• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh : Rudy Kurniawan

3. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Deskripsi statistik rerata KPMM siswa dari setiap pembelajaran berdasarkan level sekolah disajikan sesuai Tabel 1 (hal.9). Tabel tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan masing-masing peringkat siswa, ternyata rerata KPMM siswa yang mendapatkan CTLJ atau CTL lebih tinggi dari pada kelompok PK.

Deskripsi hasil uji Anova dua jalur untuk mengetahui interaksi pembelajaran dengan PAM terhadap KPMM siswa, disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan bahwa faktor pembelajaran dan faktor PAM memberikan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan KPMM. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Selain itu, berdasarkan nilai probabilitas interaksi (0,002) lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran dengan PAM terhadap pencapaian KPMM.

Tabel 4

Hasil Uji Anova Dua Jalur Interaksi Pembelajaran dengan PAM terhadap KPMM Siswa Source Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Pembelajaran 5690,814 2 2845,407 49,523 0,000 PAM 4710,517 2 2355,258 40,992 0,000 Interaksi 1027,050 4 256,763 4,469 0,002

Secara grafis, gambaran interaksi antara pembelajaran dan PAM terhadap KPMM disajikan pada Gambar 3.

80 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung

Gambar 3. Interaksi antara Faktor Pendekatan Pembelajaran dengan PAM dalam Pencapaian KPMM Siswa Secara Keseluruhan

Pada Gambar 3, ditinjau dari PAM siswa ternyata tampak bahwa rerata KPMM seluruh kelompok siswa yang mendapatkan CTLJ atau CTL lebih besar dari pada PK.

Deskripsi hasil analisis uji Anova dua jalur interaksi pembelajaran dengan level sekolah terhadap KPMM siswa, disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5

Hasil Uji Anova Dua Jalur Interaksi Pembelajaran dengan Level Sekolah terhadap KPMM Siswa secara Keseluruhan

Source Squares Sum of Df Mean Square F Sig.

Pembelajaran 3844,464 2 1922,232 29,386 0,000

Level Sekolah 2051,932 1 2051,932 31,369 0,000

Interaksi 1756,898 2 878,449 13,429 0,000

Dari Tabel 5 tersebut tampak bahwa nilai signifikansi faktor pembelajaran, faktor level sekolah maupun faktor interaksi (0,000) lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dan level sekolah membawa dampak perbedaan terhadap KPMM siswa, selain itu terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut terhadap KPMM siswa secara keseluruhan.

Secara grafis, gambaran interaksi antara pembelajaran dan level sekolah terhadap KPMM disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Interaksi antara Faktor Pendekatan Pembelajaran dengan Level Sekolah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 81 PEMBAHASAN

Hasil Anova dua jalur seperti tersaji pada Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor pembelajaran (CTLJ, CTL dan PK) dan faktor PAM memberikan perbedaan yang signifikan terhadap KPM siswa. Namun berdasarkan nilai probabilitas interaksinya (0,203) lebih besar dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan PAM terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa. Artinya bahwa pembelajaran CTLJ dan CTL dapat diterapkan pada semua jenjang PAM siswa dalam mencapai KPM.

Tabel 3. menunjukkan bahwa nilai probabilitas interaksinya (0,069) lebih besar dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan PAM terhadap KPM siswa. Artinya bahwa pembelajaran CTLJ dan CTL dapat diterapkan pada siswa di semua level sekolah. Selain itu, untuk siswa level SA dan secara keseluruhan CTLJ lebih baik daripada CTL maupun PK, namun untuk level ST ternyata CTL lebih baik daripada CTLJ ataupun PK. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniawan (2006) bahwa CTL lebih cocok dilakukan pada siswa dengan kemampuan sedang dan rendah dibandingkan siswa kelompok tinggi, karena pada sebagian siswa kelompok tinggi bila pengkonstruksian konsep selalu menggunakan basis-basis masalah kontekstual dapat membuat mereka bosan.

Berdasarkan hasil uji Anova dua jalur pada Tabel 4, diketahui bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran dengan PAM terhadap pencapaian KPMM, tetapi karena nilai Fhitung untuk faktor

pembelajaran lebih besar dari pada Fhitung faktor PAM, artinya bahwa pembelajaran CTLJ atau CTL

lebih dominan terhadap KPMM siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Johson (Kurniawan, 2006) yang menyatakan bahwa orang yang sering mendapat stimulus respon saat pembelajarannya maka akan berpeluang lebih besar dalam meningkatkan kemampuan matematisnya.

