• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber-Sumber Pendidikan Islam

BAB III KAJIAN TEORI

B. Hakikat Pendidikan Islam

4. Sumber-Sumber Pendidikan Islam

Sumber dapat dikatakan sebagai tempat yang dijadikan pengambilan, rujukan atau bahkan acuan. Sedangkan yang dimaksud sumber pendidikan Islam yaitu tempat yang dijadikan pengambilan, rujukan, dan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Sumber pendidikan Islam memiliki peranan yang sangat penting karena ini pedoman, patokan bahkan pegangan untuk berlangsungnya pendidikan Islam. Bukan hanya pegangan pendidikan Islam saja, tetapi juga dijadikan sumber umat Islam dalam berpendirian tenguh agar tidak terombang- ambing oleh pedoman-pedoman lain yang sesat.48 Oleh sebab itu untuk lebih jelasnya tentang sumber-sumber pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

47 Berlian Somad, “Beberapa Persoalan dalam Pendidikan Islam”, (Bandung: PT.

Al;Ma’arif, 1981), h. 21.

48 Nur Uhbiyati, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam”, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2013), h. 25

a. Al Qur’an

Al Qur’an sebagai sumber utama bagi umat Islam. Al Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw.

dengan perantara malaikat Jibril, yang didalamya terdapat ajaran pokok yang yang dapat dikembangkan untuk kebutuhan selurih aspek kehidupan melalui ijtihad.49

Al Qur’an adalah Kalam Allah swt. yang didalamnya terdapat bayak sekali pedoman yang sangat lengkap bagi pengembangan kebudayaan umat manusia, dari semua masa.

Al Qur’an merupakan sumber yang paling lengkap dalam pendidikan, karena didalamya terdapat banyak ilmu pendidikan baik pendidikan kemasyarakatan (social), moral (akhlak), spiritual (kerohanian), material (kejasmanian), dan alam semesta. Al Qur'an memiliki eksistensi yang tidak akan luntur hingga hari kiamat nanti.

Bagi pelaksanaan pendidikan Al Qur’an dijadikan sebagai pedoman normatife-teoritis, karena perlu ditafsirkan lebih lanjut bagi operasional pendidikan. Al Qur’an dijadikan sebagai kitab dasar dalam menuntun manusia bagi pengembangan ilmu pengetahuan. 50

Secara garis besar ajaran dalam Al Qur’an memiliki dua pokok prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan keimanan yang disebut dengan Akidah, dan yang berhubungan dengan amal perbuatan yang

49 Zakiah Derajat, dkk, “Pendidikan Islam Keluarga dan Sekolah”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 19

50 A. Khozim Afandi, “Terj, Pengetahuan Modern dalam Al Qur’an”, (Surabaya: Al Ikhlas, 1995), h. 8

disebut Syari’ah. Sedangkan syariah sendiri mengandung dua hal pokok yaitu yang pertama hubungan antara manusia dengan Allah swt. disebut sebagai ibadah. Kedua yaitu hubungan antara manusia dengan selain Allah swt. disebut sebagai muamalah. Muamalah ini juga dibagi dua yaitu muamalah maddiyah yaitu muammalah yang beroyekkan pada materi. Sedangkan yang dkedua yaitu muamalah adabiyah yang menyangkut pada etika dan budipekerti dalam pergaulan. 51

Pendidikan Islam ini termasuk kedalam saah satu usaha yang dilakukakan untuk membimbing atau membentuk manusia termasuk kedalam ruang lingkup muamalah adabiyah. Pendidikan ini meiliki arti penting karena ikut mewujudkan manusia yang yang berketuhanan serta mengamalkan ajaran islam seseungguhnya dalam kehidupan sehari- hari.

