• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENERASI BERKARAKTER

Dalam dokumen SENARI 2014 Seminar Nasional Riset Inovatif (Halaman 105-112)

MODEL PEMBENTUKAN PERILAKU GEMAR BACADENGAN

PENDAHULUAN

Semakin maju sebuah bangsa semakin tinggi tingkat kebutuhan membaca.

Bangsa Indonesia belum menjadikan membaca sebagai kebutuhan. Daya minat baca masih rendah.Undang-undang no. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan menekankan perlunya gerakan pembudayaan gemar baca. Sekolah merupakan salah satu sasaran penting terbentuknya wahana pembudayaan gemar baca. Selaras UU tersebut, panduan pelaksanaan pendidikan karakter, gemar membaca merupakan salah satu dari 18 karakter yangharus dikembangkan dalam proses pendidikan di sekolah (Kemendiknas:

2011). Laporan hasil riset Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) dipublikasikan tahun 2010 untuk Programme for International student Assesment (PISA), Indonesia diperingkat 56 dibandingkan kemampuan membaca dari 65 negara. Thailand peringkat 49, Singapuraperingkat 5(Stephen Jessica, 2010) Hakekat pembelajaran di SD adalah serangkaian upaya untuk membentuk sejumlah kebiasaan atau perilaku-perilaku yang bernilai positif. memberi penekanan pada optimalisasi kemampauan membaca, menulis dan menghitung. Kemampuan yang sudah dicapai perlu dilakukan upaya pemupukan terus menerus. Kondisi anak didik saat ini umumnya kurang menyenangi buku, kurang minat baca, mereka lebih suka menonton televisi (Esther Kartika: 2004).

Lickona (1991) berpendapat, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivation), sertaperilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

Perlakuan dengan mekanisme yang berulang-ulang akan membentuk suatu kebiasaan perilaku tertentu pula (Slavin, 1994).Demikian juga perlu tindakan rekayasa guna membentuk perilaku yang dapat mendatangkan pandangan, sikap, dan tindakan yang positif. Darmono (2007) gemar baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca, keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca secara berkelanjutan. Minat yang sifatnya individual biasanya terbentuk lama dan akan bertahan lama pula (Hidi, 2001). Aspek gemar baca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, kesempatan membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca. Gemar baca bukanlah sesuatu yang lahir begitu saja pada

seseorang tetapi harus dipupuk dan dibina sejak masih dini dan merupakan proses berkelanjutan agar tumbuh dan berkembang gemar bacanya.

Kemampuan membaca merupakan nilai budaya dasar yang harus dimiliki individu untuk mengatasi tantangan jaman. Dryden (1999). SSR merupakan upaya sistimatis yang dikembangkan untuk membiasakan perilaku membaca bagi para pebelajar di Amerika. Cara untuk membiasakan membaca itu muncul berbeda-beda dibeberapa tempat.

Namun semangat yang diusung sama.

SepertiSSR-type programs are called “DEAR”

(Drop Everything And Read), “SQUIRT”

(Silent, Quiet, Uninterrupted Individualized Reading Time), dan “USSR” (Uninterrupted Sustained Silent Reading). Beberapa hasil penelitian menunjukkan hasil positif.,

.Krashen, 1998 (dalam Pilgreen, 2000), program membaca bebas di sekolah menghasilkan pemahaman hasil baca yang baik. Sedangkan Anderson, 1996; Krashen, 1993; Nagy and Herman, 1987 (www.liberty.k12.mo.us/ms/LMC/SSR/SSR.p pt); program SSR sangat membantu dalam peningkatan penguasaan kosa kata baru.

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan metode lainnya dalam peningkatan penguasaan membaca pemahaman.

Dasar teori SSR adalah “The program is based on the belief that self- selection motivates students to read with interest, and the resulting extended period of practice improves their reading achievement (Karweit & Slavin, 1981). Another important element of SSR is modeling, based on the idea that effective learning results from following the example of another's model behavior (Bandura, 1986). Terdapat sejumlah prinsip dalam implementasi SSR.(1) Students read whatever they like. (2) Short time- spans, 15 until 20 minute.(3) Everyday during school (Marshal; 2002). Adapun tujuan dan manfaat SSR. (1) meningkatkan profesiensi baca pebelajar dalam pemahamannya, kepercayaan diri yang lebih baik dan mempengaruhi prestasinya. (2) memperbaiki motivasi baca pebelajar karena menjadi membaca mendatangkan rasa senang, mengembangkan cinta membaca.

