• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN MATEMATIKA YANG BERKUALITAS

KBM DI KELAS

BUDAYA SEKOLAH: (KEGIATAN KEHIDUPAN KESEHARIAN DI SATUAN PENDIDIKAN) KEGIATAN EKSTRA KURIKULER KEGIATAN KESEHARIAN DI RUMAH Integrasi ke dalam KBM pada setiap Mapel

Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan

Integrasi ke dalam kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka,

Olahraga, Karya Tulis, dsb. Penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang sama dengan di satuan pendidikan

38 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung

Di Amerika Serikat, salah satu peristiwa sejarah yang berpengaruh menentukan terhadap matematika, dan pendidikan matematika khususnya, adalah peluncuran Sputnik 1 oleh Uni Soviet pada tahun 1957. Peristiwa ini menandai dimulainya era ruang angkasa dan perlombaan ruang angkasa di antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keprihatinan bangsa Amerika Serikat bahwa mereka telah tertinggal dalam bidang matematika dan sains memicu reformasi besar secara nasional dalam kedua bidang tersebut.

Upaya reformasi pendidikan matematika ketika itu memunculkan program ―New Math‖ pada tahun 1960 dan 1970-an. Penekanan New Math adalah pada bahasa dan sifat-sifat himpunan, bukti, dan abstraksi. Namun demikian, kurikulum New Math ternyata gagal memenuhi tantangan untuk meningkatkan kemampuan matematis bangsa Amerika Serikat secara utuh. Beberapa bahkan menilai bahwa New Math malah menimbulkan lebih banyak kebingungan matematis, bukan menghilangkannya, sehingga kemudian muncul trend Back to Basics pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an. Program Back to Basics ketika itu menekankan komputasi aritmetik dan ―penghafalan semata‖ algoritma dan fakta-fakta aritmetik dasar. Kemudian, pada rentang selanjutnya di tahun 1980-an, fokus pendidikan matematika bergeser ke berpikir kritis.

Selanjutnya, suatu nuansa baru dalam pendidikan matematika di Amerika Serikat dimulai dengan dipublikasikannya dokumen Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics oleh NCTM pada tahun 1989. Dokumen ini menghimbaukan penekanan lebih besar pada pemahaman konseptual dan pemecahan masalah (lengkapnya, pemecahan masalah, komunikasi, koneksi, dan penalaran) yang diwarnai pemahaman konstruktivis tentang bagaimana para siswa belajar. Selanjutnya, pada tahun 1991, NCTM mengeluarkan dokumen Professional and Assessment Standards for Teaching Mathematics, seiring fokus utama dari reformasi pendidikan matematika saat itu yang diarahkan pada pedagogi. Pada tahun 2000, dokumen Principles and Standards for School Mathematics dipublikasikan oleh NCTM sebagai update terutama bagi dokumen NCTM Standards tahun 1989. Akhirnya, pada tahun 2006 dipublikasikan dokumen Curriculum Focal Points, di mana diidentifikasi apa yang diyakini sebagai topik-topik matematika paling penting untuk tiap tingkat kelas, termasuk berbagai gagasan, konsep, skil, dan prosedur yang berkaitan yang membentuk fondasi bagi pemahaman dan belajar yang langgeng.

Dari uraian singkat di atas kita dapat selintas melihat semangat dan bagaimana The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1920 sebagai suatu organisasi profesional dapat terus berkembang dan memangku peran sebagai suara publik pendidikan matematika, mendukung para guru untuk menjamin pembelajaran dan belajar matematika berkualitas yang berkeadilan bagi semua siswa melalui visi, kepemimpinan, pengembangan profesional, dan penelitian.

Dengan populasi umat manusia yang sedemikian besar di Bumi saat ini dan laju pertumbuhannya, berikut juga kompleksitas kehidupan, dunia kerja, kebutuhan, dan tantangan, serta begitu cepatnya perubahan, tidak berlebihan jika diangkat nilai penting matematika dan kesetaraan atau keadilan terkait akses menuju matematika bagi semua orang. Selaras dengan realitas tersebut, pembelajaran matematika berkualitas tentulah menyimpulkan perlunya sehimpunan prinsip dan standar kualitas untuk pendidikan matematika yang teruji, terukur, dan diperkuat oleh penelitian yang memadai. Sebagai contoh, terkait prinsip dan standar untuk mata pelajaran matematika yang berkualitas, dokumen Principles and Standards for School Mathematics yang dikeluarkan oleh NCTM (2000), menekankan bahwa matematika seharusnya untuk semua siswa—tanpa memperbedakan jenis kelamin, ras, status sosioekonomi, atau faktor-faktor lain apa pun yang mungkin telah menyebabkan ketidakadilan. NCTM menyatakan bahwa tercapainya visi yang dicurahkan dalam dokumen tersebut tidak akan mudah, tetapi tugas tersebut sangat penting. Para siswa harus mendapatkan pendidikan matematika yang terbaik yang mungkin diberikan, untuk memungkinkan mereka mencapai ambisi pribadi dan sasaran-sasaran karier di dunia yang terus-menerus berubah dengan cepat. Untuk mengilustrasikan suatu contoh struktur dan muatan dari prinsip dan standar pendidikan matematika, berikut ini diberikan gambaran ringkas tentang dokumen Principles and Standards for School Mathematics dari NCTM (2000) yang telah kita sebutkan lebih awal tadi.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 39 Dokumen tersebut memiliki empat komponen utama. Pertama, Prinsip-prinsip untuk matematika sekolah mencerminkan perspektif dasar pada mana para pendidik hendaknya mendasarkan keputusan-keputusan yang mempengaruhi matematika sekolah. Prinsip-prinsip ini memberi fondasi bagi program-program matematika sekolah dengan menyoroti isu-isu yang luas terkait kesetaraan/keadilan, kurikulum, pengajaran, pembelajaran, penilaian, dan teknologi. Setelah Prinsip-prinsip tersebut, Standar-standar matematika sekolah mendeskripsikan sehimpunan tujuan yang ambisius dan komprehensif untuk pembelajaran matematika. Lima Standar pertama menyajikan sasaran dalam area-area muatan matematika terkait bilangan dan operasi, aljabar, geometri, pengukuran, serta analisis data dan probabilitas. Lima Standar yang kedua mendeskripsikan sasaran untuk proses-proses pemecahan masalah, penalaran dan bukti, koneksi, komunikasi, dan representasi. Secara keseluruhan, Standar-standar tersebut mendeskripsikan keterampilan dan pemahaman dasar yang para siswa akan perlukan untuk berfungsi secara efektif pada abad kedua puluh satu.

Selanjutnya, komponen utama ketiga, kesepuluh Standar tersebut dibahas secara lebih rinci dalam empat bab menurut kelompok rentang kelas: TK-Kelas 2, Kelas 3-5, Kelas 6-8, dan Kelas 9-12. Untuk tiap Standar Isi, masing-masing bab rentang kelas memberikan sekumpulan harapan yang spesifik bagi rentang kelas tersebut. Akhirnya diuraikan isu-isu terkait pelaksanaan Prinsip-prinsip ke dalam tindakan dan menguraikan peran-peran yang dimainkan berbagai kelompok dan masyarakat dalam mewujudkan visi dari dokumen Principles and Standards for School Mathematics tersebut.

Sementara itu, di Indonesia, pendidikan matematika yang berkualitas dibangun dengan bersandar pada Standar Nasional Pendidikan—yang meliputi: Standar Kompetensi Lulusan; Standar Isi; Standar Proses; Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan; Standar Sarana dan Prasarana; Standar Pengelolaan; Standar Pembiayaan Pendidikan; dan, Standar Penilaian Pendidikansebagai upaya menjamin mutu pendidikan secara umum. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sejauh ini tampaknya NCTM dengan berbagai dokumen dan rekomendasinya menjadi salah satu sumber yang banyak dikutip sebagai tolak ukur terkait penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran matematika yang berkualitas di Indonesia. Meski demikian, sekali lagi, semangat NCTM untuk memberikan pendidikan matematika yang berkualitas dan upaya untuk menjadikan matematika aksesibel bagi semua siswa tampaknya memang pantas dicatat untuk diperhatikan.

NILAI-NILAI YANG DIINTEGRASIKAN KE DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA