• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pendidikan Menurut Montessori

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

2. Konsep Pendidikan Menurut Montessori

dirinya untuk menyerap dan mengasimilisasi semua unsur kebudayaan yang berlaku di sekitarnya tanpa pengajaran secara langsung. 6

Bukan hanya itu Maria Montessori juga meyakini bahwa anak- anak akan mengalami perkembangan dengan baik jika anak melalui serangkaian tahapan perkembangannya dengan menggunakan pembelajaran yang dirancang secara tepat dan spesifik. 7 Oleh sebab itu, Maria Montessori akhirnya mencetuskan sebuah metode pembelajaran yang sengaja diracang sesuai dengan tahap perkembangan anak usia dini.

Dari paparan atas dapat disimpulkan bahwa anak menurut Montessori adalah anak bukanlah sebuah kertas kosong atau polos yang mampu menerima semua hal-hal yang diberikan oleh orang dewasa disekitarnya. Namun seorang anak berhak untuk bertindak sesuai dengan keinginan sendiri, anak juga mampu menyerap segala hal yang ditemui dalam lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, sebagai orang dewasa perlunya memberikan bimbingan yang terbaik kepada anak tanpa mengekang kebebasannya.

Montessori. Tujuan utama dari pendidikan Montessori adalah mempersiapkan anak yang memiliki ketangguhan untuk mengarungi kehidupan dengan menekankan pada proses perkembangan anak dengan maksimal. Pendidikan ini berlandaskan sesuai dengan kondisi alamiyah penyerapan otak dan perkembangan spontanitas pada periode sensitif anak untuk menunjang perkembangan fisik dan psikis, serta mengarahkan anak untuk sehat dan bebas. Pendidikan Montessori mengembangkan potensi anak secara optimal dan memperlakukan anak sebagai individu yang unik.8

Montessori menjunjung tinggi kebebasan dalam mendidik anak.

kebebasan yang dimksud adalah kebebasan dengan batasan (freedom with limitation). Bebas memilih sendiri matrial yang ingin digunakan dalam proses pembelajaran, kebebasan menentukan durasi eksplorasi, serta kebebasan untuk berdiskusi dan bekerja sama.9

Begitupun juga kebebasan dalam memilih kegiatan dan kebebasan bermain agar anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tempo kecepatan anak. Karna seorang anak meiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Selain itu, anak akan dilatih untuk lebih kreatif dan mandiri.

Dalam metode ini tidak mengharuskan anak menjadi pintar alam

8 Elizabeth G. Hanstock, “Kenapa? Montessori, Keunggulan Metode Montessori Bagi Tumbuh Kembang Anak”, (Jakarta: Mitra Media), 2008, h. 31-32

9 Vidya Dwina, “Jatuh Hati Pada Montessori”, (Bandung: mizan Media Utama, 2021), cetakan ke-9, h. 63 .

kognitifnya saja. Tetapi pintardalam hal lain seperti menyangkut dengan keterampilan hidupnya. 10

Montessori membedakan konsepnya tentang kebebasan anak-anak dengan konsep para pendidik yang terlalu permisif yang memahami bahwa kebebasan anak merupakan tujuan akhir dari pendidikan bukan dijadikan sebagai alat atau cara untuk mecapai tujuan pendidikan.

Para pendidik yang permisif kebanyakan pengikut romantis liar Rousseau, atau neo-Freudian yang meyakini bahwa anak-anak haruslah lepas dari berbagai bentuk pengekangan. Anak-anak haruslah bebas dari aturan-aturan yang mengekang dan tidak boleh tunduk pada otoritas apapun.

Pemikiran romantis ini jika tidak dipandu dengan pedagogi ilmiah seringkali menyebabkan pelepasan yang kacau hingga anak tersebut dewasa, kemudian sulit dikendalikan. 11

Menurut Montessori “membiarkan anak melakukan apa saja yang dia lakukan,” ketika seorang anak tidak dalam pengendalian atau pengawasan maka itu akan merusak makna dari suatu kebebasan.

Kebebasan yang haqiqi adalah konsekuensi dari perkembangan yang dibantu oleh pendidikan. Ketika seorang anak seorang anak aktif

10 Dewi Asri Wulandari dkk, “Implementasi Pendekatan Metode Montessori dalam Membentuk Karakter Mandiri pada Anak Usia Dini”, (Vol. No.2, Sepetember 2018) Jurnal Pendidikan anak h. 4

11 Maria Montessori Editor Gerald Lee Gutek, “Metode Montessori Pnaduan Wajib, Guru dan Orang Tuan Didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)”, (Yogyakarta: Pustaka Pealajar, 2015), h. 91-92

membangun kepribadiaanya sendiri melakui kerja aktif, maka kunci dalam keberhasilan adalah konsentrasi dalam suatu jenis pekerjaan. 12

Sebagaimana Montessori menyatakan bahwa, “ intinya yaitu bahwa tugas tersebut membangkitkan sebuah ketertarikan yang melibatkan keseluruhan kepribadiaan pada anak”. Anak-anak yang kepekaan moralnya sedang berkembang secara normal, meperlihatkan disiplin yang spontan, kerja yang kontinu dan gembira, dengan demikian dapat membantu dan bersimpati kepada orang lain.13

Bahan-bahan pembelajaran Montessori dirancang khusus bersifat mengoreksi diri. Jika seorang anak tidak melakukan secara benar maka dia akan gagal dalam tugas tersebut. Begitupun juga sebaliknya. Jika anak benar melakukan tugasnya, maka itu akan menjadi keberhasilan sendiri sebagai penghargaan.