Terdapat 8 faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi SSRmenurut Pilgreen (2000), (1) Kemudahan dalam mendapatkan buku bacaan, (2) Buku bacaan menarik. (3) Iklim sekolah yang kondusif (4) Suasana yang mendorong pebelajar untuk membaca.(5)Stafterlatih (6)

Tanpa pengawasan. (7)Distribusi waktu untuk membaca, dan (8) Ada tindak lanjut.Sejumlah penanda apabila SSRdapat berjalan dengan baik di sekolah: (1) Sirkulasi buku perpustakaan menjadi deras.

(2) Para siswa senantiasa meminta buku- buku yang lain. (3) Terjadi saling pinjam antar perpus. (4) Sedikit buku tersisa di perpustakaan.

Dari uraian di atas SSR memilikikeunggulan dan manfaat meningkatkan profesiensi baca pebelajar dalam pemahamannya, kepercayaan diri yang lebih baik dan mempengaruhi prestasinya serta memperbaiki motivasi baca karena membaca mendatangkan rasa senang, mengembangkan cinta membaca (Marshal; 2002).Penelitian dengan pendekatan SSR masih langkadi Indonesia sehingga urgent untuk diimplementasikan.

Supaya kegiatan SSR terlaksana perlu kesiapan infrastruktur, antara lain:

jumlah buku bacaan yang cukup dan menarik, waktu yang cukup untuk membaca di sekolah, Dalam pembentukan perilaku gemar membaca, guru berperan besar mengkondisikan perilaku dibandingkan para orang tua. Karena guru memiliki penguasaan dan kemampuan dalam proses pembelajaran sehingga pembentukan perilaku gemar baca pendekatan SSR akan lebih efektif dan diharapkan mampu membentuk karakter pebelajar sebagai bekal menjadi generasi yang memiliki wawasan luas, maju dan berdaya saing.

Rumusan masalah penelitian adalah:(a). Bagaimanakah pemahaman pihak sekolah dalam pembentukan perilaku gemar baca? (b). Bagaimana kualitas dan kuantitas buku bacaan yang dimiliki SDN di Kota Malang?.(c). Bagaimana deskripsi model pembentukan perilaku gemar baca dengan pendekatan SSR? (d). Bagaimana perilaku gemar baca pebelajar SD dengan pendekatan SSR?

Tujuan penelitian (a).

Mendeskripsikan pemahaman pihak sekolah dalam pembentukan perilaku gemar baca (b).Mendeskripsikan kualitas dan kuantitas buku bacaan yang dimiliki SDNdi Kota Malang(c).Mendeskripsikan model pembentukan perilaku gemar baca dengan pendekatan SSR (d). Menganalisis perilaku gemar baca pebelajar SD dengan pendekatan SSR.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey dan

eksperimen.Dalam penelitian survey digunakan kuesioner yang dilengkapi dengan wawancara dan observasi. Sedangkan eksperimen dengan masa perlakuan 1 bulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah SDN di Kota Malang berjumlah 199SDN.

Penelitian menggunakanrandom sampling.yang diwakili 5 SDN sebagai sampel dengan menggunaakan pebelajar kelas 3 (tiga).

Data dikumpulkan dengan teknik angket, observasi dan wawancara terbimbing. Yang menjadi sumber data adalah pebelajar, guru, kepala sekolah dan staf perpustakaan. Instrumen penelitian berupa: (a) Angket untuk staf perpustakaan guna menggali data kualitas dan kuantitas buku (b) Lembar observasi dikenakan pada kepala sekolah, meliputi data identitas sekolah dankondisi perpustakaan.(c) Lembar wawancara untuk kepala sekolah dan guru kelas III, merekam data awal kegiatan penanaman perilaku membaca pebelajar, (d) Lembar pra dan post tes untuk pebelajar, memperoleh data kegiatan membaca buku bacaan, (e) Buku rekam kegiatan baca pebelajar diisi pebelajar berisi judul, isi buku dan. Jumlah buku terbaca.

