• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL AJAR KELAS XI SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2023/2024: Kuliner, Perhotelan dan DKV Kelas 11

N/A
N/A
Risa Purnama

Academic year: 2024

Membagikan "MODUL AJAR KELAS XI SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2023/2024: Kuliner, Perhotelan dan DKV Kelas 11"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL AJAR KELAS XI SEMESTER GANJIL

TAHUN PELAJARAN 2023 / 2024

INFORMASI UMUM Nama Penyusun Erischa Rahma Sukarman, S.Pd.

Mata Pelajaran Kuliner, Perhotelan dan DKV Program Keahlian Sejarah

Judul Elemen

Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia 1. Kontrak Belajar dan Jalur Rempah

2. Jalur Rempah, Interkoneksi, dan Keberadaan Bangsa Asing di Nusantara

3. Penguasaan Konstantinopel oleh Turki Utsmani dan Pelayaran Dunia

4. Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme 5. Melawan Kuasa Negara Kolonial

Capaian Pembelajaran (CP)

Peserta didik mampu menggunakan sumber-sumber sejarah primer dan sekunder untuk mengevaluasi secara kritis dinamika kehidupan bangsa Indonesia pada masa kolonial dan perlawanan bangsa Indonesia terhadap dominasi asing.

Tujuannya agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masa kini dan masa depan, serta melaporkannya dalam bentuk tulisan atau lainnya.

Alokasi Waktu 10 JP (10x45 Menit)

Jumlah Pertemuan 5x Pertemuan x 2JP (Pertemuan 1,2, 3, 4, &5)

Fase Capaian XI/F

Profil Pelajar Pancasila Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik diharapkan memiliki sikap gotong royong, kreatif, dan bernalar kritis.

Sarana dan Prasarana 1. Sarana: Laptop, Papan Tulis, Alat Tulis 2. Prasarana: Buku Paket, PPT, Materi Ajar Model Pembelajaran Discovery Learning

Metode Pembelajaran Diskusi, Tanya Jawab KOMPONEN INTI Tujuan

Pembelajaran Indikator:

1. Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara peristiwa sejarah global lewat jalur rempah dengan situasi regional dan nasional di Indonesia.

2. Peserta didik mampu mengidentifikasi karakteristik kolonialisme serta perlawanan bangsa Indonesia terhadap bangsa asing.

3. Peserta didik mampu melakukan penelitian sejarah sederhana tentang berbagai dampak penjajahan Belanda di tingkat lokal atau nasional dan

(2)

mengomunikasikannya dalam bentuk tekstual, visual, dan/ atau bentuk lainnya.

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1

Kegiatan Awal

(15 Menit)Guru menyampaikan salam pada peserta didik.

Kemudian guru meminta satu orang peserta didik memimpin doa sebagai bentuk syukur karena telah diberikan kesehatan dan kesempatan untuk belajar

Guru bersama peserta didik membuat kontrak belajar sebagai kesepakatan untuk membangun budaya belajar yang kondusif dan kolaboratif.

Guru membahas kerangka belajar selama setahun dengan bertanya lebih dahulu kepada peserta didik, “Apa yang kalian ingin dapatkan dalam pembelajaran sejarah setahun ke depan?”

Guru menyampaikan tujuan, ruang lingkup materi, bentuk dan jumlah penilaian/asesmen, termasuk di dalamnya proyek.

Apersepsi scene setting: guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentangsnapshot

Guru dapat juga membuat apersepsi lain untuk memulai pembahasan materi baru.

Kegiatan Inti

( 60 Menit)Guru menunjukkan peta jalur rempah, kemudian menyampaikan pertanyaan kepada peserta didik “Mengapa disebut jalur rempah?”

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk aktif menjawab.

Guru menulis di papan tulis atau di laptop setiap jawaban peserta didik.

Setelah semua jawaban peserta didik ditayangkan, guru mengulas secara utuh tentang konsep jalur rempah dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran.

Guru menjelaskan alasan tidak digunakannya istilah jalur sutera. Pasalnya, dalam perspektif sejarah Indonesia sentris, secara faktual para petualang dan pedagang internasional memburu, mencari, dan memperdagangkan rempah- rempah dari Indonesia.

Kegiatan Penutup (15Menit)

Refleksi: guru meminta peserta didik memberikan kesan tentang materi.

Misalnya, dengan bertanya, “Sampaikan satu kata tentang pembelajaran hari ini!”

Guru menyampaikan materi berikutnya dan menyampaikan apa yang peserta didik harus siapkan, misalnya membaca, atau menjawab suatu pertanyaan yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Doa dan salam.

Pertemuan ke-2 Kegiatan Awal

(15 Menit)Peserta didik menyampaikan salam kepada guru yang datang, kemudian guru meminta satu orang peserta didik memimpin doa sebagai bentuk syukur karena telah diberikan kesehatan dan kesempatan untuk belajar.

Guru dapat melakukan ice breaking atau latihan tarik napas panjang untuk beristirahat sejenak.

Guru melakukan apersepsi warmer dengan bertanya, “Mengapa memakai istilah jalur rempah bukan jalur sutera?”

Kegiatan Inti

( 60 Menit)Guru menjelaskan komoditi yang ramai diperdagangkan di jalur rempah, kemudian menjelaskan negara-negara yang dilalui para pelaut, petualang, dan pedagang.

Guru menjelaskan tentang interkoneksi dan keberadaan bangsa asing

(3)

berdasar catatan para penjelajah Nusantara.

Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan tanggapan kepada guru.

Guru menampilkan peta Eropa Asia dengan jalur rempahnya, dengan fokus penjelasan bahwa “Indonesia merupakan poros perdagangan dunia”.

Guru menyampaikan aktivitas yang harus peserta didik lakukan,

a. Tahukah kalian wilayah mana saja yang memiliki rempah-rempah asli Indonesia?

b. Buat diskusi kelompok untuk mengidentifikasi rempah-rempah asli dari daerah kalian. Inventarisir sebanyak-banyaknya rempah-rempah tersebut kemudian cari tahu untuk apa saja rempah-rempah tersebut digunakan.

Pengetahuan mengenai kegunaan rempah-rempah menjadi sebuah hal yang penting mengingat manfaatnya yang sangat beragam. Pada situasi pandemi, pengetahuan tentang pengobatan lokal seperti jamu menjadi alternatif yang sangat membantu masyarakat untuk menjaga kesehatan.

c. Presentasikan hasil diskusi kalian kepada teman-teman di kelas kalian agar informasi mengenai kebermanfaatan rempah-rempah dan obat-obatan asli Indonesia dapat diketahui secara luas.

Publikasi: peserta didik menyampaikan publikasi dalam bentuk poster/esai/video atau bentuk lain yang bisa ditempel di mading kelas atau dibagikan secara digital melalui email/google drive/ google classroom. Guru dapat mengonfirmasi tentang publikasi tersebut dengan cara bertanya pada pertemuan berikutnya.

Kegiatan Penutup (15Menit)

Guru menyampaikan materi berikutnya, yakni “Jatuhnya Konstantinopel”

dan menyampaikan apa yang peserta didik harus siapkan, misalnya membaca atau menjawab suatu pertanyaan yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Doa dan salam.

Pertemuan ke-3 Kegiatan Awal

(15 Menit)Peserta didik menyampaikan salam kepada guru yang datang.

Guru meminta satu orang peserta didik memimpin doa.

Guru merhatikan situasi kelas dalam segi kerapihan dan kebersihan.

Guru dapat melakukanice breaking.

Guru melakukan apersepsi warmer dengan bertanya, “Mengapa Kota Konstantinopel menjadi pusat perdagangan di Eropa?”

Kegiatan Inti

( 60 Menit)Guru memulai pembahasan dengan cara mengaitkan apersepsi di atas.

Guru menjelaskan penyebab Konstantinopel diperebutkan oleh Kesultanan Turki Utsmani dan kerajaan-kerajaan di Eropa.

Guru menjelaskan secara ringkas perang penaklukan Konstantinopel yang berakhir dengan jatuhnya kota itu ke tangan Kesultanan Turki Utsmani.

Guru bertanya kepada peserta didik mengenai akibat jatuhnya Konstantinopel terhadap upaya pemenuhan kebutuhan bangsa Eropa akan rempah-rempah.

Guru menjelaskan akibat jatuhnya Konstantinopel terhadap timbulnya pelayaran dunia yang bertujuan mencari pusat rempah seperti Bartholomeus Diaz, Vasco da Gama, Alfonso de Albuquerque, dan sebagainya.

Peserta didik mengajukan pertanyaan atau tanggapan untuk memperdalam penjelasan guru

Guru menyampaikan kesimpulan seraya menampilkan kembali peta Eropa-Asia dengan jalur laut menuju Indonesia beserta para penjelajah

(4)

yang mencari sumber rempah.

Peserta didik diminta secara mandiri menontonfilm Battle of Empire Fetih 1453 untuk melihat bagaimana kisah penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad II tahun 1435.

Aktivitas ini dapat dilakukan di rumah atau di luar jam pelajaran, mengingat durasi film yang panjang. Setelah selesai menonton, peserta didik diminta untuk membuat sinopsis film tersebut dan mempresentasikan kepada teman-temannya pada pertemuan berikutnya.

Film ini merupakan film epik sejarah yang mengangkat kisah tokoh Muhammad Al-Fatih, Sultan ketujuh Daulah Utsmaniyah yang berhasil menaklukan Kota Konstantinopel pada 29 Mei 1453. Film tersebut menceritakan secara umum beragam persiapan dan strategi Muhammad Al-Fatih dalam upaya menaklukan Konstantinopel. Untuk menonton film tersebut, salah satunya dapat diakses dari laman Youtube berikut:

https://www.youtube.com/ watch?v=yWlpCdoXTpY Kegiatan

Penutup (15Menit)

Refleksi: guru meminta peserta didik memberikan kesan tentang materi.