Selain itu dari gambar 4, terlihat bahwa pada level ST pembelajaran CTL lebih baik dalam mencapai KPMM, sedangkan pada level SA CTLJ lebih baik dilakukan dibandingkan kedua pembelajaran yang lainnya. Dengan demikian, berdasarkan Level sekolah secara keseluruhan maka CTLJ dan CTL lebih baik dari pada PK. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarmo (2005:3) bahwa pembelajaran matematika untuk berpikir kreatif dan berpikir tinggkat tinggi dapat dilakukan melalui belajar dalam kelompok kecil, menyajikan tugas non rutin dan tugas yang menuntut strategi kognitif dan metakognitif peserta didik serta menerapkan pendekatan scaffolding.

KESIMPULAN

Pembelajaran CTLJ dan CTL secara signifikan lebih baik dalam mencapai kemampuan pemahaman ataupun kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Tidak terdapat interaksi pembelajaran dengan PAM siswa atau level sekolah terhadap kemampuan pemahaman matematis, hal ini menunjukan bahwa untuk mencapai KPM maka pembelajaran CTLJ ataupun CTL dapat diterapkan untuk seluruh siswa ataupun seluruh level sekolah.

Terdapat interaksi pembelajaran dengan PAM siswa atau level sekolah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. Artinya, untuk mencapai KPMM maka penerapan pembelajaran CTLJ ataupun CTL perlu memperhatikan PAM siswa ataupun level sekolah. Walaupun demikian faktor pembelajaran lebih dominan dalam pencapaian KPMM.

SARAN

Mengingat bahwa sekolah kejuruan bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar dapat menerapkan semua pengetahuan yang didapat dari sekolah pada kehidupan nyata sehingga siswa akan siap bekerja sesuai dengan bidang yang digelutinya, maka pembelajaran CTLJ ataupun CTL sangatlah potensial untuk segera diimplementasikan di lapangan.

82 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung

Agar dapat mencapai hasil yang maksimal, maka penerapan pembelajaran CTLJ atau CTL perlu mempersiapkan PAM siswa, serta kerangka teoritik model pembelajaran berbasis kontesktual yang sudah ada. Selain itu, agar siswa tidak merasa bosan hendaknya guru dalam pelaksanaan pembelajarannya dapat mengkombinasikan pembelajaran CTLJ, CTL maupun PK.

Untuk para pengambil kebijakan pendidikan, kiranya pembelajaran CTLJ ataupun CTL menjadi salah satu alternatif model pembelajaran matematika di SMK yang ditindak lanjuti dengan pelatihan-pelatihan yang lebih intensif tentang pembelajaran ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson dan Krathwohl (2001). The Cognitive Process Dimension of The Revised Version of

Bloom‟s Taxonomy in The Cognitive Domain. The Lost Journal of Ven Polypheme. Tersedia: http://www.. enpolypheme.com/bloom.htm. (Mei 2008)

Berns, R.G and Erickson, P.M. (2001). Contextual Teaching and Learning. The Highlight Zone : Research a Work No. 5 (Online) Available: http:

//www.ncte.org/publications/infosyntesis/highlight 05/index.asp ?dirid = 145 & dspid =1. Chicago Public Schools Bureau of Student Assesment (2009). Analytical Scale for Problem

Solving. Tersedia: http://intranet.cps.kl2.il.us/ Assesment/Ideas and Rubrics/Rubrics Bank/Math Rubrics.pdf. (1 April 2009).

Departemen Pendidikan Nasional (2008). KTSP SMK Edisi 2008. Jakarta : Dirjen Dikmenjur Kurniawan, R (2006). Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan

Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMK. Tesis. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan. Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya

dalam Pengajaran Matematika CBSA. Bandung: Tarsito.

Sumarmo (2004). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah. Bandung: Program Pascasarjana UPI. Makalah Disajikan Pada Pertemuan MGMP Matematika SMP Tasikmalaya.

Sumarmo, U (2005). Pengembangan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Penelitian. Bandung: Lemlit UPI. Tidak diterbitkan.

Syaban, M (2008). Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Investigasi. Desertasi. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan.

Sabandar, J (2006). ―Pertanyaan Tantangan dalam Memunculkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika‖. Artikel Ilmiah. Bandung: UPI. Jurnal PendidikanNo 2 Thn XXV 2006.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 83

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN

MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS