• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

C. Lima Nilai Karakter yang Terbentuk dalam Pendidikan Karakter

5. Bertanggung Jawab

“Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqosh dari bapaknya, Rasullah Saw berkata: Sesungguhnya Allah itu baik, mencintai kebaikan, bahwasanyya Allah itu bersih, menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai Kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai Keindahan, karena itu bersihkan tempat-tempatmu.” (H.R.

Tirmidzi)

Kandungan hadis diatas menjelaskan bahwa perintah untuk menjaga kebersihan, karena Allah sangat menyukai Kebersihan.

Begitupun juga keindahan. Dengan adanya lingkungan bersih dan indah akan membangun nuansa pembelajaran yang nyaman dan kondusif.

Selain itu juga dalam hadis lain dijelaskan bahwasanya kita boleh melakukakn apapun asalkan tidak membuat kita malu dan tidak melanggar Alqur’an maupun Sunnah nabi saw. yaitu sebagai berikut:

“Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshori Al Badri ra.

Berkata Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya sebagian yang masih dikenal umat manusia dari perkataan nabi terdahulu adalah:

Bila kamu tidak malu, maka berbuatlah sesuka hatimu.” (H.R. Al Bukhori).83

Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah menganjurkan kita untuk melakukan hal apupun sesuka hati kita. Dalam konteks ini maka jika menghias ataupun memberikan sentuhan keindahan pada kelas juga diperbolehkan. Karena, tidak melanggar Alqur’an dan Sunnah nabi saw. dan juga tidak membuat kita malu pada diri sendiri saat melakukan hal tersebut.

a. Hakikat karakter bertanggung jawab

Tanggung jawab adalah suatu beban yang dipikul oleh seseorang akibat sesuatu yang telah ia lakukakn atau perbuat, baik secara ucapan atau perbuatan. Segala sesuatu yang telah dilakukakn seseorang pertama-tama akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah swt.

begitupun juga dihadapan dirinya sendiri dan juga masyarakat. Berikut akan penulis paparkan akibat dari yang telah dilakukan yaitu:

1) Di hadapan Allah Swr, dalam hal ini dapat berupa pahala maupun siksa.

2) Di hadapan diri sendiri dapat berupa sebuah kebahagiaan atau kesengsaraan.

3) Di hadapan masyarakat dapat berupan sebuah pujian atau hukuman. 84

Selain itu tangung jawab juga dapat dijadikan sebagai pengontrol sebuah kebebasan manusia. Manusia dibebaskan untuk melakukan hal apapun yang ia inginkan, akan tetapi tetap harus ada pertanggungjawabnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Damanhuri dalam bukunya yang berjudul “Akhlak Prespektif Tasawuf Syeikh Abdurrahman Singkil”, yang menerangkan bahwasuatu hubungan timbal balik antara pengertian kebebasan dan tanggung jawab memiliki arti bahwa manusia bebas untuk memilih dan melakukan, tetapi

84 Mahmud Ali Abdul Hakim, “Akhlak Mulia Terjemahan oleh Abdul Hayyie al Kattani, dkk.” (Jakarta:Gema Insani, 2004), h. 150.

konsekuesnsinya yaitu mampu mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. 85

Dalam konteks ini seseorang dapat dikatakan memiliki karakter bertanggung jawab jika orang tersebut dapat lebih mementingkan dan mengerjakan kewajibannya sesuai dengan aturan/kespakatan dan bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat. 86

Berikut akan dicantumkan beberapa ayat Al Quran yang menerangkan tentang konsep tnggung jawab yaitu sebagai berikut:

ٌ َنْ يِهَر ْتَبَسَك اَِبِ ِسْفَ ن ُّلُك

۝

Artinya:

“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya”. (Q.S. Al- Mudastir :38)87

Kandungan pada ayat Al Mudastir ayat 38 adalah setiap orang pastinya akan bertanggung jawab atas setiap perbuatan yang telah ia lakukan. Baik dalam perbatan baik maupun buruk. Setiap harus menanggung konsekuensinya masing-masing. 88 Dalam konteks ini setiap anak harus mampu untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Mampu untuk menyiapkan kegiatan belajar, mampu mengerjakan tugas sekolah maupun rumah, dan mampu untuk melakukan kegiatan-kegiatn sehari-hari lainnya.