Dalam Al Qur’an sudah tecantum bahwa sumber dari Pendidikan Islam sudah dijelaskan. Berikut firman Allah swt. Surat An Nisa ayat 59 sebagai berikut:

ْمُكْنِمِرْمَْلْا ِلِْوُاَو َلْوُسَّرلااْوُعْ يِطَأَو َهّٰ للاْوُعْ يِطَأآْوُ نَماَء َنْيِذ لا أَهُّ يَأ ّٰي ْمُتْعَزّٰ نَ ت ْنِأَف ۖ

َ يْلاَو ِهّٰ للاِب َنْوُ نِمْؤُ ت ْمُتْنُك ْنِأ ِلْوُسَّرلاَو ِهّٰ للا َلَأ ُهْوُّدُرَ ف ٍءْيَش ِْفِ

ِرِخَْلْ ِمْو َكِلّٰذ ۖ

ًلَِوْأَت ُنَسْحًأَو رْ يَخ

۝

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu sekaliyan kepada Allah dan taatlaj kepada Rasul dan para pemimpin kamu sekalian. Dan jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunahnya), jika

51 Nur Uhbiyati, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam”, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2013), h. 26

kamu beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An Nisa: 59)52

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa untuk mentaati Allah dan Rarul-Nya, dan juga untuk tunduk dan patuh kepada ulil amri (pemimpin), serta menyelesaikan berbagai perselisihan dengan nilai- nilai yang diajarkan dalam Al Qur’an dan Sunnah nabi Muhammad saw.

Pada ayat diatas juga menerangkan untuk mentati putusan hukum oleh siapa saja yang berwenang untuk menetapkan hukum. Namun dalam hal ini orang tersebut memiliki syarat yaitu tetap berpegah teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw.

Berbeda dengan Rasulullah saw. perintah taat kepada beliau diulangin menunjukkan bahwa beliau memiliki wewenang dan hak untuk diataati meskipun dalam dalam AlQur’an belum ada dasarnya.

Sebabnya kata ulil amri ini tidak disertai dengan kata taatilah karena mereka tidak memiliki hak untuk ditaati jika mereka tidak memiliki ketaatan kepada Allah dan Rasullah saw. 53

b. As Sunah

Sumber pendidikan Islam selanjutnya yaitu Sunah. Yang dinamakan Sunah adalah segala perkataan, perbuatan, ataupun ketetapan nabi Muhammad saw. Sunnah merupakan penjelasan dari ayat-ayat Al Qur’an. Ha ini dikarenakan Al Qur’an masih bersifat sangat

52 Lihat, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an dan Revisi Terhjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia. (Jakarta: Sygma, 2009), h. 87

53 M. Quraish Shihab, “Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al Qur’an” Vol.

2 , (Tangerang: Lentera Hati, 2008), cetakan ke 9, h. 482-484.

global, oleh sebab itu perlunya penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci. Sebagai Umat Islam diwajibkan mengikuti Sunnah Rasul.

Berikut akan dijelaskan alas an kenapa umat Islam harus mengikuti sunnah Rasul yang dirumuskan oleh Nur Uhbiyanti:

1) Sebagai nabi utusan Tuhan, Nabi Muhammad adalah merupakan orang yang paling tahu tentang agama yang dibawanya (Islam), xdan paling sempurna dalam hal mengamalkan ajaran-ajaran Islam 2) Seorang Islam selain diharuskan untuk taat kepada Allah, juga harus

patuh dan mengikuti jejak langkah orang yang menjadi Nabi dan utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad jejak langkah Nabi Muhammad inilah yang disebut Sunah yang menjadi sumber hukum dan ajaran kedua setelah kitab Suci Al Qur’an.

3) Dalam kenyataanya pribadi Nabi Muhammad adalah sangat mulia dan disebut insan kamil artinya manusia yang sempurna.

Kesempurnaan pribadi Nabi Muhammad saw. ini tidak saja terjadi sesudah masa kenabian, tetapi hal itu terjadi smenejak beliau belum diutus menjadi Nabi. 54

Berikut pendapat Said Ismail Ali dalam bukunya yang berjudul Sumber-sumber Pendidikan Islam, menerangkan bahwa Sunah dijadikan sumber ini menyangkut pendidikan secara langsung Sunnah Raul memberikan isyarat-isyarat antara lain sebagai berikut:

1) Rasulullah saw. termasuk kedalam seseorang yang buta huruf, akan tetapi kita harus sadar pentingnya pengajaran untuk mengangkat derajat masyarakat dan penting bagi para ahli-ahli ilmu menempati kedudukan yang tinggi, hal ini dikarenakan mereka menjadi teladan.

