• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISIONAL DI WILAYAH SLEMAN YOGYAKARTA Farida Hayati 1* , Lutfi Chabib 1 , Hady Anshory 1 , Jamalul Lail

1Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta-Indonesia

Email:*farida_hayati@yahoo.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara tropis dengan potensi tanaman yang secara turun temurun digunakan sebagai obat tradisional. Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang telah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak berabad silam. Dengan potensi yang dimiliki tersebut, Indonesia mempunyai prospek untuk pengembangan jamu. Persoalan yang dihadapi oleh perajin herbal diantaranya kesulitan dalam mengontrol kualitas dari produk para perajin herbal rumahan karena sulitnya mendapatkan bahan baku yang sesuai standar, edukasi dalam proses pengolahan yang sesuai standar, serta jaringan pemasaran dan tidak adanya lokasi di Jogjakarta sebagai sentra bahan baku. Kegiatan pengemba ngan industri obat tradisional dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) dan analisis matriks SWOT untuk mendapatkan rumusan strategi pengembangan agroindustri jamu instan. Workshop dan kunjungan ke laboratorium yang dimiliki Prodi Farmasi UII serta kunjungan ke Museum Jamu Sidomuncul dengan kolaborasi pemerintah, akademisi, dan industri yang diwakili oleh pengrajin herbal se-Kabupaten Sleman dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait pengembangan industri obat herbal. Dampak positif dirasakan sebagai hasil dari kegiatan ini dengan dibentuknya struktur organisasi kepengurusan industri obat herbal dan terbentuknya miniatur taman tanaman herbal di kawasan Kecamatan Harjobinangun.

Kata kunci: Obat tradisional, FGD, SWOT, industri oba t herbal

ABSTRACT

Indonesia is a tropical country with potential crops that have historically been used as a traditional medicine. Jamu is a traditional medicine of Indonesia that has been the culture of Indonesian society since centuries ago. With such potential, Indonesia has prospects for the development of herbal medicine. The problem faced by the herbs artisans include the difficulty in controlling the quality of the products of home herbal craftmens because of the difficulty in obtaining the standard raw materials, education in the processing of the corresponding to the standards, as well as the marketing network and absence of locations in Jogjakarta as the center of raw material. Traditional medicine industry development activities were conducted with the Focus Group Discussion (FGD) and SWOT matrix analysis to obtain the strategy formulation of the development of instant herbal medicine agro-industry. The workshop and visitation to laboratories owned by Prodi Farmasi UII and a visit to the Museum Jamu Sidomuncul with the collaboration of government, academia, and industry, represent by herbal craftmens around Sleman undertaken to provide knowledge to the public related to the development of herbal medicine industry. The positive impact is felt as a result of these activities with the creation of the management organizational structure and the establishment of herbal medicine industry miniature herb garden in the District of Harjobinangun.

Keyword: Traditional medicine, FGD, SWOT, Traditional medicine industry

PENDAHULUAN

menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak berabad silam sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan, menambah kebugaran, dan merawat kecantikan. Industri, usaha dan sub sektor jamu dan obat tradisional serta kosmetik di Indonesia semakin berkembang sejak tahun 2008 melalui

kegiatan ”Jamu Brand Indonesia” yang dicanangkan oleh Presiden RI 2009-2014.

Jamu mempunyai peluang besar dengan adanya kekayaan keanekaragaman hayati. Indonesia dikenal secara luas sebagai mega center keanekaragaman hayati (biodiversity)

terbesar ke-2 di dunia setelah Brazil, terdiri dari tumbuhan tropis dan biota laut. Di wilayah Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000, di antaranya ditengarai memiliki khasiat sebagai obat. Sebanyak 2500 jenis di antaranya merupakan tanaman obat (Anonim, 2014).

Dengan potensi yang dimiliki tersebut, Indonesia mempunyai prospek untuk pengembangan jamu bagi kepentingan kesehatan, produk industri, maupun pariwisata, dengan sasaran pasar dalam negeri maupun internasional. Industri jamu telah masuk ke dalam 10 produk prospektif yang perlu dikembangkan karena memiliki potensi pasar menjanjikan di pasar lokal maupun global. Terdapatnya tren back to nature mengakibatkan masyarakat semakin menyadari pentingnya penggunaan bahan alami bagi kesehatan. Masyarakat semakin memahami keunggulan penggunaan obat tradisional, antara lain: harga yang lebih murah, kemudahan dalam memperoleh produk, dan mempunyai efek samping yang minimal (Leonardus, 2013).

Namun, di sisi lain, pelaku usaha industri jamu masih menemui kendala dalam menciptakan produk berkualitas, berdaya saing tinggi dan berorientasi pasar. Kendala yang kedua adalah permasalahan akses permodalan pada usaha jamu tersebut. Dalam mengembangkan usaha jamu di Indonesia, perlu dilakukan kerjasama antara perusahaan/ industri jamu dengan pemerintah dan institusi pendidikan dalam bidang penelitian untuk mengembangkan teknologi, inovasi proses, pembuatan regulasi dan kebijakan industri jamu, dan saintifikasi jamu untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat (Disca, 2014).

Klasifikasi produk herbal yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM) terdiri dari Jamu, Ekstrak terstandar, Fitofarmaka dan Nutrasetika/Suplemen. Pengembangan produk-produk obat herbal tersebut harus selalu dilandaskan pada paradigma

safety, quality, dan efficacy. tersedianya data scientific back up untuk keamanan dan khasiat yang mencukupi, digunakannya cara preparasi dan formulasi yang terstandar, dilakukannya metode kontrol kualitas yang teruji, dan diterapkannya panduan Good Manufacturing Practices

(GMP) dalam pembuatan produk jadi obat herbal. Iptek yang telah dihasilkan oleh Pusat Studi Biofarmaka tentang GAP and GMP dapat dimanfaatkan untuk meningkat produktivitas &

pendapatan serta bermanfaat bagi masyarakat luas (Anonim, 2014).

Mitra pelaku industri obat tradisional skala rumah tangga di wilayah sleman saat ini dalam bimbingan Disperindagkop Sleman Jogjakarta. Beberapa kesulitan dalam pengembangan terlihat mulai dari sulitnya mendapatkan bahan baku yang standar, proses produksi, pengemasan, hingga pemasaran dikeluhkan oleh para perajin obat tradisional skala rumah tangga. Sebagai tujuan wisata nasional Jogjakarta memiliki potensi yang bisa dikembangkan menjadi wisata herbal baik dalam bentuk desa / agro herbal yang bisa dikunjungi oleh wisatawan, dan merupakan peluang emas untuk memasarkan produk jadi dari para perajin obat tradisional ini, serta kedepan bisa dimanfaatkan oleh para peneliti dan para pecinta herbal untuk belajar tentang obat tradisional berbasis tumbuhan.

Persoalan yang dihadapi oleh perajin herbal yang di kemukakan deperindakop sebagai instansi pembimbing pelaku usaha herbal, diantaranya kesulitan dalam mengontrol kualitas dari produk para perajin herbal rumahan, salah satu alasannya karena sulitnya mendapatkan bahan baku / fresh material yang sesuai standar, edukasi / pendampingan dalam proses pengolahan yang sesuai standar, serta jaringan pemasaran dan tidak adanya lokasi di Jogjakarta sebagai sentra bahan baku .