85 Damanhuri, “Akhlak Prespektif Tasawuf Syeikh Abdurrauf As-Singkili”, 2014, h. 201.

86 Sri Narwanti, “ Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran”, (Yogyakarta: Familia, 2011), h. 69.

87 Lihat, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an dan Revisi Terhjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta:

Sygma, 2009), h. 576

88Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, “Tafsir Al Qur’an (7):Surat Adz-Dzariat-An- Nas”, (Jakarta: Darul Haq, 2012), Cet. Ke-2, h. 448.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa karakter bertanggung jawab ini ialah ketika seseorang memiliki beban yang harus dipikulnya sebagai akhibat dari segala ucapan ataupun perbuatannya. Setiap pertanggung jawaban manusia ini pasti akan dituntut baik didunia maupun diakhirat.

b. Macam-macam bentuk tanggung jawab

Berikut akan penulis paparkan macam-macam bentuk tanggung jawab yaitu sebagai berikut:

1) Tanggung jawab kepada Allah swt.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt. allah memberikan nikmat yang sangat luar biasa kepada manusia dengan menjadikan khalifah di bumi ini agar manusia bertanggung jawab untuk melestarikan dan menggunakan apa saja yang sudah dikarunia oleh Allah. Selain itu juga Allah menciptakan manusia tidak lain agar manusia menyembah dan beribadah kepada Allah swt.

Sebagai makhluk Allah tentunya harus mentaati hukum syari’at yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Segala perbuatan yang kita lakukan pastinya akan dinilai oleh Allah. Hal ini dikarenakan Allah memiliki sifat Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Bahkan semua perbuatan kita akan dipertanggung

jawabkan kelak baik mendapatkan ganjaran (syurga) ataupun mendapat hukuman/siksaan (neraka).89

2) Tanggung jawab dengan dirinya sendiri

Setiap orang pastinya memiliki harga diri yang bersumber dari hatinya, yaitu bagian tubuh yang mampu mebedkan antara yang hak dan bathil dari berbagai nilai kehidupan. Karakter tanggung jawab terhadap diri sendiri ini mampu mencegah kita terhadap perbuatan-perbuatan yang dapat merendahkan martabat manusia yang dapat merendahkan harga dirinya sendiri. 90

Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri yaitu meliputi semua hal yang ia lakukan sepanjang kehidupannya. Misalnya yaitu sebagai berikut: ucapannya, tebtang apa yang diperbuat, yang dimakan, yang diminum, apa yang ia kenakan, harta yang boleh untuk ia belanjakan, apa yang harus dipelajari, apa yang harus diajarkan, dan apakah ia mampu menngerjakan ilmu yang ia peroleh, semuanya pasti akan diminta pertanggung jawaban di hadapan Allah swt kelak diakhirat. 91

3) Tanggung jawab terhadap orang lain.

Manusia termasuk kedalam makhluk sosial, dengan demikian sebagai makhuk sosial manusia tidak dapat berbuat sewenang-

89 Sikun Pribadi,”Mutiara-Mutuiara Pendidikan”, (Jakarta: PT. Karya Unipress, 1987), h. 77.

90 Sikun Pribadi, Ibid., , h. 77.

91 Ali Abdul Halim Mahmud, “Akhlak Mulia Terjemahan oleh Abdul Hayyie al Kattani, dkk.” (Jakarta:Gema Insani, 2004), h. 151.

wenang yang dapat merugikan orang lain. Saat manusia memiliki karakter tanggung jawab terhadap orang lain maka tidak akan menggaggu atau menyalahi hak mereka. Karena sejatinya setiap orang pasti memiliki hak-hak masing-masing untuk menjalankan hidupnya sendiri.