Pada pendidikan Montessori memiliki lima aspek kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:14

a. Pratical life, yiatu keterampilan dan kehidupan sehari-hari yang mencangkup gerak motoric halus seperti merawat lingkungan, diri sendiri, dan kegiatan lainnya.

b. Sensorial, dalam aspek ini berisikan serangkaian material dan cara yang dilakukan untuk pengembangkan seluruh indera yang dimiliki oleh anak.

12 Maria Montessori Editor Gerald Lee Gutek Ibid,, h. 91-92

13 Maria Montessori Editor Gerald Lee Gutek Ibid.

14 Zahra Zahira, “Islamic Montessori Inspired Activity Mengenalkan Nilai-Nilai Islam dengan cara Menyenangkan”, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2019), cetakan. 3, h. 1.

c. Language, merupakan sistem komunikasi yang berhubungan dengan suara, pembentukkan kata-kata bahkan kalimat, dan tata bahasa yang digunakan oleh seseorang bahkan kelompok orang tertentu. Pada pembelajaran Montessori memiliki material bahasa tersendiri hal ini bertujuan agar memudahkan anak-anak untuk memahami bahasa yang ada disekitarnya.

d. Mathematics, merupakan salah satu kurikulum unik yang dimiliki oleh pembelajaran Montessori. Dalam pembelajarannya membantu anak- anak untuk memahami konsep matematika dari konkret hingga abstrak.

e. Culture, merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk mengajak anak-anak agar memahami dunia, seperti geografi, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, keluarga bahkan sejarah.15

Dalam pembelajarannya Montessori juga memiliki prinsip yang pastinya diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu:16

a. Menghagai anak (Respect for the Child)

Pada pembelajaran Montessori menghargai anak adalah suatu pontasi utama dalam pripsip Montessori. Guru menhargai apapun yang dilakukakn anak dan membantu dalam melakukan sesuatu dan belajar untuk dirinya sendiri. Membebaskan anak untuk memilih sesuatu dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk mandiri, belajar, efektif dan menemukan konsep diri yang positif.

15 Zahra Zahira, Ibid.

16 Jaipul L. R. dan James E. J. , “Pendidikan Anak Usia Dini, dalam berbagai pendekatan”, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h.388.

b. Practical life

Mengejarkan pada anak untuk dapat mempraktekkan ilmunya kedalam kehidupan sehari-hari.

c. Periode sensori motoric anak

Pada anak usia dini dalam pertumbuhan fisik diperlukannya aktivitas yang banyak. Hal ini dikarenakan pada saat ini diperlukan berbagai aktivitas untuk menunjang pengembangan otot-otot kecil maupun otot-otot besar. Gerakan fisik ini bukan hanya untuk pengembangan keterampilan fisik saja, namun juga berpengaruh positif terhadap kepercayaan anak bahkan hingga perkembangan kognitifnya.

Jika seorang anak berhasil menguasai keterampilan-keterampilan motorik maka dapat meningkatkan rasa bangga akan dirinya sendiri.

Mempersiapkan lingkungan (Prepared Envionment)Dalam pembelajaran Montessori anak akan belajar langsung dengan lingkungan yang ia hadapi. Oleh sebab itu, lingkungan Montessori bersifat fisik dan psikologis. Artinya lingkunga fisik sengaja dibauat semenarik mungkin agar menarik dari estetika dan selaras dengan visual.

d. Belajar sendiri (Inner Directed Learning)

Anak melakukan pembelajarannya sendiri dengan alat-alat dan bahan yang telah disediakan dari sekolah.

e. Pengalaman pada Anak

Dengan mempelajari hal-hal dengan secara langsung, maka anak akan mengalami dan merasakan sendiri hal-hal yang telah dipelajarinya.

Dengan demikian anak dapat memperdalam konsentrasi dan bertindak langsung ketikan mendapat situasi yang sama. 17

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa, konsep pendidikan Montessori sangatlah menjunjung tinggi kebebasan yaitu kebebasan seorang anak untuk melaksanakan, memilih, dan menjalankan pembelajarannya sendiri dengan memanfatkan benda-benda dan lingkungan sekitar sebagai pendukung proses pembelajarannya. Namun itu semua tetaplah harus dalam pengawasan orang dewasa atau guru agar anak tidak melenceng dari tujuan pembelajaran.