2) Oleh sebab itu para penuntut ilmu tidak akan memiliki tingkatan ilmu yang sama, diantaranya akan ada yang mengajarkan dan memberikan manfaat untuk orang lain, ada juga orang yang berilmu

54 Nur Uhbiyati, Ibid., h. 27

namun enggan mengajarkan kepada orang lain. Hal seperti ini sudah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad saw.

3) Pengjaran adalah tugas utama, maka untuk menghindari kebosanan para peserta didik, perlunya menggunakan strategi-strategi pendidikan yang bervariatif, agar tersampainya nilai dan hasil pembelajaran.

4) Rasulullah saw, menyukai orang yang meninggalkan keraguan. Ini adalah syarat bagi peserta didik dalam belajar perlu yakin dalam mempelajari sesuatu.

5) Kalau seandainya pendidikan memiliki keutaman dan nilai, maka orang yang pertama kali melakukakn pendidikan adalah anggota keluarga seseorang terutama seorang wanita.

c. Perilaku dan Pendapat Para Shahabat atau Para Ulama di Bidang Pendidikan

Sebelumnyya sudah dijelaskan berdasarkan QS. An Nisa ayat 58 yang dapat disimpulkan bahwa para pemimpim atau yang disebut (ulil amri) harus diatati. Oleh sebab itu, par a shahabat juga dapat dijadikan sebagai sumber bagi para penyelenggara pendidikan Islam.

Para shahabat nabi Muhammad, tabi’in, tabit tabi’in atau ulama- ulama terdahulu mempunyai kontrubusin yang sangat besar dalam pendidikan Islam. Salah satunya yaitu berdirinya madrasah Nizhamiyah sampai dengan jami’ah Al Azhar, begitu juga sumbangan pemikiran- pemikiran dan ahli-ahli pendidikan diantaranya yaitu Imam Al Ghozali,

Ibnu Sina, Ibnu Khaldun dan lain sebagainya, itu semua dapat dijadikan rujukan untuk pelaksanaan pendidikan Islam. Selama pendapat dan perilaku shahabat nabi Muhammad, tabi’in, tabit tabi’in atau ulama- ulama terdahulu tidak menyimpang dari Al Quran dan Sunah. Namun apabila pendapat dan perilaku tersebut menyimpang dari Al Quran dan Sunah maka wajib untuk ditinggalkan. 55

d. Ijtihad

Ijtihad menempati urutan ketiga dalam sumber pendidikan Islam. Arti Ijtihad itu sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti bekerja bersungguh-sungguh dalam suatu perbuatan. Lafadz ijtihad ini baru digunakan terkecuali terhadap perbuatan yang harus dilakukakn secara susah payah. Sedangkan menurut istilah kata Ijtihad adalah menggerakkan segala kesungguhan untuk menetapkan hukum-hukum syara’. 56

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa ijtihad adalah penggunaan akal sekuat mungkin yang bertujuan untuk menemukan sesuatu keputusan hukuam yang belum ditetapkan secara eksplisit dalam Al Qur’an dan Sunah.

Shahabat Ali bin Abi Thalib ra. Beliau juga pernah memberikan pendapatnya tentang Ijtihad yaitu sebagai berikut:

55 Nur Uhbiyati, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam”, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2013), h. 29

56 A. Hanafi MA,” Ushul Fiqih”, (Jakarta: Wijaya, 1961), h. 145.

“Apabila engkau berijtihad dan ijtihadmu betul, maka engkau mendapatkan dua pahala. Tetapi apabila ijtihadmu salah maka engkau hanya mendapatkan satu pahala”. 57

Disamping itu ijtihad juga digunakan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Al Qur’an dan Sunah sumber yang masih bersifat umum, oleh karena itu perlunya upaya manusia untuk berusaha menginterpretasikan dan mengimplikasikan pedoman tersebut kedalam bentuk perincian yang lebih detail.