Bentuk tanggung jawab kepada diri-sendiri dan keluaarga telah disebutkan dalam alQur’an yaitu sebagai berikut:

َجِْلْاَو ُساَّنلا اَهُدوُقَو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْ نَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي ُةَرا

َم َنوُلَعْفَ يَو ْمُهَرَمَأ اَم َهَّللا َنوُصْعَ ي َلَ داَدِش ظ ََِغ ٌ َكِِ َََم اَهْ يَلَع ا

َنوُرَمْؤُ ي

۝

Artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(At Tahrim: 6) 92

Kandungan ayat diatas mengambarkan bahwa tanggung jawab orang tua kepada anaknya dalam membimbing dan mendidik anak agar terhindar dari api neraka. Meskipun ayat ini secara radaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi ayat ini bukan hanya tertuju bagi para kaum pria saja. Melainkan juga tertuju pada kaum wanita (ibu), keduanya turut bersama-sama bertanggung jawab kepada anak-anaknya. Dari sini dapat dikatakan bahwa

92 Lihat, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an dan Revisi Terhjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia. (Jakarta: Sygma, 2009), h. 560

pendidikan dan dakwah yang paling pertama yaitu berasal dari keluarga sendiri. 93

Selain tanggung jawab terhadap kerabat seseorang juga harus bertanggung jawab untuk saling mengajak kedalam kebaikan dan mengingatkan untuk menjauhi segala larangan Allah Swt.

c. Pendidikan karakter tanggung jawab prespektif Montessori

Tanggung jawab adalah salah satu sikap terpuji yang datang dari agama Islam yang diperintahkan oleh Allah swt. dalam Al Quran juga telah disebutkan bahwa tanggung jawab dengan kata mas’uliyah.

Ketika seseorang menerapkan karakter tanggung jawab ini, maka akan senantiasa akan mengguanakan semua yang diberikan Allah dengan sebaik-baiknya. Seseorang pasti akan selalu ingat bahwa setiap yang diperbuat selalu dalam pengawasan Allah, dengan demikian akan menjadikan seorang hamba yang taat dan menjauhi larangan dengan penuh tanggung jawab.94 Oleh karena itu karakter tanggung jawab ini penting untuk diterapkan.

Selain itu, karakter tanggung jawab ini juga dapat dimunculkan dalam kegiatan pembelajaran Montessori yang mengedepankan proses belajar sendiri. Karena dalam hal ini, anak akan dibiarkan memilih kegiatannya belajarnya sendiri dan alat-alat yang digunakan, akan

93 M. Quraish Shihab, “Tafsir Al- Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an”, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 326-327

94 Muhammad Da’I Sholih, “Pendidikan Karakter Bertanggung jawab Menurut Al Qur’an Surat Al Luqman Ayat 16”, Skipsi Sarjana Pendidikan, (Salatiga: Program Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga, 2017), h. 26, t.d

tetapi peserta didik juga harus memiliki tanggung jawab untuk merapikan kembali alat-alat belajarnya kedalam tempat yang telah disediakan.

Pendidikan karakter dalam konteks karakter bertanggung jawab untuk anak usia dini perspektif Montessori ini ditujukan agar anak mampu memiliki tangung jawab untuk mengerjakan kegiatan sehari- hari melalui praktik dasar yaitu seperti menyendok, meronce, menuang cairan tertentu dan mampu merapkan kembali alat-alat pembelajaran yang ia gunakan. Kegiatan ini ternyata sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak. Berikut beberapa manfaat kegiatan sederhana yaitu sebagai berikut:

a) Menguatkan jari anak untuk menyiapkan menulis.

b) Memperpanjang rentang konsentrasi.

c) Melatih kemandirian anak dan membentuk citra anak menjadi positif.

d) Melatih kordinasi mata dan tangan anak.

e) Menunbuhkan rasa tanggung jawab f) Melatih keteraturan anak.95

D. Relevansi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Prespektif Montessori dengan Pendidikan Islam

95 Vidya Dwina Paramita, “Jatuh Hati Pada Montessori”, (Bandung: mizan Media Utama, 2021), cetakan ke-9, h. 116-126.

Pola pendidikan yang tidak tepat akan mempengaruhi kepada pembentukkan karakter anak dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu sebagai orang tua haruslah mewaspadai agar hal tersebut tidak terjadi dikemudian hari.

Konsep pembelajaran menurut Montessori berasal dari barat oleh sebab perlu disesuaikan dengan ajaran agaman islam apakah sesuai dengan konsep pendidikan Islam. Oleh sebab itu berikut akan penulis uraikan mengenai relevansi pendidikan karakter prespektif Montessori dengan pendidikan agama Islam antara lain adalah sebagai berikut:

DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

ASPEK MARIA MONTESSORI PENDIDIKAN ISLAM KETERANGAN

Sumber / Landasan pendidikan karakter

Berasal dari temuan penelitian Maria Montessori beserta teori-teori yang telah Montessori kemukakan.