Angket gemar baca dikembangkan dari indikator menghasilkan 22 item soal masing-masing soal memiliki 3 alternatif jawaban (a, b, c). dan diberi skor yaitu a=1, b=2 dan c=3. Pengelompokkan skor gemar baca adalah skor: 22–36 kategori rendah, 37–50 kategori cukup dan 51–66 kategori tinggi. Selanjutnya uji validitas dan reliabelitas terhadap 22 item soal. Selain itu disusun pedoman wawancara dan observasi sesuai jenis data yang dibutuhkan.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif meliputi: persentase dan rerata serta analisis t-test dengan menggunakan program SPSS versi 19 untuk uji hipotesis terhadap pembentukan perilaku gemar baca dengan pendekatan SSR.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembentukan perilaku gemar baca masih belum ada pihak sekolah yang mengupayakan secara sungguh-sungguh.

Namun demikian ada 2 sekolah sampel yang memberi program khusus kegiatan membaca buku bacaan di sekolah tetapi hanya 1 kali dalam sepekan denganbuku bacaan bebas dibawa dari rumah. Langkah ini cukup positif meskipun frekuensinya masih sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuandengan mekanisme yang berulang-ulang akan membentuk suatu

kebiasaan perilaku tertentu (Slavin, 1994).

Ada 2 sekolah, guru memberi kesempatan kepada pebelajar untuk membaca di perpustakaan pada jam jam khusus setiap pekannya.Kondisi ini masih jauh dari harapan Undang-undang no.43 tahun 2007 yang menghendaki gerakan pembudayaan gemar baca. Juga gemar membaca sebagai salah satu dari 18 karakter (Kemendiknas, 2011).

Pembentukan perilaku gemar baca tentu tidak terlepas dari kualitas, kuantitas dan fasilitas perpustakaa. Baru 1 SD yang memiliki ruang baca yang cukup memadai,3 SD memiliki petugas namun dirangkap dengan tugas lainnya, 2 SD tidak punya petugas perpustakaan. Rasio jumlah pebelajar terhadap buku pelajaran maupun non buku pelajaran secara umumsudah memadai artinya jika semua murid meminjam buku maka masih ada alternatif pilihan-pilihan buku. Namun judul-judul buku belum sepenuhnya sesuai untuk konsumsi bacaan tingkat SD. Aspek kebaruan dari buku buku yang dimiliki sebagian besarterbitan lama, sehingga pebelajar memiliki rasa bosan dengan buku-buku yang itu-itu saja. Masih ada buku-buku yang belum termanfaatkan oleh para pebelajar, walaupun waktu pengadaannnya sudah cukup lama.Hal itu dikarenakan terbatasnya petugas,layanan pinjaman buku yang dibaca maupun dibawa pulangjuga terhambat sehingga perpustakaan belum berfungsi dengan semestinya.Berdasarkan uraian di atas maka sirkulasi peminjaman buku tergolong rendah.

Oleh karena itu pengelola sekolah harus mempunyai perhatian lebih terhadap perpustakaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kartono (Koran Pendidikan: 2-7 Juli 2014) paling tidak dengan dilakukan peningkatan SDM, menambah koleksi buku secara rutin dan membuat kegiatan agar anak-anak berminat ke perpustakaan.

Model pembentukan perilaku gemar baca dengan pendekatan SSR memiliki langkah-langkah berikut: (1). Peneliti menyediakan sejumlah buku, meliputi: (a).

Bacaan bebas yang sudah melalui seleksi sesuai dengan tingkatannya. (b). buku catatan kendali bacaan, untuk mengontrol dan mengendalikan capaian bacaan dari setiap judul buku yang dipilihnya, (c). Buku catatan kendali peminjaman buku bacaan (dipegang guru). (2) Pebelajar dalam kelas memperoleh: (a) Kesempatan memilih buku bacaan bebas (b) Pebelajar diberi kesempatan membaca selama 15 menit. (c).