Terkadang umat Islam harus menetapkan hukum baru yang tidak ada dalam Al Qur’an dan Sunah. Usaha tersebut dimaksudkan agar umat Islam dapat melaksanakan ajaran Islam secara dinamis dengan keadaan masyarakat yang lebih modern. Hal ini dibolehkan asalkan tidak melenceng dari Al Qur’an dan Sunah.

Ijtihad dalam bidang pendidikan diharapkan menjadikan masa depan yang lebih cerah. Hal ini dikarenakan, bukan hanya mengembangkan materi atau isi dari pendidikan tersebut saja akan tetapi juga membahas sistem ataupun metode pembelajaran dalam arti luas. 58

Dari paparan diatas dapat disimulkan bahwa ijtihad adalah sebuah pemikiran yang dilakukan dengan sungguh-sungguh yang bertujuan untuk memporeh hukum baru bagi gukum yang belum ada

57 Somad Zamawi, dkk., “Pendidikan Agama Islam”, (Jakarta: Universits Trisakti, 2002), h. 59

58 Nur Uhbiyati, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam”, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2013), h. 30

baik di dalam Al Quran dan Sunnah, akan tetapi usaha tersebut tidak boleh melenceng dari Al Qur’an dan Sunnah.

C. Hakekat Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan suatu individu yang memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri sesuai dengan tahap perkembangan usianya.

Pada masa ini seluruh aspek perkembangan berperan penting dalam melanjutkan perkembangan selanjutnya. Sel-sel tubuh anak mengalami perkembangan yang pesat, pertumbuhan otak mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, demikian pula dengan pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. 59

Sedangkan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2013 anak usia dini adalah:

Anak usia dini menurut Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 ayat 14dinyatakan bahwa anak usia dini diartikan sebagai anak yang berusia lahir (0 tahun) sampai dengan 6 tahun. 60

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Mansur, seorang pakar pendidikan yang menjelaskan bahwa anak usia dini dapat diartikan sekelompok manusia yang berusia 0-6 tahun. Kelompok anak pada usia ini memiliki proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik. Maksudnya yaitu memiliki pola perkembangan dan pertumbuhan (koordinasi motoric

59 Dharma Kusuma dkk, “Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah”

(Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA), 2012, h. 5

60 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional.

Pasal 1, ayat (14)

halus dan kasar), intelengensi (daya piker, kecerdasan emosi, daya cipta, dan kecerdasan spiritual), social emosional (sikap dan perilaku dan agama), bahasa dan komunikasi yang digunakan khusus untuk anak seseai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.

Ada t empat tahapan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yaitu: pertama, nasa bayi lahir hingga usia 12 bulan atau satu tahun. Kedua, masa toddler (batita) dari usia 1 sampai 3 tahun.

Ketiga, masa pra sekolah usia 3 hingga 6 tahun. Terakhir, yaitu masa kelas awal sekolah dasar sejak usia 6 hingga 8 tahun. Dalam hal ini pertumbhan dan perkembangan pada nak usia dini perlu diarahkan sesuai dengan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya piker, social emosional, daya cipta, bahasa, komunikasi, dan spiritual yang seimbang agar terbentuknya dasar pribadi yang utuh. 61

Oleh sebab itu pada periode ini menjadi masa yang sangat penting dalam kehidupan individu seorang anak, anak mulai mengenal sekolah, usia awal berkelompok, usia menjelajah, usia bertanya, usia meniru dan kreatif, serta usia bermain. Kecerdasan anak dipengaruhi oleh rangsangan positif dari lingkungannya. Otaknya akan terus berkembang jika terus adanya rangsangan. Jika anak tidak menerima rangsangan pendidikan, maka sambungan antarmeuron akan menyusut atau bahkan menjadi musnah dan perkembangan otaknya 20%-30% lebih kecil dari ukuran normal anak seusianya. 62

Pada dasarnya pendidikan untuk anak usia dini merupakan keniscayaan. Alasannya yaitu sesuai yang dipaparkan sebelumnya bahwa

61Mansur, “Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), h.88.