Pendidikan karakter dalam pendidikan Islam bersumber kepada Al Qur’an, Sunnah nabi Muhammad saw dan Ijma’

Para Ulama.

Sumber/ landasan pendidikan karakter memiliki perbedaan, meskipun demikian keduanya sama- sama bertujuan untuk menciptakan manusia yang memiliki karakter yang baik.

Karakter Religius Maria Montessori percaya bahwa setiap anak sudah memiliki bekal kemampuan spiritual yang

Karakter religius harus diterapkan pada setiap orang. Sebagai manusia tentunya harus kembali kepada fitrah seorang

Pendidikan karakter religius prespektif Montessori bertumpu pada fitrah-fitrah manusia, yaitu

dunia. Sebagai orang tua atau pendidik harus mempu membimbing dan mengarahkan kemampuan tersebut dan menjadi pengamat serta memberikan tauladan yang baik,. Oleh sebab itu, orang tua atau pendidik dengan menyiapkan lingkungan

yang dapat membantu

perkembangan spiritual anak.

Dengan demikian menjadikan anak yang memiliki karakter yang religius sejak dini.

teguh pada ajaran Allah swt. sesuai dengan Qs. Ar Rum ayat 30.

mngekspresikan dirinya sendiri.

Anak akan dibimbing sesuai dengan kepercayaannya masing-masing untuk meciptakan karakter religius.

Meskipun pada dasarnya pemikian Montessori bukanlah berasal dari Agama Islam.

Karakter Disiplin Dalam kegiatan Montessori karakter disiplin adalah modal awal dari suatu kontrol diri dari pembelajaran yang menjunjung tinggi kebebasan.

Karakter disiplin juga menciptakan kondisi yeng teratur meskipun anak melakukan pembelajarannya sendiri-sendiri. Disipin ini dapat diciptakan melalui betasan-batasan yang telah disetujui bersama-sama diawal proses pembelajaran.

Pendidikan Islam mengajarkan untuk disiplin dalam berbagai hal kegiatan di dunia. Diantaranya disiplin dalam mengunakan waktu sebaik mungkin, disiplin dalam menjalankan ibadah kepada Allah, taat kepada peraturan baik yang berasal dari syariat Islam dan juga dari pemerintah.

Disiplin dalam prespektif Montessori relevan dengan pendidikan Islam yaitu sama- sama menciptakan anak yang mampu ngontrol diri untuk bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku disekitarnya. Meskipun disiplin dalam kegiatan Montessori lebih merujuk kepada proses pembelajaran anak bukan kepada aqidah Islam.

untuk melakukan praktik-praktik dasar dalam kehidupan seperti:

mandi, makan, minum, memakai baju, memakai sepatu, menyiapkan alat-alat untuk sekolah dengan dikerjakan sendiri tanpa bergantung dengan orang lain.

dalam berbagai kondisi, kemdirian memiliki tiga aspek yaitu:

1. Kemandirian emosi 2. Kemandirian berperilaku

3. Kemandirian nilai, misalkan dalam menggambil keputusan.

Montessori masih bersifat sederhana, hal ini dikarenakan konsep Montessori diterapkan kepada anak usia dini. Meskipun demikian jika karakter mandiri diterapkan melalui kegiatan Montessori ini akan membentuk karakter mandiri sejak usia dini.

Karena sejatinya tidak ada pendidikan yang berlaku secara instan perlu tahap demi tahap.

lingkungan praktik yang dilakukan secara langsung dengan menghadirkan suatu obyek secara nyata dalam setiap kegiatannya. Karakter peduli diterapkan dalam kegiatan ini demi menciptakan lingkungan yang indah dan bersih, agar kegiatan pembelajaran menjadi nyaman bagi peserta didiknya.

hambanya untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Allah sangat mencintai suatu kebersihan dan keindahan lingkungan. Hal ini sesuai dengan hadis nabi Muhammad saw.

yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.

prespektif Montessori memiliki relevansi dengan pendidikan Islam.