Diberi buku catatan kendali bacaan. (3) Setelah 15 menit guru memberikan

kesempatan pebelajar untuk meringkas dengan susunan kata membentuk kalimat menurut kemampuannya sendiri dari hasil bacaan yang sudah dibacanya, waktu meringkas selama 5 menit. (4) Setelah selesai, pebelajar diminta untuk mengumpulkan buku bacaan pilihannya dan buku catatan kendali bacaan. Bila belum selesai membaca sepenuhnya maka buku bacaan itu dimasukkan ke dalam buku catatan kendali untuk dilanjutkan pada hari berikutnya. (5) Tugas utama guru dalam penerapan SSR adalah memberi instruksi sesuai dengan ketentuan. Tanpa memberi penilaian apapun. (6) Secara berulang dilakukan setiap hari.

Pembentukan perilaku gemar baca dengan pendekatan SSR adalah sesuatu yang masih baru namun selama proses penelitian pemahaman pihak-pihak sekolah cukup baik Perhatian Kepala Sekolah, Guru dan pebelajar sangat tinggi sehingga penerapan pendekatan SSR berjalan lancar tanpa kendala.

Dari hasil perlakuan selama 1 (satu) bulan, pebelajar menampakan perubahan yang berarti. Prosentase awal, terdapat 1,5%

yang memilih pilihan malas membaca, berubah menjadi 0% (zero) dalam uji akhir perlakuan. Responden yang menjawab opsi selalu ingin membaca meningkat secara berarti. Semula hanya 73,5% menjadi 88.8%.Jenis buku apapun baik buku pelajaran maupun buku bacaan bebas sesungguhnya mereka senang membaca, Dalam pra test, sebesar 53,9 % responden menyukai jenis buku apapun kemudian berubah cukup berarti menjadi 69,6% dari hasil post test. Responden lebih menyukai buku bacaan bebas (fiksi) dan buku bacaan ilmu pengetahuan bila dibadingkan dengan kesukaaannya kepada buku pelajaran.

Responden menyatakan yang semula 49% menjadi 82,1% bahwa membaca dapat dilakukan dimana saja. Sedangkan yang menyatakanmembaca hanya di sekolah dan di rumah 51% menurun menjadi 17,9%.

Waktu untukmembaca, mereka menganggap kapanpun bisa digunakan untuk kegiatan membaca. Sebelum perlakuan mencapai66,1% menyatakan bisa melakukannya tanpa batas waktu, bisa pagi, siang, sore atau malam hari. Pada uji setelah perlakuan diperoleh 72,2%. Terdapat perubahan yang cukup berarti. Membaca hanya ketika disuruh, telah berkurang dari 15,7% menjadi 7,4% saja. Kondisi yg demikian, jika perlakuan dilaksanakan dalam

waktu lebih lama dimungkinkan ada peningkatan sangat berarti.

Lama waktu baca meningkat. Semula responden paling banyak 1 jam tiap hari mencapai 48% berubah menjadi 28,6%, antara 1 sampai 2 jam mencapai 44,4%. Dan, yang lebih dari 2 jam, semula hanya 17,2%

meningkat menjadi 27%.

Bila ditanya tentang kesukaannya untuk membaca buku pelajaran sebelum dan sesudah perlakuan adalah sama yaitu: 81,1%

menyatakan sangat suka. Dan, 18,9% saja yang memilih kurang suka dan tidak suka

Peran guru agar responden gemar membaca buku pelajaran Semula 69,6%

responden merasakan bahwa guru meminta untuk membaca buku pelajaran namun setelah ada perlakuan tinggal 48,9% saja.

Berarti ada pertumbuhan untuk berinisiatif membaca.

Dalam menumbuhkan gemar membaca. Semula, guru sangat berperan namun kemudian berubah. Teman sebaya yang semula hanya 1,9% menjadi 41% di akhir perlakuan. Demikian pula inisiatif untuk berkeinginan membaca semula hanya 33,4%

berubah menjadi 51,1%.