Misalnya, dengan bertanya, “Sampaikan satu kata tentang pembelajaran hari ini!”

Guru menyampaikan materi berikutnya, yakni “Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme” dan menyampaikan apa yang peserta didik harus siapkan, misalnya membaca atau menjawab suatu pertanyaan yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Doa dan salam Pertemuan ke-4

Kegiatan Awal

(15 Menit)

Kegiatan Inti

( 60 Menit)Kegiatan

Penutup (15Menit)

Pertemuan ke-5 Kegiatan Awal

(15 Menit)

Kegiatan Inti

( 60 Menit)Kegiatan

Penutup (15Menit)

Asesmen

Pengayaan dan

Remedial PengayaanPeserta didik yang sudah mencapai kompetensi yang sudah di ajarkan maka peserta didik di minta untuk mengembangkan dan mengeksplorasi kembali materi berikutnya dengan mengunjungi https://www.youtube.com/watch?v=G-rWqpjX5EY &

https://www.youtube.com/watch?v=hGtZ35FiLIo(Materi Masa Pergerakan Nasional di Indonesia) dan Materinya dapat dilihat dihttps://fliphtml5.com/uhncl/hgha/basic

(5)

Remedial

Peserta didik yang belum mencapai kompetensi dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan maka mempelajari kembali materi tentang Imperilaisme dan Kolonialisme Bangsa Barat di Indonesia. Kemudian membuat tulisan dari materi tersebut dan hasilnya dipresentasikan dengan bimbingan guru

Refleksi Peserta

Didik dan Guru Refleksi Guru

Refleksi adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dalam bentuk penilaian tertulis dan lisan oleh guru untuk siswa dan mengekspresikan kesan konstruktif, pesan, harapan dan kritik terhadap pembelajaran yang diterima, Guru dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa,dengan minta pendapat tentang cara mengajar, suasana pembelajaran,pemahaman pembelajaran ataupun meminta kritik dan saran kepada siswa terhadap pembelajaran dan dirinya. hal ini dapat dilakukan menjelang pembelajaran berakhir sehingga tidak mengganggu pembelajaran.

1. Apakah kegiatan membuka pelajaran yang saya lakukan dapat mengarahkan dan mempersiapkan siswa mengikuti pelajaran dengan baik?

...………

2. Bagaimana tanggapa siswa terhadapt materi atau bahan ajar yang saya sajikan sesuai yang diharapkan? (Apakah materi terlalu tinggi, terlalu rendah, atau sesuai dengan kemampuan awal siswa)?

...………

3. Bagaimana respon siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan ? apakah media sesuai dan mempermudah siswa menguasai kompetensi atau materi yang diajarkan ?

...………

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap kegiatan belajar yang telah saya rancang ?

...………

5. Bagaimana tanggapan siswa terhadap metode atau teknikpembelajaran yang saya gunakan?

...………

Refleksi Siswa

Agar pembelajaran semakin menyenangkan dan bermakna untuk kalian, yuk sejenak berefleksi tentang aktivitas pembelajaran kali ini.

Isilah penilaian diri ini dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya sesuai dengan perasaan kalian ketika mengerjakan suplemen bahan materi ini! Bubuhkanlah tanda centang (√) pada salah satu gambar yang dapat mewakili perasaan kalian setelah mempelajari materi ini!

1.

Apa yang sudah kalian pelajari?

.………

2. Apa yang kalian kuasai dari materi ini?

.………

3. Bagian apa yang belum kalian kuasai?

.………

(6)

4. Apa upaya kalian untuk menguasai yang belum kalian kuasai? Coba diskusikan dengan teman maupun guru kalian

.………

LAMPIRAN RINGKASAN MATERI

1. Penjelajahan Samudera dan Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat Ke Indonesia Penjelajahan Samudra

Bangsa Eropa terkenal dengan kemahiranya dalam pelayaran, selain itu dalam pencarian rempah- rempah hingga perburuan mutiara dari timur (rempah-rempah) ada juga faktor yang mendorong penjelajahan samudra, yaitu :

a. Adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang – orang yang beragama islam.

b. Jatuhnya Kontantinopel, ibu kota Imperium ke tangan Dinasti Usmani Turki.

c. Adanya keinginan mengetahui lebih jauh mengenai rahasia alam semesta, keadaan geografi, dan bangsa – bangsa yang tinggal di belahan bumi lain.

d. Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah – rempah.

e. Kisah penjelajahan Marcopolo ( 1254-1324), seorang pedagang dari Venesia, Italia ke Cina yang dituang dalam buku Book of Various Experience.

f. Ingin memperoleh keuntungan / kekayaan yang sebanyak – banyaknya.

g. Adanya teori Copernicus dan Galileo Galilei bahwa bumi bulat h. Semangat 3G (Gold: emas, Glory:

kejayaan, dan Gospel: penyebaran agama Nasrani) i. Kemajuan dibidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terutama pada Teknologi Pembuatan Kapal dan Navigasi (ditemukannya kompas)

Latar belakang kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia

Siapa yang tidak mengenal Bangsa Eropa?. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban modern dengan kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tetapi tahukah kalian sebelum mencapai kemajuan seperti sekarang dahulu bangsa ini juga pernah mengalami masa-masa sulit dan tertinggal dari bangsa lain. Akan tetapi bangsa ini mau merubah diri dan belajar untuk mengejar ketertinggalan mereka dari bangsa lain. Pada akhirnya bangsa ini mampu mengejar bahkan melampaui pencapaian bangsa lain. Bagaimana dampaknya untuk bangsa kita?. Mari kita pelajari bersama-sama di dalam modul ini.

Jatuhnya Konstatinopel ke Turki Utsmani (Ottoman)

Pada tahun 1453 Khalifah Utsmaniyah yang berpusat di Turki berhasil menguasai Konstatinopel yang sebelumnya termasuk wilayah kekuasan Kerajaan Romawi- Byzantium. Jatuhnya Konstatinopel ini dipimpin oleh Sultan Muhammad II dan menimbulkan kesulitan bagi bangsa Eropa khususnya dalam bidang perdagangan Para Pedagang dari Eropa tidak mendapatkan akses untuk berdagang di Kota Pelabuhan Istambul (dulunya Konstantinopel), karena kebijakan dari Kerajaan Turki Usmani yang melarang pedagang-pedagang dari Eropa masuk ke dalam Istambul. Akibatnya pedagang-pedagang Eropa kesulitan mendapatkan barang-barang dagang yang sangat mereka butuhkan dari para pedagang Asia yang berdagang di Istambul. Salah satu barang dagang yang sangat mereka butuhkan adalah rempah-rempah dari Indonesia.

2. Proses Kedatangan Bangsa Barat Ke Indonesia

(7)

Pelayaran Portugis dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Bangsa Portugis tidak hanya mencapai kemajuan-kemajuan di bidang teknologi yang memungkinkan mereka berekspansi ke seberang lautan; mereka juga memiliki tekad dan kepentingan untuk melakukan itu. Atas dorongan Pangeran Henry dan para pelindung lainnya, para pelaut serta petualang Portugis memulai pencarian panjang mereka menyusuri pantai barat Afrika untuk menemukan emas, memenangi pertempuran, dan meraih jalan untuk mengepung lawan. Mereka juga berusaha mendapatkan rampah-rempah, yang berarti mendapatkan jalan ke Asia dengan tujuan memotong jalur pelayaran para pedagang Islam yang ada di Venesia di Laut Tengah (Mediterania), dan memonopoli impor rempah ke Eropa.

Pada permulaan abad Pertengahan, orang-orang Eropa sudah mengenal hasil bumi dari dunia Timur, terutama rempah-rempah dari Nusantara. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani (1453) mengakibatkan hubungan perdagangan antara Eropa dan Asia Barat (Timur Tengah) terputus. Hal ini mendorong orang-orang Eropa mencari jalan sendiri ke dunia Timur untuk mendapatkan rempah- rempah yang sangat mereka butuhkan. Melalui penjelajahan samudra, akhirnya bangsa-bangsa Barat berhasil mencapai Nusantara. Kedatangan bangsa-bangsa Barat di Nusantara pada mulanya lewat kongsi-kongsi perdagangan. Kongsi-kongsi perdagangan tersebut berusaha untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara melalui praktik monopoli.

Pada 1486 Raja Manuel I memerintahkan Bartolomeus Diaz untuk berlayar mencari kepulauan rempah- rempah. Ia berlayar menyusuri pantai Afrika dengan tujuan India. Rintangan berat ia hadapi ketika secara terpaksa mendarat di sebuah tanjung di ujung selatan Afrika. Sehingga pada tahun 1488, karena serangan ombak besar, terpaksa Bartholomeus Diaz tidak melanjutkan penjelajahannya dan memilih bertolak kembali ke negerinya. Meskipun gagal mencapai India, ekspedisi Bartolomeus Diaz berhasil menemukan jalur baru menuju Hindia Timur, yaitu bukan lagi melalui Laut Tengah, melainkan menyusuri pantai Afrika, lalu ke Samudra Hindia. Sebagai peringatan atas keberhasilan itu, orang Portugis menyebut tanjung di ujung selatan Afrika tersebut dengan Tanjung Harapan.