Karakter tanggung jawab

Mengajarkan anak untuk menyiapkan dan merapikan kembali alat-alat yang digunakan dalam setiap proses pembelajaran

Setiap perbuatan, perkatan pastinya akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Sebagai hamba Allah tentunya harus tunduk dan patuh dengan apa yang

Karakter tanggung jawab Prespektif Montessori mengjarkan kepada anak dalam lingkup belajar dan bertanggung jawab pada diri

menyiapkan anak untuk mampu bertanggung jawab dalam setiap keputusan yang dia ambil.

tindakannya. Tanggung jawab memilki tiga unsur yaitu bertanggung jawab dengan Allah, tanggung jawab dengan orang lain, dan tanggung jawab dengan diri sendiri.

Islam lebih kepada bertanggung jawab dalam segala hal.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah mengumpulkan, mengolah, dan menganalis data sebagai hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya tentang Konsep Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Prespektif Montessori dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam, melalui pendekatan library research, dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsep pendidikan Montessori sangatlah menjunjung tinggi kebebasan yaitu kebebasan seorang anak untuk melaksanakan, memilih, dan menjalankan pembelajarannya sendiri dengan memanfatkan benda-benda dan lingkungan sekitar sebagai pendukung proses pembelajarannya. Namun itu semua tetaplah harus dalam pengawasan orang dewasa atau guru agar anak tidak melenceng dari tujuan pembelajaran. Peran guru dalam proses pendidikan karakter prespektif Montessori adalah, teladan bagi peserta didik, tidak selalu memberikan bantuan kepada anak, elevator bagi peserta didik maupun diri sendiri, menyiapkan lingkungan pembelajaran, pengamat dan penafsir segala kebutuhan yang diperlukan anak, memberi informasi tentang batasan baik dan buruknya suatu tindakan, penghubung antara anak dengan lingkungan.

2. Menurut Montessori karakter anak usia dini dapat dibentuk dari serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan didapatkan

sesuai dengan fase perkembangannya dengan bantuan orang dewasa yang memberikan kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi setiap perkembangannya. Karakter ini didapatkan dari permasalahan- permasalahan yang ia lalui dimasa perkembangannya. Pendidikan karakter prespektrif Montessori dalam konsep pendidikannya dapat menciptakan anak usia dini yang mampu bersikap mandiri, disiplin, bertanggung jawab, mencintai lingkungan, mencintai kebersihan dan keindahan, menjadikan anak yang pemberani dan tangguh dalam proses pembelajaran atau kehidupan sehari-hari dan lain sebagainya.

3. Relevansi lima nilai pendidikan karakter bangsa yaitu religius, disiplin, maandiri, peduli lingkungan, dan tanggung jawab pada anak usia dini prespektif Montessori dengan pendidikan islam adalah dari nilai karakter yang penulis bahas memiliki relevansi yang cukup kuat dengan pendidikan Islam. Hanya saja dalam pendidikan Montessori masih bersifat umum atau belum memasukkan ajaran-ajaran Islam. Hal ini dikarenakan konsep Montessori dicetuskan oleh orang non Islam. Meskipun demikian, sesungguhnya sebelum konsep pendidikan karakter Montessori ini muncul dasar-dasar pendidikan karakter sudah disebutkan jauh-jauh dalam Alqur’an dan Sunnah nabi Muhammad saw. yang menjadi pedoman ajaran Islam. Karena, sejatinya pendidikan Islam itu sendiri sudah ada sebelum ajaran-ajaran lain muncul.

B. Saran

Pendidikan karakter sejak dini merupakan hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dan diterapkan sesuai fase perkembangannya karena anak- anak merupakan aset bagi penerus sebuah bangsa. Dari penelitian skripsi tentang Konsep Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Prespektif Montessori dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam. Peneliti dapat memberikan saran dan masukan sebagai berikut:

1. Orang Tua:

a. Orang tua seharusnya dapat memperhatikan setiap tumbuh kembang anak sejak usia dini, hal ini dikarenakan usia dini merupakan masa- masa keemasan anak atau masa yang terbaik dalam menanamkan pendidikan dan membentuk karakter anak agar anak menjadi pribadi yang sholeh-sholehah dimasa mendatang.

