• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

C. Lima Nilai Karakter yang Terbentuk dalam Pendidikan Karakter

1. Religius

C. Lima Nilai Karakter yang Terbentuk dalam Pendidikan Karakter

Ada dua istilah yang dikenal dalam agama seseorang yaitu kesadaran beragama (religious consciousness) dan pengalam beragama (religious experience). Kesadaran agama ini memiliki artian bahwa segia agama yang dirasakan dalam fikiran dan dapat diuji melalui instropeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama seseorang. Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama yaitu perasaan yang menyebabkan kepada keyakinan yang dihasilkan dari tindakan seseorang. 43

Keberagaman religius seseorang dapat diwujudkan dari berbagai sisi kehidupannya. Aktivitas agama terjadi bukan hanya saat seseorang melakaukan perilaku ritual (ibadah) tetapi juga dapat diwujudkan dengan aktivitas lain yang didorong dengan kekuatan supranatural. Dalam hal ini juga karakter religious dapat dilihat dari aktivitas agama yang tampak saja, melainkan dapat berupa aktivitas tidak tampak yaitu yang terjadi dalam hati seseorang. 44

Dalam suatu kelompok pembelajaran yang ada disekolah, nilai-nilai religius ini bukanlah hanya ditanggung oleh guru agama saja, melainkan dari seluruh aspek pembelajaran. Sehingga anak akan terbiasa untuk memiliki karaklter religius ini. 45

43 Zakiah Daradjat, “Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental”, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 9

44Jamaludin Ancok, “Psikologi Islam, Solusi Islam dan Problem-problem Psikologi”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 76.

Darai paparan diatas dapat disimpulkan bahwa karakter religius adalah karakter yang melekat pada seseorang yang berkaitan dengan kepercayaan dan tindakan yang tujukan sebagai bukti dari seorang hamba yang menyembah kepada Tuhannya.

b. Dimensi-dimensi religiusitas

Menurut Glock dan Strak yang dikutip oleh Muhaimin dalam bukunya yang berjudul “Paradikma Pendidikan Islam”, membagi lima dimensi dalam religiusitas yaitu sebagai berikut:

1) Diemensi keyakinan yaitu berisi tentang pengharapan-pengharapan religious seseorang yang berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui doktrin tersebut.

2) Dimansi praktik agama, dalam hal ini mencangkup perilaku penyembahan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik- praktik keagamaan ini memliki dua kelas penting, yaitu ritual dan ketaatan.

3) Dimensi pengalaman, berisikan dan memperhatikan bahwa faktanya semua agama pastinya memiliki pengharapan-pengharapan tertentu.

Pada dimensi ini berkaitan dengan pengalam keagamaan, perasaan- perasaan, persepesi dan sensasi-sensasi tertentu yang dirasakan oleh seseorang.

4) Dimensi pengetahuan agama, dalam hal ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama pastinya memeiliki pengetahuan

minimalnya mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisinya.

5) Dimensi pengalaman atau konsekuensi, mengacu kepada identifikasi akibat-akibat yang diperoleh dari keyakinan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari kehari. 46

c. Pendidikan karakter religius prespektif Montessori

Menurut Montessori anak yang sedang dalam masa pertumbuhan tidak hanya membutuhkan kemampuan-kemampuan manusia seperti:

kekuatan, kecerdasan, bahasa dan sebagainya. Namun pada saat yang sama juga seorang anak membutuhkan suatu penyesuaian pada dirinya dengan kondisi-kondisi di sekelilingnya. Fakta tersebut ternyata memberikan makna baginya dalam bentuk psikologis. 47

Jika perkembangan anak dalam segi fisik dan psikisnya mendapatkan pertumbuhan yang sesuai maka anak tersebut akan memiliki tubuh yang seimbang. Pembentukkan karakter religius ini juga adalah salah satu usaha untuk menyeimbangkan kondisi psikologis anak.

Maria Montessori percaya bahwa setiap anak sudah memiliki bekal kemampuan spiritual yang sudah dibawa sejak anak lahir ke dunia. Sebagai orang tua atau pendidik harus mempu membimbing dan mengarahkan kemampuan tersebut dan menjadi pengamat serta memberikan tauladan

46 Muhaimin, “Paradikma Pendidikan Islam”, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2008), h. 294.

47Maria Montessori, “The Absorbent Mind Pikiran Yang Mudah Menyerap”, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2017), cetakan kedua, h. 106.

yang baik,. Oleh sebab itu, orang tua atau pendidik dengan menyiapkan lingkungan yang dapat membantu perkembangan spiritual anak.