Pada tahun 1498 Raja Portugis mengirim ekspedisi ke Hindia Timur di bawah pimpinan Vasco da Gama. Ia adalah seorang nakhoda yang telah banyak pengalaman, mendapat kehormatan untuk memimpin armada itu yang berlayar dari Lisabon pada 1497. Armada ini mengggunakan pengalaman Bartolomeus Diaz hingga tiba di Tanjung Harapan. Setelah itu, Vasco da Gama memutuskan untuk melanjutkan pelayaran menyusur pantai timur Afrika. Namun, ia hanya bisa melakukan penyeberangan dari Afrika ke India dengan bantuan seorang nakhoda Arab yang bernama Achmad bin Majid. Vasco da Gama memang membawa sepucuk surat dari Raja Manuel I yang ditujukan pada Prester John dan satu lagi untuk Sultan Bijapur. Setelah mendapat izin untuk membuka sebuah kantor di Kalikut dari Raja Bijapur, Vasco da Gama kembali ke Lisabon dan tiba tahun 1499.

Afonso de Albuquerque yang menjabat gubernur dari tahun 1509 hingga 1513 merebut Goa pada 1510 yang terletak dalam wilayah Kerajaan Bijapur. Kota itu kemudian dikembangkan menjadi pusat jaringan perdagangan dari pantai timur Afrika hingga Makao. Wilayah maritim yang mencakup seluruh pesisir Asia inilah yang kemudian dikenal sebagai Estado da India. Langkah strategis kedua dari Albuquerque adalah merebut Malaka pada 1511. Malaka, yang mulai makmur ketika menjadi markas Zheng He antara 1404 hingga 1433 itu, pada masa Albuquerque masih terbilang paling kaya di Asia Tenggara karena perdagangan rempah-rempahnya. Albuquerque pada 1515 menyerang dan menguasai Teluk Persia. Dengan benteng-benteng di Goa, Malaka, dan Ormuz, Portugis bisa dikatakan mendominasi perdagangan di Samudra Hindia dan Laut Arab, selain itu, sebelumnya Portugis telah merebut dan membangun benteng di Sofala (1505) dan di Mozambik (1507).

(8)

Setelah menguasai Malaka, Portugis melanjutkan penjelajahannya menuju tempat yang diburunya yakni “mutiara dari timur” yang berarti Kepulauan Maluku. Portugis pun dapat mencapai Kepulauan Maluku setahun setelah menguasai Malaka. Rombongan Portugis datang ke Maluku disambut baik oleh raja Ternate. Bahkan, Portugis diperkenankan mendirikan benteng di Ternate. Hal itu untuk menarik simpati Portugis agar mau membantu Ternate menghadapi kerajaan saingannya, yakni Tidore. Orang- orang Portugis selalu berusaha membeli seluruh persediaan yang ada. Oleh sebab itu Sultan-sultan di Maluku (Ternate dan Tidore) berlomba-lomba menjual rempahrempah mereka kepada pedagang- pedagang Portugis. Keadaan persaingan ini menguntungkan bagi orang-orang Portugis, karena mereka mendapatkan tawaran hak beli rempah-rempah dan izin untuk mendirikan benteng dari pihak Ternate maupun dari pihak Tidore. Orang-orang Portugis memilih bersahabat dengan Ternate, maka berdirilah benteng Santo Paulo pada 1512.

Pelayaran Bangsa Spanyol

Bangsa Spanyol di bawah Ratu Isabella penguasa Castille dan Ferdinand II penguasa Arragon berhasil merebut benteng Islam terakhir di kota Granada. Kemenangan tersebut menyebabkan Columbus memperoleh hadiah kapal agar dapat melanjutkan perjuangan melawan Islam dan sampai ke India lewat barat. Kiranya ia sampai di Kepulauan Bahama di Amerika Tengah dan penduduknya diberi nama Indian karena daerah itu pada mulanya dikira India (1492). Untuk menghindari persaingan antara Portugis dengan Spanyol, diadakan Perjanjian Tordesillas yang mendapat restu Paus Alexander VI (1494). Dalam perjanjian tersebut ditetapkan bahwa dunia dibagi dua dengan Kepulauan Verdi sebagai batas barat. Bangsa Portugis di sebelah timur dan Spanyol di sebelah barat, Batas timur tidak jelas dapat diketahui karena belum pernah ada bangsa Barat sampai di timur.

Pengalaman pelayaran Columbus banyak dipelajari oleh Ferdinand Magellan. Ia mengambil kesimpulan bahwa Hindia Timur dapat dicapai dari arah barat melalui ujung selatan Benua Amerika.

Keberhasilan pelayaran Columbus menemukan daerah baru telah mendorong para pelaut lain untuk melanjutkan penjelajahan samudra ke timur. Apalagi Columbus belum berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Berangkatlah ekspedisi yang dipimpin oleh Magellan. Ekspedisi yang dipimpin Magellan dimulai pada bulan Agustus 1519. Magellan ditemani oleh seorang kapten kapal bernama Sebastian del Cano. Berdasarkan catatan yang telah dikumpulkan Columbus, Magellan mengambil jalur yang mirip dilayari Columbus. Setelah terus berlayar Magellan beserta rombongan mendarat di ujung selatan benua yang ditemukan Columbus (Amerika). Di tempat ini terdapat selat sempit yang kemudian dinamakan Selat Magellan. Melalui selat ini rombongan Magellan terus berlayar meninggalkan Samudra Atlantik dan memasuki Samudra Pasifik dengan lautan yang relatif tenang.

Setelah sekitar tiga bulan lebih rombongan Magellan berlayar akhirnya pada Maret 1521 Magellan mendarat di Pulau Guam. Rombongan Magellan kemudian melanjutkan penjelajahannya dan pada April 1521 sampai di Kepulauan Massava atau kemudian dikenal dengan Filipina.

Rombongan Magellan yang selamat segera meninggalkan Filipina. Mereka di bawah pimpinan Juan Sebastian del Cano (Juan Sebastian Elcano) terus berlayar ke arah selatan. Pada 1521 itu juga mereka sampai di Kepulauan Maluku yang ternyata tempat penghasil rempahrempah. Ketika itu, di Maluku sedang terjadi persaingan antara Ternate dan Tidore. Guna mengimbangi kekuatan Ternate yang didukung oleh Portugis, maka Spanyol pun mendukung Tidore. Karena kurang kuat, persekutuan Tidore dan Spanyol dapat dikalahkan. Sejak tahun 1534, tidak ada lagi ekspedisi Spanyol ke Nusantara.

Berdasarkan Perjanjian Tordesillas, kawasan Nusantara hanya boleh dijelajahi oleh Portugis, sedangkan Spanyol hanya sampai di Filipina. Dikisahkan bahwa atas petunjuk pemandu orang pribumi kapal-kapal rombongan del Cano ini berlayar menuju ke arah barat, sehingga melewati Tanjung Harapan di Afrika

(9)

Selatan dan diteruskan menuju Spanyol. Dengan penjelajahan dan pelayaran yang sebelumnya dipimpin oleh Magellan itu, maka sering disebut-sebut bahwa tokoh yang berhasil mengelilingi dunia pertama kali adalah Ferdinand Magellan

Pelayaran Bangsa Inggris

Sir Francis Drake telah mengadakan kontak pertama antara Inggris dengan Nusantara dalam pelayarannya mengelilingi dunia ke arah barat pada tahun 1577–1580. Dia singgah di Ternate dan pulang ke negaranya dengan membawa muatan cengkih. Orang-orang Inggris, seperti halnya orang- orang Belanda, berada dalam tekanan untuk terlibat secara langsung dengan perdagangan rempah- rempah melalui Antwerp, Belgia. Sedangkan perdagangan Inggris dengan Suriah dikacaukan oleh gangguan Spanyol dan Portugis di Selat Gibraltar. Pada 1591, Elizabeth I mendukung usaha pertama Inggris untuk terlibat secara langsung dalam perdagangan rempah-rempah. Sir James Lancaster (yang mempunyai pengalaman di Lisbon) dan George Raymond siap mengadakan pelayaran pada tahun itu.

Perjalanan mereka ini mengalami bencana. Di atas kapal terjangkit wabah penyakit dan timbul banyak kematian, serta Raymond tenggelam di laut bersama kapalnya. Lancaster memang berhasil mencapai Aceh dan Penang, namun dalam perjalanan pulang ke negerinya, dia terdampar di kepulauan Hindia Barat dan baru sampai Inggris pada tahun 1594 atas kebaikan hati seorang perampok Prancis.

Pelayaran Bangsa Belanda

Cornelis de Houtman memimpin “pelayaran pertama” orang Belanda ke Hindia Timur pada tahun 1595. Pada abad XVI, Nusantara telah memiliki tingkat peradaban dan perekonomian yang tinggi, tidak banyak berbeda dengan orang Barat abad XVI. Cornelis de Houtman membawa 4 buah kapal yang terdiri dari 249 awal kapal berserta 64 pucuk meriam yang menuju kepulauan nusantara (Hindia Timur) sebagai penghasil rempah-rempah. Pelayaran tersebut menempuh jalur Pantai Barat Afrika - Tanjung Harapan - Samudra Hindia - Selat Sunda - Banten. Akhirnya armada kapal Belanda ini mendarat di Banten, ketika sampai di Banten Houtman tidak disukai oleh masyarakat pribumi karena sifat kasar dan kesombongan, selain itu juga ia selalu bersifat seenaknya serta sering memaksakan kehendaknya kepada rakyat pribumi.

Ekspedisi kedua ke Nusantara terjadi pada 1598 yang dipimpin oleh Jacob Corneliszoon van Neck dan Warmijk yang mendarat di Maluku, karena kecakapannya maka ia berhasil mengambil hati rakyat dan penguasa lokal yang ada di sana dan dia pun berhasil mendapat rempah-rempah. Selain karena kecakapannya dalam berinteraksi dengan masyarakat pribumi, kebetulan waktu itu di Maluku sedang ada konflik dengan Portugis maka kedatangan Belanda disana disambut hangat oleh rakyat Maluku.

Pelayaran dan perdagangan orang-orang Belanda di Maluku ini mendapat keuntungan yang berlipat, dengan demikian banyak kapal-kapal yang berlayar ke Maluku.

Kini mulailah zaman yang dikenal sebagai zaman pelayaranpelayaran “liar” atau “tidak teratur” (wilde vaart), yaitu ketika perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda yang saling bersaing berjuang keras untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Nusantara. Pada 1598, 22 kapal milik lima perusahaan yang berbeda mengadakan pelayaran; 14 diantaranya akhirnya kembali. Armada yang berada di bawah pimpinan Jacob van Neck-lah yang pertama tiba di “Kepulauan rempah-rempah” Maluku pada bulan Maret 1599, rombongannya diterima dengan baik; kapal-kapalnya kembali ke negeri Belanda pada tahun 1599–1600 dengan mengangkut cukup banyak rempah-rempah yang menghasilkan keuntungan sebesar 400 persen. Pada tahun 1598, Parlemen Belanda (Staten Generaal) mengajukan sebuah usulan supaya perseroan-perseroan yang saling bersaing itu sebaiknya menggabungkan kepentingan mereka masing-masing ke dalam satu fusi. Diperlukan waktu 4 tahun sebelum perseroan-perseroan itu dapat disadarkan untuk membentuk fusi semacam itu.

(10)

3. Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Nusantara Kolonialisme dan Imperialisme

Eksploitasi merupakan bagian inheren kolonialisme, dan kolonialisme merupakan suatu bentuk pengekalan imperialisme. Sejarah kolonialisme sesungguhnya merupakan sejarah eksploitasi kolonial dengan segala macam reaksi yang muncul dari rakyat tanah jajahan. Dua hal pokok inilah, yaitu eksploitasi kolonial dan reaksi masyarakat terjajah, menjadi bahan kajian sejarah Indonesia yang menarik. Sistem eksploitasi kolonial sesungguhnya lebih didorong untuk kepentingan para kolonialis sendiri, bukan untuk kepentingan rakyat terjajah.

Kolonialisme Portugis dan Spanyol

Setelah menguasai Malaka, Portugis melanjutkan penjelajahannya menuju tempat yang diburunya yakni “mutiara dari timur” yang berarti Kepulauan Maluku. Portugis pun dapat mencapai Kepulauan Maluku setahun setelah menguasai Malaka. Rombongan Portugis datang ke Maluku disambut baik oleh raja Ternate. Bahkan, Portugis diperkenankan mendirikan benteng di Ternate. Hal itu untuk menarik simpati Portugis agar mau membantu Ternate menghadapi kerajaan saingannya, yakni Tidore. Orang- orang Portugis selalu berusaha membeli seluruh persediaan yang ada. Oleh sebab itu sultan-sultan di Maluku (Ternate dan Tidore) berlomba-lomba menjual rempah-rempah mereka kepada pedagang- pedagang Portugis. Keadaan persaingan ini menguntungkan bagi orang-orang Portugis, karena mereka mendapatkan tawaran hak beli rempah-rempah dan izin untuk mendirikan benteng dari pihak Ternate maupun dari pihak Tidore. Orang-orang Portugis memilih bersahabat dengan Ternate, maka berdirilah benteng Santo Paulo pada 1512. Maksud dari Ternate mengikat pembeli yang kaya itu untuk memanfaatkannya dalam persaingan dengan Tidore.

EIC dan Inggris

Pada tahun 1600, Elizabeth I memberi sebuah Oktroi kepada Maskapai Hindia Timur (The East India Company), dan mulailah Inggris mendapat kemajuan di Asia. James Lancaster yang malang tadi ditunjuk untuk memimpin pelayaran pertama maskapai ini. Dia tiba di Aceh pada bulan Juni 1602 dan terus menuju ke Banten, di mana dia mendapat izin membangun kantor dagang. Bandar lada yang sangat kaya ini tetap menjadi pusat kegiatan Inggris sampai tahun 1682. Ekspedisi Inggris untuk menguasai perdagangan di Asia bukan disponsori oleh pemerintah, melainkan oleh persekutuan dagang. Nama persekutuan dagang tersebut adalah East Indian Company (EIC). Persekutuan dagang itu merupakan gabungan para pengusaha London. Sejak tahun 1600, EIC memperoleh hak khusus dari pemerintah Inggris untuk menangani perdagangan di Asia. Melalui hak khusus tersebut, EIC memiliki wewenang penuh atas monopoli perdagangan di Asia. Dengan wewenang tersebut, EIC dapat menggariskan kebijakannya sendiri dalam monopoli perdagangan.

Pada abad XVII Inggris tampil sebagai sebuah negara yang menguasai lautan. Dalam perdagangannya Inggris tergolong negara yang mahir memainkan peranan dan strategi perdagangannya. Sebagai bukti, pemerintah Inggris memiliki persekutuan dagang yang disebut East Indies Company (EIC) atau Persekutuan Dagang Hindia Timur. Posisi Inggris semakin menguntungkan dengan bertambahnya daerah jajahan di India dan Amerika Utara. Melalui daerah jajahan tersebut, Inggris mencapai kemakmuran. Daerah jajahan tersebut, terutama daerah jajahan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak, dijadikan kawasan potensial untuk memasarkan hasil industrinya. Untuk mempertahankan posisi yang menguntungkan tersebut, maka Inggris memberlakukan tiga prinsip terhadap daerah jajahannya, yaitu:

a. Berusaha untuk tetap mempertahankan tanah jajahan,

b. Memelihara hubungan yang dengan masyarakat di daerah jajahan, c. Memperluas daerah jajahan.

(11)

Inggris memiliki daerah jajahan hampir tersebar di seluruh benua, sehingga Inggris membanggakan dirinya dengan mengatakan The Sun Never Sets in the British Empire. Adapun daerah jajahan Inggris yang dimaksud adalah:

a. Asia (pusat jajahannya di India, dengan daerah jajahannya Malaysia, Singapura, dan Myanmar), b. Afrika (pusat jajahannya di Afrika Selatan),

c. Amerika (dengan pusat jajahannya di Amerika Utara), d. Oseania (Australia, Selandia Baru, dan Papua Nugini) VOC dan Belanda

Pada awal tahun 1600 Belanda telah memiliki kira-kira 10.000 buah kapal yang berlayar ke segala penjuru dunia dan memiliki banyak kompeni dagang atau persekutuan dagang. Di Nusantara, para pedagang Belanda dihadapkan pada persaingan dengan para pedagang dari negara Eropa lainnya maupun dengan para pedagang Belanda itu sendiri. Untuk mengatasi persaingan dagang di antara mereka dan juga persaingan pedagang-pedagang dari negara lain, maka persekutuan dagang Belanda dipersatukan menjadi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Di Belanda serikat perusahaan dagang itu (VOC) dipimpin oleh 17 orang direktur yang mewakili “kamar-kamar” tersebut yang dikenal sebagai “Heeren XVII”. Pusat kegiatan para direktur itu diatur secara bergantian di Amsterdam dan di Middelburg, dua pemegang saham terbesar. Seluruh armada lalu dikoordinasi oleh para direktur (Heeren XVII) yang juga menentukan siapa yang akan memimpin armada dan apa yang diperdagangkan VOC di Batavia.

VOC diberi hak octrooi (hak istimewa), dan hak-hak antara lain: Melakukan monopoli (perdagangan di wilayah antara Tanjung Harapan sampai dengan selat Magellans, termasuk kepulauan Nusantara);

Membentuk angkatan perang sendiri; Melakukan peperangan; Mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat; Mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri; Mengangkat pegawai sendiri; Memerintah di negeri jajahan. Beberapa cara eksploitasi yang dilakukan oleh VOC, antara lain:

a. Kompeni melakukan “pelayaran dera” atau hongi-tochen, yaitu pelayaran patroli dengan mempergunakan kapal-kapal dayung yang besar (kora-kora) yang dipersenjatai untuk menghancurkan tanaman rempah-rempah yang berlebihan.

b. VOC melarang masyarakat pribumi untuk membeli komoditas impor dari bangsa lain, akibatnya, tidak ada persaingan harga sehingga masyarakat harus membeli dengan harga yang tinggi.

c. Pemaksaan penyerahan wajib (verplichte leverancien) dan pemberian wajib (contingenten).

d. Sejak abad XVII, VOC juga sudah menerapkan sistem eksploitasi penanaman paksa (gedwongen cultuur) dibeberapa daerah yang dikuasainya. Setelah membantu Mataram dalam menundukkan perlawanan Trunojoyo, VOC memperoleh hadiah daerah Priangan (1677) dan pada 1705, kompeni memperoleh daerah Cirebon.

e. Penyewaan desa dan sumber ekonominya. Para penyewa bebas melakukan eksploitasi terhadap daerah yang disewanya, bahkan bisa menuntut berbagai kewajiban dari penduduk dan pejabat setempat.

f. Tindakan campur tangan dan intervensi politik VOC terhadap kerajaan-kerajaan di nusantara.

g. Politik devide et impera. Selain berhasil menguasi ambon, VOC juga berhasil menguasai kepuluan Banda dengan cara kekerasan. Politik devide et impera dan tipu daya muslihat dilaksanakan demi mendapat kekuasaan dan keuntungan sebesar-besarnya sebagai contoh, Mataram yang merupakan kerajaan kuat di Jawa akhirnya juga dapat dikendalikan secara penuh oleh VOC.

h. Mengadakan ekstirpasi, artinya penebangan tanaman. Adanya permintaan rempah-rempah di

(12)

pasar yang makin menggila, mendorong penduduk untuk memperluas daerah penanamannya.

Akibatnya terjadi hasil yang berlebihan (overproduksi) dan menyebabkan harga rempah-rempah merosot ataupun makin meningkatnya penyelundupan. Bilamana ada penduduk suatu daerah yang tertangkap menyelundupkan, maka tanaman di daerahnya dibinasakan yang mengakibatkan perlawanan dari rakyat. Tetapi, Belanda menghadapi dengan penindasan.

Republik Bataaf dan Kekuasaan Prancis

Sesudah VOC dibubarkan, pemerintahan di Nusantara langsung berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Namun semenjak tahun 1806, ketika Louis Napoleon diangkat menjadi Raja Belanda, maka Hindia Timur secara tidak langsung telah berada di bawah kekuasaan Prancis. Di Eropa, musuh bebuyutan Prancis adalah Inggris. Prancis di bawah Napoleon Bonaparte masih belum mampu menaklukan Inggris. Untuk itu kehadiran Inggris di Asia Tenggara telah mengancam kedudukan Belanda di Hindia Timur yang telah menjadi daerah kekuasaan Prancis.

Pada 1808 mulai berlangsung suatu zaman baru dalam hubungan Jawa-Eropa. Negeri Belanda telah berada di bawah kekuasaan Prancis sejak tahun 1795. Pada tahun 1808, pemerintah boneka Prancis di Belanda mengirimkan Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Jawa dengan tugas utama untuk menjaga pulau ini dari serangan Inggris. Sejak abad XIX pemerintah kolonial juga menerapkan sistem eksploitasi modern, yakni membungkus penghisapan dengan termin modern dan berbau kemanusiaan.

Pemerintah yang baru ini tetap melanjutkan upaya Kompeni dalam urusan penanaman kopi. Berbagai instruksi dikeluarkan untuk menunjang kebijakan yang ada. Tentunya kebijakan pemerintah Kolonial memberatkan rakyat. Seorang kepala bumiputera yang membela kepentingan rakyat dan mengabaikan tanaman kopi, maka dengan mudah dituduh tidak cakap dan diberhentikan dari kedudukannya. Seperti yang dialami oleh Bupati Batulayang, Tumenggung Rangga Adikusumah. Karena bupati ini lebih memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.

Perubahan politik baru terasa ketika Daendels menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Jiwa

Revolusi Prancis melatarbelakangi sikapnya yang mencoba melakukan reformasi. Ia mengangkat para bangsawan, kaum menak, yang duduk dalam birokrasi tradisional menjadi pegawai pemerintah dengan digaji. Ia juga melarang para pejabat menerima hadiah-hadiah, dengan cara ini sesungguhnya telah mengurangi kekuasaan bupati. Daendels kekurangan personil militer, bahkan pemerintahan. Karena Hindia Belanda tidak memiliki angkatan laut pada waktu itu, maka bupati pun dilibatkan dalam politik militer Daendels.

Inggris berhasil menggempur dan merebut Jawa, selanjutnya J.W. Janssens sebagi ganti H.W. Daendels menandatangani penyerahan tanpa syarat kepada Inggris pada 1811. Namun, kekuasaan Inggris tidak

(13)

lama karena pergolakan politik di Eropa segera berakhir berakhir dengan kekalahan Napoleon Bonaparte, dan Raja Willem kembali berkuasa di Belanda setelah mengungsi ke Inggris selama negerinya diduduki Prancis. Akhirnya ditandatanganilah perjanjian tahun 1814 yang terkenal dengan nama Traktat London.

4. Kebijakan Pemerintah Kolonial di Indonesia Raffles dan Sewa Tanah (Inggris)

Pada 1811, Thomas Stamford Raffles berhasil merebut Jawa dari kekuasaan Napoleon. Raffles adalah pejabat kolonial Inggris yang sudah sangat berpengalaman terutama dalam menerapkan sistem pajak tanah (landrent) di koloni Inggris seperti India. Ketika Inggris dibawah pemerintahan Raffles akan menerapkan pajak tanah (landrent) yang dibayar dengan uang, sangat diperlukan seorang kepala desa untuk memungut pajak tanah petani di desanya. Pemerintah kolonial memaksa para penguasa lokal, mulai dari bupati hingga para bekel (kepala desa), di daerah gubernemen (daerah yang secara langsung dikuasai pemerintah kolonial Belanda) untuk melakukan pemaksaan kepada para petani untuk melaksanakan program Tanah Paksa.

Liberalisasi yang dimulai Daendels kemudian dilanjutkan oleh Raffles dengan menambahkannya semangat humanisasi, meskipun dari pemerintahan yang berbeda. Ia bermaksud menerapkan cita-cita liberal dan demokrasi, tetapi kandas di tengah jalan karena kondisi di Jawa belum memungkinkan.

Pembaruan di bidang pemerintahan, birokrasi, peradilan, dan pajak tanah sejalan dengan penghapusan feodalisme yang menghambat pemerintah kolonial.

Pemerintahan Raffles didasarkan atas prinsip-prinsip liberal, seperti halnya Van Hogendorp, jadi politik kolonial yang hendak mewujudkan kebebasan dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan mencakup kebebasan menanam dan kebebasan perdagangan. Raffles bermaksud menerapkan politik kolonial yang dijalankan Inggris di India, yaitu sistem pajak-tanah (landrent-system). Politik kolonial Raffles bertolak dari ideologi liberal dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan memberikan kebebasan. Pelaksanaan politik liberal itu berarti bahwa struktur tradisional dan feodal perlu dirombak sama sekali dan diganti dengan sistem baru yang didasarkan atas prinsip legal-rasionalitas. Dalam rangka menjalankan pemerintahannya, Raffles berpegang pada tiga prinsip:

a. Segala bentuk kerja rodi dan penyerahan wajib dihapus, diganti penanaman bebas oleh rakyat.

b. Peranan bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan para bupati dimasukan sebagai pegawai pemerintah.

c. Atas dasar bahwa tanah itu milik pemerintah, maka rakyat penggarap dianggap sebagai penyewa.

Tanam Paksa (Belanda)

Tanam paksa dilaksanakan terutama di Jawa karena daerahnya sudah terbuka, tenaga kerjanya cukup dan struktur pemerintahan feodal yang telah berakar memudahkan pelaksanaannya. Di Sumatra Barat dan Sulawesi Utara juga dilakukan tanam paksa, tetapi tidak seberat di Jawa. Menurut ketentuan sistem tanam paksa itu dilakukan atas dasar ketetapan sebagai berikut:

a. Penduduk desa diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya atau lebih untuk ditanami tanaman dagangan yang dapat dijual di pasaran dunia.

b. Tanah yang disediakan untuk penanaman tanaman dagangan itu dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.

c. Hasil tanaman dagangan tersebut harus diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda. Setiap kelebihan hasil tanaman dari jumlah pajak yang harus dibayar akan dibayarkan kembali kepada rakyat.

(14)

d. Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman dagangan tidak boleh melebihi dari pekerjaan yang diperlukan dalam penanaman padi.

e. Wajib tanam paksa dapat dibantu dengan penyerahan tenaga untuk pengangkutan dan pekerjaan di pabrik.

f. Kegagalan panen akan menjadi tanggungan pemerintah dan penggarapan penanaman tanaman dagang itu dibawah pengawasan langsung dari kepala-kepala pribumi. Pegawai-pegawai Eropa mengawasi secara umum jalannya penggarapan sampai pengangkutan.

UU Agraria 1870 (Belanda)

Golongan liberal sejak tahun 1848 telah mulai berkuasa di Belanda. Golongan liberal berpendirian bahwa keuntungan negara induk dari daerah jajahan pasti akan dapat diperoleh sejauh pemerintahan di daerah jajahan menerapkan sistem perusahaan kapitalistis seperti di Eropa. Karena adanya pelbagai kemajuan dibidang pelayaran dan perdagangan, golongan liberal semakin mendominasi bidang politik.

Politik liberal kolonial dilandasi dengan beberapa undang-undang, yaitu:

a. Indische Comptabiliteitswet, Undang-undang perbendaharaan Hindia-Belanda (1867). Disebutkan bahwa anggaran belanja Hindia Belanda harus ditetapkan dengan undang-undang, atas persetujuan Parlemen Belanda.

b. Suikerwet, undang-undang gula (1870). Ditetapkan bahwa tanaman tebu sebagai tanaman monopoli pemerintah secara berangsur-angsur akan dihilangkan dan pengusaha swasta dapat mengusahakannya di Jawa.

c. De Wet op de Indische Staatsinrichting, undang-undang tentang pengaturan pemerintahan di Hindia Belanda.

d. Penghapusan perbudakan. Sejak 1860 perbudakan di Hindia Belanda dilarang, berarti bahwa hubungan kerja harus didasarkan atas kebebasan, sehingga yang ada hanyalah pekerja bebas.

e. Agrarischwet, undang-undang agraria (1870). Undang-undang ini juga merupakan hasil dari De Waal yang sampai sekarang dasar-dasarnya juga masih dipergunakan.

f. Poenale Sanctie, artinya sanksi hukum.

Penghapusan Tanam Paksa secara berangsur-angsur pada pertengahan abad XIX tidak disebabkan terutama gagalnya sistem ini dan tidak juga karena sistem ini menyebabkan kehancuran ekonomi pribumi, tetapi lebih disebabkan oleh perkembangan politik yang terjadi di Eropa. Pada 1850 kaum liberal di parlemen Belanda berhasil mendorong pemerintah Hindia Belanda agar Tanam Paksa dihapuskan dan diganti dengan sistem eksploitasi liberal dengan dikeluarkannya Undang-Undang Agraria 1870.

Setelah tahun 1859, perbandingan antara perkebunan yang diusahakan untuk kerja wajib dalam sistem Tanam Paksa dengan perkebunan yang diusahakan oleh swasta sudah mulai seimbang. Undang-Undang Agraria ini memungkinkan pengusaha Eropa untuk menyewa tanah dari penduduk setempat. Sementara itu tanah “bero” (tak terpakai/woeste gronden) juga dapat disewa dari pemerintah secara turun-temurun (erfpacht) selama 75 tahun atau lebih.

5. Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Nusantara Perlawanan yang diprakarsai Para Raja dan Sultan

Perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme Barat bisa dipimpin oleh seorang raja suatu kerjaan atau kesultanan. Hal ini tentunya sangat lumrah karena dalam dinamika konflik secara umum raja tidak akan menerima begitu saja jika wilayah dan rakyatnya direbut. Sehingga perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme sering kali merupakan titah seorang pemimpin.

(15)

Perlawanan di Kepulauan Maluku

Portugis dan Spanyol datang ke Kepulauan Maluku memiliki niat untuk berdagang. Akan tetapi persaingan antara Ternate dengan Tidore membuka jalan bagi keduanya untuk masuk dan menancapkan pengaruh disana. Terlebih lagi persaingan antara Ternate dengan Tidore tercermin dalam kasus Spanyol dan Portugis yang juga bersaing dibidang perdagangan komiditi rempah-rempah.

Spanyol beralinasi dengan Tidore, sedangkan Ternate beraliansi dengan Portugis. Pertempuran keduanya pun terjadi dengan hasil kemenangan untuk aliansi Ternate dan Portugis. Namun, kemenangan ini membuat Portugis sombong dan semena-mena, sehingga tidak disukai oleh Sultan dan rakyat Ternate. Perlawanan Kerajaan Ternate memuncak setelah terjadinya pembunuhan terhadap Sultan di benteng Portugis pada 1570. Persaingan berubah menjadi perlawanan rakyat Ternate yang dipimpin oleh putra Sultan Hairun yaitu Pangeran Baabullah yang selanjutnya menjadi Sultan.

Benteng Santo Paulo berhasil dikepung dan pada 1575 dan orang-orang Portugis pun menyerah.

Selanjutnya Sultan Baabullah meluaskan daerah kekuasaan dan daerah pengaruhnya. VOC mengambil alih kontrol perdagangan di Maluku sejak awal abad XVII, tidak lama setelah VOC berdiri pada 1602.

Bentuk kekuasaan VOC di Kepulauan Maluku berbeda di tiap wilayah, di Banda, seluruh struktur dan organisasi perdagangan serta politik lokal dihapuskan. Penyerahan Seram Timur kepada Belanda pada 1768 dan pengasingan Sultan Jamaludin pada 1779, memicu perkembangan politik baru di Maluku.

Pada 1780, seorang pangeran Tidore yang dikenal dengan nama Nuku memulai satu pemberontakan melawan hegemoni Belanda di Maluku. Penyerahan Seram Timur pada 1768 menimbulkan kemarahan Pangeran Nuku. Oposisinya semakin menguat ketika ayah dan saudara-saudara laki-lakinya diasingkan ke Batavia pada 1779. Pada 1796, berkat kerjasamanya dengan para pedagang Inggris posisi Nuku memuncak, sedangkan posisi Belanda sangat lemah karena Ambon dan Banda sudah diduduki oleh pasukan Inggris.

Perlawanan di Jawa

VOC memperoleh kemenangan gemilang dalam perang memperebutkan monopoli beberapa daerah di Nusantara, karena VOC menerapkan politik devide et impera, yakni memecah belah dan menguasainya.

Pada awalnya VOC ingin menjadikan Batavia dan Malaka pusat jaringan perdagangan di Asia Tenggara, namun pada akhir abad XVII perhatiannya cenderung ditumpukan pada Jawa. Sejak bagian kedua abad XVI, Kesultanan Mataram muncul di daerah pedalaman yang kemudian berkembang menjadi kerajaan yang paling besar di Pulau Jawa. Perkembangan Kesultanan Mataram merupakan upaya Sultan Agung, raja terbesar Mataram pada abad XVII. Ia mengadakan ekspansi ke semua penjuru Pulau Jawa untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil.

Secara politik Mataram akhirnya berhasil menaklukkan pesisir. Namun akibatnya adalah kemunduran dalam perdagangan antarpulau. Di seluruh kota-kota pelabuhan pantai utara Pulau Jawa dari Cirebon hingga Pasuruan, Kesultanan Mataram di Jawa berusaha untuk menghilangkan pengaruh VOC di Jawa.

Ambisi untuk mengusir VOC dari Jawa hanya dilakukan sendiri dan tidak mendapat dukungan dari kerajaan-kerajaan lainnya. Upaya Sultan Agung untuk menaklukkan VOC di Batavia (1628 dan 1629) gagal sehingga ambisinya untuk menaklukkan Banten juga tidak dapat dilaksanakan. VOC membutuhkan wilayah pantai utara Pulau Jawa untuk memenuhi bahan makanan dan bahan bangunan yang tidak terdapat di Batavia dan Ommelanden (pedalaman). Selain itu, VOC juga ingin menguasai perdagangan tekstil dan candu yang banyak membawa keuntungan. Keuntungan yang diperoleh dari berbagai macam pajak yang dipungut di kota-kota pelabuhan juga merupakan daya tarik bagi VOC.

Upaya VOC untuk merebut kendali atas pesisir dari tangan Keraton Mataram tidak dengan cara langsung menyerang. Hubungan kemitraan itu mulai terwujud sejak Sultan Amangkurat II.

(16)

Perlawanan bercorak Mesianistik

Perlawanan terhadap praktik kolonialisme dan imperialisme tidak selalu bersinggungan dengan raja atau pemimpin suatu kerajaan. Tetapi bisa muncul dengan seorang pemimpin yang bukan raja suatu kerajaan. Mesianistik dan milenarianisme merupakan sebuah gerakan yang tidak selalu berpangkal dari seorang raja. Mesianistik berasal dari kata messiah yang berarti juru selamat. Syarat terbentuknya gerakan mesianistik ini adalah adanya pengkultusan kepada seorang individu yang dianggap sakti, alim, atau bijaksana. Sehingga dalam pergerakan yang bercorak mesianistik ini sangat erat kaitannya dengan milenarianisme. Milenarianisme ini gerakan yang berazaskan kepercayaan terhadap suatu masa depan yang akan lebih baik. Ratu Adil adalah konsepsi bentuk mesianistik ala orang Jawa, sedangkan di Sunda ada istilah Ratu Sunda. Ratu bukan berarti seorang pemimpin perempuan, tetapi Ratu berarti seorang pemimpin.

Perlawanan Pangeran Dipenogoro

Pada 1825, Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta memimpin perlawanan kepada Belanda. Perlawanan terhebat sepanjang sejarah Jawa ini telah menelan korban sekitar 200,000 jiwa orang Jawa dan ribuan orang Eropa. Saat menjadi wali Sultan, Pangeran Diponegoro berkesal hati melihat residen Yogya memajukan adat dan pakaian Eropa di kalangan keraton. Ia semakin marah ketika melihat semakin banyak tanah yang disewakan kepada orang Eropa.

Pada 7 Agustus 1825, pasukan Diponegoro melakukan serbuan ke nagara Yogyakarta dengan kekuatan 6.000 orang. Pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Abubakar bergerak dari arah Timur menyerbu Kadipaten Pakualaman. Pihak Belanda berusaha keras untuk mencegah Diponegoro memasuki wilayah Surakarta. Gerak maju pasukan Diponegoro terhenti tatkala pasukannya kalah dalam pertempuran yang menentukan di Desa Gawok pada Oktober 1826.

Pada 22 Februari 1827, Letnan Kolonel Le Bron de Vexela dengan kekuatan 200 orang menyerbu Jatianom mengalami kegagalan karena Diponegoro telah mengetahui rencana tersebut. Akibat kegagalan menaklukan pasukan Diponegoro di wilayah Pajang, Mataram, dan Bagelen. Jendral de Kock memberlakukan strategi Stelsel Benteng sejak bulan Mei 1827.

Pada akhir 1829, kekuatan dan posisi Diponegoro beserta sisa pasukannya telah secara jelas diketahui oleh musuh. Bagi Jendral de Kock, kekuatan tersebut secara militer tidak ada artinya lagi, tinggal diserbu dan kemudian Diponegoro ditembak mati. Diponegoro masih sangat dihormati dikalangan orang Jawa. Oleh karena itu, ia dihadapkan pada dua pilihan, yakni menyerbu atau mengejar atau melakukan tipu daya. De Kock memilih pilihan kedua, memperdaya dan membujuk Diponegoro agar ia keluar dari kantong pertahanannya secara damai, kemudian menangkapnya dengan cara hormat. Pada 9 Februari 1830, Cleerens mengutus bekas orang kepercayaan Diponegoro, penghulu Pake Ibrahim dan Kaji Badaruddin menghubungi Diponegoro, menyampaikan pesan bahwa Kolonel Clereens ingin bertemu untuk menyampaikan keinginan berdamai dari Jendral de Kock.

Perlawanan di Tanah Partikelir

Gerakan sosial yang bergejolak di tanah partikelir (Particuliere Landerijen) ini terjadi sekitar kurun waktu akhir abad XIX hingga awal abad XX. Peristiwa gerakan sosial ini merupakan gejala historis masyarakat petani pribumi di tanah partikelir. Tanah partikelir merupakan sebuah tanah hasil dari penjualan yang dilakukan oleh orang-orang Belanda dengan para pembeli tanah. Pada awal kekuasaan VOC di Nusantara, tanah-tanah ini dihadiahkan oleh pemilik kepada penanggung jawab keamanan dan ketertiban, kepala-kepala pribumi, Gubernur Jendral dan terus berlanjut. Tanah partikelir ini berlokasi

(17)

di sekitar Batavia, Bogor, Banten, Karawang, Cirebon, Semarang, dan Surabaya. Para penerima tanah dan pembeli tanah partikelir yang kemudian bertindak sebagai tuan tanah memiliki hak untuk menguasai penggarap tanah, menuntut penyerahan tenaga beserta hasil tanah, dan dapat meminta apa saja yang diinginkan sang pemilik tanah.

6. Perubahan Sosial, Politik, dan Budaya Nusantara sebagai dampak Kolonialisme dan Imperialisme Barat

Perkembangan Agama

Perkembangan agama Kristen Katolik di Nusantara pada awal mulanya tidak berbeda dengan pola penyebaran agama lain (Hindu, Buddha, dan Islam). Penyebarannya melalui jalur perdagangan bangsa Portugis dan Spanyol yang menyertakan para pastor di Kepulauan Maluku, Minahasa, dan Nusa Tenggara Timur. Namun, pada abad-abad selanjutnya penyebarannya dilakukan oleh para misionaris di berbagai daerah di Nusantara, yang telah membawa pembaruan bagi masyarakat bumiputera diberbagai bidang, antara lain pendidikan, sosial, dan politik. Perkembangan Awal Abad XVI–XVII

a. Kepulauan Maluku: Para penyiar agama Katolik di Maluku diawali oleh Pastor ber-Ordo Yesuit yang dipelopori oleh Pastor Fransiscus Xaverius SJ (1506–1552).

b. Minahasa dan Sangir Talaud: Penyebaran agama Katolik oleh orang Portugis.

c. Nusa Tenggara Timur: Wilayah ini biasa disebut “Daerah Katolik” karena sejak awal kedatangan Portugis perkembangan agama Katolik tidak terputus.

Keberadaan agama Protestan di Nusantara berawal dari kedatangan VOC. Adapun awal mula gereja Protestan dimulai dengan Protestanisasi orang Katolik di Ambon, Ternate, dan Minahasa sejak pertengahan abad XVII. Perkembangan selanjutnya Protestanisasi dilakukan oleh para Zendeling di berbagai wilayah yang dalam proses pengkristenan (Protestan) tersebut kadang kala terjadi sebuah inkulturasi budaya wilayah setempat dalam penghayatan agama Protestan.

Sistem Sosial dan Masyarakat

Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, monopoli dan dominasi kolonial Belanda di respons dengan bebagai cara yang berbeda, yaitu relokasi (melakukan diaspora keberbagai penjuru Asia Tenggara), resistensi (perompakan dan perburuan manusia untuk di jadikan budak), melakukan adaptasi dalam pengembangan alternatif jaringan yang baru. Dalam sistem sosial masyarakat, bangsa Eropa mengenalkan konsep sensus penduduk untuk menghitung populasi penduduk di suatu daerah. Selain itu strata sosial ditentukan secara rasial seperti berikut:

a. Bangsa Eropa dan peranakannya (Bangsa Belanda, Portugis, Inggris dan lainnya);

b. Bangsa Timur Jauh dan peranakannya (Bangsa Tionghoa, India, Arab dan lainnya);

c. Bumiputera dan perankannya Sistem Politik dan Pemerintahan

Setelah datangnya bangsa Eropa dan mengusai wilayah kerajaan taklukan, sistem pemerintahan lama dirubah. Para raja atau sultan dirubah menjadi bupati dan mengabdi kepada kolonial. Mereka pun diperlakukan seperti seorang pegawai pemerintahan karena mendapatkan gaji. Sistem pemerintahan dalam masyarakat berubah dan diberlakukannya sistem yang diterapkan oleh kolonial yang berakibat pergeseran kekuasaan raja dengan pihak kolonial. Sistem pemerintahan yang dimaksud adalah kekuasaan tertinggi berada di kerajaan Belanda dengan bantuan pihak pihak lain, yaitu :

a. Pemerintahan Zelfbestuur, yaitu kerajaan yang berada diluar struktur pemerintahan kolonial

b. Pemerintahan Biinland Bentuur yaitu pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang Belanda di Hindia Belanda, seperti Gubernur Jendral, Residen, Asisten Residen dan controleur

c. Pemerintahan Pangreh Praja yaitu pemerintahan yang dipegang oleh kaum pribumi seperti, bupati, patih, wedana, dan asisten wedana.

(18)

Bagan Birokrasi Hindia Belanda:

Pendidikan dan Kebudayaan

Setelah kolonial datang, pendidikan yang digunakan adalah sistem yang berasal dari bangsa barat, terdapat tiga jenjang sekolah, yaitu sekolah rendah, sekolah menengah, dan sekolah tinggi. Ilmu yang diajarkan pun berupa ilmu-ilmu pasti untuk kepentingan industri. Meskipun begitu, baik sistem pendidikan seperti pesantren atau sistem pendidikan bangsa Barat, kedua sistem pendidikan tersebut masih digunakan hingga sekarang.

Pengaruh yang disebarkan oleh pihak kolonial kepada masyarakat pribumi bukan hanya sebatas sistem politik, sistem sosial dan pendidikan saja, tetapi juga dari sisi kebudayaannya. Salah satunya adalah budaya arsitektur yang hingga sekarang bentuk nyatanya masih bisa kita nikmati hingga sekarang.

Arsitekturarsitektur tersebut memiliki gaya Eropa dan sarat akan nilai sejarah, beberapa gedung yang masih bertahan hingga sekarang.

Sistem Liberal, Undang-Undang Agraria, dan Perkebunan

Terjadinya pengambil alih kekuasaan yang dilakukan Raffles dari tangan Gubernur Jendral Daendels pada tahun 1811 membuat Raffles ingin menciptakan sistem ekonomi di Jawa yang bebas dari unsur paksaan. Hal itu dilakukan dengan cara memberikan kebebasan kepada petani untuk menanam tananam hasil ekspor yang pada saat itu laku keras di pasar internasional. Dalam sistem ini petani dianggap sebagai penyewa tanah yang wajib membayar sewa tanah kepada pemerintah sebagai pemilik tanah.

Pelaksanaan sistem sewa tanah mengandung tiga aspek, yaitu penyelenggaraan suatu sistem pemerintah atas dasar modern, pelaksanaan pemungutan sistem sewa, dan penanaman dagangan untuk diekspor.

Akan tetapi hal tersebut tidak diberlakukan di Tatar Sunda, khususnya Priangan. Di daerah Priangan, pemerintah tetap mempertahanlam penanaman wajib khususnya kopi dalam sistem Priangan yang dapat memberikan keuntungan besar.

Perkembangan Kebudayaan Maritim masa Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Nusantara O.W. Wolters mengatakan bahwa laut di Asia Tenggara merupakan area yang netral, tempat para penguasa baik penduduk asli maupun para pendatang berusaha untuk melindungi kepentingan ekonomi mereka. Pada awalnya, VOC ingin menguasai Selat Malaka sebagai pintu gerbang tradisional dalam perdagangan antara Timur dan Barat, namun kekuatan orang Portugis yang sudah bercokol di situ

(19)

merupakan penghambat bagi Belanda.

Armada perahu bumiputera yang menggunakan tenaga angin menghadapi tantangan hebat dari teknologi pelayaran dan perkapalan Barat, terutama setelah introduksi kapal uap sejak perempatan kedua abad XIX. Kehadiran perahu pribumi di berbagai pelabuhan besar menunjukkan kemampuan mereka untuk melakukan adaptasi dan respons positif terhadap perkembangan ekonomi. Jaringan yang diciptakan oleh pelayaran perahu ini menjadi media komunikasi berbagai kelompok sosial dan etnik di Nusantara. Perahu layar merupakan sarana transportasi dan komunikasi antar pulau yang vital di Kepualauan Indonesia. Dengan menggunakan perahu layar, para pelaut menghubungkan daerah-daerah di Nusantara dengan dunia luar.

Pada era liberalisasi dan imperialisme modern dari tahun 1870 hingga 1907, alat transportasi modern (kapal uap dan motor) semakin mendominasi perairan Indonesia. Kebijakan negara yang lebih liberalistik selama masa akhir pemerintahan kolonial telah mendorong perkembangan pelayaran di Hindia Belanda. Sudah barang tentu perkembangan ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ekspansi ekonomi selama abad XIX, krisis ekonomi, peperangan, dan penemuan teknologi baru.

Sementara itu pola pelayaran antara Jawa dan pasar di Eropa juga berkembang ketika peusahaan pelayaran milik Belanda sendiri mulai melakukan pelayaran scara reguler pada 1872 (Stoomvaart Maatschappij Nederland atau SMN) dan pada 1873 (Rotterdamsche Llod).

Pembangunan Jalur Kereta Api

Pada abad XIX, gagasan pembangunan jalan kereta api berkaitan dengan kesulitan alat transportasi di Hindia Belanda terutama pengangkutan hasil-hasil perkebunan. Hal ini dikarenakan akibat dari sistem tanam paksa yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda kala itu.

Penggunaan alat angkut dengan hewan memiliki resiko yang besar dan cukup berat. Hewan penarik tersebut seperti sapi, kuda ataupun kerbau dapat terserang penyakit bahkan sampai mati. Maka dari itu diperlukan sebuah alat transportasi yang dapat membawa hasil-hasil perkebunan dengan cepat, tepat dan efektif. Maka dipilihlah kereta api sebagai solusi dari permasalahan tersebut. Pada masa kolonial Hindia Belanda, jalur kereta api banyak dibangun di Jawa dan Sumatra.

Pembangunan Transportasi Udara

Memasuki abad XX, teknologi penerbangan berkembang dan semakin pesat. Hal ini juga tidak luput di Hindia Belanda. Dengan dimulainya pengumpulan dana, pemetaan fasilitas dan persetujuan berbagai pihak akhirnya pada 1928 maskapai penerbangan pun mulai beroperasi.