Saat berada di rumah, kegiatan membaca buku pelajaran lebih banyak atas dasar keinginan sendiri, sebelum perlakuan 45,1% sesudah perlakuan 51,1%.

Responden sangat menyukai buku bacaan bebas, mencapai 81,4% sebelum perlakuan dan menjadi 87,3% setelah perlakuan.Saat di rumah membaca buku bacaan bebas, sebelum perlakuan repondenmenjawab 38,2% atas keinginan sendiri dan 55,9% atas dorongan orang tua.

Namun setelah perlakuan, yang menjawab atas keinginan sendiri mencapai 68,9% dan dorongan orang tua menjadi 38 %.

Dalam waktu 1 bulan Jumlah buku yang dibaca, sebelum perlakuan, responden yang menjawab kurang dari 10 buku mencapai 49% dan lebih dari 50 buku mencapai 22,5%. Namun setelah perlakuan, yang telah membaca kurang dari 10 buku hanya tinggal 9% dan telah baca 11 sampai 50 buku menjadi 50%. Sedangkan yang lebih dari 50 buku menjadi 41%.

Responden mampu menyelesaikan bacaan buku cerita dalam sepekan, sebelum perlakuan hanya 1 buku, 19,1% dan setelah perlakuan hanya 6,1%. 2 sampai 3 cerita mencapai 3,6% dan setelah perlakuan 40,8%. Sedangkan responden yang mampu membaca cerita lebih dari 3 sebesar 37,3%

berubah menjadi 53,1%. Ada peningkatan

dalam percepatan kemampuan baca para responden.

Tanggapan responden terhadap buku bacaan ilmu pengetahuan. Sebelum perlakuan, responden yang tidak suka 7,8%

menurun menjadi 6,1% setelah perlakuan.

Sedangkan yang suka, dari 19,2% menjadi 18,9%. Preferensi sudah tinggi responden yang sangat suka membaca buku ilmu pengetahuan sebelum perlakuan 73% dan sesudah perlakuan 75%.

Tanggapan responden terhadap kesukaanya membaca buku-buku ilmu pengetahuan berdasarkan motivasi yang mempengaruhinya saat di rumah, ternyata, sebelum perlakuan pengaruh teman 9,8%

dan setelah perlakuan, menurun tinggal 3,6%. Orang tua, dari 58,8% menurun menjadi 45,4%. Justru yang naik tajam adalah atas dasar keinginan sendiri membaca buku ilmu pengetahuan dari hanya 31,4% menjadi 51% responden.

Tanggapan responden, yang membaca buku bacaan ilmu pengetahuan kurang dari 1 buku dalam sepekan, semula 19,2% menjadi 14,8%. Membaca 2 sampai 3 buku, awalnya 40,6% menjadi 33,2%.

Sedangkan yang lebih dari 3 buku dalam sepekan, awalnya 40,2% setelah perlakukan berubah menjadi 52%.

Bila diberi waktu khusus untuk membaca buku bacaan bebas, Awalnya sebanyak 72,1% saja responden menjawab sangat senang. Namun setelah perlakuan, 96,1% responden menjawab sangat senang.

Waktu untuk membaca buku bacaan bebas, 53,9% responden menjawab menjelang waktu istirahat. Setelah jam pelajaran berakhir sebelum pulang 21,6%

dan responden yang menjawab sebelum pelajaran dimulai 24,5%.

Berdasarkan hasil uji tingkat validitas dan reliabelitas dari butir angket untuk pra test dan post test diperoleh semua butir soal memiliki tingkat validitas dan reliabelitas yang signifikan karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0,05.

Hasil analisis pada SDN seluruh sampel melalui uji t dengan paired sampel tes diperoleh nilai t sebesar 14,713 dengan df = 195 dan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. yang berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap gemar baca pebelajar sebelum dan sesudah penerapan pendekatan SSR perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai Mean sesudah perlakuan lebih tinggi dari sebelum perlakuan dimana sesudah perlakuan memiliki nilai Mean (My) sebesar 54,934 (tergolong gemar

baca tinggi) dan sebelum perlakuan memiliki Mean (Mx) sebesar 49,199 (tergolong gemar baca cukup). Peningkatkan gemar baca pebelajar ini karena hasil perlakuan selama 1 bulan, dibiasakan untuk membaca.