Karakter Religius perlu ditingkatkan dalam kepribadian anak. Hal ini agar anak semakin matang dengan keyakinannya. Pada pendidikan Montessori juga mengedepankan kepada sifat-sifat fitrah manusia yaitu membiarkan anak untuk bertindak sesuai dengan tahapannya, dan membebaskan anak untuk mengekspresikan dirinya. Sedangkan fitrah menurut agama islam yaitu sebagai berikut ini:

اًفيِنَح ِنيِّدلِل َكَهْجَو ْمِقَأَف َتَرْطِف ۖ

ِهَّللا ِتَّلا َرَطَف َساَّنل ا اَهْ يَلَع َلَ ۖ

َليِدْبَ ت

ِقْلَِلِ

ِهَّللا َكِلَّٰذ ۖ

ُنيِّدلا ُمِّيَقْلا َّنِكَّٰلَو َرَ ثْكَأ ِساَّنلا َلَ

َنوُمَلْع َ ي

۝

Artinya:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam) Fitrah Allah yang telah mnciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Rum :30)48

Kandungan ayat diatas menjelaskan bahwa semua ciptaan Allah haruslah berjalan tetap diatas jalan yang lurus. Maksud dari jalan yang lurus ini adalah agama Allah yang dibawa oleh nabi Muhammad saw. 49 Sedangkan dalam kata “Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu,” memiliki kandungan yaitu Allah memerintahkan kita untuk tetap memlihara fitrahnya sendiri, yaitu ras asli yang muruni yang keluar dari jiwa diri sendiri yang tentunya belum terpengaruh oleh hal-hal lain.

48 Lihat, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an dan Revisi Terhjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta:

Sygma, 2009), h. 407

49 Hamka, “Tafsir Al Azhar Juz XXI-XXII”, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 2006), h. 77.

“Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (itulah)”, artinya adlah bahwa Allah swt. telah menentukkan hal apapun. Diantaranya yaitu kepercayaan adanya Yang Maha Kuasa adalah fitrah dalam jiwa akal manusia, tidak pandang jabatan, bangsa, kulitnya, benua tempat tinggal, atau iklim tempat seseorang dilahirkan. Namun, Allah menciptakan manusia di dunia atas keadaan yang sudah ditentukan demikian itu. 50

“Agama Allah yang lurus”, memiliki arti bahwa agama mempunyai arti yang tinggi. Berpegang teguhlah pada syariat yang sudah diatur oleh Allah swt. berdasarkan fitrah yang bersih. “tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” terdapat pada ujung ayat Ar Rum ayat 30. Mkasudnya, kebanyakan manusia tidak beriman kepada Allah dikarenakan terpengaruh dengan hawa nafsu, atau bahkan enggan melepaskan pegangan lama yang sudah diberikan oleh nenk moyangnya, ada juga karena kesombongan yang dimiliki orang tersebut. 51

Dari kandungan diatas dapat disimpulkan bahwa segala ciptaan Allah haruslah tetap berpegang teguh pada ajaran Allah swt. Pada ayat ini juga menerangkan tentang fitrah Allah terhadap ciptaannya. Namun dalam hal ini, untuk mereapkan pendidikan karakter religius ini sebagai orang tua atau pendidik juga perlu memperhatikan perkembangan dan tingkat kesanggupan anak. Hal ini sesuai dengan firman Allah yaitu sebagai berikut:

50 Hamka, Ibid,. h. 78.

51 Hamka, Ibid., h. 90

... اَهَعْسُوَّلَِأ اًسْفَ ن ُهَّللا ُفِّلَكُي َلَ

Artinya:

“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya...” (Q.S. Al-Baqoroh: 286)52

Kandungan ayat diatas adalah menerangkan bahwasanya Tidak adanya suatu perintah Allah yang membebani hamba-Nya. Allah tidak akan memberikan perintah yang tidak dapat dipikul oleh tiap-tiap diri. Tidak ada perintah yang berat, apalagi jika seseorang memiliki iman yang kuat.

Misalkan, perintah sholat jika tidak bisa berdiri maka boleh duduk, jika tidak sanggup maka boleh berbaring. 53 dengan demikian tidak ada alas an seseorang untuk meninggalkan kewajibannya sebagai seorang hamba Allah.

Pada kegiatan Montessori selalu dimulai dari pembukaan, pertenggahan dan penutupan. Untuk meningkatkan karakter religius ini guru dapat memasukkan nilai-nilai islam dalam setiap kegiatannya. Hal ini dapat berupa membaca kalimat-kalimat thayibah didalamnya. Misalkan, ketika kegiatan pembukkan menggucapkan kalimat basmalah, dan mengakhiri kegiatan dengan mengucapkan hamdalah. 54Hal ini dilakukan agar anak terbiasa untuk selalu mengingat ciptaan-Nya.