Pada masa Hindia Belanda, pembangunan dan perkembangan transportasi udara dirasa penting. Hal ini berkaitan dengan aspek politik, militer, dan ekonomi. Dengan adanya pesawat terbang tentunya akan mengefektifkan mobilasasi. Maskapai Penerbangan Kerajaan Belanda di Hindia Belanda (Koninklijk Nederlandsche-Indie Luchtvaart Maastschappij disingkat KNILM) adalah perusahaan swasta Belanda yang memulai pembukaan rute penerbangan dengan layanan penumpang dan militer.

PENGAMATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

(20)

ASESMEN AWAL PEMBELAJARAN

ASESMEN FORMATIF 1. Kerjakan Latihan Berikut ini

1. Mengapa bangsa barat datang ke Indonesia?

2. Apa yang dimaksud dengan konsep imperialisme dan kolonalisme, sertakan contohnya?

3. Bagaimana proses kedatangan bangsa-bangsa barat hingga sampai ke Indonesia!

2. Identifikasi dan kerjakan Pernyataan berikut!

Kemudian Buatlah tulisan tentang VOC yang berhubungan dengan rakyat Indonesia pada zaman penjajahan dahulu. Kalian dapat mencari informasi dalam berbagai sumber, seperti buku, atau internet. Kerjakan secara berkelompok.

Rubrik Penilaian Asesmen Formatif No.1

No Aspek yang Dinilai Jawaban Skor

1. Faktor penyebab bangsa barat datang ke

Indonesia Mampu menjelaskan sebab-sebab datangnya

bangsa barat datang ke Indonesia dengan hasil pemahaman sendiri

30 2. Konsep Imperialisme dan Kolonialisme. Mampu menjelaskan konsep imperialisme

dan kolonialisme beserta 1 contohnya 10 3. Proses masuknya bangsa barat ke

Indonesia Mampu menjelaskan proses kedatangan

bangsa barat ke Indonesia dengan

memetakan jalur pelayaran yang dilaluinya (Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris)

60

Total 100

Rubrik Penilaian Asesmen Formatif No.2

No Aspek yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor

1. Format Naskah Esai a. Meliputi bagian pendahuluan, isi, (%) kesimpulan dan referensi sumber

b.Penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar sesuai dengan PUEBI

10

2. Isi Esai Sesuai dengan tema yang telah diberikan

a. Perkembangan Imperialisme dan Kolonialisme yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda di Indonesia

65 VOC merupakan kongsi dagang yang dimiliki oleh Belanda dan bisa bertahan

sampai 200 Tahun. Belanda mengistimewakan VOC, bahkan dapat dikatakan bahwa Kekuasaan VOC lebih besar dari Belanda sebagai negara induknya.

(21)

3. Sumber Informasi a. Data yang diambil relevan dengan informasi yang diacu

b. Akurat dan dapat dipercaya sumber informasi yang digunakannya (ditulis oleh guru, peneliti, pemerhati sejarah)

25

Total 100

ASESMEN SUMATIF Tugas No.1 Asesmen Sumatif Bandingkan antara konsep berpikir Diakronik dan Sinkronik

Nama: ...

Kelas: ...

No Kolonial Belanda Kolonial Inggris

1 ... ...

2 ... ...

Tugas No.2 Asesmen Sumatif

Rubrik Penilaian Sumatif No.1

No Kolonial Belanda Kolonial Inggris Skor

1. Belanda cenderung menguras habis

sumber daya yang ada di tanah jajahan Inggris cenderung memperhatikan tanah jajahan dengan menerapkan kebijakan yang sekaligus dapat memajukan tanah jajahan

20 2. Dalam memenuhi kebutuhan kas negara,

Belanda menerapkan sistem tanam paksa (Culturestelsel), namun kebijkan tersebut diwarnai dengan berbagai kecurangan yang merugikan rakyat Indonesia.

Nggris, merapkan sistem Sewa Tanah, namun kebijkan tersebut juga mengalami kegagalan karena keadaan masyarakat

Indonesia yang kurang mendukung. 20 3. Belanda cenderung bersikap buruk dan

semena-mena terhadap penduduk Indonesia.

Inggris cenderung membebaskan masyarakat Indonesia, bahkan menghapus berbagai macam kebijakan dan pajak-pajak yang

memberatkan rakyat. 20

4. Belanda cenderung menganggap dirinya

dikasta tertinggi pemerintahan Inggris, cenderung merangkul

masyarakkat lokal dan menjadikannya sebagai pegawai pemerintahan.

20 5. Monopoli perdagangan, kerja rodi, dan

tanam paksa. Sistem sewa tanah, Persaingan tidak sehat

dan pengekanagan kekuasaan, 20

(22)

Total 100

Rubrik Penilaian Sumatif No.2 No Aspek Yang

dinilai Kriteria Penilaian Skor

1. Kata Kunci 1. Ide dalam bentuk kata kunci yang sangat efektif (10 poin) 2. Ide dalam bentuk kata kunci dan kalimat cukup efektif (5 poin) 3. Ide dalam bentuk paragraf bukan kata kunci (2 poin)

2-10

2. Hubungan cabang utama dengan cabang lainnya

1. Menggunakan lebih dari 4 Cabang (20 Poin) 2. Menggunakan 4 cabang (15 Poin)

3. Menggunakan 3 Cabang (10 poin) 4. Menggunakan 1-2 Cabang (5 poin)

5-20 3. Desain warna 1. Menggunakan warna untuk menunjukkan hubungan semua

topik sangat baik (20 poin)

2. Menggunakan warna untuk menunjukkan beberapa hubungan antar topik baik (15 poin)

3. Menggunakan beberapa warna tapi tidak menunjukkan hubungan yang cukup baik (10 poin)

4. Hanya menggunakan sedikit warna untuk menunjukkan hubungan antar topik (5 poin)

5-20

4. Kelengkapan

Materi 1. Mind map menunjukkan materi yang sangat kompleks (50 poin)

2. Mind map menunjukkan materi yang kompleks (30 poin) 3. Mind map menunjukkan materi cukup kompleks (10 poin) 4. Mind map menunjukkan materi yang tidak kompleks (5 poin)

5-50

Total 100

DAFTAR PUSTAKA

Id Sejarah net-. 2016. Sejarah Penjajahan Inggris di Indonesia. ww.idsejarah.net /2016/10/ sejarah-penjajahan- belanda-di-indonesia.html /2016/10/ sejarah-penjajahan-belanda-di-indonesia.html

Hartono Kartodirjo, Sejarah Perlawanan-perlawanan Terhadap Kolonialisme

http://ipsgampang.blogspot.com/2015/11/perlawanan-rakyat-malaka-dan-maluku.html http://www.donisetyawan.com/perlawanan-sultan-agung-hanyokrokusumo1613-16-45/

Indsejarah.net. 2016. Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia. ww.idsejarah.net Insulinda. 2015. Penjajahan Bangsa Portugis dan Spanyol di Indonesia.

https://insulinda.wordpress.com/2015/09/08/penjajahan-bangsa-portugis-dan-spanyol-di-indonesia/

Insan, Wldan Fauzi. -. Sejarah Untuk Kelas XI. Bandung: PT Grafindo Media Pratama.

Kartodirjo, Sartono. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari Emporium Sampai Imperium.

Jakarta:PT Gramedia.

Kemendikbud. 2016. Guru Pembelajar, Modul Pelatihan Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA/SMK. Jakarta:

Kemendikbud

Nugroho, Notosutanto, Sejarah Nasional Indonesia III, Departemen Pendidikan

Poesponegoro, Djoned Marwati, dan Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta : Balai Pustaka.

Sardiman AM, Amurwani Dwi Lestariningsih. 2017. Buku Guru Sejarah

Setiawan, Iwan. 2017. Masuknya Bangsa Eropa ke Indonesia. https://kangone.blogspot.co.id/ 2017/08/materi-5a- masuknya-bangsa-eropa-ke.html

Vlekke,H.M.Bernard. 2010.Nusantara Sejarah Indonesia, Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia.

(23)

Mengetahui, Bandung, Juli 2023

Kepala SMKN 15 Bandung, Guru Mata Pelajaran,

Dra. Lilis Yuyun, M.MPd Erischa Rahma Sukarman,

S.PdNIP. 19670504 20003 2 010 NIP.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyampaian materi guru menyampaikan materi berurutan dari materi yang paling mudah terlebih dahulu, untuk memaksimalkan penerimaan peserta didik terhadap materi yang disampaikan

Peserta didik mengumpulkan hasil diskusi tiap kelompok kepada guru Kegiatan Penutup 10 MENIT 1.Guru bersama peserta didik melakukan ice breaking sederhana 2.Guru meminta peserta didik

Refleksi Pada akhir pelajaran, guru dapat memandu peserta didik untuk melakukan aktivitas refleksi agar peserta didik dapat mengemukakan pendapatnya terhadap materi pembelajaran yang

Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik : “Apa yang kalian ketahui tentang sikap dan pandangan yang mencintai bangsa Indonesia, sesuai dengan nilai-nilai

Guru dan peserta didik melaksanakan kegiatan refleksi tentang hal-hal kurang menarik apa saja yang telah mereka rasakan pada pembelajaran materi ini Asessmen Pembelajaran Jenis

Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru tentang materi yang ada di video tentang pertumuhan dan perkembangan hewan katak.. Peserta didik dan guru saling bertanya jawab tentang

Untuk persiapan materi di kegiatan pembelajaran selanjutnya, guru memberikan tugas kepada peserta untuk membawa salah satu alat musik pianika Remedial 1.Diberikan pada peserta didik

Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Pendahuluan • Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama peserta didik • Guru menyiapkan fisik dan psikis serta memotivasi peserta