b. Sebagai orang tua seharusnya dapat menerapkan konsep pembelajaran yang tepat untuk mendidik karakter anak. Seperti yang telah dipaparkan pada penelitian ini, pendidikan karakter prespektif Montessori ini diterapkan pada anak usia dini sangatlah cocok, karena konsep pendidikan Montessori mngedepankan kebebasan anak yang mengikuti proses perkembangan dan pertumbuhan anak tanpa ada paksaan. Ditambah jika pendidikan karakter prespektif Montessori dimasukkan nilai-nilai pendidikan Islam maka akan mengahasilkan anak yang memiliki pengetahuan yang seimbang baik untuk dunia dan juga akhirat. Anak juga memiliki karakter islami dengan perkembangan

fisik dan psikis anak yang berjalan seimbang. Dengan menggunakan pendidikan karakater prespektif Montessori menjadikan kita untuk lebih menghargai setiap proses perkembangan anak.

2. Pendidik: sebagai pendidik sebaiknya dapat menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak, dengan memberikan keleluasaan kepada anak untuk belajar sendiri. Seorang pendidik juga harus paham betul peran dirinya dalam proses pembelajaran Montessori dalam membentuk karakter anak usia dini. Hal ini dikarenakan, agar tujuan pendidikan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Para pendidik juga diharapkan bisa menjadi orang tua bagi peserta didik saat berada disekolah dengan menjadi sosok yang dapat melihat potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didiknya.

3. Peneliti selanjutnya: Bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian kedepannya mengenai Konsep Pendidikan Karakter Anak Usia Dini dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Jamaludin. “Psikologi Islam, Solusi Islam dan Problem-problem Psikologi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

An-Nawawi, Imam. Terjemahan Hadis Arba’in Nawawiyah. Cetakan ketiga belas.

Jakarta: Sholauddin Press 2018.

Arief Furchan dan Agus Maimun. Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.

Arifin, HM. “Menguak Misteri Ajaran Agama- Agama Besar”. Jakarta: Golden Terayon Press. 1995.

Asmani, Jamal Ma’mur. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogtyakarta: Diva Pres. 2011.

Budiman, Nanang. “Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar”.

Jakarta: Dikti. 2006.

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT Grafindo Persada. 2001.

Damanhuri. “Akhlak Prespektif Tasawuf Syeikh Abdurrauf As-Singkili”. 2014.

Danim, Sudarman. Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Haasil Penelitian Unutuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Hurmaniora.

Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet. 1. 2002.

Daradjat, Zakiah. “Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental”. Jakarta: Bulan Bintang. 1989.

Dharma Kusuma dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. 2012.

Gzalba, Sidi. “Asas Agama Islam”. Jakarta:Bulan Bintang. 1985.

Hamka. Tafsir Al Azhar Juz XXI-XXII. Jakarta:Pustaka Panjimas. 2006.

Hanstock, Elizabeth G. Kenapa? Montessori, Keunggulan Metode Montessori Bagi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Mitra Media. 2008..

Hibana. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTWI Press.

2002.

Husaini, Adlan. Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab.

Jakarta: Cekrawala Publishing. 2012.

Jaipul L. R. dan James E. J. , Pendidikan Anak Usia Dini, dalam berbagai Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.

Jamal, M. Paradigma Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2015.

J. M, Ahmad. Filosofi Montessori (Modul Pelatihan). Rumah Bermain Padi Bandung. 2016.

Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.

Jakarta: Grafindo. 2010.

Kuncoroningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1989.

Lickona, Thomas. Penerjemah Juma Abdul Wamounggo. Education For Character: How Our School Can Teach Respect And Responsibility.

Jakarta: Bumi Aksara. 2013.

Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter Panduan Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media. 2008.

Mahmud, Ali Abdul Halim. “Akhlak Mulia Terjemahan oleh Abdul Hayyie al Kattani, dkk.” . Jakarta: Gema Insani. 2004.

Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.

Maria Montessori Editor Gerald Lee Gutek. Metode Montessori Pnaduan Wajib, Guru dan Orang Tuan Didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Yogyakarta: Pustaka Pealajar. 2015.

Maunah, Binti. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pmbentukkan Kepribadiaan Holistik Siswa, Jurnal Pendidikan, Tahun V, Nomer 1 April 2015.

Mohammad Ali dan Mohammad Asori. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

2009.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2000.