62 Dharma Kusuma dkk, “Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah”

(Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012), h. 3

pada usia dini (0 sampai 6 tahun) seorang anak akan mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh kecerdasan, potense hingga dasar-dasar perilaku seseorang muali terbentuk pada usia dini. Masa ini sangatlah penting bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang, hingga seringkali masa ini disebut dengan Golden age (usia emas). Oleh sebab itu, dapat simpulkan bahwa untuk menciptakan generasi masa depan yang berkualitas, maka perlunya melakukakn pendidikan sejak usia dini. 63

Berikut beberapa tujuan diselenggarakannya pendidikan pada anak usia dini, yaitu sebagai berikut:

a. Membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal didalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.

b. Membantu menyiapkan anak mecapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.64

c. Menanamkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan( ke Tuhanan) anak.

d. Menanamkan sikap disiplin.

e. Anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh,gerakan halus dan gerakan kasar serta menerima rangsangan sensorik (panca indra).

f. Meningkatkan kecakapan anak yang merupakan kesanggupan anak untuk menunjukkan sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan fisik dan mental.65

Menurut M.J.Lanjeveled, yang dikenal sebagai bapak pendidikan, anak setelah lahir adalah seorang manusia yang sangat lemah dan tidak

63 Suyadi, “Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini”, (Yogyakarta: Bintang Pustaka Abadi, 2010), h. 8.

64 Hibana, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: PGTWI Press, 2002) h. 16.

65 Wijana, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2008) h.

24

berdaya untuk melanjutkan hidupnya. Maka dari itu seorang anak usia dini haruslah ditolong, di arahkan, supaya ia dapat melanjutkan hidupnya.

Menurut pandangan artopologi meskipun menjadi makhluk lemah dalam kehidupan awalnya, manusia memiliki potensi yang sangat luar biasa. 66 Oleh sebab itu, untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia maka perlunya diberikan bimbingan oleh orang yang lebih berpengalaman.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak manusia yang berusia 0-6 tahun, yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan untuk mejadi pribadi yang utuh. Dari setiap anak memiliki potensi dan keunikan tersendiri dalam proses perkembangan dan pertumbuhannya. Di usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, hingga mempengaruhi berbagai aspek yaitu kognitif, psikomotorik, bahkan fisik. Dengan demikian perlunya penanganan yang tepat dari orang dewasa untuk mendidik dan mengambangkan potensi anak agar menjadi manusia yang berguna di masa depan.

2. Fase Usia Perkembangan Anak

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai anak usia dini perlunya memahami terlebih dulu fase usia perkembangan anak. Berikut akan di paparkan beberapa fase usia perkembangan anak yang telah dikutip dalam beberapa sumber dan pastinya hal ini harus diketahui baik orang tua atau

66 Kusni Ingsih dkk, ”Pendidikan Karakter Alat Peraga Edukatif Media Interaktif”, (Yogyakarta: Penerbit Publish(CV BUDI UTAMA), 2018, h. 2

guru peserta didik. Dikelompokkan menjadi empat fase yaitu sebagai berikut:

a. Fase usia 0 sampai 3 tahun. Pada fase ini, moralitas anak mulai terbentuk. Saat memasuki usia 2 hingga 3 tahun anak sudah dapat mengenalkan dirinya sendiri dengan sopan, akan tetapi perlu diketahui bahwasanya anak akan mencoba-coba untuk melanggar aturan, agak sulit untuk diatur, bandel dan lain sebagainya.

b. Fase usia 4 tahun. Pada fase ini biasa disebut dengan fase egosentris.

Artinya seorang anak akan melanggar aturan yang ada, memamerkan dirinya, dan senang sekali memaksakan keinginannya. Meskipun demikian, pada fase ini akan sangat mudah untuk didorong berbuat baik.

Karena anak sangat menharapkan pujian, dan menghindari hukuman.

Pada fase ini akan sudah memiliki rasa empati.

c. Fase usia 4,5 tahun hingga 6 tahun. Pada fase ini anak akan memiliki sikap penurut bahkan akan mudah untuk bersosialisasi. Anak akan mudah untuk menerima pendapat teman-temannya atau pandanan teman-temannya. Dengan demikian pada fase ini, pemikiran anak sudah mulai berkembang.

d. Fase usia 6,5 tahun hingga 8 tahun. Pada fase ini sudah merasa memiliki hak. Artinya anak akan bertindak pada orang lain melakukakn tindakan yang merugikan bagi dirinya. Pada fase ini perlu diperhatikan bahwa

anak tidak boleh diperlakukakn kasar, krena hal ini akan memicu kemunculan potensi sikap kasar pada anak. 67

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa fase usia perkembangan anak usia dini pastinya dari setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda. Setiap anak akan mengalami proses pendewasaan sesuai dengan tahapan perkembangannya masing-masing.

3. Karakteristik Anak Usia Dini

Berikut karaktersitik anak usia dini yang dirumuskan oleh Dr. Maria Montessori yaitu sebagai berikut:

a. Anak usia dini yaitu anak yang baru lahir hingga usia enam tahun.

b. Setiap anak usia dini belum memiliki rasa atau membedakan mana yang benar dan salah serta pada bertindak diluar nilai-nilai moral orang dewasa.

c. Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai golden age (usia keemasan).

Karena dalam hal ini Maria Montessori menemukan bahwa masa usia dini adalah masa pertumbuhan dan pembentukkan pengetahuan anak termasuk periode sensitif yang mudah sekali menyerap apapun dari lingkungan sekitarnya.. Jika keberhasilan perkembangan pada tahap ini, maka dapat menentukan keberhasilan ditahap-tahap selanjutnya.

Menurut Montessori keseluruhan daya cipta anak pada usia 0-6 tahun bersumber tdari tak sadar. Namun, bukan berarti pada periode

67 Ajeng Yusriana, “Kiat-kiat Guru Paud Yang Disukai Anak-anak”, (Jojakarta: Diva Press, 2012), h. 21-22.

anak lebih rendah. Pikiran yang tak sadar ini justru bias menjadikan seorang anak menjadi paling cerdas, hal ini disebabkan karean kepekaan yang luar biasa tajam terhadap benda-benda disekitarnya sehingga menmbangkitkan minat dan antusias yang luar biasa. 68

d. Setiap anak usia dini memiliki sebuah daya psikis khusus yang bisa disebut sebagai kekuatan formasi batin anak, hal ini bekerja dan membantu anak kecil dalam berkembang. Daya ini berfungsi untuk menyerap dan mengasimiliasikan berbagai unsur dari kebudayaan disekitarnya tanpa melalui pengajaran secara langsung.69

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun, anak memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap lingkungannya, pada masa ini adalah perkembangan awal yang sangat penting bagi setiap anak, anak usia dini adalah peniru unggul dari tindakan orang-orang disekitarnya, anak juga memiliki daya psikis yang terdapat didalam dirinya yang berfungsi untuk memberikan dorongan untuk berkembang dan mengasimilisasikan nilai-nilai yang mereka temui di lingkungan sekitarnya.

68 Maria Montessori, “The Absorbent Mind Pikiran Yang Mudah Menyerap”, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2017), cetakan kedua, h. XI-XIII.

69 Maria Montessori, Ibid., h. 7.

78

BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Konsep Pendidikan Prespektif Montessori

1. Pandangan Montessori tentang Seorang Anak

Maria Montessori memiliki pandangan tersendiri mengenai seorang anak, berikut akan penulis paparkan melalui konsep-konsep anak menurut Maria Montessori sebagai berikut:

a. Anak akan mengkonstruksikan perkembangan jiwanya sendiri (Child’s Sel Construction).

Setiap anak pastinya memiliki potensi atau kekutan untuk berkembang sendiri, dan keinginan untuk mandiri, keinginan ini akan muncul secara spontan dalam diri setiap anak.

b. Masa-masa sensisitif (Sensitive Periodes)

Masa ini merupakan masa yang paling penting bagi perkembangan anak, hal ini dikarenakan pada masa ini anak harus segera difasilitasi dengan alat- alat pembelajaran yang mendukung setiap potensi anak yang muncul.1 Dr. Maria Montessori mengelompokkan ada 6 masa sensitif anak yaitu sebagai berikut:

1 Jaipul L. R. dan James E. J. , “Pendidikan Anak Usia Dini, dalam berbagai pendekatan”, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 385-398.