengan bentang

15 m, atau lebih. Ini berarti bahwa Indonesia dengan memperkuat 26.000 km. djalan rajanja jang mempunjai 13.000 djembatan. mungkin perlu memperbaharui 50% atau 6.500 buah djembatannja supaja setingkat dengan perkuatan djalan dan dapat menahan muatan jang berat².

Dengan mengambil sebagai dasar : lebar djembatan 8 m, dan pan-djang rata2 20 m ini berarti bahwa perlu diperbaharui, 6.500

X 8 X 20 m = 1.040.000 m2 atau dengan harga rata2 Rp.

6.000,--per m2 ini berarti memerlukan biaja sebanjak Rp. 6.24 miljar

(menu-rut perhitungan 25% dari biaja perbaikan djalan dan djembatan sebesar Rp. 25,7 Millar, biaja ini adalah Rp. 6,4 miljar).

Disamping ini masih terdapat beberapa puluh perlintasan djalan

dengan sungai2 besar jang sampai sekarang belum mempunjai

djem-batan atau jang djemdjem-batannja setelah rusak atau dirusak (dalam perang), belum dibangun lagi.

Untuk dapat membangun djembatan2 ini atau untuk mengadakan

pelajanan jang sempurna dengan kapal2 ferry, diperlukan sedjumlah

Rp. 1.000.000.000 dalam Rentjana fase I ini.

(20)

DAFTAR PANDJANG DJALAN SEDARI 1-1-1959. (SEMENTARA).

Referensi

Dokumen terkait

PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA V KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014.

1 MOHAMMAD ILHAM MAHFUD MI MUHAMMADIYAH MADIUN 58 2 HAUZAN HANIFAH ZAHRA SD MUHAMMADIYAH MADIUN 52 3 ATIKA BANOWATI SD MUHAMMADIYAH MADIUN 44 4 HAMZAH ABDURRAHMAN

Keputusan Walikota Semarang Nomor 875.1/2 Tahun 2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Perijinan dan Non Perijinan kepada Kepala Badan Pelayanan.. Perijinan Terpadu

Sehingga menurut penulis dari keterangan yang didapat dari beberapa informan, pemerintah sangat sulit menegakan aturan hukum terkait alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non

Atas dasar hal tersebut, dalam rangka mendukung pelaksanaan UU Desa dan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

Surat Pernyataan Kesanggupan melaksanakan ketentuan yang berkaitan dengan Gerakan Kemitraan Usaha Nasional

 DICETAK DENGAN WARNA HITAM DI ATAS DASAR WARNA PUTIH ATAU WARNA LAIN YANG MENYOLOK KONTRAS DENGAN TULISAN

Kegiatan – 2. Secara cepat, bagi kelompok menjadi dua. Jika terlalu besar, peserta bisa dibagi menjadi 3. Masing-masing kelompok terdiri maksimal 15 anggota. Peserta