Kebiasaan ini secara berkelanjutan akan membentuk karakter. Lickona (1991) menyatakan karakter seseorang akan terbentuk melalui proses yang cukup panjang sebagai kebiasaan.

Hasil analisis pada SDN Pisang Candi diperoleh nilai t sebesar 9,593 dengan df = 40 dan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap gemar baca pebelajar sebelum dan sesudah penerapan SSR perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai Mean sesudah perlakuan lebih tinggi dari sebelum perlakuan. Mean sesudah perlakuan sebesar 55,341 (tergolong gemar baca tinggi) dan Mean sebelum perlakuan sebesar 48,951 (terkategori gemar baca cukup).

Hasil analisis SDN Kauman 2 diperoleh nilai t sebesar 6,126 dengan df = 39 dan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Hasil ini berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap gemar baca pebelajar dengan penerapan SSR perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai Mean sesudah perlakuan = 54,20 (tergolong gemar baca tinggi) lebih tinggi dari Mean sebelum perlakuan sebesar 49,222 (tergolong gemar baca cukup)

SDN Mojolangu 3 diperoleh nilai t sebesar 5,296 dengan df = 40 dan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Hasil ini berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap gemar baca pebelajar sebelum dan sesudah penerapan SSR. Nilai Mean sesudah perlakuan sebesar 53,766 (kategori gemar baca tinggi) lebih tinggi dari Mean sebelum perlakuan sebesar 49,610 (kategori gemar baca cukup).

SDN Purwantoro 1 diperoleh nilai t sebesar 5,296 dengan df = 40 dan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Hasil ini berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap gemar baca pebelajar sebelum dan sesudah penerapan SSR perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai Mean sesudah perlakuan lebih tinggi dari sebelum perlakuan.

Sesudah perlakuan nilai Mean sebesar 53,103 (terkategori gemar baca tinggi) dan sebelum perlakuan nilaii Mean sebesar 47,744 (terkategori gemar baca cukup).

SDN Lesanpuro 3 diperoleh nilai t sebesar 8,336 dengan df=34 dan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α=0,05. Hasil ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan

terhadap gemar baca pebelajar sebelum dan sesudah penerapan SSR perbedaan tersebut ditunjukkan oleh nilai Mean sesudah perlakuan lebih tinggi dari sebelum perlakuan. Sesudah perlakuan memiliki Mean sebesar 58,714 (tergolong gemar baca tinggi) dan sebelum perlakuan memiliki Mean sebesar 50,00 (tergolong gemar baca cukup).

Dari uji t tersebut menunjukkan bahwa perlakuan selama 1 bulan dengan pendekatan SSR gemar baca siswa menjadi meningkat yang ditunjukkan oleh meningkatnya nilai rerata dari hasil analisis data. Hal ini juga didukung oleh tanggapan responden terhadap angket gemar membaca yang menunjukkan adanya prosentase yang meningkat, khususnya terhadap angket yang menyatakan sangat senang membaca setelah adanya perlakuan SSR tidak terdapat lagi pebelajar yang malas untuk membaca. Hasil ini mendukung apa yang dikemukan Marshal (2002) SSR memperbaiki motivasi baca pebelajar karena membaca mendatangkan rasa senang, mengembangkan cinta membaca. Dryden (1999) menyatakan bahwa SSR merupakan upaya sistematis yang dikembangkan untuk membiasakan perilaku membaca.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan teori yang mendukung maka hasil penelitian ini menjadi penguat hasil penelitian sebelumnya dan teori pendukungnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Sebelum perlakuan pendekatan SSR masih belum ada pihak sekolah yang mengupayakan pembentukan perilaku gemar baca secara sungguh-sungguh. Namun setelah perlakuan pemahaman pihak sekolah terhadap pembentukan perilaku gemar baca sudah baik.

Peran perpustakaan dalam mendukung pembentukan perilaku gemar baca belum sesuai harapan terutama kualitas buku bacaan, buku yang tersedia masih banyak terbitan lama dan dengan judul yang kurang menarik.Selain itu petugas perpustakaan masih merangkap dan belum memiliki kemampuan yang memadai.

Pendekatan SSR memberi kemudahan pembelajar memperoleh buku yang disukai dan kesempatan membaca secara rutin.Penerapan pendekatan SSR telah meningkatkan secara signifikan terhadap perilaku gemar membaca. Pebelajar merasa senang membaca, selama satu bulan mereka sudah memiliki kebiasaan membaca yang menjadikan dasar terbentuknya

karakter. Oleh karenanya penerapan model pendekatan SSR perlu berkelanjutan.

Kepala sekolah, dalam penggunakan dana BOS untuk pengadaan buku-buku hendaknya berupa buku bacaan baru yang disenangi pebelajar dan bersama gurumenciptakan kondisi yang mampu memberi kesempatan pebelajar untuk membaca setiap hari secara kontinu di sekolah. Agar kebiasaan membaca yang sudah dibangun selama penerapan model SSR dapat berkelanjutan.

Diknas hendaknya membuat kebijakan baru tentang pengadaan tenaga pustakawan untuk sekolah agar perpustakaan terkelola dengan baik.

DAFTAR RUJUKAN

Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social-cognitive theory.EnglewoodCliffs, Prentice Hall.

New Jersey

Darmono, 2007, Perpustakaan Sekolah.

Pendekatan AspekManajemnen dan Tata Kerja, Gramedia Nidiasarana Indonesia, Jakarta.

Hidi, S. 2001. Interest, Reading, and Learning:

Theoritical& Practical Consideration.

Educational Psychology Review, Vol.13,No3.

Holt, 1988, The Effect of Sustained Silent Reading and Writing on Achivement and Attitudes of Seventh and eight grade Student Reading Two Years Below Grade Level(micrform)http://www.eric.ed.gov/co ntent-delivery/servlet/ERICServlet?accno Dryden, Gordon, Vos, Jeannette, 1999. The

Learning Revolution, To Change The Way The world Learns, The Learning Web, Torrance, CA.,

________, 2007, UU Perpustakaan Nomor 43.http://kelembagaan.pnri.go.id/Digital_D ocs/homepage_folders/activities/highlight/

ruu_perpustakaan/pdf/UU_43_2007_PER PUSTAKAAN.pdf

________, Sustained Silent Reading, Liberty Public School, www.liberty. k12.mo.us/

ms/LMC/ SSR/SSR.ppt

Emzir, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Rajawali Press.

Cet. ke 5, Jakarta.

Kartono, (2014), Perpustakaan Pacu Minat Baca, Koran Pendidikan, Edisi 520/1/2-7 Juli:

Karweit, N., & Slavin, R. (1981). Measurement and modeling choices in studies of time and learning. American Educational Research Journal, 18, 157-171.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Badan Penelitian dan pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Jakarta.

Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character:

How Our School Can Teach Respect and Responsibility,Bantam books.. New York Marshall, Jodi Crum, 2002. Are They Really

Reading? Expanding SSR in the Middle Grades. Stenhouse Publishers.Portland, Pilgreen, Janice L., 2000. How to Organize and

Manage a Sustained Silent ReadingProgram. The SSR Handbook:Portsmouth, NH:Heine- mann Boynton/CookPublisher

Santoso, S., 2011, Mastering SPSS Versi 19, PT Elex Media Komputino, Jakarta..

Stepher,Jessica,2010. World education rankings:

which country does best at reading, maths

andscience?TheGuardian,http://www.gua rdian.co.uk/news/data blog/2010/dec/07/

world-education-rankings-maths-science- reading#data.

Slavin, R. E., 1994, Educational Psychology, Theory & Practice, Boston,, Tokyo, allyan

&Bacon.

Kartika, Esther,2004, Memacu Minat Membaca, Jurnal Pendidikan Penabur No.3. Th.III/Desember 2004.

Dalam dokumen SENARI 2014 Seminar Nasional Riset Inovatif (Halaman 105-112)