• Tidak ada hasil yang ditemukan

1Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia 2Program Studi Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia

Email: muntoha@fh.uii.ac.id

ABSTRAK

Desa Ngluwar merupaka n wilayah yang berada di pusat pertumvbuhan kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Sebagaian besar masyarakat desa Ngluwar bekerja sebagai petani, sedangkan sebagaian kecilnya ada pelaku usaha (UKM) lokal dibidang pengolahan pangan, sehingga sedikit banyak mewarnai pertumbuhan ekonomi desa Ngluwar. Dengan potensi sumberdaya manusia terutama pelaku usaha (UKM) sebenarnya bisa meningkatkan pengembangan potensi lainnya seperti peningkatan budidaya tanaman pangan serta penambahan jumlah sumberdaya manusia yang terlibat dalam usaha (UKM) lokal. Namun dengan latar belakang sebagai masyarakat agraris maka para pelaku usaha (UKM) masih memiliki kultur kerja yang belum berkembangan sebagaimana diharapkan, dimana cara berpikir dan hasil usaha mereka belum berkembangan dengan teknologi pengolahan pangan yang memadai.Pola kerja tradisional masih sangat terasa dimana pengelolaan usaha belum dikembangan dengan manajemen usaha yang modern, pengolahan dibidang pangan (makanan) belum menerapkan teknologi yang baik yang mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Para pelaku usaha masih memiliki keterbatasan dalam meningkatkan jumlah bahan baku lokal dan keterbatasan pengetahuan dan skill menggali potensi bahan pangan lokal yang dapat diolah sebagai produk makanan bernila i. Potensi peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan pengembangan alat produksi memberikan peuang yang baik bagi para pelaku usaha (UKM) desa Ngluwar karena masih tingginya permintaan pasar dan kemampuan serap produk makanan olahan dari wilayah Ngluwar dan sekitarnya. Dengan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para pelaku usaha (UKM) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk lokal diharapkan dapat menumbuhkan posisi tawar dalam persaingan produk dengan wilayah lain, sehingga dapat mewujudkan tujuan utama pemerintah desa untuk menekan keterbatasan ekonomi keluarga dan mampu mendorong kesejahteraan masyarakat secara lebih luas.

Kata kunci : Peningkatan kapasistas SDM, peningkatan kualitas produk

ABSTRACT

Ngluwar village is a region of central pertumvbuhan Ngluwar districts, Magelang. A large part of the village community Ngluwar work as fa rmers, whereas in part of his existing businesses (SMEs) locally in the field of food processing, so a little more coloring Ngluwar village of economic growth. With the potential of human resources, especially businesses (SMBs) can actually increase the potential development such as an increase in cultivation of food crops as well as increasing the number of human resources involved in the business (SMEs) locally. However, with a background as an agrarian society then businesses (SMEs) still has a working culture that has not berkembangan as expected, where the way of thinking and the results of their efforts have not been progress with food processing technology that memadai.Pola traditional work is still strongly felt where management effort yet developed with modern business management, the field of food processing (food) do not apply good technology that can improve the quality and quantity of products. The businesses still have limitations in increasing the number of local raw materials and lack of knowledge and skills to explore the potential of local foodstuffs that can be treated as a valuable food product. The potential for increased human resource capacity and development of production tools provide peuang good for business (SMEs) Ngluwar village because of the high market demand and absorption ability of processed food products from the region and surrounding Ngluwar. By providing training and assistance to businesses (SMBs) to improve the quality and quantity of local

the main purpose of the village government to suppress economic limitations families and to encourage the public welfare more large.

Keywords: Increasing the capacity of human resources, improvement of product quality

LATAR BELAKANG

Di negara Inbdonesia ini bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peranan strategis dalam kancah pembangunan teruatama dibidang perekonomian nasional. Peran UKM mendorong pertumbuhan ekonomi kelas bawah, ini terbukti dengan banyaknya tenaga kerja yang terserap di berbagai sector UKM. Dengan kondisi ekonomi negara yang stagnan sekalipun bahwa UKM tetap mampu bertahan dan masih bisa tumbuh dibandingkan dengan usaha yang berskala besar. Artinya perekonomial nasional masih bisa bertahan dalam krisis karena didukung oleh keberadaan dari usaha kecil fan menengah ini. Pengembangan UKM sudah sepantasnya mendapat perhatian yang besar dari semua kalangan, baik pemerintah, perguruan tinggi maupun para pengusaha besar. Jaringan kemitraan harus dibangun untuk menopang ketahan ekonomi nasional dengan prinsip saling member keuntungan.

Pengembangan UKM saat ini perlu di dorong untuk mengembangkan keunggulan lokal (lingkungan internal) menangkap peluang pasar global, dengan dasar sinergi otonomi daerah dan pasar bebas. Konsep pemikiran pengembangan UKM harus berskala global dengan diterjemahkan berdasarkan kearifan lokal untuk membangun program berskala local (think globaly and act locally) sehingga kebijakan pengembangan UKM dapat berjalan sesuai kondisi dan situasi masyarakat.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Sebagai sebuah dokumen perencanaan jangka menengah daerah yang merupakan sebuah rangkaian dokumen perencanaan daerah bersama- sama dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Magelang Tahun 2005-2025 (Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2008), maka visi di dalam RPJMD Kabupaten Magelang Tahun 2014-2019 haruslah memiliki keterkaitan terhadap pencapaian visi RPJPD Kabupaten Magelang sebagai kesinambungan pembangunan daerah.

Dengan adanya kebijakan pembangunan yang mengarah pada RPJMD maka pemerintah kabupaten magelang akan melanjutkan program pembangunan yang lebih tepat sasaran. Program tahun 2014-2019 dari pemerintah kabupaten Magelang dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi Kabupaten Magelang pada masa lalu dan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun mendatang serta dengan memperhitungkan modal dasar

yang dimiliki serta dengan tetap memperhatikan motto Kabupaten Magelang yaitu “Gemah

Ripah Iman Cemerlang” atau Magelang Gemilang dan Visi Pembangunan Kabupaten

Magelang Tahun 2009-2014. Untuk mewujudkan visi pembangunan 5 (lima) tahun maka ditempuh melalui 6 (enam) misi pembangunan daerah, salah satunya adalah

“ Membangun perekonomian daerah berbasis potensi lokal yang berdaya saing”

Desa Ngluwar, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Magelang yang memiliki sejumlah UKM yang potensial, dimana para pelaku usahanya merupakan masyarakat lokal yang melakukan pengolahan produk pangan berbasis potensi lokal. Seiring adanya kegiatan pendampingan maka muncul beberapa permasalahan yang dihadapi para UKM berupa keterbatasan skill dan wawasan usaha. Beberapa masalah tentang pengolahan produk masih bersifat tradisonal, pengemasan dan packing produk masih sederhana, serta standar produk belum mengacu pada standar BPOM. Oleh karenanya pelaksanaan program pengembangan UKM akan diarahkan pada pengembangan SDM dan pembaharuan teknologi melalui bentuk pengabdian kepada masyarakat.

PERMASALAHAN

Keberadaan usaha skala kecil dan menengah (UKM) di Indonesia adalah merupakan subyek pemikiran yang senantiasa menjadi perjhatian banyak pihak sebab perusahaan skala kecil ini ada di tiap wialayah terkecil sekalipun, dan dampaknya menciptakan lapangan kerja yang potensial. Fakta menyatakan bahwa sektor ekonomi UKM memiliki proporsi unit usaha terbesar berdasarkan statistik UKM tahun 2004-2005

Demikian halnya dengan kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang merupakan kecamatan yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu berbatasan dengan kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Ngluwar merupakan daerah pertumbuhan yang cukup menjanjikan sebagai daerah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dimana memiliki 8 desa.

Program pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak pihak, termasuk perguruan tinggi merupakan satu mitra alternatif bagi masyarakat untuk bisa lebih aktif dalam mengembangkan potensi diri, dan memperbaiki perekonomian keluarga. Dengan adanya program pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat, bisa lebih berperan aktif dalam menjalankan serta mengembangkan perekonomian yang ada di Desa. Dengan adanya kemitraan dengan perguruan tinggi diharpkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) masyarakat Desa, dapat berjalan optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dari Sumber Daya Alam (SDA)

Kemauan dan keuletan pelaku usaha di masyarakat dalam menggeluti pekerjaan sebagai produsen produk pangan dapat dilihat dalam kegiatan produksi dari produk-produknya. Setiap hari masyarakat (UKM) harus berproduksi karena permintaan pasar selalu terjadi setiap hari, selain itu keberlangsungan usaha sangat tergantung dari hasil penjualan produk tiap harinya..

Kapasitas produksi masyarakat atas produk yang dihasilkan saat ini diserap pasar dalam ukuran kiloan, sehingga nilainya sangat ditentukan oleh harga pasar. Sedangkan kemampuan untuk menemukan pasar baru di luar penjualan kiloan belum mampu bersaingan dengan produk jadi yang sudah ada di pasar tertentu.

Berdasarkan masih besarnya peluang permintaan produk pangan maka pemerintah Desa Ngluwar berupaya menumbuhkan potensi lokal berbasis kompetensi sumberdaya manusianya. Pemanfaatan hasil pertanian dan perkebunannya harus dilakukan secara optimal, yaitu dengan memanfatkan ilmu Teknologi Pengolahan pangan. Mengingat persaingan cukup tinggi, produk- produk makanan lokal hasil UKM setempat memerlukan pendampingan oleh perguruan tinggi, mengingat tingkat pengetahuan dan skill SDM lokal belum mampu mendorong peningkatan produk yang ada.

Dengan memperhatikan Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional serta amanatnya dalam rangka meningkatkan produksi dan konsumsi yang beragam untuk menunjang Program Peningkatan Ketahanan Pangan maka perlu pembinaan dan pengembangan UKM melalui Diversifikasi Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal.

Oleh karenanya perlu pengawalan terhadap UKM agar memiliki cara produksi yang baik (CPB) atau dalam bahasa asing dikenal Good Manufacturing Practice (GMP), harus diterapkan kepada semua aspek-aspek yang berhubungan dengan produksi, agar produk memenuhi harapan konsumen, berarti bahwa produk yang dibeli pada kenyataanya sama dengan yang diklaim pada label, tepat digunakan, tidak terkontaminasi dengan apapun yang mungkin berbahaya dan tidak memiliki kandungan bahan kimiawi yang merusak kesehatan, sehingga perlu standar pengawetan, pengemasan dan penyimpanan yang baik.

Dengan memperhatikan banyaknya permintaan yang terjadi tiap hari sesungguhnya para UKM mampu memenuhi permintaan pasar, namun kemampuan belum bisa optimal karena masih ada keterbatasan alat.

Tabel 1 . Potensi Permintaan Pasar

No Produk UKM Kapasitas (1 bal: 2,5Kg) Permintaan

1 Criping Ketela 21 ± 90 - 100 bal / hari ≥ 200 bal/hari

2 Criping Pisang 16 ± 90 - 100 bal / hari ≥ 200 bal/hari

Dari kapasistas produksi 21 UKM saat ini baru mampu menghasilkan ± 90 - 100 bal / hari criping ketela dan 16 UKM juga baru mampu menghasilkan criping pisang sebanyak ± 90 - 100 bal / hari, karena masih adanya keterbatas kemampuan tiap UKM. Sedangkan potensi permintaan pasar masih belum mampu dipenuhi, sehingga jika dibiarkan maka potensi pasar tersebut dapat di raih oleh produk UKM luar wilayah desa Ngluwar.

Masalah yang Dihadapi UKM saat ini Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM), antara lain meliputi:

1) Faktor Internal

a) Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan

untuk mengembangkan suatu unit usaha. Minimnya permodalan UKM di desa Ngluwar disebabkan oleh factor tikat perekonomian keluarga, yaitu UKM yang ada pada umumnya masih merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik usaha itu sendiri. Sedangakan kemampuan untuk mengakses pendanaan dari luar masih belum dilakukan karena pola piker dan kemampuan usahanya dianggap masih kecil sehingga menjadi penghambat kemajuan usahanya.

b) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dari para UKM desa Ngluwar pada dasarnya

tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga berkesinambungan. Pada sisi lain tingkat pendidikan formal maupun dukungan pengetahuan dan skill masih belum memadai untuk menopang perkembangan usahanya. Pengaruh system manajemen pengelolaan usaha keluarga berdampak pada kesulitan berkembang, apalagi kemampuan untuk memasukan perkembangan teknologi terapan baru untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing produk yang dihasilakn oleh usahanya. c) Belum adanya dukungan jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar yang kuat

membuat UKM desa Ngluwar mempunyai banyak keterbatasan menyebabkan sulit untuk meningkatkan pengembasngan produk usahanya.

d) Dengan lemahnya daya serap produk membuat UKM tidak mudah untuk mengembangkan produksinya secara lebih besar serta kualitasnyapun menjadi kurang kompetitif. UKM.

e) Factor mentalitas pelaku usaha UKM belum memadai, dimana jiwa kewirausahaan menjadi hal penting yang sering dilupakan dalam pembinaan dan pengembangan UKM di pedesaan. Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UKM seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja para pelaku usaha UKM. Beberapa diantaranya konerja atau ritme kerja cenderung datar (kurang aktif) untuk menemukan peluang-peluang pasar, tidak uletnya membangun jaringan informasi dan kemitraan yang memperlambat gerak majunya usaha.

2) Faktor Eksternal

a) Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif untuk upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan

Menengah (UKM. Banyak factor yang mempengaruhi dalam pengabilan kebijakan oleh pemerintah dalam memberdayakan UKM. Iklim persaingan masih dirasa kurang sehat dan terkadang merugikan para pelaku usaha kecil.

b) Banyak UKM masih memiliki keterbatasan dalam penyediaan sarana dan prasarana usaha. Minimnya informasi tentang kemanjuan teknologi terapan mwembuat para UKM lamban dalam memanfatkan kesempatan itu. Akibatnya masih banyak sarana dan prasarana yang mereka miliki kurang mendukung kemajuan usahanya.

c) Rendahnya kualitas produk teruatama makanan olahan local (home industry) membuat

UKM tidak mudah bersaing secara lebih luas di lini produknya. Faktornya adalah sifat produk dengan ketahanan pendek. Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk yang kurang bertahan lama. Banyakk factor meliputi bahan baku kurang baik, system produksi yang kurang memenuhi criteria baik serta pengemasan produk yang tidak baik.

d) Terbatasnya akses pasar menyebabkan produk yang dihasilkan UKM tidak dapat dipasarkan secara kompetitif. UKM hanya sebatas melayani konsumen perantara yang justru ikut menentukan harga pembelian kepada UKM.

e) Dengan keterbatasan akses informasi, UKM akan sedikit banyak memberikan pengaruh

terhadap kemampuan untuk berkompetisi pada produk yang sama dari UKM lain, sehingga tidak dapat diketahui seberapa besar daya saing dan kualitas produk yang dihasilkan untuk jangka panjang.

METODE

Atas berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat di Desa Ngluwar, khususnya di maka disusun solusi yang dapat dilaksanakan selama pelaksanaan KKN PPM, yaitu :

a. FGD, yaitu melaksanakan dialog dengan para UKM yang masih aktif dalam usahanya guna menemukenali permasalahan utama dari usahanya dan penguatan komitmen usaha yang berorientasi pada kebutuhan pasar.

b. Pemetaan dan identifikasi bahan baku pangan lokal yang potensial digunakan dalam pembuatan produk pangan.

c. Perencanaan kegiatan bisnis (bisnis plan) di tingkat kelompok sasaran.

d. Penerapan Teknologi pengolahan pangan pada produk unggulan serta pemasarannya berbasis konsep ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) untuk meningkatkan daya saing UKM.

e. Melaksanakan Penyediaan teknologi terapa berupa alat pendukung usaha yang dapat meningkatkan kualitas produk secara terpadu.

f. Pelatihan pengolahan pangan local secara baik dan benar. g. Pelatihan Manajemen usaha dan administrasi keuangan UKM

h. Pendampingan masyarakat UKM Desa Ngluwar agar ada keberlanjutan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip ASUH.